Sigmoidoskopi Kolonoskopi Test Skrining

tujuan skrining. Suatu studi menunjukkan bahwa 27-69 dari orang yang menjalani pemeriksaan dengan CT kolonografi memiliki minimal satu ditemukan masa di luar usus besar, yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada 5-16 dari orang menjalani skrining Lieberman, 2009.

2.5.4 Sigmoidoskopi

Suatu penelitian case-control menunjukkan secara signifikan hubungan antara kegunaan suatu uji sigmoidiskopi dengan penurunan mortalitas akibat kanker kolorektal pada lokasi kolon yang dilakukan pemeriksaan. Pada suatu studi randomized control trial, tidak terjadi penurunan insidens kanker kolorektal diantara individu yang setuju menjalani pemeriksaan sigmoidoskopi, dan pada suatu analisis intention-to-treat, menunjukkan penurunan mortalitas yang tidak signifikan pada individu tersebut selama 6 tahun dibandingkan dengan kontrol. Namun Lieberman, 2009, menyatakan bahwa suatu studi dengan menggunakan skrining kolonoskopi telah menunjukkan lebih dari 30 pasien dengan neoplasia stadium lanjut yang memiliki lesi neoplasia proksimal yang tidak dapat teridentifikasi dengan sigmoidoskopi, hal ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki dan pada pasien lebih dari 60 tahun dari pada pasien usia muda. Pemeriksaan ini memerlukan persiapan usus dan kunjungan pada jam kerja office visit dan biasanya terkait dengan ketidaknyamanan saat pemeriksaan. Beberapa klinisi dan pasien, lebih memilih pemeriksaan kolonoskopi daripada sigmoidoskopi, hal ini dikarenakan pasien tersedasi dan menjalani pemeriksaan kolon lengkap disertai polipektomi. Semua keterbatasan ini telah menyebabkan pembatasan penggunaannya di Amerika Serikat Lieberman, 2009.

2.5.5 Kolonoskopi

Kolonoskopi merupakan langkah penilaian final dalam setiap program skrining untuk deteksi kanker kolorektal. Beberapa penelitian kohort berskala besar telah menunjukkan kemampuan dan keamanan kolonoskopi sebagai tes skrining primer. Suatu lesi malignapremaligna dapat terjadi pada beberapa kasus kanker yang terdeteksi melalui kolonoskopi. Lesi dengan diameter 10 mm dapat tidak terdeteksi pada 2-12 kasus. Kolonoskopi mungkin kurang berperan dalam menurunkan risiko kanker kolon proksimal, kecuali pemeriksaan dilakukan secara lengkap dan seluruh polip diangkat. Suatu rekomendasi pemeriksaan berulang dengan interval 10 tahun setelah suatu hasil negatif kolonoskopi, telah dibuktikan melalui suatu studi case-control. Dua penelitian terbaru menunjukkan risiko yang rendah neoplasia stadium lanjut, setelah 5 tahun dengan kolonoskopi negatif Lieberman, 2009. Kontraindikasi kolonoskopi Modric, 2011: 1. Kehamilan. 2. Penyakit jantung akut. 3. Perforasi usus dan obstruksi total. 4. Divertikulitis akut. 5. Kolitis fulminan, megakolon toksik, nekrosis kolon, atau peritonitis akut. 6. Aneurisma aorta abdominalis 5-6 cm yang bergejala. 7. Kelainan koagulasi darah atau penurunan signifikan leukosit atau trombosit dalam darah. 8. Hernia Bochdalek. 9. Pasien yang tidak kooperatif atau tidak dapat diobati. 10. Sore hari sebelum dilakukan kolonoskopi, konsumsi laksatif. Dan mulailah puasa makanan padat setelahnya, dan mulailah puasa total sekitar 6-8 jam sebelum tindakan. 11. Sekitar 1 jam sebelum prosedur, dokter mungkin akan memberikan pasien enema untuk melengkapi bowel preparation. Komplikasi Kolonoskopi Modric, 2011: 1. Perdarahan yang mungkin terjadi selama prosedur hingga sekitar 1 minggu setelah kolonoskopi, biasanya berhenti spontan, namun dapat pula hingga memerlukan kolonoskopi ulang untuk menghentikannya. 2. Aritmia, biasanya terkait efek samping pembiusan. 3. Obstruksi usus halus. 4. Divertikulitis. 5. Perforasi kolon. 6. Sedatif dapat menyebabkan ansietas, mual, alergi atau depresi pernafasan. Prosedur Kolonoskopi Selama prosedur pasien diberi sedatif fentanyl atau midazolam. Langkah pertama adalah pemeriksaan colok dubur untuk memeriksa tonus sfingter ani dan menetukan apakah persiapan cukup adekuat. Endoskop kemudian dimasukkan melalui anus hingga rektum, kolon sigmoid, kolon desenden, tranversum, dan kolon asenden, serta caecum, dan terakhir pada ileum terminal Modric, 2011. Endoskop memiliki ujung fleksibel dan saluran untuk memasukkan instrumen, udara, suction dan sumber cahaya. Lumen usus akan diinsuflasi dengan udara untuk memaksimalkan pemeriksaan. Biopsi dilakukan selama prosedur ini. Dikarenakan tikungan yang tajam dan redudansi pada kolon yang tidak terfiksir, menyebabkan bowing effect yang berakibat regangan kolon dan mesenterika yang menimbulkan ketidaknyamanan DiPalma, 2003; Modric, 2011. Pemeriksaan visual sering dilakukan 20-25 menit setelah penarikan endoskop. Lesi yang tampak mencurigakan akan dikauterisasi, dipotong dengan sinar laser atau dengan kawat listrik untuk keperluan biopsi atau polipektomi lengkap. Obat dapat disuntikkan selama prosedur berlangsung, misalnya untuk mengontrol perdarahan. Prosedur ini memakan waktu 20-30 menit, tergantung pada indikasi dan temuan selama prosedur. Dengan beberapa polipektomi atau biopsi, waktu prosedur dapat menjadi lebih lama. Setelah prosedur dilakukan, diperlukan waktu untuk pemulihan akibat obat penenang diperkirakan 30-60 menit DiPalma, 2003. Tabel 2.4 Sensitifitas Test Skrining Satu Tahap Lieberman dan Weiss, 2001 TEST SENSITIVITY CANCER ADVANCED ADENOMAS STOOL-BASED TEST Standard guaiac fecal occult-blood test 3 samples Sensitive guaiac fecal occult-blood test 3 samples Immunochemical fecal occult-blood test 1-3 stool samples One stool DNA test 1 sample New stool DNA test 1 sample 33-50 50-75 60-85 51 ≥ 80 11 20-25 20-50 18 40 STRUCTURAL EXAMINATIONS OF THE COLON CT Colonography Sigmoidoscopy Colonoscopy Uncertain; probably 90 95 in the distal colon 95 90 if Ø ≥ 10mm 70 † 88-98 Advanced adenoma is defined as a tubular adenoma that is 10 mm or larger in diameter or an adenoma with villous histologic features or high-grade dysplasia. † If an adenoma is detected in the distal colon, the patient would undergo complete colonoscopy, which would result in the detection of some proximal advanced adenomas. Percobaan klinis telah menunjukkan bahwa individu dengan Fecal Occult Blood Test positif memiliki risiko kanker tiga sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan individu dengan tes negatif, dan kolonoskopi sebaiknya dianjurkan bagi orang dengan tes positif. Suatu penelitian uji kontrol-acak randomized controlled trials dimana tes guaiac standar setiap 1 atau 2 tahun selama periode 10-13 tahun, berhasil mengurangi 15-33 kematian akibat kanker kolorektal Anonim, 2011.

2.6 Tehnik

Fecal Immunochemical Test 2.6.1 Prinsip FIT ini memanfaatkan suatu kombinasi yang unik dari dua antibodi monoklonal untuk secara selektif mendeteksi adanya haemoglobin manusia didalam sampel feses. Test device terdiri dari pad yang dilapisi dengan gold colloidal dikonjugasikan dengan anti human haemoglobin antibodies, suatu membran nitrocellulose yang dilapisi antibody manusia pada test band dan goat antimouse antibodies pada control band area. Begitu jumlah sampel cairan feses telah cukup jumlahnya ditambahkan kedalam test device maka dia bermigrasi sepanjang test device secara kapiler. Bila sampel feses mengandung haemoglobin manusia 10 mgml atau lebih, test band nampak sebagai suatu red purple band. Bila kadar haemoglobin manusia kurang dari sampel feses yang dapat dideteksi maka tidak akan ada test band. Kontrol band akan nampak tidak tergantung dari adanya haemoglobin manusia didalam sampel.

2.6.2 Persiapan Spesimen

1. Pengumpulan spesimen hendaknya tidak dilakukan pada saat sedang menstruasi atau dalam tiga hari dari suatu periode menstruasi, begitu juga bila penderita mempunyai hemoroid yang sedang berdarah atau bila ada darah dalam urine. Bila dilakukan maka kemungkinan didapatkan hasil positif palsu. 2. Pengaturan diet diet restriction tidak diperlukan.