Rendemen Ekstrak Kulit Batang Api-api

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rendemen Ekstrak Kulit Batang Api-api

Senyawa bioaktif dari kulit batang api-api didapatkan dengan proses ekstraksi. Proses ekstraksi senyawa antibakteri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu aqueous phase dan organic phase. Ekstraksi aqueous phase dilakukan dengan pelarut air, sedangkan ekstraksi organic phase menggunakan pelarut organik. Prinsip kelarutan yaitu polar melarutkan senyawa polar, pelarut semi polar melarutkan senyawa semi polar, dan pelarut non polar melarutkan senyawa non polar Harborne 1987. Preparasi dari sampel segar menjadi sampel serbuk dimulai dengan sortasi untuk menghilangkan kotoran seperti tanah atau debu. Proses selanjutnya dilakukan pengeringan yang bertujuan menurunkan kadar air hingga kurang dari 10 sehingga tidak mudah busuk saat disimpan dan ekstraksi. Sampel kering kemudian dihaluskan menjadi serbuk. Hal ini dilakukan untuk memperluas permukaan kontak sampel dengan pelarut agar proses ekstraksi lebih efektif. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yaitu merendam sampel dalam pelarut dengan perbandingan sampel kulit batang api-api dan volume pelarut yaitu 1:3 bv. Menurut Ubulom et al. 2011 maserasi dilaporkan menghasilkan rendemen yang kecil dibandingkan metode ekstraksi yang lain, namun metode maserasi tidak membutuhkan pemanasan. Berdasarkan hal tersebut pemilihan maserasi sebagai metode ekstraksi dapat mencegah kerusakan senyawa yang kurang tahan panas pada penelitian ini. Pelarut yang digunakan terdiri dari tiga jenis yaitu metanol untuk mewakili pelarut polar, etil asetat untuk pelarut semi polar dan n-heksan sebagai pelarut non polar. Penggunaan ketiga pelarut ini bertujuan untuk mengekstrak komponen bioaktif dalam kulit batang api-api sesuai dengan tingkat kepolarannya sehingga zat aktif dapat diekstrak secara optimal pada salah satu pelarut yang digunakan. Proses maserasi dilakukan dengan modifikasi menjadi dua cara yaitu maserasi partisi dan maserasi bertingkat. Maserasi partisi meliputi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Proses ekstraksi tersebut dilakukan dengan metode maserasi ekstraksi padat-cair yang dilanjutkan dengan partisi cair-cair. Pada proses partisi cair-cair akan terbentuk dua fase karena perbedaan kelarutan. Ekstrak dari ketiga jenis pelarut tersebut menghasilkan karakteristik yang berbeda. Ekstrak metanol berwarna hijau kehitaman dengan tekstur cukup halus, berbeda dengan ekstrak n-heksan yang bertekstur kasar. Ekstrak etil asetat berwarna cokelat dan menggumpal. Hasil ekstraksi maserasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Ekstrak hasil maserasi partisi Maserasi bertingkat dilakukan dengan ekstraksi padat-cair. Maserasi dilakukan secara bertahap dengan pelarut n-heksan, kemudian etil asetat dan terakhir metanol. Hal ini dilakukan untuk langsung memisahkan senyawa non polar dan semi polar terlebih dahulu. Umumnya pelarut metanol dapat melarutkan sebagian senyawa non polar dan semi polar. Hasil ekstraksi maserasi bertingkat dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Ekstrak hasil maserasi bertingkat Ekstrak dari hasil maserasi bertingkat memiliki karakteristik yang berbeda dengan ekstrak hasil maserasi partisi. Esktrak metanol pada maserasi bertingkat menghasilkan warna kuning kehitaman, ekstrak etil asetat berwarna hijau sedangkan ekstrak n-heksan berwarna kuning dan lengket. Gambar 8 Rendemen ekstrak kasar kulit batang api-api metanol etil asetat n-heksan Rendemen ekstrak kulit batang api-api yang diekstraksi dengan metanol menunjukkan jumlah yang paling tinggi, dari kedua metode maserasi yang dilakukan. Nilai rendemen ekstrak kulit batang api-api pada maserasi partisi menggunakan metanol, etil asetat dan n-heksan secara berturut-turut yaitu 7,256, 1,647 dan 0,273. Hasil dari ekstraksi maserasi bertingkat menunjukkan bahwa rendemen ekstrak tertinggi yaitu metanol sebesar 8,017, diikuti dengan n-heksan sebesar 0,444 dan etil asetat sebesar 0,386. Berdasarkan Gambar 8 diketahui bahwa rendemen ekstrak kasar kulit batang api-api tertinggi diperoleh dari pelarut metanol, mengindikasikan bahwa senyawa-senyawa bioaktif pada kulit batang api-api cenderung larut pada pelarut metanol. Komponen bioaktif semi polar dan non polar terhitung sedikit sehingga rendemen ekstrak kasar etil asetat dan n-heksan yang dihasilkan bernilai kecil. Hasil serupa diperoleh dari penelitian Fitrial et al. 2008 yang mengekstrak biji teratai menggunakan tiga pelarut yaitu etanol, etil asetat dan n-heksan. Penelitian 7,256 8,017 1,647 0,386 0,273 0,444 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ekstraksi maserasi partisi Ekstraksi maserasi bertingkat Rend em en tersebut menunjukkan rendemen tertinggi diperoleh dari pelarut polar etanol. Nurhayati et al. 2010 dalam penelitiannya mengenai aktivitas inhibitor protease ekstrak karang lunak, melaporkan bahwa rendemen ekstrak tertinggi dihasilkan oleh metanol, jauh melebihi rendemen ekstrak dari etil asetat dan n-heksan. Metanol dikenal sebagai pelarut universal dan termasuk dalam golongan alkohol. Alkohol adalah pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan untuk mengekstraksi habis senyawa bioaktif. Pelarut yang bersifat polar seperti metanol mampu mengekstrak senyawa alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin, gula, asam amino, dan glikosida Harborne 1987.

4.2 Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Batang Api-Api Avicennia marina