1. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak;
2. Bimbingan Himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan;
3. Penyusunan profil wajib pajak;
4. Rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi;
5. Analisis kineja wajib pajak;
6. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku;
7. Memberikan informasi perpajakan.
Pembagian tugas kinerja Account Representative dilakukan dengan membagi wilayah kerja seksi pengawasan dan konsultasi, berikut seluruh
pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan PPh,PPN,PBB,BPHTB, dan pajak lainnya. Untuk mempermudah pembagian wilayah kerja Account
Representative dapat digunakan batas-batas wilayah yang ada dengan memperhatikan keseimbangan beban kerja.
D. Kinerja Usaha Terkini
Bagi Direktorat Jenderal Pajak DJP, institusi yang bertanggung jawab dalam menopang pembiayaan kehidupan bernegara, “Perubahan” merupakan
suatu keniscayaan mengingat perkembangan masyarakat dan dunia usaha yang sangat dinamis dan semakin komplek sampai saat ini ada 2 dua perubahan
yang cukup fenomenal di DJP, yaitu Perubahan Sistem Pemungutan Pajak dari “Official Assessment” menjadi “Self Assessment“ yang dilakukan pada tahun
1983 dan Modernisasi Administrasi Perpajakan yang dilakukan pada tahun 2002 dimulai dengan pembentukan Kantor Wilayah Kanwil dan KPP Wajib Pajak
Besar. Kedua perubahan tersebut telah berhasil mengubah pola pikir dan perilaku para stakeholders terlebih pola pikir dan perilaku aparat perpajakan.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pemungutan pajak “Self Assessment” memberikan kewenangan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Perubahan ini telah berhasil mengubah aparat perpajakan yang sebelumnya “powerful” karena kewenangan
penetapan besarya pajak terhutang berdasarkan penilaian secara langsung menjadi aparat perpajakan yang “akuntabel” dalam berinteraksi dengan WP.
Awalnya cukup efektif untuk meredam perilaku-perilaku kolusi dan koruptif. Namun, seiring perjalanan waktu akibat tidak efektifnya sistem
pengendalian internal pada DJP ditambah lagi dengan organisasi yang cukup toleran dengan perilaku-perilaku kolusi koruptif, maka budaya organisasi yang
berkembang saat itu lebih cenderung ke arah budaya materialistis dan berdampak pada kurang baiknya citra DJP baik di mata masyarakat Indonesia
maupun di dunia Internasional. Konon katanya, banyak pegawai DJP sendiri yang merasa malu mengaku bekerjadi DJP. Momentum krisis ekonomi
Indonesia tahun 1998, yang membawa perubahan untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih bersih dan transparan, dimanfaatkan dengan baik oleh
para pemimpin DJP untuk menyusun suatu agenda reformasi di tubuh DJP yang bertujuan untuk membawa DJP menjadi suatu institusi yang akuntabel,
dipercaya, dan dibanggakan masyarakat. Agenda reformasi ini kemudian lebih dikenal dengan nama “Modernisasi Administrasi Perpajakan”. Secara umum,
modernisasi administrasi perpajakan memiliki 3 tiga hal utama, yaitu: Restrukturisasi Organisasi, Pengembangan Proses Bisnis yang berbasis
Teknologi Informasi, dan Penyelenggaraan praktek “Good Governance” yang didukung oleh Manajemen Sumber Daya Manusia yang berbasis kompetensi.
Universitas Sumatera Utara
Konsep Restrukturisasi Organisasi bertujuan untuk mengatasi beberapa permasalahan organisasi pada level operasional unit vertikal seperti adanya
redudansi duplikasi pengawasan dan pemeriksaan, tidak adanya pelayanan satu atap, struktur belum mendukung sepenuhnya praktek “good governance”,
standar pelayanan yang belum proper memadai, dan sebagainya. Konsep ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi KPP berdasarkan segmentasi Wajib Pajak Besar, Menengah, dan kecil
2. Struktur Organisasi yang berbasiskan fungsi administrasi perpajakan 3. Penggabungan KPP, Karikpa, dan KPPBB
4. Penerapan konsep Account Representative 5. Pemindahan fungsi keberatan ke Kanwil
6. Pembentukan Unit Transformasi dan Kepatuhan Internal. Pengembangan proses bisnis yang berbasis teknologi informasi ditandai
dengan penerapan sistem “workflow” dan ”Case Management” dalam Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak SIDJP dengan adanya kedua sistem
tersebut, proses bisnis administrasi perpajakan menjadi semakin akuntabel karena penentuan mulai dan berakhirnya suatu kasus di generate oleh sistem
sehingga tidak dapat dimanipulasi oleh manusia. Dalam sistem tersebut juga dapat diketahui tahapan proses secara transparan, sehingga apabila terjadi
keterlambatan, sistem dengan mudah mendeteksi pihak-pihak yang bertanggung jawab. Kementerian Keuangan menunjukan komitmen dan konsistensi pada
implementasi strategi yang ditandai dengan proses penandatangan kontrak kinerja. Tentunya pencapaian target kinerja yang telah disepakati tersebut, tidak
Universitas Sumatera Utara
hanya menjadi tanggungjawab para pimpinan tetapi juga menjadi acuan bagi seluruh pegawai dalam mencapai tujuan organisasi.
Salah satu kinerja Kementerian Keuangan yang menjadi prioritas utama adalah penerimaan negara. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang
terjadi belakangan ini, semakin memberikan tekanan pada penerimaan negara sementara itu, pembangunan dan pengoperasian negara mutlak memerlukan
dana sehingga, Kementerian Keuangan sebagai penanggung jawab fiskal memiliki tantangan utama menjaga penerimaan negara. Di sisi lain, sumber
penerimaan tidak dapat lagi bergantung pada sumber daya alam yang semakin menipis.
Melihat realisasi APBN tahun 2013, diketahui bahwa pajak menyumbang 73 dari total penerimaan negara. Artinya, saat ini penerimaan pajak merupakan
sumber utama pembiayaan kehidupan bernegara. Target penerimaan pajak pun semakin ke depan digenjot semakin tinggi. Target penerimaan pajak yang
diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 adalah sebesar 1.042,28 Triliun meningkat 24,79 dari realisasi penerimaan pajak tahun 2012
sebesar 835,25 Triliun. Hal menarik inilah yang menjadi topik pembahasan buletin kinerja edisi kali ini dalam rangka mencapai target penerimaan pajak
yang sudah menembus angka 1000 Triliun, maka salah satu upaya yang sejak tahun 2002 sampai saat ini terus dilakukan oleh DJP adalah modernisasi
perpajakan. Peningkatan pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para
wajib pajak DJP dengan melakukan perubahan-perubahan pada struktur organisasi, business process, teknologi informasi dan komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pengawasan tidak hanya diarahkan kepada Wajib Pajak namun juga dilakukan upaya pengawasan terhadap kualitas kinerja serta integritas
pegawai DJP. Upaya-upaya tersebut bukanlah hal mudah selayaknya membalikkan telapak tangan dibutuhkan waktu dan banyak tantangan yang
dihadapi, baik eksternal maupun internal. Banyak hal sudah dikembangkan oleh DJP terutama dalam upaya
peningkatan sistem pelayanan dan pengawasan perpajakan namun demikian, yang terpenting dari semua itu adalah perubahan pola pikir dan perilaku di
seluruh jajaran DJP, sehingga penerimaan APBN yang bersumber dari Pajak dapat dipertahankan dan semakin ditingkatkan lagi di Indonesia sehingga
pemerintahan dapat berjalan dengan lancar, dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dapat dijaga dan ditingkatkan lagi di Indonesia. Apa
yang terjadi di DJP, juga dialami oleh semua unit organisasi dan pegawai Kementerian Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB III PEMBAHASAN