Pengujian Hipotesis Hasil Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian

69 responden pada variabel pola hidup sehat secara berurutan dari tinggi ke rendah berjumlah 22, 86, dan 20. Hal tersebut menunjukkan adanya kesenjangan antara variabel pengetahuan PHBS dengan pola hidup sehat. Adanya kesenjangan skor antara variabel pengetahuan PHBS dengan variabel pola hidup sehat, maka dilakukan uji korelasi antara kedua variabel tersebut. Uji korelasi atau hubungan bertujuan untuk melihat pengaruh masing- masing variabel terhadap variabel lainnya, berlaku dua arah. Hal tersebut berarti bahwa kedudukan kedua variabel tidak konstan menjadi variabel independen saja atau dependen saja. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan PHBS dengan pola hidup sehat siswa kelas tinggi di SDN Tamanan pada tahun ajaran 20152016 dengan diperolehnya P value atau sig. 2 tailed antara pengetahuan PHBS dengan pola hidup sehat kurang dari α yaitu 0,000,01. Berdasarkan hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa pengetahuan PHBS memiliki kontribusi dalam mengoptimalkan pola hidup sehat siswa. Oleh karena itu, siswa yang memiliki tingkat pengetahuan PHBS tinggi maka akan memiliki pola hidup sehat yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki tingkat pengetahuan PHBS rendah maka cenderung memiliki pola hidup sehat yang rendah pula. Selain itu, pola hidup sehat juga memiliki kontribusi dalam mengoptimalkan pengetahuan PHBS. Siswa yang memiliki pola hidup sehat yang tinggi maka akan memiliki tingkat pengetahuan PHBS yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, siswa yang memiliki pola hidup sehat yang rendah maka cenderung memiliki tingkat pengetahuan PHBS rendah pula. 70 Nilai korelasi sebesar 0,320 menunjukkan tingkat korelasi yang rendah antara pengetahuan PHBS dengan pola hidup sehat. Hal tersebut menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya pola hidup sehat siswa, belum tentu hanya dikarenakan oleh tinggi rendahnya pengetahuan PHBS siswa. Berlaku hal yang sama pula bahwa tinggi atau rendahnya pengetahuan PHBS siswa belum tentu hanya dikarenakan oleh tinggi rendahnya pola hidup sehat siswa. Hal tersebut dapat terjadi karena pengetahuan bukanlah satu-satunya faktor pembentuk tindakan, dan tindakan bukan juga satu-satunya faktor pembentuk pengetahuan. Hal tersebut sesuai dengan pernyatan WHO 1992: 7-17, yang menyebutkan bahwa perilaku, dalam hal ini tindakan, terbentuk oleh beberapa faktor, yaitu pikiran dan perasaan, orang yang berarti panutan, sumber daya, dan budaya. Pikiran dan perasaan dibentuk oleh pengetahuan, kepercayaan, sikap, dan nilai yang dimiliki. Pengetahuan dapat berasal dari pengalaman yang dimiliki seseorang ataupun informasi dari sumber lain yang lebih tahu, seperti guru, orang tua, teman, buku, majalah, dan lainnya. Hal serupa juga dikemukakan Green Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 16-17 dan 178 di mana perilaku terbentuk atas 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal yang berkaitan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor pemungkin meliputi ketersediaan sarana dan prasarana bagi masyarakat. Sikap dan perilaku tokoh yang disegani menjadi faktor penguat terbentuknya perilaku.