Koefisien Determinasi R HASIL DAN PEMBAHASAN

39 musim kemarau. Musim kemarau merupakan waktu dimana Jati menggugurkan daunnya untuk mengurangi transpirasi. Musim merupakan faktor yang perlu diperhatikan mengingat hutan jati memiliki penampakan yang berbeda pada musim penghujan dan musim kemarau, dimana jati akan menggugurkan daunnya pada musim kemarau Perhutani 1995. Perbedaan tidak akan mengurangi keakuratan data apabila dilakukan pengukuran dengan benar dan didapatkan perbedaan data yang sistematik. Perbedaan musim pada pengambilan foto citra dan pengambilan data dapat dikategorikan dalam bias, karena terjadinya perbedaan atau selisih data yang diperoleh relatif konsisten. Bias merupakan kesalahan-kesalahan yang terjadi secara sistematik Paine 1981. Simon 1993 menyatakan bahwa bias dapat terjadi karena alat yang dipakai cacat dan juga prosedur sampling atau cara analisis yang tidak benar secara terus-menerus dan tetap. Apabila terjadi hal yang seperti itu, maka bias tersebut ditiadakan. Dengan kata lain, kesalahan penaksiran tidak menjadi masalah besar, asalkan dalam penaksiran tersebut cukup konsisten Sutarahardja 1999.

4.2 Koefisien Determinasi R

2 antar Peubah Dari hasil pengukuran di lapangan dan interpretasi citra selanjutnya dilakukan pengujian konsistensi untuk beberapa peubah, yaitu: kerapatan tajuk C, diameter tajuk D, dan jumlah pohon N. Hasil analisis diketahui bahwa koefisien determinasi antata C lap dengan C ctr , D lap dengan D ctr , dan N lap dengan N ctr , diperoleh masing-masing 52,7; 63,70; dan 88,70 pada lokasi BKPH Dagangan, dan 51,80; 72,30; dan 78,00 pada lokasi BKPH Dungus. Bisa dilihat bahwa nilai R 2 yang paling tinggi dimiliki oleh perbandingan peubah N untuk kedua lokasi. Semakin tinggi nilai R 2 menunjukkan semakin tinggi kemampuan suatu peubah dalam menjelaskan peubah lainnya. 40 Gambar 18 Hubungan antara N lapangan dengan N citra BKPH Dagangan. Gambar 19 Hubungan antara N lapangan dengan N citra BKPH Dungus. Pada lokasi BKPH Dagangan, koefisien determinasi tertinggi dan terendah antara peubah-peubah citra dengan Vbc diduduki oleh N ctr dengan R 2 = 61,7 dan D ctr dengan R 2 = 30,9, sedangkan koefisien determinasi yang tertinggi dan terendah pada BKPH Dungus diduduki oleh D ctr dengan R 2 = 60,90 dan N ctr dengan R 2 = 11,20. Persamaan benilai positif mempunyai arti bahwa antara dua peubah tersebut memiliki hubungan yang linier positif, dimana setiap kenaikan satu satuan peubah akan diikuti dengan kenaikan sediaan pohon sebesar nilai x, dan sebalikya. Peubah bebas yang memiliki nilai R 2 paling tinggi merupakan y = 1,007x - 0.100 R² = 88,7 2 4 6 8 10 12 14 16 18 5 10 15 20 N l ap Jm lp oh on p lot N citra Jml pohonplot Linear Series1 y = 1,079x - 1,148 R² = 78,0 5 10 15 20 25 30 10 20 30 N L ap Jm l p oh on p lot N Ctr Jml pohonplot Linear Series1 41 peubah bebas yang paling berpengaruh terhadap nilai sediaan tegakan berdasarkan model yang didapat. Gambar 20 Korelasi tertinggi antara Vbc dengan C ctr BKPH Dagangan. Gambar 21 Korelasi tertinggi antara Vbc dengan D ctr BKPH Dungus.

4.3 Model Persamaan Regresi antar Peubah