Hasil dan Pembahasan Produksi Karkas dan Daging
Acerodon celebensis di Lamaya dan Kolono
Rataan bobot badan, bobot karkas, bobot nonkarkas, bobot tulang, bobot daging, bobot lemak, dan bobot kulit dari A. celebensis di dua lokasi disajikan
pada Gambar 15, sedangkan jumlah sampel, standar deviasi, dan bobot maksimum dan minimum dapat dilihat pada Lampiran 6. Rataan bobot badan A.
celebensis dari Kolono lebih tinggi 31.75 g dari A. celebensis yang berasal dari Lamaya, dengan perbedaan bobot karkas sebesar 30.40 g, bobot tulang 2.16 g,
bobot daging 14.49 g, bobot lemak 15.38 g, dan kulit 5.48 g.
AcM : A. celebensis dari Lamaya, Gorontalo, AcK : A. celebensis dari Kolono, Sulawesi Tengah, Bb : bobot badan, Bk: bobot karkas, BnK : bobot
rangga dada dan rongga perut, Bd : bobot daging, Bt: bobot tulang, Bl : bobot lemak, Bk : bobot kulit dan lemak di bawah kulit
Gambar 15 Rataan bobot badan Bb, bobot karkas Bk, bobot nonkarkas Bnk, dan bobot komponen karkas Bd, Bt, Bl dan BK A. celebensis dari
Lamaya dan Kolono.
Rataan bobot badan A. celebensis di Lamaya adalah 354.14 g dengan produksi karkas sebesar 51.98 dan produksi nonkarkas 18.28. Berdasarkan
pada bobot karkas, maka produksi tulang A. celebensis di Lamaya adalah 21.43, produksi daging 56.92, produksi lemak 2.03, dan kulit 15.54 , sehingga
perbandingan daging dan tulang meat bone ratio adalah 3.6:1.
Bb Bk
BnK Bd
Bt Bl
Bk AcM
354.14 184.14
64.03 103.99
39.23 3.67
29.07 ACK
385.94 215.47
64.03 118.48
41.36 19.06
34.55 50
100 150
200 250
300 350
400 450
S atu
an g ra
m
Variabel Pengukuran
Rataan bobot badan A. celebensis dari Kolono adalah 385.94 g dengan rataan produksi karkas sebesar 56.04 dan produksi nonkarkas 17.09.
Berdasarkan pada bobot karkas maka produksi tulang A. celebensis di Kolono secara berurutan adalah 19.86, produksi daging 54.81, produksi lemak 8.97,
dan kulit 16.06 sehingga perbandingan daging dan tulang meat bone ratio adalah 2.7:1.
Peningkatan produksi karkas selalu sejalan dengan peningkatan bobot potong Aberle et al. 2001, Soeparno 2005, Brahmantiyo et al. 2010, Warsono
Priyanto 2011. Produksi karkas A. celebensis dari Kolono lebih tinggi 4.06 dari Lamaya. Hal ini demikian karena bobot badannya lebih tinggi dari A.
celebensis di Lamaya. Produksi karkas dan lemak A. celebensis di kedua lokasi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan ternak konvensional, seperti kelinci
yang dilaporkan oleh Hutajulu Yunilas 2007, yaitu produksi karkas 49.66 dan produksi lemak 4.79, sedangkan produksi tulang lebih rendah, yaitu 23.15
Harjoko Warsiti 2008. Demikian juga produksi daging A. celebensis di kedua lokasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan produksi daging babi, yaitu
54 - 55.88 Rehfelt et al. 2008. Perbandingan produksi daging dan lemak dalam karkas untuk A.
celebensis di Lamaya dan Kolono masing-masing adalah 27.7:1 dan 6.1:1. Walaupun tidak diketahui umur yang tepat dari kelelawar A. celebensis di dua
lokasi tersebut, melalui perbandingan produksi daging dan lemak dalam karkas dapat menggambarkan bahwa umur A. celebensis di Kolono lebih dewasa dari A.
celebensis di Lamaya. Oleh karena itu, bertambahnya bobot badan A. celebensis di Kolono akan menghasilkan proporsi lemak dalam karkas meningkat dan
proporsi daging akan menurun, karena pertambahan bobot bukan karena pertambahan daging, melainkan karena pertambahan lemak. Bertambahnya bobot
badan A. celebensis di Lamaya akan menghasilkan proporsi daging dalam karkas meningkat dan proporsi lemak menurun. Artinya bahwa yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap bobot karkas A. celebensis di Lamaya adalah produksi daging, sedangkan pada A. celebensis di Lamaya adalah produksi lemak.
Dengan kata lain bahwa semakin besar bobot daging, akan diikuti dengan semakin
kecilnya lemak dalam karkas. Sebaliknya, semakin besar proporsi lemak dalam karkas akan diikuti dengan semakin sedikitnya proporsi daging.
Berdasarkan pada produksi karkas dan daging ketahui bahwa pada rataan bobot badan 354.14 g dengan bobot karkas 184,7 g akan menghasilkan daging
dengan proporsi lemak sedikit, atau pertambahan bobot badan karena pertambahan daging, sedangkan kisaran bobot badan 385.94 g dengan bobot
karkas 215.47 g akan menghasilkan proporsi daging dengan lemak yang banyak, atau pertambahan bobot badan karena pertambahan lemak. Dilihat dari produksi
daging dan lemak, maka disarankan untuk memotong kelelawar A. celebensis pada kisaran bobot badan 354.14 g. Aberle et al. 2001 melaporkan bahwa
pertumbuhan pada hewan secara umum dapat diartikan sebagai pertambahan bobot hidup per satuan waktu, yaitu laju pertumbuhan dan distribusi komponen-
komponen tubuh, seperti tulang, otot, dan lemak berlangsung secara gradual, yaitu tulang meningkat pada laju pertumbuhan awal diikuti otot dan terahir
pertumbuhan lemak yang meningkat dengan pesat.
Produksi Karkas dan Daging P. alecto di Pasar Bersehati, Lamaya,
Matialemba, dan Kolono
Rataan bobot badan, bobot karkas, bobot nonkarkas, bobot tulang, bobot daging, bobot lemak, dan bobot kulit dari P. alecto di empat lokasi dapat disajikan
pada Gambar 16, sedangkan jumlah sampel, standar deviasi, dan bobot maksimun dan minimum dapat dilihat pada Lampiran 7.
Berdasarkan rataan bobot badan maka diperoleh produksi karkas dan nonkarkas P. alecto di Pasar Bersehati adalah 54.49 dan 12.41, dan
berdasarkan bobot karkas maka produksi tulang, daging, lemak, dan kulit berturut-turut adalah 18.12, 54.03, 7.59, dan 18.49. Produksi karkas dan
nonkarkas P. alecto di Lamaya adalah 54.85 dan 13.78, dan berdasarkan bobot karkas maka produksi tulang, daging, lemak, dan kulit berturut-turut adalah
19.15, 54.00, 11.49, dan 16.80. Produksi karkas dan nonkarkas P. alecto di Matialemba adalah 56.55 dan 12.59, dan berdasarkan bobot karkas produksi
tulang, daging, lemak, dan kulit secara berturut-turut adalah 18.97, 45.37, 19.16, dan 15.63. Demikian juga dengan Produksi karkas dan nonkarkas P.
alecto di Kolono adalah 56.03 dan 12.67, dan berdasarkan bobot karkas
produksi tulang, daging, lemak, dan kulit P. alecto di Kolono secara berurutan adalah 20.86, 47.18, 11.74, dan 16.54. Walaupun P. alecto di
Matialemba dan Kolono mempunyai produksi karkas lebih tinggi dari P.alecto di Pasar Bersehati dan Lamaya, produksi daging P. alecto di Matialemba dan
Kolono lebih rendah dari produksi daging P. alecto di Pasar Bersehati dan Lamaya. Perbedaan tersebut disebabkan karena produksi lemak karkas P. alecto
di Matialemba dan Kolono lebih tinggi dari produksi lemak karkas P. alecto di Pasar Bersehati dan Lamaya.
PaB: P. alecto dari Pasar bersehati Manado. PaL : P. alecto dari Lamaya Gorontalo, PaM: P. alecto dari Matialemba, Sulteng. PaK: P. alecto dari
Kolono, Sulteng. Bb : bobot badan, Bk: bobot karkas, BnK : bobot rangga dada dan rongga perut, Bd : bobot daging, Bt: bobot tulang, Bl :
bobot lemak, Bk : bobot kulit dan lemak di bawah kulit
Gambar 16 Rataan bobot badan Bb, bobot karkas Bk, bobot nonkarkas Bnk, dan bobot komponen karkas Bd, Bt, Bl dan BK P. alecto
di Pasar Bersehati, Lamaya, Matialemba, dan Kolono. Perbandingan rataan produksi daging dan lemak P. alecto di Pasar
Bersehati adalah 6.85:1, Lamaya 4.7:1, Kolono 4.5:1, dan Matialemba 2.3:1. Dari perbandingan lemak dan daging, dapat diketahui bahwa dengan
bertambahnya bobot badan P. alecto di Matialemba akan diikuti dengan pertambahan jaringan lemak bukan pertambahan daging, sedangkan dengan
bertambahnya bobot badan P. alecto di Pasar Bersehati akan diikuti dengan
Bb Bk
BnK Bd
Bt Bl
Bk PaB
508.89 276.83
63.18 156.97
50.17 20.11
51.17 PaL
535.66 297.29
72.66 156.27
54.74 38.11
49.71 PaM
739.53 418
93.27 189.57
79.26 80.32
65.29 PaK
546.19 314.23
66.26 144.46
62.26 45.83
45.83 100
200 300
400 500
600 700
800
S atu
an gr
am
Variabel Pengukuran
pertambahan jaringan daging lebih banyak dari jaringan lemak, demikian juga dengan P. alecto lamaya dan Kolono.
Perbandingan rataan produksi daging dan tulang P. alecto di Matialemba, Lamaya, Kolono, dan Pasar Bersehati masing-masing sebesar 2.9:1, 2.8:1, 2.4:1,
dan 2.5:1. Walaupun tidak diketahui umur yang tepat dari kelelawar P. alecto di empat lokasi, melalui perbandingan rataan produksi daging-lemak, dan daging-
tulang dapat menggambarkan bahwa umur P. alecto di ke empat lokasi sudah dewasa, sehingga bertambahnya bobot badan dari P. alecto di empat lokasi ini
akan menghasilkan proporsi lemak dalam karkas meningkat, sedangkan proporsi daging akan menurun, karena pertambahan bobot bukan karena pertambahan
daging, melainkan pertambahan lemak. Berdasarkan produksi daging dan lemak maka disarankan untuk
memotong kelelawar P. alecto pada bobot badan tidak lebih dari 508.89 g. Owen et al. 1993 menyatakan bahwa tingkat umur sangat menentukan dalam
pertumbuhan. Bertambahnya umur akan menyebabkan deposisi lemak di antara otot, lemak di bawah kulit, dan terakhir lemak antara serabut otot Soeparno
2005.
Produksi Karkas dan Daging Thoopterus spp. di Pakuure
Berdasarkan pada formula gigi, kedua marga Thoopterus sp di Pakuure dapat diklasifikasikan pada spesies T. nigrescens, namun berdasarkan bobot
tubuh, tengkorak, dan warna bulu maka jenis Thoopterus sp berbeda spesies dari T. nigrescens. Dengan demikian, kedua marga ini dibedakan atas dua kelompok,
yaitu kelompok Thoopterus sp 1 belum teridentifikasi sebagai T. nigrescens dan T. nigrescens. Rataan bobot badan, bobot karkas, bobot nonkarkas, bobot tulang,
bobot daging, bobot lemak, dan bobot kulit dari dua Marga Thoopterus sp ini dapat dilihat pada Gambar 17, sedangkan jumlah sampel, standar deviasi, dan
bobot maksimun dan minimum dapat dilihat pada Lampiran 8. Rataan bobot badan T. nigrescens adalah 90.54 g dengan produksi karkas
sebesar 49.29 dan produksi nonkarkas 18.44. Berdasarkan produksi karkas maka produksi tulang T. nigrescens adalah 21.59, daging 51.41, lemak 4.09,
dan kulit 17.21. Thoopterus sp 2 mempunyai rataan bobot badan 30.60 g dengan
produksi karkas 64.07 dan nonkarkas 17,51. Berdasarkan bobot karkas maka produksi tulang Thoopterus sp 2 adalah 19.85, daging 51.86, dan kulit 9.34.
TnP: T. nigrescens, TnP1: Thoopterus sp, Bb : bobot badan, Bk: bobot karkas, BnK : bobot rangga dada dan rongga perut, Bd : bobot daging, Bt:
bobot tulang, Bl : bobot lemak, Bk : bobot kulit dan lemak di bawah kulit
Gambar 17 Rataan bobot badan Bb, bobot karkas Bk, bobot nonkarkas Bnk, dan bobot komponen karkas Bd, Bt, Bl dan BK Thoopterus sp di
Pakuure. Perbandingan rataan produksi daging dan lemak T. nigrescens adalah
12.6:1, dan Thoopterus sp 1 tidak memiliki lemak intramuskuler, sedangkan perbandingan produksi daging dan tulang masing-masing sebesar 2.4:1 dan 2.6:1.
Dari kandungan tulang, daging, dan lemak dapat diketahui bahwa T. nigrescens dan Thoopterus sp 1 sedang mengalami pertumbuhan sehingga dengan
bertambahnya bobot badan T. nigrescens dan Thoopterus sp 1 akan diikuti dengan pertambahan jaringan daging. Hal ini menggambarkan bahwa bertambahnya
bobot badan akan menyebabkan pertambahan bobot karkas, nonkarkas, tulang, daging, lemak, dan kulit. Diduga bahwa pada kisaran bobot badan 90 g semua
komponen dari T. nigrescens sedang tumbuh.
Produksi Karkas dan Daging Nyctimene cephalotes di Pakuure
Rataan bobot badan, bobot karkas, bobot nonkarkas, bobot tulang, bobot daging, bobot lemak, dan bobot kulit N. cephalotes dapat dilihat pada Gambar
18, sedangkan jumlah sampel, standar deviasi, dan bobot maksimun dan minimum dapat dilihat pada Lampiran 9. Rataan bobot badan N. cephalotes 52.76 g dengan
Bb Bk
BnK Bd
Bt Bl
Bk TnP
90.54 44.47
16.03 22.74
8.96 2.68
7.47 TnP 1
30.6 19.54
5.38 10.22
3.82 1.8
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Sat uan
g ram
Variabel pengukuran
rataan produksi karkas sebesar 61.58, dan produksi nonkarkas 17.81. Berdasarkan produksi karkas maka N. cephalotes mempunyai produksi tulang
19.09, daging 50.27, lemak 4.89, dan kulit 11.37. Dengan demikian, perbadingan daging dan tulang meat bone ratio serta daging dan lemak adalah
2.6:1 dan 10.28:1.
Gambar 18 Rataan bobot badan Bb, bobot karkas Bk , bobot nonkarkas Bnk, dan bobot komponen karkas Bd, Bt, Bl dan BK N. cephalotes di
Pakuure. Berdasarkan pada perbandingan daging dan tulang serta daging dan lemak
diduga bahwa pada kisaran bobot badan 52.76 g komponen daging dan lemak N. cephalotes sedang tumbuh. Namun, diduga bahwa umur N. cephalotes sudah
dewasa dan diduga sudah masuk fase pertumbuhan lemak, dan apabila bobot badan terus bertambah maka proporsi daging akan menurun dan proporsi lemak
akan terus berbertambah.
Produksi Karkas dan Daging Rousettus amplexicaudatus di Peonea
Rataan bobot badan, bobot karkas, bobot nonkarkas, bobot tulang, bobot daging, bobot lemak, dan bobot kulit R. amplexicaudatus dapat dilihat pada
Gambar 19, sedangkan jumlah sampel, standar deviasi, dan bobot maksimum dan minimum dapat dilihat pada Lampiran 10.
52.76
32.33
17.81 16.23
6.11 1.65
3.65
10 20
30 40
50 60
Bb Bk
BnK Bd
Bt Bl
Bk Sat
uan g
ram
Variabel pengukuran
Bb : bobot badan, Bk: bobot karkas, BnK : bobot rangga dada dan rongga perut, Bd : bobot daging, Bt: bobot tulang, Bl : bobot lemak, Bk : bobot kulit
dan lemak di bawah kulit
Gambar 19 Rataan bobot badan Bb, bobot karkas Bk , bobot nonkarkas Bnk, dan bobot komponen karkas Bd, Bt, Bl, dan BK R.
amplexicaudatus di Peonea. Rataan bobot badan R. amplexicaudatus 97.84 g dengan rataan produksi
karkas sebesar 55.65 dan produksi nonkarkas sebesar 15.65. Berdasarkan produksi karkas maka R. amplexicaudatus memiliki produksi tulang sebesar
24.28, daging 51.89, lemak 10.6, dan kulit 12.57, sehingga perbadingan daging dan tulang serta daging dan lemak adalah 2.13:1 dan 4.9:1.
Johnson et al. 2005 menyatakan bahwa nilai karkas ditentukan antara lain oleh proporsi daging pada karkas, dimana ratio daging dan tulang
berhubungan dengan perdagingan yang baik. Ratio tulang dan daging A. celebensis 2.7-3.6:1, P. alecto 2.5-2.9:1, Thoopterus sp 2.4-2.6:1, N. chepalotes
2.6:1, dan R. amplexicaudatus 2.13:1. Ratio tersebut sama dengan kisaran ratio tulang dan daging pada kelinci yang dilaporkan Balsco et al. 1984 yaitu 2.94:1.
97.84
54.74
16 28.38
13.16 6.26
6.39
20 40
60 80
100 120
Bb Bk
BnK Bd
Bt Bl
Bk Sat
uan g
ram
Variabel pengukuran
Simpulan
Persentase karkas A. celebensis yang mempunyai kisaran bobot badan 354.14-385.94 g adalah 51.98-56.04, persentase daging 54.81-56.92, dan ratio
daging-tulang 2.7-3.6:1. Persentase karkas P. alecto yang mempunyai kisaran bobot badan 508.89-739.53 g adalah 54.49-56.55, persentase daging 45.37-
54.03, dan ratio daging-tulang 2.5-2.9:1. Persentase karkas Thoopterus sp yang mempunyai kisaran bobot badan 30-90.54 g adalah 49.29-64.07, persentase
daging 51.41-51.86, dan ratio daging-tulang 2.4-2.6:1. Persentase karkas N. cephalotes yang mempunyai bobot badan 52.76 g adalah 61.58, persentase
daging 50.27, dan ratio daging-tulang 2.6:1. Persentase karkas R. amplexicaudatus yang mempunyai bobot badan 97.84 g adalah 55.65,
persentase daging 51.67, dan ratio daging-tulang 2.13:1.
Daftar Pustaka
Aberle ED, Forrest JC, Gerrad DE, Mills EW. 2001. Principles of Meat Science. Ed Ke-4. USA : KendalHunt Pulishing Co.
Afolabi OO et al. 2009. Determination of major mineral in bats Chiropterans disambiguation. Continent J Food Sci Technol 3:14-18.
Afolayan RA et al. 2002. Prediction of carcass meat, fat and bone yield across diverse cattle genotypes using live-animal measurements. Anim Prod Aust
24:13-16. Blasco A, Estany J, Baselga M. 1984. Prediction rabbit meat and bone weight
using carcass measurements and simple cuts. Ann Zootec 332:161-170. Brahmantiyo B, Raharjo YC, Martoyo H, Mansjoer SS. 2010. Performa produksi
kelinci Rex, satin dan persilangan. JITV 152 131-137. Haryoko I, Warsiti T. 2008. Pengaruh jenis kelamin dan bobot potong terhadap
karakteristik fisik karkas kelinci peranakan New Zealand White. Anim Product 102: 85-98.
Hutajulu WL, Yulinas. 2007. Pengaruh pemberian tepung daun kelapa sawit yang difermentasi Aspergillus niger terhadap karkas kelinci local umur 16
minggu. J Agribis Pet 32:75-79 Jenkins RKB, Racey PA. 2008. Bats as bushmeat in Madagascar. Madagascar
Conserv and Develop 31:22-30. Johnson PL, Purchas RW, Mcewan JC, Blair HT. 2005. Carcass composition and
meat quality differens between pasture-reared ewe and lambs. Meat Sci 712:383-391.
Lee RJ. 2000b. Market hunting pressures in North Sulawesi, Indonesia. Trop Biodivers 6:145-162.
Lee RJ et al. 2005. Wildlife trade and implications for low enforcement in Indonesia: a case study from North Sulawesi. Biol Conserv 123 :477-488.
Mickleburgh S, Waylen K, Racey P. 2008. Bat as bushmeat: a global review. Oryx 433:217-234.
Rehfeldt C, Tuchscherer A, Hartung M, Kuhn G. 2008. A second look at the influence of birth weight on carcass and meat quality in pigs. Meat Sci 78
;170-175. Riley J. 2002. Mammal survey on the Sangihe and Talaud Island, Indonesia and
the impact of hunting and habitat loss. Oryx 36:288-296.
Orellana C et al. 2009. Carcass characteristics, fatty acid composition, and meat quality of criollo argentino and braford steers raised on forage in a semi-
tropical region of argentina. Meat Sci 81:57-64. Owens FN, Dubeski P, Hanson CF. 1993. Factor that alter the growth and
development of ruminant. J Anim Sci 71:3138-3150. Sents AE, Walters, Whiteman JV. 1982. Performans and carcass characteristics of
ram lambs based on slaughtered different weight. J Anim Sci 606:1360- 1368.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yokyakarta : Gadjah Mada University Press.
Warsono IU, Priyanto R. 2011. Sifat biologis dan karakteristik karkas bandikot Echymipera kalubu. Berk Penel Hayati Ed Khusus 4B:13-19.