13 Orde I disebut juga Affine transformation diperlukan minimal 3 GCP:
……………………………………………………………1 ............................................................................................. 2
Keterangan : p
dan l = posisi piksel pada citra yang belum terkoreksi
X dan Y = posisi koordinat peta geodetik
, = koefisien elevasi
, = koefisien regresi
c. Menghitung kesalahan RMSE root mean squared error dari GCP yang terpilih. Nilai RMSE tidak boleh lebih dari 0,5 piksel. Kesalahan rata-rata dari
rektifikasi ini dihitung dengan rumus 3. ……………………………………………..3
2. Pemilihan Titik Lokasi Pengamatan
Lokasi sebaran titik pengamatan lapangan ditentukan melalui metode Simple Random Sampling
yang diawali dengan penggunaan Ekstensi IHMB-Jaya Versi 6 pada ArcView. Langkah pertama dilakukan pembuatan grid menggunakan tools
IHMB membuat grid, selanjutnya dibuat titik batas wilayah seperti yang dapat dilihat pada gambar 5. Pada pembuatan grid diperlukan beberapa informasi yang
harus ditentukan, sebagai berikut : a.
Bilangan acak yang digunakan adalah 56 untuk x dan 65 untuk y. b.
Jarak antar plot untuk pembuatan grid adalah selebar 75 m × 75 m. Setelah grid terbentuk, ditambahkan titik–titik plot dengan tools IHMB
membuat plot pada setiap pertemuan antara garis barat-timur dan garis utara- selatan untuk kemudian dipilih n plot contoh yang tersebar menurut kelas umur
dan bonita. Gambar 6 dan Gambar 7 merupakan tampilan lebih jelas untuk hasil tahapan penambahan plot pada grid yang telah dibuat.
14
Gambar 6 Hasil pembuatan grid dan titik batas menggunakan ekstensi IHMB- Jaya Versi 6, ArcView.
Gambar 7 Plot hasil pembuatan grid BKPH Dagangan. 15
Gambar 8 Plot hasil pembuatan grid BKPH Dungus. 16
17 Pada kedua lokasi penelitian dilakukan pemilihan 76 plot contoh untuk
tahapan perama n dari titik-titik yang telah didapat dari proses tersebut. Pemilihan plot ini bertujuan untuk memperoleh data pada citra dan juga
memudahkan pemilihan plot contoh yang diteliti di lapangan. Plot contoh yang digunakan berbentuk lingkaran dengan luasan sesuai dengan KU Kelas umur.
a. KU I – II dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0,02 ha
b. KU III – IV dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0,04 ha
c. KU V – Up dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0,1 ha.
Pemilihan plot contoh tahapan ke-dua m dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih setengah dari jumlah plot contoh pada tahapan pertama, dengan
kata lain dipilih m sebanyak 38 plot contoh. Seperti pemilihan plot contoh tahap pertaman n, pemilihan pada tahap ke-dua ini dilakukan secara acak menyebar
menurut bonita dan umur tegakan plot contoh tahapan pertama. Plot contoh ini selanjutnya menjadi plot yang dilakukan survey lapangan. Pemilihan sampel yang
relatif kecil memberikan hasil sampling yang baik pada double sampling. Menurut Sutarahardja 1999, pengukuran parameter pada potret dapat dilakukan sebanyak
mungkin dan diusahakan agar konsisten untuk mengurangi kesalahan dalam penaksiran. Sedangkan pengukuran di lapangan cukup beberapa plot contoh saja,
asalkan mewakili seluruh kondisi tegakan. Setelah dilakukan pemilihan plot contoh untuk survey lapangan, dilakukan
pembentukan titik ikat pada areal yang mudah dijangkau dan berdekatan dengan plot contoh. Titik ikat digunakan untuk mempermudah jangkauan menuju plot
contoh yang ingin diteliti.
Gambar 9 Peta sebaran plot contoh BKPH Dagangan. 18
Gambar 10 Peta sebaran plot contoh BKPH Dungus.
19
20 3.
Pembuatan Peta Desain Sampling
Peta desain sampling dibuat sebagai alat bantu pengamatan di lapangan. Peta desain sampling dibuat melalui proses layout dari overlay antara citra, lokasi
penelitian, dan peta jaringan jalan yang dibuat pada tahapan sebelumnya. Semua informasi yang telah diperoleh pada tahapan sebelumnya seperti sebaran plot
contoh yang diteliti di lapangan m, GCP dan titik ikat digunakan dalam pembuatan peta desain sampling ini. Peta desain sampling kemudian dicetak pada
kertas A3 dengan skala 1: 6500.
2.3.2 Pengambilan Data Lapangan