Contoh Kasus Malware di Indonesia

secara eksponensial, kata Tony Seno Hartono, National Technology Officer Public Sector Microsoft Indonesia, dalam siaran pers di Jakarta, Rabu. Menurut Tony, studi penelitian Tim Microsoft Security Forensics awalnya dilakukan pada Desember 2012 pada 282 total komputer dan DVD, dan menemukan sebanyak 69 persen terinfeksi malware, meningkat enam kali dari studi periode sebelumnya. Diyakini bahwa baik software palsu atau pun malware bukan berasal atau terinstal dari pabrikan PC tersebut, namun berasal dari komputer yang dijual dengan sistem operasi non Windows. Kemudian diganti oleh individu yang berada pada rantai penjualan atau toko- toko yang melakukan duplikasi ilegal dan distribusi software bajakan.Banyak yang beranggapan bahwa membeli PC merek ternama menjamin keamanan dan kenyamanan dalam pengalaman berkomputasi. Mereka tidak berpikir dua kali tentang software yang dijual dengan komputer, apakah itu asli atau bajakan, ujar Tony. Untuk itu tambahnya, pelanggan harus berhati-hati ketika mendapat penawaran-penawaran menarik ketika membeli komputer, karena umumnya malware tidak dapat diperbaiki hanya dengan menggunakan antivirus. Masih menurut studi Microsoft tersebut, tingkat infeksi dari software bajakan bervariasi secara signifikan di seluruh Asia Tenggara, dimana sampel dari Filipina memiliki tingkat infeksi malware terendah, namun dua dari lima komputer dan DVD teruji terinfeksi. Khusus di Indonesia, sebanyak 59,09 persen dari sampel HDD hard disk drive terinfeksi oleh malware, sedangkan 100 persen dari sampel DVD terinfeksi oleh malware. Total dari pengujian Microsoft mengungkapkan bahwa dari 5.601 kasus dan 1.131 unik strain dari infeksi malware dan virus ada di setiap sampel yang diambil di Asia Tenggara termasuk virus Zeus Trojan yang sangat berbahaya. Zeus merupakan trojan pencuri password yang dikenal untuk menggunakan keylogging dan mekanisme lain untuk memonitor aktivitas online pengguna. Keyloggers merekam tiap keystroke pengguna dengan tujuan mencuri informasi personal, termasuk account username dan pssword. Umumnya tambah Tony, pelaku kriminal menggunakan cara ini untuk mencuri identitas korban, menarik uang dari akun bank mereka, melakukan pembelian secara online dengan menggunakan informasi personal korban dan mengakses akun pribadi lainnya 2. Kasus 2 MIAP: Tiap Software Bajakan Terkandung 2.000 Malware Ardhi Suryadhi - detikinet Kamis, 14032013 16:41 WIB Jakarta – Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan MIAP mengungkapkan setidaknya terdapat 1.900 – 2.000 malware program jahat yang terdapat dalam sebuah piranti lunak computer dengan system operasi Dan program keamanan bajakan. Hal itu merujuk pada hasil studi forensic computer di lima Negara di Asia Tenggara. Termasuk Indonesia di awal tahun 2013 oleh para ahli forensik komputer. Dari sample 216 komputer yang dibeli di beberapa toko berbeda di lima negara tersebut sebanyak 100 komputer dibeli di Indonesia. “Dari hasil forensiknya sebanyak 59.06 mengandung malware, oleh karena terinstall software palsu. Ini sangat menghawatirkan.” Tegas Justisiari P. Kusumah. Sekretaris Jenderal MIAP di sela-sela peluncuran Program Be Safe With Genuine di Jakarta. Kamis 1432013 Menurut dia ribuan malware tersebut terdiri dari beragam spyware, yang secara otomatis akan mencuri data pribadi setiap pengguna komputer dengan sistem operasi dan sistem keamanan yang ilegal. Dia mencontohkan, ketika konsumen melakukan transaksi online banking dengan komputer atau laptop yang di support software bajakan. Spyware akan mencuri data pribadi mulai dari password, data keuangan dan lainnya. Kemudian di kirimkan ke si pembuat malware tersebut. Demikian juga dengan data-data kartu kredit. Ini sudah terbukti ketika sistem IT salah satu bank besar kita beberapa tahun lalu dicloning. Ini hasil dari serangan spyware.” Kata Justisiari mengingatkan. Singkat kata lanjutnya, serangan malware ini telah mencakup lintas dimensi. Tidak lagi hanya menyangkut pelanggaran hak cipta. “ contoh sekarang ada software yang bisa mengaktifkan kamera laptop. Ini berbahaya bagi anak-anak muda yang suka download software gratis. Ini berbahaya ketika ada resiko pedofilia misalnya.” Papar justisiari. Maka dari itu, MIAP menghimbau para pelaku bisnis, lembaga negara, hingga konsumen sebagai pengguna akhir harus berhati-hati, aktif, dan secara sadar memperdagangkan, membeli, dan menggunakan komputer yang di operasikan oleh sistem yang legal dan terproteksi dengan antivirus yang egal, dan terkoneksi dengan jaringan yang legal pula. Terkait hal itu, Direktur Penyidikan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual HKI Kementrian Hukaum dan HAM. Mochamad Adri mengatakan, pihaknya terus melakukan penegakan hukum terkait dengan peredaran produk bajakan yang mengkhawatirkan ini. Dia menyebutkan , pada februari 2013 lalu, bersama Timnas HKI, pihaknya melakuakan sidak di kawasan niaga Glodok dan berhasil mengamankan produk ilegal sebanyak 14 truk. “ itu termasuk di dalamnya adalah cakram bajakan baik musik maupun sotfware bajakan. Dan nilai kerugiannya ada yang sebut hingga Rp.21 miliyar. Karena satu truk itu memuat sebanyak 4 ton produk bajakan yang kita sita.” Ungkap Adri di kesempatan yang sama. Sementara Dirjen HKI Kementrian Hukum dan HAM, Ahmad M. Ramli mengatakan, melalui program Be Safe With Genuine yang di luncurkan bersama MIAP dan Mabes Polri, adalah upaya untuk mendorong masyarakat untuk tidak membeli barang bajakan. “Konsumen beli karena ada barang murah, makanya kita akan giat lakukan law envorcement ke produser.” Kata Ramli. Dia mengakui seringkali konsumen tidak menyadari bahwa barang palsu sangat berisiko di kemudian hari. Demikian juga dengan beragam transaksi di dunia online. “ Padahal toko online itu lebih banyak palsu.” Pungkasnya. 3. Kasus 3 3 Malware serang 70.000 PC di Indonesia Arif Pitoyo-m.merdeka.com Kamis, 13 Juni 2013 17:09:00 Indonesian Computer Emergency Response Team ID-CERT menemukan 3 jenis malware yang ditanamkan di jaringan protocol Internet dan telah menyerang 70.000 PC di seluruh Indonesia. Malware dari jenis Drone, sality2, dan conficker.c ini berpotensi melakukan serangan DDoS Distributed Denial of Service maupun aktivitas lainnya, termasuk cyber crime. Sampai 12 Juni 2013, malware tersebut telah menyerang 196 perusahaan ISP dan non ISP, 27 institusi akademikuniversitas, 13 instansi pemerintahan, dan 3 Internet eXchange 2 milik milik pemerintah dan 1 milik komunitas Serangannya sangat cepat, dalam waktu kurang dari 24 jam sudah meningkat 2 kali lipat dari 30.535 pada 11 Juni menjadi 71.000 pada 12 Juni. Ancaman serangan ini jangka panjang, karena bila penanamnya mengaktifkan botzombie, maka akan mudah melancarkan serangan cyber, ujar Ahmad Alkazimy, Manajer ID-CERT kepada merdeka.com, Kamis 136. Menurut Alkazimy, pihaknya menyadari serangkaian serangan berkelanjutan yang dapat mengganggu atau berusaha untuk mengganggu sejumlah jaringan komputer lainnya. Melalui kerja sama yang intens dengan mitra sektor swasta dan penegak hukum, ID-CERT telah mendistribusikan daftar indikator dari sejumlah peristiwa. Indikator yang terkandung dalam publikasi ini diberikan apa adanya secara situasional untuk membantu dalam pertahanan jaringan sebagai daftar pantauan atau untuk menyelidiki IP penyerang selama serangan. ID-CERT memberikan petunjuk langkah antisipasi guna menghadapi malware tersebut, yaitu dengan melakukan update antivirus serta pemeriksaan kesehatan system secara berkala, dan melakukan update terhadap terhadap Patch OS dan aplikasi yang digunakan. 4. Kasus 4 Enam Ancaman Malware pada Software Bajakan Azis Kurmala-antaranews.com Jumat, 14 Juni 2013 16:43 WIB Jakarta ANTARA News - Central Marketing Organization Lead Microsoft Indonesia Willy Hendrajudo mengatakan ada enam ancaman malware pada software bajakan. Berdasarkan Computer Security Study Microsoft 2013, dua dari tiga komputer yang menggunakan software bajakan terinfeksi malware. Setidaknya ada enam ancaman malware bagi pengguna komputer dengan software bajakan tersebut, kata Willy Hendrajudo saat ditemui di Jakarta, Jumat. Menurut dia, ancaman pertama, yaitu beberapa jenis malware memudahkan hacker mengambil alih webcam konsumen tanpa diketahui oleh konsumen. Kedua, virus dari software bajakan bisa merusak, membekukan dan bahkan menghilangkan semua data, kata dia. Selanjutnya, software bajakan memudahkan hacker mencuri password konsumen dan mengambil alih rekening bank konsumen. Kebanyakan dari software Windows bajakan tidak memiliki fitur keamanan, jadi konsumen tidak terlindungi dari malware yang berbahaya, ujar dia. Selain itu, beberapa software bajakan dapat mengganti hard disk asli konsumen dengan salinan yang tidak resmi, yang berarti garansi pabrikan komputer konsumen manjadi tidak valid. Terakhir, software bajakan dapat digunakan untuk menyebarkan virus dari komputer konsumen tanpa sepengetahuan konsumen, kata dia.

2.3. Cyber Law di Indonesia

Perkembangan teknologi yang sangat pesat, membutuhkan pengaturan hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi tersebut. Indonesia telah resmi mempunyai undang-undang untuk mengatur orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam dunia maya. Cyber Law-nya Indonesia yaitu Undang–undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik . Di berlakukannya undang-undang ini, membuat oknum-oknum nakal ketakutan karena denda yang diberikan apabila melanggar tidak sedikit kira-kira 1 miliar rupiah karena melanggar pasal 27 ayat 1 tentang muatan yang melanggar kesusilaan. Sebenarnya UU ITE Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak hanya membahas situs porno atau masalah asusila. Total ada 13 Bab dan 54 Pasal yang mengupas secara mendetail bagaimana aturan hidup di dunia maya dan transaksi yang terjadi didalamnya. Sebagian orang menolak adanya undang- undang ini, tapi tidak sedikit yang mendukung undang-undang ini. Secara garis besar UU ITE mengatur hal-hal sebagai berikut : 1. Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan konvensional tinta basah dan bermaterai. Sesuai dengan e-ASEAN Framework Guidelines pengakuan tanda tangan digital lintas batas; 2. Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya yang diatur dalam KUHP; 3. UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia yang memiliki akibat hukum di Indonesia; 4. Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual;