Pengertian Bank Perkreditan Rakyat BPR

commit to user b. Agen of development Kegiatan perekonomian masyarakat pada sektor moneter dan pada sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. c. Agen of services Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

D. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat BPR

Bank Perkreditan Rakyat menurut Pasal 5 Undang-Undang Perbankan merupakan salah satu jenis bank di Indonesia, selain Bank Umum. Bank Perkreditan Rakyat sendiri merupakan salah satu jenis LKM Lembaga Keuangan Mikro yang ada di Indonesia. Definisi LKM sendiri yaitu adalah sebagai penyedia jasa keuangan, terutama simpanan dan kredit, dan juga jasa keuangan lain yang diperuntukkan bagi keluarga miskin dan berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses terhadap bank komersial. Dalam buku commit to user Microfinance Handbook menyebutkan istilah LKM adalah penyedia jasa-jasa keuangan, yang berupa simpanan atau kredit kepada nasabah berpenghasilan rendah, yang mencakup pedagang kecil, pedagang kaki lima, petani kecil, dan lain-lain. Bank Pembangunan Asia ADB mendefinisikan LKM sebagai penyedia jasa-jasa keuangan seperti tabungan, pinjaman, jasa pembayaran, pengiriman uang dan asuransi untuk rumah tangga miskin dan berpenghasilan rendah, serta usaha-usaha mikro mereka. Sedangkan awal mula lahirnya BPR di Indonesia berawal dari keinginan untuk membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat pelepas uang rentenir yang memberikan kredit dengan bunga tinggi, lembaga perkreditan rakyat mulai didirikan. Berikut ini adalah sekilas sejarah dari berdirinya BPR di Indonesia : 1. Abad ke -19 dibentuk lumbung desa, bank desa, bank tani, dan bank dagang desa. 2. Pasca kemerdekaan Indonesia didirikanlah Bank Pasar dan Bank Karya Produksi Desa BKPD 3. Awal 1970-an didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan LDKP oleh pemerintah daerah. 4. Pada tahun 1988 pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 Pakto 1988 melalui Keputusan Presiden RI No. 38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut commit to user memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat BPR. 5. Tahun 1992 Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain bank umum. 6. PP No. 711992 lembaga keuangan bukan bank yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan lembaga-lembaga keuangan kecil seperti bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD, dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan untuk menjadi BPR dalam jangka waktu sampai dengan 31 Oktober 1997. BPR sendiri merupakan lembaga keuangan yang mendekati rakyat dan ada di kota besar, namun berdasarkan Pakto 88, maka BPR terutama berada di kecamatan, serta mendapat legalitas dari Bank Indonesia. BPR mempunyai target sasaran baik para pengusaha yang sudah mapan atau yang membuka usaha dipasar. Bank ini mempunyai modal yang tidak begitu besar seperti layaknya bank-bank komersial. BPR memberikan pinjaman dengan periode pengembalian paling cepat adalah tiga bulan, dan paling lama adalah tiga tahun. Umumnya BPR yang masih berdiri lebih menyukai memutarkan dananya dalam jangka pendek, berbeda dengan BPR yang sudah mapan. BPR memperoleh dana dengan cara commit to user menerima simpanan dari masyarakat, baik berupa tabungan ataupun deposito. Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat BPR antara lain yaitu : a. Landasan hukum BPR adalah UU No. 71992 tantang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 101998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa perseroan terbatas, perusahaan daerah, atau koperasi. Pengertian lain tentang BPR adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. b. Pengertian lain tentang BPR yaitu adalah suatu lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, Kredit Usaha Rakyat Kecil, LPK, BKPD, dan atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu commit to user berdasarkan UU Perbankan No. 7 tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 1. Fungsi Kegiatan Usaha BPR Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, BPR menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat waktu, Tepat jumlah, Tepat sasaran, karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan sangat mengerti kebutuhan nasabah. Selain itu peran BPR juga untuk menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lain yang berupa dan memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, maupun Kredit Konsumsi. Adapun kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPR yaitu : a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang serupa. b. Memeberikan kredit, dan c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain. 2. Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh BPR antara lain : a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. commit to user b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing dengan izin dari Bank Indonesia. c. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah. d. Melakukan usaha perasuransian, dan e. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR. 3. Tujuan dan Sasaran BPR a. Tujuan dari BPR yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. b. Sedangkan sasaran dari BPR yaitu melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedadang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan. Karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang rentenir dan pengijon. 4. Alokasi Kredit BPR Didalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu : a. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian. commit to user b. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas minimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30 dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. c. Dalam pemberian kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham yang memiliki 10 atau lebih dari modal yang disetor, anggota dewan komisaris , anggota direksi, pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham yang memiliki 10 atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris, anggota direksi, pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10 dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. 5. Perijinan BPR a. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila kegiatan meghimpun dana dari masyarakat diatur dengan Undang-Undang tersendiri. b. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan dari Bank Indonesia. commit to user c. Untuk mendapatkan ijin usaha, BPR wajib memenuhi persyaratan tentang susunan organisasi, permodalan, kepemilikan, keahilan di bidang perbankan, kelayakan rencana kerja, hal-hal lain yang ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia, dan memenuhi persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan. BPR dapat pula didirikan di ibukota, kabupaten atau kotamadya sepanjang di ibukota, kabupaten, dan kotamadya yang belum terdapat BPR. d. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota kabupaten, dan kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. Persyaratan dan tata cara pembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan dari Bank Indonesia. e. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota kabupaten, dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah kantor cabang BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia. Persyaratan dan tata cara pembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. f. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri, karena BPR dilarang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing transaksi valas. commit to user BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian