2.5.2 Microsporum gypseum Microsporum gypseum merupakan fungi yang umum menginfeksi kulit
dan rambut. Kurniati dan Rosita 2008 melaporkan bahwa penyakit yang disebabkan infeksi fungi ini antara lain tinea kapitis infeksi jamur pada kulit
kepala dan rambut dan tinea favosa infeksi jamur pada kulit kepala dan kulit muda.
M. gypseum tumbuh dengan cepat dan matang dalam 6 hingga 10 hari. M. gypseum menghasilkan hifa, makronidia dan mikronidia. Makronidia tersebar
banyak, fusiform dan berbentuk simetris dengan ujung bulat, sedangkan mikronidia berjumlah sedikit, bergerombol dan terdapat di sepanjang hifa
Ostrosky-Zeichner 2012. Menurut Kurniati dan Rosita 2008 penampakan koloni M. gypseum datar dan tekstur permukaan koloni fungi ini seperti granula
berwarna kecokelatan. Gambaran mikroskopik berupa beberapa mikronidia dan sejumlah makronidia berdinding tipis. Morfologi M. gypseum dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Microsporum gypseum Sutton 2007
2.6 Antimikroba
Senyawa antimikroba didefinisikan sebagai senyawa biologis atau kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Senyawa antimikroba dapat dibedakan menjadi mikrosidal bakterisidal dan mikrostatik bakteriostatik. Senyawa yang bersifat bakterisidal mampu
membunuh bakteri sedangkan senyawa yang bersifat bakteriostatik dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Senyawa yang bersifat membunuh lebih baik
daipada yang hanya bersifat menghambat Fardiaz 1989. Respon setiap
mikroorganisme terhadap antimikroba berbeda-beda. Bakteri Gram-positif lebih rentan dibandingkan bakteri Gram-negatif yang secara alami lebih resisten
Madigan 2009. Antimikroba bisa dibedakan menurut toksisitasnya yaitu selektif dan non-
selektif. Senyawa non-selektif punya efek sama pada semua sel sedangkan senyawa selektif lebih beracun terhadap mikroorganisme daripada jaringan tubuh
hewan atau manusia Madigan 2009. Senyawa antibakteri yang digunakan dalam pengobatan pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif artinya senyawa
tersebut harus mampu menghambat dan membunuh mikroba tanpa merugikan inang manusia Greenwood et al. 1992.
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan dari mikroorganisme, yang memiliki sifat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Sifat antibiotik
menurut Waluyo 2008 adalah sebagai berikut: a
menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang b
bersifat bakterisidal, bukan bakteriostatik c
tidak menyebabkan resistensi pada kuman d
berspektrum luas efektif digunakan bagi banyak spesies bakteri e
tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam waktu lama
f tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat
g larut dalam air serta stabil
h jika bersifat bakterisidal, cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama di
dalam tubuh Kloramfenikol merupakan salah satu zat antibiotik. Kloramfenikol
memiliki kemampuan antibakteri yang sangat besar, tetapi kloramfenikol digunakan terbatas pada beberapa indikasi klinis Greenwood et al. 1992.
Kloramfenikol termasuk kelompok antibiotik bakteriostatik yang tidak membunuh bakteri melainkan hanya menghambat sintesa protein yang sangat diperlukan
dalam perbanyakan dan pembelahan sel bakteri. Kloramfenikol merupakan antibiotik yang paling stabil dan netral. Zat ini juga cepat dan hampir sempurna
diarbsorpsi oleh saluran pencernaan Fardiaz 1989.
Menurut Sadeghnia dan Hassanzadeh-Khayyat 2005 ketoconazol merupakan senyawa antifungi yang termasuk dalam kelompok imidazol. Zat ini
diberikan melalui mulut bagi penderita kandidiasis kronis, infeksi saluran pencernaan oleh jamur, infeksi dermatofit pada kulit dan kuku dan penyakit akibat
fungi patogen lain. Penyerapan ketoconazol dalam saluran pencernaan bervariasi dan meningkat seiring dengan penurunan pH perut. Lebih dari 90 ketoconazol
terikat dengan protein plasma, terutama albumin. Paolicelli 2011 melaporkan bahwa ketoconazol bersifat larut air dan mudah mengalami degradasi kimia
seperti oksidasi dan hidrolisis. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa tumbuhan mangrove
mengandung senyawa bioaktif yang bersifat antimikroba. Penelitian yang dilakukan Saad et al. 2012 menunjukkan tanin yang terdapat pada Soneratia
telah dibuktikan memiliki aktivitas antibakteri. Hasil serupa dinyatakan oleh Hong et al. 2011, bahwa tanin hidrolisis yang diisolasi dari kulit batang
Rhizophora apiculata memiliki aktivitas antifungi terhadap C. albicans. Haq et al. 2011 menemukan bahwa senyawa fenolik yang diekstrak dari
Bruguiera gymnorrhiza efektif menghambat pertumbuhan beberapa bakteri gram positif dan Gram-negatif.
2.7 Minimum Inhibitory Concentration MIC