2.6 Kerangka Konsep
2.7 Hipotesa Penelitian
H : Tidak ada perbedaan jumlah mortalitas nyamuk A. aegypti pada berbagai
konsentrasi ekstrak daun babandotan. Ha : Ada perbedaan jumlah mortalitas nyamuk A. aegypti pada berbagai konsentrasi
ekstrak daun babandotan. Hasil ekstrak daun
babandotan dengan konsentrasi
0kontrol, 10, 20, 30, 40
Jumlah nyamuk A. aegypti yang
mati Daun
Babandotan Ageratum
conyzoides L
Suhu dan Kelembaban
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen murni yaitu untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun babandotan yang efektif sebagai bahan pengendalian atau pemberantasan
nyamuk A. aegypti dengan cara penyemprotan. Penelitian ini disebut eksperimen murni karena pada penelitian ini memungkinkan peneliti untuk melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen serta adanya randomisasi pengacakan pada kelompok eksperimen dan kontrol Notoadmodjo, 2005. Efek
perlakuan diketahui dengan membandingkan perbedaan perubahan yang terjadi antara kelompok yang diberi perlakuan kelompok eksperimental dengan kelompok lain yang
tidak diberi perlakuan kelompok kontrol Pratiknya, 2003.
3.1.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dan percobaan dilakukan dengan 5 macam konsentrasi yaitu 0
sebagai kontrol, 10, 20, 30, 40 dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
3.2 Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret – September tahun 2010.
3.3 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah nyamuk A. aegypti dewasa yang diambil dari gelas pemeliharaan dan kemudian dimasukkan ke dalam kotak perlakuan masing-masing 30
ekor nyamuk. Jumlah nyamuk yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 450 ekor nyamuk dewasa.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara berupa data-data jumlah
kematian nyamuk pada beberapa konsentrasi ekstrak etanol daun babandotan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku dan jurnal serta literatur-literatur yang mendukung sebagai bahan kepustakaan.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1.
Kotak perlakuan 2.
Timbangan 3.
Blender 4.
Trigger pump alat penyemprot 5.
Beaker Glass
6. Cawan porselin
7. Termometer
8. Higrometer
9. Gelas ukur
10. Peciduk jentik
11. Pipet tetes
12. Gelas plastik gelas pemeliharaan
13. Kain kasa
14. Alat perkolasi
15. Aluminium foil
16. Kertas saring
17. Jam untuk mengukur waktu
18. Penangas air
19. Rotary evaporator
3.5.2 Bahan Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini: 1.
Daun Babandotan 2.
Jentik nyamuk A. aegypti 3.
Nyamuk A. aegypti dewasa 4.
Air gula 5.
Etanol 96
3.6 Cara Kerja Penelitian 3.6.1 Cara Mendapatkan Larva Nyamuk A. aegypti
Untuk mendapatkan nyamuk A. aegypti dewasa dilakukan dengan memelihara larva nyamuk yang diperoleh dari tempat perindukan nyamuk A. aegypti di tempat
penampungan yang berisi air dan tidak berhubungan langsung dengan tanah. Pemeliharaannya diperoleh dengan cara berikut:
1. Masukkan larva ke dalam gelas plastik masing-masing 30 larva dan tutup atasnya
dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang. 2.
Atur suhu dan kelembaban yang cocok untuk pertumbuhan nyamuk selama pemeliharaan
3. Amati tiap-tiap gelas. Bila larva telah berubah menjadi nyamuk dewasa, nyamuk
segera dipindahkan ke dalam kotak perlakuan dan kemudian diberikan air gula untuk makanannya.
3.6.2 Proses Pembuatan Ekstrak Daun Babandotan
3.6.2.1 Penyediaan Bahan Tumbuhan
Penyediaan bahan tumbuhan meliputi pengambilan bahan tumbuhan dan pengolahan tumbuhan.
1. Pengambilan Bahan Tumbuhan
Bahan tumbuhan yang digunakan adalah daun babandotan yang diambil pada tanggal 15 Maret 2010, dari sekitar halaman kampus Universitas Sumatera Utara
dan sekitar lingkungan VII di Jalan Eka Rasmi Kelurahan Gedung Johor, Medan.
2. Pengolahan Tumbuhan
Daun babandotan dikumpulkan, dicuci bersih, kemudian ditiriskan, kemudian setelah itu ditimbang berat seluruhnya sebagai berat basah 1,2 kg. Bahan ini
kemudian dikeringkan dilemari pengering selama 5 hari. Cara mengetahui apakah simplisia sudah benar-benar kering yaitu dengan meremasnya hingga hancur,
kemudian ditimbang sebagai berat kering 250 g.
3.6.2.2 Pembuatan Ekstrak
1. Daun babandotan yang sudah kering simplisia kemudian di blender menjadi
bentuk serbuk. 2.
Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana dan direndam dengan 1 liter etanol 96 selama kurang lebih 3 jam maserasi antara.
3. Serbuk dimasukkan ke dalam perkolator dan direndam dengan etanol selama 24
jam. 4.
Ekstrak di perkolasi selama 2 minggu. 5.
Ekstrak kasar etanol 7,5 L dipekatkan dengan rotary evaporator membentuk ekstrak pekat etanol 100 ml.
6. Ektrak pekat etanol kemudian diuapkan dengan menggunakan penangas air untuk
menghasilkan ekstrak kental 32,48 g.
3.6.3 Cara Melakukan Pengenceran Konsentrasi Larutan Ekstrak Daun Babandotan
Untuk mendapatkan konsentrasi larutan hasil ekstraksi daun babandotan 0, 10, 20, 30 dan 40. dengan menggunakan rumus:
V
1
N
1
= V
2
N
2
Keterangan: V
1
= Volume dari zat awal yang dibutuhkan N
1
= Konsentrasi awal V
2
= Volume yang diinginkan N
2
= Konsentrasi yang diinginkan Contoh: Larutan 10 dari ekstrak daun babandotan dalam 10 ml etanol
Dik : N
2
= 10 V
2
= 10 ml N
1
= 100 Dit
: V
1
=……? Jawab: V
1.
N
1
= V
2.
N
2
V
1.
100 = 10 ml. 10 V
1
= 1 ml Artinya, 1 ml ekstrak pekat 100 diencerkan dalam labu takar dengan etanol 96
sampai volume 10 ml.
3.6.4 Cara Pembuatan Kotak Pengamatan
Kotak pengamatan dengan ukuran 36 cm x 24 cm x 20 cm p x l x t. Tiap sisi kotak ditutup dengan kain kasa kasa nyamuk.
3.7 Prosedur Percobaan
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu dipersiapkan seluruh peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan. Air gula dimasukkan ke dalam kotak pengamatan
untuk bahan makanan nyamuk. Pada sebelum dan saat melakukan percobaan dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban, kemudian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dari gelas pemeliharaan, nyamuk dewasa diambil sebanyak 450 ekor dan
dimasukkan ke dalam kotak pengamatan masing-masing sebanyak 30 ekor dan diberi tanda yaitu pada ulangan pertama A1, B1, C1, D1, E1. Ulangan kedua
dengan tanda A2, B2, C,2 D2, E2. Ulangan ketiga dengan tanda A3, B3, C3, D3, E3. Posisi acak. Gambar rancangan ada pada lampiran.
2. Setelah itu, dilakukan penyemprotan dengan larutan ekstrak daun babandotan
dengan dosis yang berbeda sesuai dengan ketentuan yang sudah ada. Kotak A1 sd A4 disemprot etanol sebagai kontrol, kota B1 sd B4 disemprot dengan ekstrak
daun babandotan 10 , kotak C1 sd C4 disemprot dengan ekstrak daun babandotan 20 , kotak D1 sd D4 disemprot dengan ekstrak daun babandotan
30, kotak E1 sd E4 disemprot dengan ekstrak daun babandotan 40 . 3.
Penyemprotan ekstrak daun babandotan pada tiap-tiap perlakuan dilakukan sebanyak 1 kali penyemprotan secara kontinu dari sisi depan, belakang, atas, kiri
dan kanan dengan jarak penyemprotan 10 cm dari kotak perlakuan. 4.
Dilakukan pengamatan setiap 5 menit sebanyak 6 kali. Jadi pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 30 menit.
5. Pada saat melakukan percobaan, dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban
udara. 6.
Tabulasi data yang didapat kemudian dianalisa sesuai dengan metode statistik yang digunakan.
3.8 Defenisi Operasional