Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal
Pelayanan Medik No.YM.02.04.3.5.2504 Tahun 1997 tentang pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit yaitu:
88
1 pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan
tata tertib rumah sakit; 2
pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya;
3 pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat; 4
pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakitdokter;
5 pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah
disepakatiperjanjian yang telah dibuatnya. Kewajiban-kewajiban pasien tersebut secara timbal balik merupakan hak dari
dokter dan rumah sakit dalam pelayanan kesehatan.
3. Tanggung Jawab Rumah Sakit dan Dokter Terhadap Pelayanan Kesehatan Pasien
Sebelum membahas mengenai tanggung jawab rumah sakit dan dokter terhadap pelayanan kesehatan pasien, akan lebih baik jika membahas mengenai
hubungan antara dokter dengan pasien dan antara rumah sakit dengan pasien.
88
Bahder Johan Nasution, op.cit., hlm. 36.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, mengenai hubungan antara dokter dengan pasien dalam pelayanan kesehatan. Hubungan antara dokter dengan pasien ditandai oleh prinsip-prinsip
etis yang utama, yaitu:
89
a. Berbuat baik, yaitu tidak melakukan sesuatu yang merugikan non nocere,
berbuat baik meskipun mengakibatkan kesulitan bagi dokter dan dokter harus berkorban.
b. Keadilan, yaitu perlakuan yang sama untuk setiap orang dalam situasi
kondisi yang sama dengan menekankan persamaan dan kebutuhan menurut kategori penyakit yang diderita, bukannya jasa, kekayaan, status sosial, atau
kemampuan membayar. c.
Otonomi, yaitu hak atas perlindungan privacy. Dalam pemberian pelayanan medis terhadap pasien, antara dokter dengan
pasien timbul suatu hubungan hukum yang diakibatkan oleh pengikatan diri kedua mpihak dalam suatu kontrakperjanjian yang disebut dengan perjanjian terapeutik.
Perjanjian terapeutik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien, berupa hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak.
Objek dari perjanjian ini berbeda dengan objek perjanjian umumnya. Dalam perjanjian terapeutik, yang menjadi objek perjanjian adalah upayaterapi untuk
menyembuhkan pasien. Sehingga perjanjian terapeutik adalah perjanjian untuk menentukan atau upaya untuk mencari terapi yang paling tepat bagi pasien yang
dilakukan oleh dokter.
90
89
Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran Binarupa Aksara, Jakarta, 1996, hlm. 12.
Menurut hukum, objek perjanjian dalam perjanjian
90
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Cet. 1 PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 11.
Universitas Sumatera Utara
terapeutik bukanlah kesembuhan pasien, melainkan mencari upaya yang tepat untuk kesembuhan pasien.
91
Perjanjian pada umumnya yang diatur dalam Buku III KUH Perdata, perjanjian terapeutik juga terdapat para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu
perikatan atau perjanjian, yaitu dokter sebagai pihak yang melaksanakan atau memberikan pelayanan medis dan pasien sebagai pihak yang menerima pelayanan
medis. Perjanjian terapeutik tidak disebutkan secara khusus dalam KUH Perdata, tetapi dengan adanya ketentuan dalam Pasal 1319 KUH Perdata
92
Di dalam perjanjian terapeutik ada kekhususan tersendiri, yakni terdapat ikrar atau cara para pihaknya mengadakan perjanjian. Hal ini dikarenakan dalam
perjanjian ini dijelaskan bahwa kedatangan pasien ke tempat praktik atau ke rumah sakit tempat dokter bekerja dengan tujuan untuk memeriksakan
kesehatannya atau untuk berobat sudah dianggap terjadi suatu perjanjian terapeutik.
, maka perjanjian ini masuk dalam bentuk perjanjian yang dikenai ketentuan dalam Buku
III KUH Perdata.
Hukum perikatan sebagaimana diatur dalam KUH Perdata dikenal adanya dua macam perjanjian, yaitu:
a. Inspanningsverbintenis, yakni perjanjian upaya, artinya kedua belah pihak
berdaya upaya secara maksimal untuk mewujudkan apa yang diperjanjikan.
91
Ibid.
92
Pasal 1319 KUH Perdata berbunyi: “Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan
umum, yang termuat dalam bab ini dan bab-bab terdahulu.”
Universitas Sumatera Utara
b. Resultaatverbintenis, yakni suatu perjanjian bahwa pihak yang berjanji
akan memberikan suatu hasil resultaat, yaitu suatu hasil yang nyata sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
Perjanjian antara dokter dengan pasien ini termasuk dalam perjanjian inspaningsverbintenis, karena dokter hanya berkewajiban untuk melakukan
pelayanan kesehatan dengan penuh kesungguhan, dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan perhatiannya sesuai standar profesinya.
93
Perjanjian ini dianggap sah jika memenuhi persyaratan sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam Pasal
1320 BW, yaitu:
94
a. Adanya kata sepakat dari mereka yang saling mengikatkan dirinya
toesteming van degenen die zich verbiden; Maksud kata sepakat dalam perjanjian ini adalah pasien
memberikan persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medis informed consent. Dokter yang melakukan tindakan medis tanpa
persetujuan dari pasiennya dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin praktiknya.
b. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian de bekwaamheid om
eene verbintenis aan te gaan; Pasien yang mengikatkan diri dalam perjanjian ini dengan dokter
haruslah mempunyai kecakapan bertindak dalam hukum. Pasien yang
93
Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010, hlm. 24.
94
Bahder Johan Nasution, op.cit., hlm. 13.
Universitas Sumatera Utara
dimaksud harus telah berusia 21 Tahun atau telah menikah bukan pihak yang dilarang dalam Pasal 1330 KUH Perdata
95
c. Mengenai suatu hal tertentu een bepaald onderwerp;
Ketentuan mengenai hal tertentu ini berkaitan dengan objek perjanjian, yang dalam perjanjian ini berupa upayaterapi untuk
menyembuhkan pasien dimana dokter harus berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan penyakit pasien. Oleh karena itu, secara
yuridis, termasuk dalam jenis inspanningsverbintenis, dimana dokter tidak memberikan jaminan kepastian dalam menyembuhkan penyakit pasien
tetapi berikhtiar dan keahliannya diharapkan dapat membantu dalam upaya penyembuhan.
d. Suatu sebab yang diperbolehkan eene geoorloofdeoorzaak.
Suatu sebab yang diperbolehkan artinya objek yang menjadi pokok perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan dan
undang-undang yang berlaku.
96
Selain berdasarkan perjanjian terapeutik, hubungan antara dokter dengan pasien juga timbul karena perintah undang-undang. Misalnya seorang korban
kecelakaan lalu lintas yang dibawa ke Instalasi Gawat Darurat IGD suatu RS, maka merupakan kewajiban dokter dan tenaga paramedis lainnya untuk segera
memberikan pertolongan darurat yang dibutuhkan. Meskipun terdapat aturan tindakan medis hanya dapat dilakukan jika telah mendapatkan persetujuan dari
95
Pasal 1330 berbunyi: “ Tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah: 1
Orang-orang yang belum dewasa belum berusia 21 Tahun atau belum menikah; 2
Mereka yang berada di bawah pengampuan; 3
Wanita yang masih berstatus sebagai istri.
96
Pasal 1337 KUH Perdata.
Universitas Sumatera Utara
pasien jika pasien telah cakap bertindak atau dari keluarga pasien. Namun demi menyelamatkan nyawa pasien, pengaturan tersebut dapat dikesampingkan. Akan
tetapi, setelah pasien sadar, maka dokter harus memberitahukan kepadanya tindakan medis yang telah ia jalani secara menyeluruh.
Dalam kepustakaan ditemukan hal-hal yang menyebabkan berakhirnya hubungan antara pasien dengan dokter, yaitu:
97
a. Pasien sudah sembuh;
b. Dokter mengundurkan diri;
c. Pengakhiran oleh pasien;
d. Meninggalnya pasien;
e. Meninggalnya atau tidak mampu lagi menjalani incapacity profesi
seorang dokter; f.
Kewajiban dokter dalam perjanjian telah terpenuhi; g.
Lewat jangka waktu yang telah diatur di dalam perjanjian; h.
Persetujuan kedua pihak untuk mengakhirinya. Dokter adakalanya melakukan kesalahan dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasiennya. Kesalahan dokter ini dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan, kurangnya pengalaman dan pengertian serta mengabaikan suatu
perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan.
98
97
J. Guwandi, Hukum Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm.33.
Apabila kesalahan tersebut dilakukan dengan sengaja maupun karena kelalaian dokter, maka pasien dan
keluarganya dapat meminta pertanggungjawaban responsibility dari dokter yang
98
Bahder Johan Nasution, op.cit., hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan. Pertanggungjawaban dokter dapat berupa pertanggungjawaban perdata, pertanggungjawaban pidana, dan pertanggungjawaban administrasi.
Dalam hukum perdata dikenal dua dasar hukum bagi tanggung gugat hukum liability, yaitu:
a. Tanggung gugat berdasarkan wanprestasi atau cedera janji atau ingkar
janji sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1239 KUH Perdata. b.
Tanggung gugat berdasarkan perbuatan melawat hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.
Menurut Subekti
99
a. Tidak melakukan apa yang disepakati untuk dilakukan;
, Seseorang dikatakan melakukan wanprestasi dalam hukum perdata apabila:
b. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat;
c. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang
diperjanjikan; d.
Melakukan sesuatu yang menurut hakikat perjanjian tidak boleh dilakukan.
Di dalam perjanjian terapeutik, dokter hanya berikrar untuk menyembuhkan pasiennya dengan segala daya upayanya. Namun jika seorang
dokter telah menyanggupi atau menjamin kesembuhan pasiennya, tetapi pasiennya tidak sembuh-sembuh. Maka dokter tersebut dapat dituntut telah
melakukan wanprestasi. Jika dokter melakukan wanprestasi, pasien dapat menuntut ganti rugi kepada dokter. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1243 KUH
99
Subekti, Aneka Perjanjian, Cet. Kesepuluh Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 45.
Universitas Sumatera Utara
Perdata yang berbunyi “Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila si berutang,
setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuat hanya dapat diberikan atau dibuat dalam
tenggang waktu yang telah dilampaukannya”. Penggantian kerugian sebagai wujud pertanggungjawaban dokter secara perdata ada dua macam, yaitu kerugian
materiil dan kerugian immateriil. Dokter harus bertanggung jawab kepada pasiennya secara perdata jika ia
melakukan perbuatan yang lawan hukum. Berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata, setiap orang melakukan perbuatan melanggar hukum yang menyebabkan kerugian
bagi orang tersebut wajib memberikan penggantian kerugian. Onrechtmatigedaad terjadi pada perjanjian yang timbul karena undang-undang sehingga
mengakibatkan pihak yang bersangkutan mempunyai tanggungjawab hukum berdasarkan undang-undang. Tidak ada batasan pengertian mengenai perbuatan
melawan hukum sehingga harus ditafsirkan oleh hakim. Secara umum segala perbuatan yang bertentang dengan undang-undang merupakan perbuatan melawan
hukum. Namun, sejak tahun 1919, Yurisprudensi telah memberikan pengertian tentang perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum diartikan sebagai
setiap tindakan atau kelalaian yang:
100
a. Melanggar hak orang lain;
b. Bertentangan dengan kewajiban pribadi;
c. Menyalahi adat kebiaasan yang berlaku;
100
F. Tengker dan S. Verbogt, Bab-Bab Hukum Kesehatan Nova, Bandung, 1989, hlm. 56.
Universitas Sumatera Utara
d. Tidak sesuai dengan kepatutan dan kebiasaan dalam lingkungan
pergaulan masyarakat. Suatu kelalaian yang dilakukan oleh dokter dalam mempergunakan
keterampilan dan ilmu pengetahuannya untuk mengobati pasiennya disebut sebagai tindakan malpraktik.
101
Kelalaian yang dimaksud adalah sikap kurang hati-hati dimana tindakan yang dilakukan oleh dokter berada dibawah standar
pelayanan medis. Tidak semua kelalaian merupakan sebuah kejahatan. Jika suatu kelalaian menyebabkan kerugian atau cedera bagi orang lain dapat diterima oleh
orang tersebut de minimus non curat lex artinya hukum tidak mengurusi hal-hal sepele, tetapi jika kelalaian yang terjadi menyebabkan orang lain celaka atau
merenggut nyawanya maka dapat dikategorikan dalam kelalaian berat culpa lata yang tolak ukurnya bertentangan dengan hukum, akibatnya dapat dibayangkan,
akibatnya dapat dihindari, dan perbuatannya dapat dipersalahkan.
102
Malpraktik yang dilakukan dengan sikap batin culpa hanya diterapkan pada Pasal 359 KUHP jika menyebabkan kematian pasien, Pasal 360 KUHP
Akibat seperti ini merupakan kewajaran bagi pelaku untuk dihukum. Adami Chazawi
menilai tidak semua malpraktik medis masuk dalam ranah hukum pidana. Ada 3 unsur yang harus dipenuhi, yaitu: pertama, sikap batin dokter ada
kesengajaandolus atau culpa; kedua, tindakan medis yang dilakukan melanggar standar profesi kedokteran, standar prosedur operasional, atau mengandung sifat
melawan hukum , tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien; dan ketiga, menimbulkan luka-luka Pasal 90 KUHP atau kehilangan nyawa pasien.
101
Agus Budianto dan Gwendolyn Ingrid Utama, Aspek Jasa Pelayanan Kesehatan Dalam Perspektif Perlindungan Pasien Karya Putra Darwati, Bandung, 2010, hlm. 129.
102
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
jika menyebabkan luka berat dan tindak pidana aborsi aborsi criminalis pada Pasal 347 dan Pasal 348 KUHP. Malpraktik kedokteran hanya terjadi pada tindak
pidana materiil yang melarang akibat yang timbul, dimana akibat menjadi syarat selesainya tindak pidana.
103
Pertanggungjawaban seorang dokter secara administrasi dinilai dari sudut kewenangannya, apakah ia berwenang atau tidak melakukan perawatan. Dasar
seorang dokter melaksanakan pekerjaannya menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 dan 561MenkesPer1981, ia harus memiliki Surat Izin Dokter SID,
Surat Izin Praktik SIP untuk praktik pada instansi pemerintah maupun instansi swasta dan Surat Izin Praktik SIP semata-mata untuk praktik secara
perorangan. Jika dokter melalukan kelalaian atau kesalahan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, sanksi administrasi yang secara umum diterima oleh dokter
tersebut berupa pemberian surat peringatan dan pencabutan Surat Izin Praktik SIP.
Unsur pidana dalam malpraktik kedokteran meliputi kematian, luka berat, rasa sakit atau luka yang mendatangkan penyakit atau
menghambat tugas dan mata pencaharian bagi korbannya.
Selain berhubungan dengan dokter, seorang pasien juga berhubungan dengan rumah sakit dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hubungan pasien
dengan rumah sakit timbul berdasarkan 2 hal, yaitu
104
a. Perjanjian keperawatan, seperti kamar dengan perlengkapannya.
:
b. Perjanjian pelayanan medis, berupa tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter yang dibantu oleh paramedis.
103
Agus Budianto dan Gwendolyn Ingrid Utama, op.cit., hlm. 130.
104
Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran Binarupa Aksara, Jakarta, 1996, hlm. 113.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pertanggungjawaban, RS bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan yang dilakukan baik oleh tenaga medis ataupun paramedis. Beban
pertanggungjawaban diberikan kepada kepala RS atau direktur rumah sakit yang telah menerima delegasi kewenangan dari pemilik RS untuk melaksanakan segala
kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Pertanggungjawaban yang diterima RS juga dapat berasal karena adanya
kelalaian atau kesalahan dari tenaga medisparamedisnya. Wujud pertanggungjawaban RS secara perdata adalah berupa penggantian kerugian
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1243 KUH Perdata. Sedangkan pertanggungjawaban secara administrasi yang dibebankan kepada RS dapat
berupa surat peringatan dan pencabutan izin pendirian RS.
B. Tinjauan Umum Tentang Jasa di Bidang Pelayanan Kesehatan 1. Pengaturan dan Jenis Pelayanan Kesehatan
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik
secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. Pasien yang mengalami masalah kesehatan akan mendatangi dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Harapan pasien dengan pelayanan kesehatan yang diberikan maka masalah kesehatan yang ia hadapi akan terselesaikan atau singkatnya ia
akan sembuhsehat kembali. Hak Atas Pelayanan Kesehatan the right to health care yang merupakan
hak setiap orang dalam kaitannya dengan hukum kedokteran merupakan hak
Universitas Sumatera Utara
pasien. Hak atas pelayanan kesehatan memerlukan penanganan yang sungguh- sungguh sebagaimana yang diakui dan diatur dalam The Universal Declaration of
Human Rights tahun 1948. Beberapa pasal yang berkaitan dengan hak atas pelayanan kesehatan dimuat dalam article 3 yang berbunyi: “ Everyone has right
to life, liberty, and the security of person” dan dalam Article 5 yang berbunyi: “No one shall be subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading
treatment...” Ketentuan lainnya juga termuat dalam International Covernant on Civil and Political Rights tahun 1966, yakni pada Article 7 yang berbunyi : “No
one shall be subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading treatment... in particular, no one shall be subjected without his free consent to medical or
scientific experimentation” dan Article 10 yang berbunyi: “All persons deprived of their liberty shall be treated with humanity and with respect for the inherent
dignity of the human person”. Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara tersirat
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Berikut ini pengertian pelayanan kesehatan menurut para ahli dan institusi kesehatan adalah:
105
a. Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo
105
A. A. Maulana, 2013,
http:aamaulana96.blogspot.com201303sosiologi_16.html?m=1 diakses tanggal 22 Maret 2014 pukul 20.55 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif pencegahan dan promotif
peningkatan kesehatan dengan sasaran masyarakat. b.
Menurut Azwar 1996 Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalamn suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan perseorangan, keluarga kelompok, dan ataupun masyarakat. c.
Menurut Depkes RI 2009 Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
d. Menurut Levey dan Loomba 1973
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendirisecara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
promotif memelihara dan meningkatkan kesehatan, preventif pencegahan, kuratif penyembuhan, dan rehabilitasi pemulihan kesehatan perorangan,
Universitas Sumatera Utara
keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Maksud dari sub sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yang meliputi: input , proses,
output, dampak, umpan balik.
106
a. Input adalah sub elemen-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan
untuk berfungsinya sistem. b.
Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga mengasilkan sesuatu keluaran yang direncanakan.
c. Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses.
d. Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa
waktu lamanya. e.
Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.
f. Lingkungan adalah dunia diluar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
SKEMA 2 Sub Sistem Dalam Pelayanan Kesehatan
LINGKUNGAN
Sumber: Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni karya Soekidjo Notoatmodjo, hlm. 98.
Contoh : Di dalam pelayanan kesehatan Puskesmas.
a. Input
:Dokter, perawat, obat-obatan.
106
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Cet. 1 Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 97.
INPUT PROSES
OUTPUT DAMPAK
UMPAN BALIK
Universitas Sumatera Utara
b. Prosesnya :kegiatan pelayanan puskesmas.
c. Outputnya :Pasien sembuhtidak sembuh.
d. Dampaknya :meningkatnya status kesehatan masyarakat.
e. Umpan baliknya :keluhan-keluhan pasien terhadaf pelayanan.
f. Lingkungannya :masyarakat dan instansi-instansi di luar puskemas tersebut.
Pelayanan Kesehatan merupakan hal yang penting yang harus dijaga maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang berlaku. Pada
hakikatnya pelayanan merupakan suatu usaha untuk membantu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan orang lain serta dapat memberikan kepuasan
sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh konsumenpemakainya. Menurut Gronroos, suatu pelayanan dikatakan mempunyai kualitas yang baik jika
memenuhi kriteria sebagai berikut:
107
a. Profesionalisme dan keterampilan profesionalisme and skill;
b. Sikap dan perilaku attitudes and behaviour;
c. Mudah dicapai dan fleksibel accessibility and flexibility;
d. Reliabel dan terpercaya reliability and trustwothiness;
e. Perbaikan recovery;
f. Reputasi dan kredibilitas reputations and credibility.
Tujuan Pelayanan Kesehatan, antara lain:
108
107
Sutopo, Standar Kualitas Pelayanan Medis Mandar Maju, Jakarta, 2000, hlm. 11.
108
A. A. Maulana, 2013, Sistem Pelayanan Kesehatan, http:aamaulana96.blogspot.com201303sistem-pelayanan-kesehatan.html?m=1 diakses tanggal
22 Maret 2014 pukul 20.55 WIB.
Universitas Sumatera Utara
a. Promotif memelihara dan meningkatkan kesehatan, hal ini diperlukan
misalnya dalam peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan. b.
Preventif pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit, terdiri dari :
1 Preventif primer
Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan nutrisi yang baik, dan kesegaran fisik.
2 Preventif sekunder
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara mengindari akibat yang timbul dari perkembangan
penyakit tersebut. 3
Preventif tersier. Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi,
pembuatan diagnosa dan pengobatan. c.
Kuratif penyembuhan penyakit. d.
Rehabilitasi pemulihan, usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi normal atau mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau
mental , cedera atau penyalahgunaan. Menurut Azwar 1996, Bentuk pelayanan kesehatan adalah:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama primer
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan bersama masyarakat dan dimotori oleh:
1 Dokter Umum Tenaga Medis
Universitas Sumatera Utara
2 Perawat Mantri Tenaga Paramedis
Pelayanan kesehatan primer primary health care, atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama
kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan
kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan
ini sifatnya berobat jalan Ambulatory Services. Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk
meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua sekunder
Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas.
Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier secondary and tertiary health care, adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih
lanjut rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh: 1
Dokter Spesialis 2
Dokter Subspesialis terbatas Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat
inpantient services dan diperlukan untuk kelompok masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D. c.
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga tersier Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan
pelayanan subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
1 Dokter Subspesialis
2 Dokter Subspesialis Luas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap rehabilitasi.Diperlukan untuk kelompok masyarakat
atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B. Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara
umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:
109
a. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran medical services ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat
bersifat sendiri solo practice atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan
109
Soekidjo Notoatmodjo, op.cit., hlm. 98.
Universitas Sumatera Utara
memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat public health service ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit dan
sasarannya untuk kelompok dan masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan
pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang
preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada
pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan preventif dan peningkatan kesehatan promotif.
Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balai kesehatan masyarakat saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang
langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.
Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan berbagai upaya kesehatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
Universitas Sumatera Utara
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah danatau masyarakat. Upaya kesehatan terbagi menjadi 2, yaitu:
110
a. Upaya Kesehatan Masyarakat UKM
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
b. Upaya Kesehatan Perorangan UKP
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah:
111
a. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat tidak sulit ditemukan. b.
Dapat diterima dan wajar Pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.
110
Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cet. Ketiga Belas P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 19.
111
A. A. Maulana, 2013, Sistem Pelayanan Kesehatan, http:aamaulana96.blogspot.com201303sistem-pelayanan-kesehatan.html?m=1 diakses tanggal
22 Maret 2014 pukul 20.55 WIB.
Universitas Sumatera Utara
c. Mudah dicapai
Dipandang dari sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
d. Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat. e.
Bermutu Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode
etik serta standar yang telah ditetapkan. Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu menurut Somers adalah:
112
a. Pelayanan kesehatan yang memadukan berbagai upaya kesehatan yakni
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan penyakit.
b. Pelayanan kesehatan yang tidak hanya memperhatikan keluhan
penderita,tapi juga latar belakang ekonomi,sosial,budaya,psikologi dan lainnya.
Dalam sistem pelayanan kesehatan dikenal adanya sistem rujukan. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 1972, Sistem
rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan
112
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil
atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional SKN adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk
mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna efektif dan berdaya guna efesien, perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit
pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik
secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional.
113
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari:
114
a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas, puskesmas pembantu ke puskesmas induk.
b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap maupun vertikal dari puskesmas ke rumah sakit
umum daerah.
113
Ibid.
114
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sistem rujukan menurut lingkup pelayanannya terbagi:
115
a. Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan kuratif dan pemulihan rehabilitatif. Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis jantung koroner, hipertensi,
diabetes melitus ke rumah sakit umum daerah. b.
Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan promotif dan pencegahan
preventif. Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi pojok gizi puskesmas, atau pasien dengan masalah
kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas.
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan