Landasan Teori PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.

8 BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga merupakan dana simpanan dari masyarakat yang dititipkan kepada bank syariah, dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada bank dengan media penarikan tertentu. Dana yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan oleh bank mencapai 80-90. Dana simpanan pada bank syariah juga sedapat mungkin mampu dimanfaatkan oleh bank untuk kegiatan operasional bank syariah Gumilarty, 2016. Menurut Arthesa dan Handiman 2006, Produk dana yang terdapat pada perbankan syariah, yaitu: a. Giro Wadi’ah Giro Wadi’ah menggunakan prinsip wadi’ah, yaitu penitipan dalam bentuk rekening giro antara pihak bank yang mempunyai uang dengan pihak yang diberi kepercayaan, dengan tujuan menjaga keselamatan, keamanan dan keutuhan uang tersebut. b. Tabungan Wadi’ah Tabungan Wadi’ah juga menggunakan prinsip wadi’ah, yaitu penitipan uang dalam bentuk tabungan antara pihak yang mempunyai 9 uang dengan pihak yang diberi kepercayaan, dengan tujuan menjaga keselamatan, keamanan dan keutuhan uang tersebut. c. Tabungan Mudharabah Tabungan mudharabah menggunakan prinsip mudharabah, yaitu berupa akadperjanjian dalam bentuk tabungan antara pihak penyimpan dana dengan bank untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama. d. Deposito Mudharabah Deposito mudharabah menggunakan prinsip mudharabah, yaitu berupa akadpinjaman dalam bentuk deposito antara penyimpan dana dengan pihak bank untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama. 2. Non Performing Financing Menurut Ismail 2011, kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Penilaian atas penggolangan kredit baik kredit tidak bermasalah, maupun bermasalah tersebut dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian secara kuantitatif terlihat dari kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran angsuran kredit, baik angsuran 10 secara kualitatif dapat dilihat dari prospek usaha dan kondisi keuangan debitur. Menutur Veithzal 2006, Non Performing Financing NPF adalah salah satu risiko yang dihadapi oleh bank yaitu risiko tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut risiko pembiayaan. Risiko pembiyaan umumnya timbul dari berbagai pembiayaan yang masuk dalam kategori bermasalah. Ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah yaitu: a. Pembiayaan yang di dalam pelaksanaanya belum dicapai atau memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank. b. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas. c. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembiayaan bunga, denda keterlambatan, serta ongkos-ongkos yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan. d. Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapakan diperkirakan tidak cukup membayar kembali pembiayaan, sehingga belum memenuhi target yang diiginkan oleh bank. e. Pembiayaan dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau potensi kerugian di perusahaan nasabah, sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas. 11 f. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak. Rivai dan Arviyan 2010, menyatakan bahwa pembiayaan bank menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bagi hasil, mengangsur, serta melunasi pembiayaan kepada bank. Jadi, unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut meliputi waktu pembiayaan bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan diperinci sebagai berikut: a. Pembiayaan Lancar Pass Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini: 1 Pembayaran angsuran pokok atau bunga tepat waktu. 2 Memiliki mutasi rekening yang aktif. 3 Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan angunan tunai cash collateral. b. Perhatian Khusus Special Mention Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1 Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang belum melampaui 90 hari. 2 Kadang-kadang terjadi cerukan. 12 3 Mutasi rekening relatif aktif. 4 Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. 5 Didukung oleh pinjaman baru. c. Kurang Lancar Substandard Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1 Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 90 hari. 2 Sering terjadi cerukan. 3 Frekuensi mutasi rekening relatif rendah. 4 Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari. 5 Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. 6 Dokumentasi pinjaman yang lemah. d. Diragukan Doubtful Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1 Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180 hari. 2 Terjadi cerukan yang bersifat permanen. 3 Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari. 4 Terjadi kapitalisasi bunga. 13 5 Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun peningkatan jaminan. e. Macet Loss Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1 Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 270 hari. 2 Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru. 3 Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Untuk mengetahui besarnya Non Performing Financing NPF suatu bank, maka diperlukan suatu ukuran. Bank Indonesia menginstruksikan perhitungan Non Performing Financing NPF dalam laporan keuangan perbankan nasional sesuai dengan Surat Edaran No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004, tentang perhitungan rasio keuangan bank yang dirumuskan sebagai berikut: 14 3. Financing to Deposit Ratio Financing to Deposit Ratio FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dengan Dana Pihak Ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank Muhammad, 2002. Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada khususnya usaha bank, besarnya bank dan sebaginya. Oleh karena itu, untuk menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran Financing to Deposito Ratio yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti memenuhi commitment loan, antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban bagi bank Gozali, 2007 Irmawati 2014, menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang ideal berarti menunjukkan posisi likuiditas yang seimbang. Secara umum, batas aman Financing to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 90-100, sedangkan berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.265BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110, berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110. FDR perbankan Syariah yang melebihi batas akan menjadi ancaman serius bagi likuiditas bank Syariah itu sendiri. Pembiayaan yang diberikan adalah keseluruhan pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga, tidak termasuk pembiayaan kepada bank 15 lain, sedangkan total Dana Pihak Ketiga merupakan total penghimpunan dana dari masyarakat yang dikumpulkan oleh bank berupa giro, tabungan, dan deposito berjangka. Menurut Irmawati 2014 besarnya nilai FDR suatu bank dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: 4. Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah Perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Perbankan syariah menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali www.bi.go.id. b. Produk Bank Syariah Menurut Kuncoro dan Suharjono 2002, sistem operasi bank syariah memiliki perbedaan dengan sistem operasional bank 16 konvensional. Perbedaan mencolok terutama produk-produk yang ditawarkan maupun jenis-jenis pembiayaan. Berikut merupakan produk perbankan syariah: 1 Produk Penghimpunan Dana Produk-produk penghimpunan dana masyarakat ditawarkan bank syariah terdiri dari: a Wadiah Al Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu atau badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan sesuai waktu yang dikehendaki penitip. Aplikasi wadiah dalam perbankan adalah rekening giro. b Al Musyarakah Al Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. c Al Mudharabah Al Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shabibul maal menyediakan seluruh 100 modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi 17 menurut kesepakatan yang tertuang dalam kontrak, sedangkan apabila menderita kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kelalaian pengelola. Seandainya kerugian tersebut diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut. 2 Produk Penyaluran Dana Produk-produk penyaluran dana yang ditawarkan oleh bank syariah antara lain: a Bai’al Murabahah Bai’al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Bai’al Murabahah penjual harus memberitahukan harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai imbalannya. Bai’al Murabahah diterapkan pada pembiayaan untuk pembelian barang inventori, baik produksi maupun konsumsi. Dalam hal ini bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah harus menyepakati harga pokok, keuntungan, dan jangka waktu, kemudian bank membeli barang yang dipesan dan diberikan kepada nasabah. Nasabah kemudian mengangsur sesuai harga dan jangka waktu yang disepakati. 18 5. Pembiyaan Murabahah a. Pengertian Pembiayaan Murabahah Jual beli murabahah, adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh Bank dan Nasabah fixed margin, angsuran tetap sampai akhir periode www.brisyariah.co.id. b. Ketentuan umum Pembiayaan Murabahah Menurut Solihin 2008, Akad Murabahah memiliki ketentuan sebagai berikut: 1 Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2 Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam. 3 Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4 Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5 Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian misalnya, jika pembelian dilakukan secara utang. 6 Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. 7 Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati pada jangka waktu tertentu. 19 8 Bank dan nasabah mengadakan perjanjian. 9 Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. c. Persyaratan Pembiayaan Murabahah Menurut Ikit 2015, pembiayaan Murabahah berlaku persyaratan menurut Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor: 746PBI2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah diantaranya adalah: 1 Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli barang. 2 Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada Bank ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah. 3 Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4 Dalam hal Bank mewakilkan kepada nasabah wakalah untuk membeli barang, maka Akad Murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik Bank. 5 Bank dapat meminta nasabah untuk mambayar uang muka atau urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. 20 6 Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan tambahan selain barang yang dibiayai Bank. 7 Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal Akad dan tidak berubah selama periode Akad. 8 Angsuran pembiayaan selama periode Akad harus dilakukan secara proporsional. d. Rukun Akad Murabahah Menurut Ikit 2015, Rukun Akad Murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi diantaranya adalah: 1 Pelaku yaitu adanya pembeli cakap hukum, baligh dan adanya penjual pihak yang memproduksi atau menjual barang. 2 Objek akad murabahah yang terdiri dari jenis, kuantitas, kualitasnya, halal, manfaatnya dan harga barang harus diketahui dengan jelas dan benar sehingga terhindar dari hal-hal yang merusak akad murabahah. 3 Serah terima ijab dan qabul artinya adanya pernyataan dari kedua belah pihak untuk saling rela dalam serah terima barang. Secara umum apilkasi Pembiayaan Murabahah dalam perbankan syariah dapat kita lihat pada skema sebagai berikut ini: 21 1. Negosiasi persyaratan pembiayaan Murabahah 2. Pembiayaan Murabahah 6. Bayar Kewajiban 3. Beli barang tunai 5. Terima barang 4. Kirim Barang Gambar 1. Skema pembiayaan Murabahah

B. Penelitian Relevan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

0 41 114

Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Suariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA), Periode Januari 2009-2012

1 14 151

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pembiayaan bagi hasil perbankan syariah

1 8 126

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Murabahah, Musyarakah dan Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Periode 2012-2015

0 4 104

Pengaruh dana pihak ketiga (dpk), pendapatan Margin, non performing financing (npf) , dan Financing to deposit ratio (fdr) terhadap Pembiayaan murabahah - Perbanas Institutional Repository

0 0 18