LANDASAN TEORI Evaluasi penanganan npwp ganda di kantor pelayanan pajak (kpp) pratama Boyolali syahidatul

commit to user 22 ekonomi, misalnya dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan juga terhadap barang mewah. 3. Sistem pemungutan pajak Menurut Resmi 2009: 11-12 dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, sebagai berikut: a. Official Assessment System Official Assessment System adalah Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. b. Self Assessment System Self Assessment System adalah Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. c. With Holding System With Holding System adalah Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. commit to user 23 4. Pengertian Wajib Pajak Menurut Soemitro dalam Hutagaol, dkk 2007: 2, Wajib Pajak adalah orang atau badan yang memenuhi syarat obyektif dan subyektif. Dengan demikian, orang atau badan yang telah memenuhi syarat subyektif belum tentu merupakan wajib pajak. Orang atau badan tersebut harus memenuhi syarat obyektif untuk menjadi Wajib Pajak yaitu menerima atau memperoleh penghasilan yang menjadi objek pajak. 5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Setiap Wajib Pajak memiliki hak dan kewajiban dalam memenuhi ketentuan perpajakannya. Setiap Negara memiliki peraturan yang berbeda- beda. Oleh karena itu, perlu diketahui hak dan kewajiban Wajib Pajak menurut Suandy 2007: 152 antara lain: a. Kewajiban Wajib Pajak Kewajiban Wajib Pajak menurut Suandy 2007: 152 antara lain:  Kewajiban untuk mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak terkait penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP sehingga diberikan NPPKP Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan pasal 2, UU KUP.  Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT sesuai dengan pasal 3 ayat 1 UU KUP.  Kewajiban membayar atau menyetor pajak, sesuai Pasal 10 ayat 1, UU KUP. commit to user 24  Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan, sesuai pasal 28 ayat 1, UU KUP.  Kewajiban mentaati pemeriksaan pajak, ssuai pasal 29 ayat 3, UU KUP.  Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak.  Kewajiban membuat faktur pajak, sesuai pasal 13, Undang-undang PPN. b. Hak Wajib Pajak Setelah Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya, maka Wajib Pajak berhak diantaranya untuk:  Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus, dalam hal ini adalah Account Representative KPP Pratama Boyolali yang bertugas di seksi Waskon yang bertugas menggali potensi perpajakan disuatu daerah. Biasanya satu kecamatan terdiri dari beberapa Account Representative yang memantau potensi perpajakan didaerah tersebut, memberikan penyuluhan terhadap daerah tersebut mengenai perpajakannya, dan bertanggungjawab atas Wajib Pajak di daerah tersebut, serta memberi pelayanan dan penyuluhan secara langsung terhadap wajib pajak di daerah tersebut.  Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan SPT, sesuai pasal 8 ayat 1 UU KUP. commit to user 25  Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT, sesuai UU KUP pasal 3 ayat 3 dan 4.  Hak untuk mengadukan Pejabat pajak yang membocorkan rahasia Wajib Pajak, sesuai pasal 34 UU KUP.  Hak memperoleh imbalan bunga, sesuai pasal 27A UU KUP.  Hak memperoleh fasilitas perpajakan, sesuai pasal 31A dan 31B Undang-undang Pajak Penghasilan PPh. 6. Hak dan Kewajiban Fiskus Selain Wajib Pajak, peranan fiskus sangat dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan antara Wajib Pajak dan Fiskus dalam melaksanakan ketentuan perpajakan sesuai peraturan yang berlaku, sehingga dalam menjaga keseimbangan tersebut maka Fiskus memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut Suandy, 2007: 160: a. Kewajiban Fiskus Kewajiban Fiskus antara lain:  Kewajiban membina Wajib Pajak.  Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB, sesuai pasal 17B dan 17C UU KUP.  Kewajiban merahasiakan data Wajib Pajak, sesuai pasal 34 UU KUP.  Kewajiban melaksanakan Putusan Pengadilan Pajak, sesuai pasal 88 ayat 2 Undang-Undang Pengadilan Pajak. commit to user 26 b. Hak Fiskus Hak Fiskus antara lain:  Hak menerbitkan NPWP dan NPPKP, sesuai pasal 2 ayat 4 UU KUP.  Hak menerbitkan surat ketetapan pajak, sesuai pasal 16 ayat 1 UU KUP.  Hak menerbitkan surat paksa dan surat perintah melaksanakan penyitaan.  Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan, sesuai pasal 29 UU KUP.  Hak melakukan penyanderaan, sesuai pasal 33 ayat 1 UU PPSP.  Hak untuk melakukan penyidikan, sesuai pasal 44 UU KUP.  Hak untuk mengurangi atau menghapuskan sanksi administrasi, sesuai pasal 36 UU KUP. 7. Kewajiban Pihak Ketiga Dalam menjalankan undang-undang perpajakan, selain ditegaskan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban wajib pajak serta fiskus, undang-undang juga menegaskan adanya kewajiban dari pihak ketiga yang harus dipatuhi sesuai dengan ketentuan pasal 35 UU KUP. Pihak ketiga yang diatur adalah Bank, Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Pajak, Kantor Administrasi dan pihak ketiga lainnya yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak Suandy, 2007: 163. commit to user 27 Kewajiban pihak ketiga adalah apabila Direktur Jenderal Pajak meminta keterangan atau bukti terkait dengan pemeriksaan atau penyidikan terhadap Wajib Pajak, maka pihak tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti tersebut. Dalam hal pihak ketiga yang dimintakan keterangan terkait dengan kewajiban kerahasiaan, maka kewajiban kerahasiaan tersebut ditiadakan, kecuali untuk Bank. Untuk Bank kerahasiaan tersebut ditiadakan atas perintah tertulis dari Menteri Keuangan. 8. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP NPWP diartikan oleh banyak pihak, seperti Suhartono dan Ilyas 2010: 13, NPWP merupakan identitas Wajib Pajak dan sebagai sarana administrasi dalam melaksanakan hak dan kewajiban PPh antara lain harus dicantumkan dalam penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan. Tanpa NPWP, Wajib Pajak tidak bisa melaksanakan penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan. Menurut Djuanda, dkk 2003: 3, NPWP merupakan identitas tunggal Wajib Pajak dalam memnuhi kewajiban Perpajakan. Sedangkan menurut Resmi 2009: 26, NPWP merupakan sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dan setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP. NPWP terdiri atas 15 digit , meliputi digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi commit to user 28 Perpajakan Resmi, 2009: 26. Bagian-bagian dari kode Administrasi NPWP adalah sebagai berikut: X X . X X X . X X X . X . X X X . X X X . Gambar II.1 Kode Administrasi Perpajakan NPWP 9. Kewajiban memiliki NPWP Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 dan 2 UU KUP yang berkewajiban mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP adalah orang pribadi berpenghasilan diatas PTKP Penghasilan Tidak Kena Pajak termasuk Orang Pribadi yang mendapatkan penghasilan dari satu pemberi kerja dan tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas paling lambat pada akhir bulan berikutnya. Semua Wajib Pajak Badan berkewajiban memiliki NPWP. Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, serta. 10. Syarat memperoleh NPWP dan fungsi NPWP Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh NPWP: a. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:  Fotokopi Kartu Tanda Penduduk KTP bagi penduduk Indonesia atau Paspor bagi orang asing. Kode Kelompok WP Nomor Pokok Kode KPP Kantor Cabang Pusat Kode Pengecekan commit to user 29  Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang Asing.  Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. b. Syarat untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas adalah Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau Paspor bagi orang asing dan Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang Asing. c. Untuk Wajib Pajak Badan:  Fotokopi Akte Pendirian dan Perubahan Terakhir atau Surat Penunjukkan dari Kantor Pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.  Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau Paspor.  Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang Asing, dari salah seorang pengurus aktif.  Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. d. Untuk Bendahawaran sebagai Wajib Pajak PemungutPemotong: Fotokopi surat penunjukkan sebagai bendaharawan dan Fotokopi KTP Bendahawaran. commit to user 30 e. Untuk Join Operation sebagai Wajib Pajak PemungutPemotong:  Fotokopi perjanjian Kerjasama sebagai Join Operation .  Fotokopi NPWP masing-masing Join Operation .  Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau Paspor bagi orang asing.  Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang Asing dari salah seorang pengurus Join Operation . Catatan: 1. Bagi pemohon berstatus cabang, Orang Pribadi Pengusaha Tertentu atau Wanita Kawin Tidak Pisah Harta harus melampirkan fotokopi Surat Keterangan Terdaftar SKT Kantor PusatDomisiliSuami. 2. Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain harus dilengkapi dengan Surat Kuasa Khusus. 3. Dalam hal formulir dan persyaratannnya belum lengkap kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi. Selain syarat memperoleh NPWP, ada berbagai manfaat dan fungsi yang didapatkan oleh Wajib Pajak yang memiliki NPWP di antaranya:  Manfaat kepemilikan NPWP sesuai yang ditulis oleh Suandy 2005: 119-120 antara lain: Untuk memperoleh pinjaman modal dari bank dan untuk memudahkan berhubungan dengan instansi yang mewajibkan commit to user 31 mencantumkan NPWP, seperti kantor imigrasi, Bea dan Cukai, Kantor PLN Perusahaan Listrik Negara, Telkom dan sebagainya.  Fungsi kepemilikan NPWP sesuai yang ditulis oleh Kharisma 2003: 9 antara lain: a. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan. b. Tanda Pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. c. Dicantumkan setiap dokumen Perpajakan, sehingga bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif yang lebih besar daripada Wajib Pajak yang memiliki NPWP. d. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak, pengawasan administrasi perpajakan.  Fungsi kepemilikan NPWP Resmi 2009: 27 adalah sebagai berikut: a. Sebagai pembayaran dimuka angsuran kredit pajak atas Fiskal Luar Negeri yang dibayar sewaktu Wajib Pajak bertolak ke Luar Negeri b. Sebagai persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Ijin Usaha Perdagangan SIUP. c. Sebagai salah satu syarat pembuatan Rekening Koran di bank-bank. 11. Tata cara memperoleh NPWP Sesuai dengan PER-44PJ2008 Bab II Pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan commit to user 32 subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan NPWP”. Caranya adalah: a. Melalui Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Tatacara pendaftaran sesuai dengan PER-62PJ2010 atau Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79PJ2010 atasperubahan PER- 44PJ2008: 1. Wajib Pajak mengajukan berkas pendaftaran NPWP dengan menggunakan Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak beserta persyaratannya kepada Tempat Pelayanan Terpadu TPT. 2. Petugas TPT menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Apabila berkas pendaftaran belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Jika berkas pendaftaran sudah lengkap, Petugas TPT akan mencetak BPS Bukti Penerimaan Surat dan LPAD Lembar Pengawasan Arus Dokumen. BPS akan serahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas pendaftaran kemudian diteruskan kepada Pelaksana Seksi Pelayanan. 3. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam berkas pendaftaran Wajib Pajak. commit to user 33 4. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keterangan Terdaftar SKT dan Kartu NPWP kemudian menyerahkannya kepada Kepala Seksi Pelayanan. SKT dan kartu NPWP diterbitkan rangkap 2: Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak Lembar ke-2 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak 5. Kepala Seksi Pelayanan menandatangani SKT kemudian menyerahkannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan Apabila Kepala Seksi Pelayanan sedang melaksanakan tugas diluar kantor atau sedang berhalangan karena sebab yang lain, kartu NPWP tetap diterbitkan, sedangkan SKT dapat diberikan menyusul dengan tanggal pada saat dilakukan penandatanganan. 6. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah ditandatangani, memberi stempel kantor, memisahkan dokumen untuk diarsip dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak. 7. Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan dokumen kepada Wajib Pajak. 8. Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa khusus yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan atau Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak PKP wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak. commit to user 34 b. Melalui e-Registration Tata cara penggunaan aplikasi e-Registration sesuai dengan PER- 24PJ2009 : 1. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat website http:www.pajak.go.id. 2. Memilih menu sistem e-Registration . 3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem e- Registration untuk membuat username dan password yang akan digunakan. 4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password yang telah dibuat. 5. Memilih menu “Permohonan Pendaftaran NPWP dan atau Pengukuhan PKP”. 6. Memilih Jenis Wajib Pajak yang sesuai Orang Pribadi, Badan atau Bendahara. 7. Mengisi formulir permohonan pada layar komputer dengan lengkap dan benar. 8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan Pendaftaran NPWP dan atau Pengukuhan PKP. 9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap dan SKTS Surat Keterangan Terdaftar Sementara melalui aplikasi e- Registration . SKTS hanya berlaku selama 30 tiga puluh hari sejak pendaftaran dilakukan dan hanya berlaku untuk pembayaran, commit to user 35 pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain serta tidak dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan diluar bidang perpajakan. 10. Menyampaikan Formulir Registrasi Wajib Pajak yang sudah ditandatangani beserta persyaratannya secara langsung maupun melalui pos secara tercatat ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama 30 tiga puluh hari sejak pendaftaran dilakukan. 11. Menerima SKT Surat Keterangan Terdaftar, NPWP dan atau SPPKP Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari KPP dimana Wajib Pajak Terdaftar. 12. Apabila Formulir Registrasi Wajib Pajak beserta persyaratannya belum diterima oleh KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dalam jangka waktu 30 hari, maka proses pendaftaran akan dibatalkan secara sistem. Setelah Wajib Pajak melakukan pendaftaran secara e-Registration , maka petugas pendaftaran Wajib Pajak pada KPP berkewajiban: 1. Memantau informasi permohonan Wajib Pajak pada sistem e- Registration setiap hari kerja. 2. Menerima, memproses dan melakukan filtering atas isian Formulir Permohonan Pendaftaran NPWP dan atau Pengukuhan PKP yang disampaikan melalui sistem e-Registration . 3. Menerbitkan SKT, kartu NPWP dan atau SPPKP paling lama satu hari kerja sejak informasi pendaftaran dan atau pengukuhan melalui commit to user 36 sistem e-Registration diterima KPP, sepanjang permohonan pendaftaran NPWP dan atau pengukuhan PKP diisi secara lengkap. 4. Menyampaikan SKT, NPWP dan atau SPPKP kepada Wajib Pajak. 5. Setelah diterbitkan SKT dan Kartu NPWP serta SPPKP, Kepala Kantor dalam melakukan konfirmasi lapangan dengan prioritas sesuai tingkat resiko Wajib Pajak untuk membuktikan kebenaran pengisian formulir permohonan yang disampaikan Wajib pajak. 6. Kategori Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak beresiko antara lain: a. Wajib Pajak yang dikirimi surat tetapi “Kembali dari Pos Kempos” dengan dibubuhi catatan dari Kantor Pos berupa Nama tidak dikenal, alamat tidak dikenal, Rumahgedung tidak dihuni. b. Tidak menyampaikan SPT. c. Wajib Pajak yang sering berpindah KPP tempat terdaftar. d. Wajib Pajak yang sering berpindah alamat tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat usaha. e. Wajib Pajak yang melaporkan adanya kegiatan ekspor. f. Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor terlihat dari adanya pembayaran pajak dalam rangka impor tetapi tidak berstatus sebagai PKP. g. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan restitusi. h. Wajib Pajak yang tidak berstatus PKP tetapi menyampaikan SPT Masa PPN. commit to user 37 i. Wajib Pajak baru berdiri langsung melakukan penyerahan dalam jumlah besar tetapi jumlah kurang bayarnya relatif kecil. j. Wajib Pajak Badan yang akte pendiriannya dibuat dihadapan notaris yang sama dan tanggal pendiriannya pada waktu yang bersamaan atau berdekatan. k. Wajib Pajak yang memiliki nama yang aneh misalnya Mr. X, PT ABCD, XYZ. l. Wajib Pajak lain yang menurut pertimbangan Kepala KPP termasuk Wajib Pajak berisiko. 7. Jika hasil konfirmasi lapangan menunjukkan bahwa data yang disampaikan oleh Wajib Pajak terdaftar dan atau PKP terdaftar tidak benar, maka KPP akan menerbitkan Surat Penghapusan NPWP, Surat Pencabutan SKT dan atau Surat Pencabutan SPPKP secara jabatan untuk disampaikan kepada Wajib Pajak dan atau PKP. c. Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Pendaftaran NPWP. Jangka Waktu Penyelesaian paling lama 1 satu hari kerja sejak permohonan pendaftaran NPWP diterima secara lengkap atau 1 satu hari kerja sejak informasi pendaftaran melalui sistem e-Registration diterima Kantor Pelayanan Pajak KPP, sepanjang permohonan pendaftaran NPWP diisi secara lengkap. commit to user 38 12. Tatacara Penghapusan NPWP Penghapusan NPWP dilakukan karena dalam hal sebagai berikut Waluyo, 2010: 28: a. Wajib Pajak Orang Pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan. b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. c. Warisan belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subyek Pajak sudah selesai dibagi. Namun, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak dalam kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan NPWP dari orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut dan diwakili oleh Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2011: a salah seorang ahli waris; b pelaksana wasiat; atau c pihak yang mengurus harta peninggalan. d. Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. BUT Bentuk Usaha Tetap yang karena suatu hal kehilangan statusnya sebagai Bentuk Usaha Tetap. f. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai Wajib Pajak. Penghapusan NPWP ini dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi, kecuali dari hasil pemeriksaan pajak diketahui adanya utang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena: a Wajib Pajak Orang commit to user 39 Pribadi telah meninggal dunia tanpa meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris; b Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi; c Sebab lain sesuai dengan hasil pemeriksaan. 15. SPN Sensus Pajak Nasional Berdasarkan website www.pajak.go.id , Sensus Pajak Nasional adalah kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak orang pribadi atau badan diseluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Tujuan SPN adalah: a Perluasan basis pajak; b Peningkatan penerimaan pajak; c Peningkatan jumlah penerimaan SPT Tahunan PPh; d Pemutakhiran data Wajib Pajak. Sedangkan sasaran SPN adalah: a. Belum ber-NPWP, diberikan NPWP. b. Belum bayar pajak, agar membayar pajak. c. Belum menyampaikan SPT, agar menyampaikan SPT. d. Memiliki utang pajak, agar melunasinya. e. Belum optimal membayar pajak, agar membayar pajak sesuai dengan ketentuan. commit to user 40

2.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dan pengamatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dapat diketahui bahwa: 5. KPP Pratama Boyolali mengetahui Wajib Pajak yang memiliki NPWP Ganda dari: a. Pengajuan Wajib Pajak. Wajib Pajak datang ke KPP Pratama untuk mengajukan Surat Permohonan Penghapusan NPWP Ganda untuk ditindaklanjuti, dengan membawa kartu NPWP asli yang diajukan untuk dihapus, serta mengisi formulir yang telah disediakan KPP Pratama Boyolali. b. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan menelusuri Wajib Pajak yang diindikasikan memiliki NPWP Ganda. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan mengirimkan surat pemberitahuan dan lampiran nama-nama Wajib Pajak yang diindikasikan memiliki NPWP Ganda, untuk ditindaklanjuti KPP Pratama selama jangka waktu tertentu sesuai keputusan Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan, biasanya adalah 14 hari. Penyebab Wajib Pajak memiliki NPWP Ganda di KPP Boyolali karena: a. Ketidaktahuan Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan yang berlaku membuat masalah NPWP Ganda, mengingat peraturan perpajakan yang commit to user 41 selalu berubah yang tidak dapat diprediksi, mengikuti kondisi keadaan politik maupun ekonomi di suatu Negara ataupun ekonomi dunia. b. Kelemahan sistem perpajakan yang digunakan di seluruh Indonesia tidak dapat mendeteksi adanya Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP kecuali apabila Wajib Pajak mengatakan kepada Petugas Pajak bahwa Wajib Pajak tersebut telah memiliki NPWP. 6. Dampak yang diakibatkan adanya NPWP Ganda bagi KPP Pratama Boyolali dan bagi Wajib Pajak. a. Dampak adanya NPWP Ganda bagi Wajib Pajak: 1. Kesulitan dalam mengurus administrasi perpajakannya. 2. Kesulitan dalam pembayaran dan pelaporan pajak yang terutang. 3. Wajib Pajak harus melaporkan pajak-pajak yang terutang akibat adanya NPWP tersebut walaupun pajaknya Nihil. 4. Adanya denda bagi NPWP yang tidak melapor atas kewajiban perpajakannya. b. Dampak NPWP Ganda bagi KPP Pratama Boyolali: 1. Adanya keraguan atas identitas diri Wajib Pajak tersebut. 2. Berkurangnya tingkat kepatuhan KPP Pratama Boyolali terhadap Direktorat Jenderal Pajak diakibatkan karena menurunya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan pajak atas NPWP yang dimiliki.