Deskripsi Botani dan Habitat Penyebaran Habitat

2.5.2 Deskripsi Botani dan Habitat

Tinggi pohon keruing dapat mencapai 50 m dengan panjang bebas cabang 35 m, diameter dapat mencapai 120 cm, bentuk batang silindris, berbanir setinggi 1-2 m, pada D. confertus dapat mencapai 4 m. Kayu teras berwarna coklat-merah, coklat, kelabu-coklat atau merah-coklat-kelabu. Kayu gubal berwarna kuning atau coklat muda semu-semu kelabu dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras, lebar 2 – 10 cm Martawijaya et al. 2005. Jenis-jenis keruing tumbuh dalam hutan primer pada berbagai habitat dari permukaan laut sampai ketinggian 1500 mdpl. Jenis-jenis tertentu mempunyai habitat yang spesifik, seperti tepi sungai yang berair deras D. oblongifolius atau laran, tanah endapan di tepi sungai D. elongatus atau keruing pasir, tanah gambut di atas pasir putih D. borneensis atau keruing sindur, punggung bukit ada beberapa jenis dan tempat-tempat yang beriklim musim atau kemarau nyata D. gracilis atau keladan. Keruing jarang sekali tumbuh di hutan lebat yang terdapat di lembah. Untuk kelangsungan hidupnya sebagian besar semai keruing memerlukan cahaya banyak. Di Kalimantan jenis-jenis keruing merupakan jenis yang sering dapat ditemukan setelah jenis-jenis meranti dan di Kalimantan Timur dapat mencapai tujuh pohon per hektar Kartawinata 1983.

2.5.3 Penyebaran Habitat

Keruing atau Dipterocarpus adalah marga pepohonan penghasil kayu pertukangan yang berasal dari keluarga Dipterocarpaceae. Marga ini memiliki sekitar 70 spesies yang menyebar terutama di Asia Tenggara; mulai dari India dan Srilanka, di barat, melalui Burma, Indocina dan Cina bagian selatan, Thailand, hingga ke kawasan Malesia bagian barat. Di wilayah Malesia, keruing tersebar di hutan-hutan Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Filipina, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa Soerianegara Lemmens 1994. Jadi umumnya tidak melewati garis Wallace, kecuali yang ditemukan di Lombok dan Sumbawa. Tumbuhan ini merupakan komponen yang penting dari hutan dipterokarpa. Nama ilmiahnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti buah yang bersayap dua di: dua; pteron: sayap; carpos: buah.

2.5.4 Kegunaan Kayu

Dokumen yang terkait

Analisis komposisi jenis dan struktur tegakan di hutan bekas tebangan dan hutan primer di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

0 14 110

Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaaan Kehutanan (Studi Kasus: IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah).

0 49 105

Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan Di Iuphhk – Ha (Studi Kasus Di Iuphhk – Ha Pt.Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah )

1 18 96

Penyusunan Tabel Volume Pohon dalam Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur

3 40 212

Pengelompokan Jenis dalam Penyusunan Tabel Volume Lokal di IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

0 14 108

Penyusunan Tabel Volume Lokal Kelompok Jenis Dipterocarpaceae (Anisoptera spp. dan Vatica spp. ) di Areal Kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua

1 18 95

Penyusunan model penduga volume pohon jenis Keruing (Dipterocarpus sp.) di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Sumatera Barat

0 4 129

Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis Nyatoh (Palaquium spp.) di IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua.

1 32 96

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

1 21 29

Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah

0 3 42