Cara Mengatasi Komputer yang Terkena Malware

proses update telah berhasil matikan koneksi internet Anda jika terhubung lakukan scan penuh terhadap komputer. 3. Scan VIA ‘safe mode’ Apabila komputer tidak bisa membuka program Anti Virus karena telah diblokir oleh Virus. Maka yang perlu dicoba adalah masuk ke dalam ‘safe mode’. Dengan cara merestart komputer lalu menekan tombol F8 pada saat booting sehingga muncul pilihan ‘safe mode’. Langkah selanjutnya adalah membuka program Anti Virus-nya dan berharap Anti Virus-nya bisa di buka dan juga virusnya tidak aktif di ‘safe mode’, lalu melakukan scan penuh terhadap komputer. 4. Gunakan program Anti Virus portable Namun jika langkah di atas tidak berhasil Virus masih tetap aktif pada ‘safe mode’, mungkin anda perlu menggunakan program Anti Virus yang sifatnya ‘portable’ , yang dimana program tersebut tidak perlu di install ke dalam komputer, hanya perlu menjalankanya dan melakukan scan terhadap komputer Anda dan berharap masalah selesai. 5. Hapus Virus lewat LIVE CD Namun jika Virus tersebut memblokir program .exe, sehingga tidak bisa membuka program anti virus portable. Maka bisa mencoba menghapus manual file induk virus tersebut menggunakan LIVE CD dari varian OS Linux. Perlu teliti terlebih dahulu dan yang perlu diperhatikan adalah file yang Anda hapus, salah–salah Anda malah menghapus file system windows Anda buka file virusnya, sehingga merusak sistem yang ada. Menggunakan LIVE CD perlu membutuhkan sedikit keahlian, menggunakan OS selain Windows, yang terakhir bila masalah tak kunjung usai, mungkin ini saatnya anda beralih ke sistem operasi yang lebih aman dari serangan Malware Virus. Seperti MAC OS, LINUX UNIX.

2.2.7. Contoh Kasus Malware di Indonesia

1. Kasus 1 Microsft: PC Merek Terkenal Juga Rentan Malware Antara – Rab, 27 Feb 2013 Jakarta ANTARA - Sejumlah PC merek terkenal seperti Acer, Asus, Dell, HP, Lenovo dan Samsung diketahui terinfeksi perangkat perusak atau sering disebut malware malicious software yang disebarkan melalui install Windows bajakan, demikian hasil studi forensik Microsoft. Jika pelanggan tidak dapat membuktikan komputer yang dibeli dengan pre instal lisensi Windows resmi, maka memicu risiko terkena virus dan spyware yang potensi korupsi data, pencurian, dan kerugian keuangan meningkat secara eksponensial, kata Tony Seno Hartono, National Technology Officer Public Sector Microsoft Indonesia, dalam siaran pers di Jakarta, Rabu. Menurut Tony, studi penelitian Tim Microsoft Security Forensics awalnya dilakukan pada Desember 2012 pada 282 total komputer dan DVD, dan menemukan sebanyak 69 persen terinfeksi malware, meningkat enam kali dari studi periode sebelumnya. Diyakini bahwa baik software palsu atau pun malware bukan berasal atau terinstal dari pabrikan PC tersebut, namun berasal dari komputer yang dijual dengan sistem operasi non Windows. Kemudian diganti oleh individu yang berada pada rantai penjualan atau toko- toko yang melakukan duplikasi ilegal dan distribusi software bajakan.Banyak yang beranggapan bahwa membeli PC merek ternama menjamin keamanan dan kenyamanan dalam pengalaman berkomputasi. Mereka tidak berpikir dua kali tentang software yang dijual dengan komputer, apakah itu asli atau bajakan, ujar Tony. Untuk itu tambahnya, pelanggan harus berhati-hati ketika mendapat penawaran-penawaran menarik ketika membeli komputer, karena umumnya malware tidak dapat diperbaiki hanya dengan menggunakan antivirus. Masih menurut studi Microsoft tersebut, tingkat infeksi dari software bajakan bervariasi secara signifikan di seluruh Asia Tenggara, dimana sampel dari