4.3 Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara
Sebelum penyemprotan terlebih dahulu dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara di dalam ruangan percobaan. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui keadaan suhu dan kelembaban yang mendukung atau tidaknya kelangsungan hidup nyamuk dalam percobaan. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan pada 3
periode waktu yaitu pada tanggal 19, 20 dan 21 September 2010 pada pukul 21.00 WIB. Suhu ruangan diukur dengan menggunakan termometer dan untuk kelembaban
menggunakan higrometer. Hasil penelitian suhu dan kelembaban dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11. Hasil Pengamatan Suhu Sebelum Penyemprotan Ekstrak Daun
Babandotan Pada Konsentrasi 0, 10, 20, 30 Dan 40 pada Setiap Pengulangan
Konsentrasi Hasil Pengukuran Suhu °C
Ulangan Rata-rata
I II
III A 0
29,5 30,0
30,0 29,8
B 10 30,0
30,00 29,5
29,8 C 20
29,3 29,3
29,3 29,3
D 30 29,5
30,0 29,3
29,6 E 40
29,5 29,3
29,5 29,4
Total 29,6
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa rata-rata suhu selama penelitian berlangsung adalah 29,6
C. Dengan suhu terendah 29,3 C dan suhu tertinggi 29,8
C.
Tabel 4.12. Hasil Pengamatan Kelembaban Sebelum Penyemprotan Ekstrak
Daun Babandotan Pada Konsentrasi 0, 10, 20, 30 Dan 40 pada Setiap Pengulangan
Konsentrasi Hasil Pengukuran Kelembaban
Ulangan Rata-rata
I II
III A 0
80,0 77,5
77,5 78,3
B 10 77,5
77,5 80,0
78,3 C 20
78,7 78,7
78,7 78,7
D 30 80,0
77,5 78,7
78.7 E 40
80,0 78,7
80,0 79.6
Total 78,7
Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban selama penelitian berlangsung adalah 78,7
C. Dengan kelembaban terendah 78,3 C dan kelembaban
tertinggi 78,7 C.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Ekstrak Daun Babandotan Ageratum conyzoides L terhadap
Mortalitas Nyamuk A. aegypti
Hasil pengamatan terhadap morfologi larva nyamuk yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan bahwa larva nyamuk yang diciduk dari kontainer adalah jenis
larva nyamuk A. aegypti. Adapun ciri-ciri dari larva A. aegypti yaitu pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, pada bagian dada tampak paling besar dan terdapat
bulu-bulu yang simetris serta bersifat fototaksis negatif dan pada waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air. Selain itu juga
didasarkan pada tempat larva diciduk yaitu dari sebuah kontainer yang berada di beranda belakang rumah dan tidak berhubungan langsung dengan tanah. Hal ini sesuai dengan
tempat perindukan yang disukai nyamuk A. aegypti yaitu berupa genangan air yang tertampung pada suatu wadah kontainer atau tempat penampungan air yang bukan
genangan air di tanah Soegijanto, 2006. Pada penelitian mengenai efektivitas ekstrak daun babandotan terhadap mortalitas
nyamuk A. aegypti pada 5 konsentrasi yaitu 0, 10, 20, 30 dan 40 dengan 3 kali pengulangan dan dengan jarak penyemprotan 10 cm dari kotak perlakuan, maka
diperoleh jumlah kematian nyamuk yang berbeda-beda pada masing-masing konsentrasi dan ulangannya. Hasil pengamatan selama 30 menit pada kontrol 0 pada setiap
pengulangan, tidak terlihat adanya nyamuk yang mati. Hal ini menunjukkan bahwa etanol 96 yang digunakan sebagai pelarut dan jarak penyemprotan 10 cm tidak menimbulkan
pengaruh terhadap kematian nyamuk. Sehingga kematian nyamuk selama pengamatan disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yang ada pada masing-masing konsentrasi
ekstrak daun babandotan. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi perlakuan, maka waktu
yang dibutuhkan untuk membunuh nyamuk uji waktu kontak juga akan semakin cepat. Dimana pada konsentrasi 10 kematian nyamuk baru ditemukan pada menit ke-15
dengan rata-rata angka kematian nyamuk sebesar 1,11, sedangkan pada konsentrasi 20 kematian nyamuk sudah ditemukan pada menit ke-5 dengan rata-rata angka
kematian nyamuk sebesar 4,44, begitu juga dengan konsentrasi 30 dan 40 dengan rata-rata angka kematian nyamuk berturut-turut sebesar 2,22 dan 5,56. Sementara
pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jumlah kematian nyamuk yang disebabkan oleh ekstrak daun babandotan berbanding lurus dengan konsentrasi perlakuan, semakin besar
konsentrasi perlakuan maka semakin besar pula jumlah kematian nyamuk. Dimana pada konsentrasi terendah 0 tidak terdapat adanya kematian nyamuk dan pada konsentrasi
tertinggi 40 dapat membunuh 100 nyamuk uji. Dengan demikian dari hasil penelitian di atas membuktikan bahwa ekstrak daun babandotan memiliki daya insektisida karena
mengandung senyawa metabolit sekunder berupa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991. Penelitian yang dilakukan oleh Utami
dan Robara 2008 terhadap berbagai ekstrak dari daun babandotan juga berhasil mengidentifikasi 4 senyawa alkaloid.
Menurut Lenny 2006 hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktivan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi adapula yang
sangat berguna dalam pengobatan. Silifiyanti dalam Sinaga 2010 juga menyatakan daya
racun yang ada pada alkaloid dapat menghambat sistem respirasi dan mempengaruhi sistem saraf serangga serta dapat larut dalam air dan mempunyai kemampuan membentuk
buih sabun bila digunakan sebagai penolak serangga. Sedangkan flavonoid bekerja sebagai racun inhalasi dengan masuk ke dalam
mulut serangga melalui saluran pernapasan berupa spirakel yang terdapat di permukaan tubuh yang kemudian akan menimbulkan kelayuan pada saraf dan kerusakan pada
spirakel, akibatnya serangga tidak bisa bernapas dan mati Ariani dalam Pane, 2009. Penggunaan flavonoid sebagai insektisida pernah dibuktikan oleh Dinata dalam Pane
2009 bahwa flavonoid dalam jeruk manis dapat dijadikan sebagai racun kontak untuk membunuh lalat rumah Musca domestica. Jadi dapat dikatakan menurut cara masuknya
daun babandotan merupakan insektisida dalam kelompok racun inhalasi dan racun kontak pada serangga. Sedangkan jika dilihat dari cara kerjanya daun babandotan merupakan
insektisida dalam kelompok racun saraf karena berdasarkan hasil pengamatan, nyamuk A. aegypti yang telah disemprot oleh ekstrak daun babandotan selama 30 menit waktu
pengamatan menunjukkan perubahan tingkah laku dimana gerakan sebelumnya aktif kemudian menjadi lamban dan lemas, kemudian lumpuh dan mati.
Hasil uji Anova pada tabel 4.8 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang bermakna antara kematian nyamuk A. aegypti dengan berbagai konsentrasi penyemprotan
ekstrak daun babandotan. Untuk melihat pasangan rata-rata yang berbeda nyata dan menentukan konsentrasi yang optimal, maka dilakukan perbandingan diantara pasangan
rata-rata konsentrasi dengan uji BNT Beda Nyata Terkecil atau Least Significant Difference.
Pemilihan uji BNT sebagai uji lanjutan karena pada penelitian ini didapat nilai KK Koefisien Keragaman sebesar 7,22 yang tergolong sedang untuk percobaan pada
kondisi homogen antara 5-10 sehingga akan sangat baik jika menggunakan uji BNT yang juga mempunyai ketelitian sedang, agar kesimpulan yang diperoleh tidak saja tepat
secara statistik tetapi juga logis dalam menentukan perlakuan optimum terbaik dari percobaan.
Selain itu ada 2 kriteria yang harus diperhatikan untuk menentukan perlakuan optimum dari suatu percobaan yaitu untuk kriteria terbaik utama dipilih perlakuan yang
pengaruhnya minimal berbeda nyata dengan pengaruh perlakuan yang bertaraf lebih rendah, tetapi tidak berbeda nyata dengan pengaruh perlakuan yang bertaraf sama atau
lebih tinggi. Sedangkan untuk kriteria terbaik kedua dipilih perlakuan yang pengaruhnya minimal berbeda nyata dengan pengaruh perlakuan kontrolbertaraf lebih rendah dan
mempunyai frekuensi beda nyata yang sama atau lebih banyak dibandingkan perlakuan yang bertaraf sama atau lebih tinggi Hanafiah, 2008.
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa perlakuan terbaik optimum dapat ditentukan berdasarkan kriteria terbaik kedua yaitu pada konsentrasi dari 40 ekstrak daun
babandotan karena perbedaan rata-rata kematian nyamuk pada konsentrasi ini berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya 0, 10, 20, dan 30 yaitu dengan nilai rata-rata
kematian nyamuk sebesar 30 ekor 100. Menurut Iskandar 1985 suatu pengujian insektisida dikatakan efektif jika dapat
membunuh 100 nyamuk uji. Berdasarkan pendapat tersebut, maka pengujian ekstrak etanol daun babandotan terhadap kematian nyamuk A. aegypti dapat dinyatakan efektif
karena pada dapat membunuh 100 nyamuk uji yaitu pada konsentrasi 40.
5.2 Suhu dan Kelembaban Udara