selama 30 menit untuk mencairkan blok es yang menempel pada bagian depan evaporator. Suhu yang digunakan untuk
pembekuan udang adalah -119
O
F sampai -121
O
F. Proses pembekuan berlangsung sekitar 6-8 menit. Di dalam mesin IQF
terdapat blower yang mampu memisah-misahkan udang sehingga udang yang keluar dari mesin IQF tidak menggumpal.
Pembekuan terjadi dengan dua tahap, yaitu frozen I dan frozen II. Frozen I berlangsung 1 menit, dan frozen II berlangsung
selama 5 – 7 menit Hadiwiyoto 1993.
4.7 Proses Produksi
Tipe proses produksi udang beku pada PT Satu Tiga Enam Delapan adalah terputus-putus intermittent process.
Proses terputus-putus juga sering disebut discrete parts manufacturing yaitu industri yang memproduksi barang secara
proses individu, yaitu unit per unit. Setiap unit produksi dapat memiliki nomor identifikasi sendiri jika diinginkan. Proses
terputus-putus dibagi lagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan sistem volume produksinya yaitu sistem volume rendah jobbing
shop production, sistem volume menengah batch production, dan sistem volume tinggi mass production Herjanto, 2008.
Adapun karakteristik dari Intermittent process industries dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Karakteristik Intermittent Process Industries
Jobbing Shop Production
Batch Production
Mass Production
Volume Produksi Rendah
Sedang Tinggi
Variasi jenis produk Tinggi
Sedang Rendah
Keterampilan tenaga kerja Tinggi
Sedang Rendah
Standarisasi produk Rendah
Sedang Tinggi
Spesialisasi peralatanmesin
Rendah Sedang
Tinggi Sumber: Herjanto 2008.
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa PT Satu Tiga Enam Delapan memiliki tipe proses produksi terputus-putus
22
tipe jobbing shop production. Hal tersebut dikarenakan jenis produk udang beku yang diproduksi PT Satu Tiga Enam
Delapan cukup bervariasi namun dengan volume yang cukup rendah untuk setiap jenis produk tergantung pesanan. Sistem
produksi PT Satu Tiga Enam Delapan adalah membuat produk sesuai dengan pesanan atau make to order. Adapun tahapan
proses produksi dalam pembuatan produk udang beku PDTO seperti Gambar 4.2.
23
Gambar 4.2 Diagram Alir Proses Pembuatan PDTO
1. Penerimaan Bahan Baku
24
Proses penerimaan bahan baku diawali dengan pengecekan kondisi udang dan pengambilan sampel
udang untuk diuji mikrobiologi dan residu antibiotik. Pengujian mikrobiologi meliputi uji TPC, Coliform, E. Coli,
Salmonella, V. Cholerae, dan S. Aureus. Pengujian residu antibiotik terdiri dari pengujian
nitrofuran dan
kloramfenikol. Pengujian dilakukan secara internal di laboratorium milik perusahaan dan juga di laboratorium
eksternal yang terakreditasi. Pembongkaran udang dilakukan dengan cara mengeluarkan udang dari box
pada truk pengangkut. Setiap truk memiliki 3 box dengan kapasitas masing-masing 1,5-2 ton. Pembongkaran
berdasarkan lot yang sama. Lot adalah satuan yang menunjukkan asal udang yang dipanen pada waktu
tertentu.
2. Pencucian I
Pencucian pertama dengan air dingin bersuhu 5
o
C. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-
kotoran pada udang dan es yang masih melekat pada tubuh udang setelah proses pemanenan. Udang yang
telah dicuci kemudian ditiriskan selama
±3
menit dan dari setiap lot diambil 1 kg udang sebagai sampel.
Sampling digunakan untuk menentukan size atau ukuran udang.
3. Penimbangan I
Penimbangan udang dilakukan untuk mengetahui berat awal masing-masing lot. Penimbangan dilakukan per 40
kg untuk mencocokkan jumlah timbangan hasil panen ditambak dengan hasil timbangan di perusahaan. Pada
saat penimbangan dilakukan juga pencatatan pada nota timbang mengenai nama tambak, lokasinya, nomor
kendaraan, tanggal panen, jenis udang, berat udang, ukuran udang, jumlah udang yang kondisinya baik dan
25
yang mengalami kerusakan, serta nama karyawan yang melakukan pencatatan.
4. Pemotongan Kepala PK
Pada proses pelepasan kepala udang akan dihasilkan udang headless. Udang headless adalah udang yang
dihilangkan kepala dan genjer tetapi masih menyisakan hanging meat. Pemotongan kepala dilakukan dengan cara
mematahkan kepala udang dari atas dan proses ini berlangsung dengan penerapan sistem rantai dingin. Suhu
udang dijaga 5
O
C dan dicatat dalam report of temperatutre test.
5. Pencucian II
Udang yang telah dipotong kepalanya kemudian dimasukkan dalam mesin pencuci. Mesin pencuci udang
berisi air dingin 3
O
C. Mesin pencuci akan mengaduk- aduk udang kemudian setelah itu melewati conveyor dan
jatuh ke penampungan. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan lendir dan kotoran yang menempel pada
udang setelah kepala dilepaskan. Suhu pencucian dipantau dan dicatat dalam report of temperatutre test.
6. Penimbangan II
Penimbangan udang ini dilakukan untuk mengetahui berat akhir udang setelah kepala dilepaskan.
7. Sortasi Awal
Kegiatan sortasi ini untuk memilah udang berdasarkan ukuran size secara manual. Pengecekan hasil sortasi
oleh QC dengan mengambil sampel 1 lbs 454 gr udang dan dihitung jumlahnya kemudian dicocokkan sesuai
dengan standar perusahaan dan dicatat dalam report of
26
sorting and final checking. Selanjutnya adalah pemberian kode secara manual.
8. Sortasi Akhir Final Check
Pengecekan akhir final check berfungsi untuk mencocokkan dan mengoreksi atau menyeragamkan
ukuran udang sesuai dengan permintaan pembeli. Sortasi ini dilakukan untuk mengetahui jumlah udang dalam 1 lbs
yang setara dengan 454 gr, kemudian dihitung jumlahnya dan dicocokkan dengan standar yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Namun apabila hasil tidak sesuai dengan standar, maka akan dilakukan sortasi ulang
dengan cara mengelompokkan udang berdasarkan ukuran dan mutunya sampai diperoleh hasil yang seragam dan
sesuai dengan standar, kemudian hasil dicatat dalam report of sorting and final checking.
9. Pemisahan Warna PW
Pemisahan warna bertujuan untuk mendapatkan udang yang warnanya seragam, sehingga warna udang setelah
dibekukan akan tampak menarik. Warna udang terbagi menjadi dua macam, yaitu DG Dark Grey dan LG Light
Grey. Standar warna dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Standar Warna Udang di PT Satu Tiga Enam Delapan
Kode Warna
Kode Warna
LG 1 LG 2
LG 3 Abu kecoklatan
Abu kekuningan Abu Kemerahan
DG1 DG2
DG3 Biru Tua
Biru Biru Muda
Sumber: PT Satu Tiga Enam Delapan 2014
10. Pengupasan Kulit Pembelahan
27
Proses produksi udang beku dalam bentuk PDTO harus melalui tahapan pengupasan kulit, pembelahan, dan
peencukitan usus. Pengupasan dilakukan dengan menggunakan alat berbentuk kuku yang terbuat dari
stainless steel dan dimasukkan dalam ibu jari. Pengupasan dilakukan pada ruas kedua sampai ruas
kelima. Selanjutnya usus dicukit menggunakan alat cukit agar udang bersih daei kotoran vein.
11. Perendaman Soaking
Soaking merupakan tahap perendaman udang di dalam larutan garam, fosfat, dan non fosfat. Jenis fosfat yang
digunakan adalah carfosel atau STPP sodium tripolyphosphate, sedangkan jenis non fosfat yang
digunakan adalah brisol atau hidrolok. Namun jenis bahan kimia yang digunakan untuk proses perendaman juga
tergantung pada permintaan buyer. Konsentrasi larutan soaking dibuat berdasarkan rumus berikut:
Ket: Rasio = size udang
Net = bahan tambahan pangan 60 fosfat
+ 40 non fosfat
28
Konsentrasi larutan soaking = total berat udang x rasio x net
Proses perendaman berfungsi untuk meningkatkan cita rasa, kekenyalan daging udang, dan mencegah terjadinya
denaturasi protein serta menambah bobot udang. Proses pengadukan dilakukan selama 45 menit kemudian
ditambahkan es. Setelah proses pengadukan selesai udang direndam sekitar 3 jam dan akan mengalami
peningkatan bobot sebesar 15.
12. Penyusunan layering
Proses penyusunan dilakukan dengan menyusun udang diatas conveyor mesin pembeku IQF. Udang disusun
berdasarkan lot dan diberi jarak antara satu sama lain.
13. Pembekuan IQF
Udang yang akan dibekukan disusun diatas conveyor berdasarkan lot dengan mesin pembeku Individually Quick
Freezer IQF. Pembekuan dengan mesin ini menggunakan nitrogen cair Cryogenic freezing.
Penentuan lama proses pembekuan dan suhu yang digunakan tergantung pada ukuran udang yang akan
dibekukan. Lama proses pembekuan diatur melalui kecepatan conveyor dan suhu yang digunakan. Suhu yang
digunakan dalam proses pembekuan antara -119
O
F sampai -121
O
F. Waktu pembekuan ±5 menit.
Pengawasan dilakukan oleh QC dan dicatat dalam report of freezing.
14. Penimbangan Produk
Udang yang telah beku ditimbang setiap satu atau dua lbs, tergantung ukuran yang tertera pada satu
bungkuspolybag. Selama proses penimbangan juga dilakukan sampling QC untuk mengetahui kapasitas size
akhir.
29
15. Glazing
Proses glazing dilakukan dengan cara mencelupkan keranjang yang berisi udang beku ke dalam air dingin
dengan suhu 5
O
C selama
±
2 detik. Hal ini bertujuan agar udang tidak mengalami dehidrasi atau terjadi
kekurangan air ketika udang telah dikemas. 16.
Pengemasan primer Produk udang PDTO dikemas dalam polybag dengan
berat 1 hingga 5 lbs tergantung permintaan konsumen. Pada kemasan dicantumkan nama produk, jenis udang,
size udang, cara penyimpanan dan penyajian, tanggal kadaluarsa, kandungan gizi, dan kode produksi. Setelah
produk dimasukkan, polybag kemudian direkatkan menggunakan sealer hand sealer dan atau sealer duduk.
Tujuan penggunaan polybag sebagai kemasan adalah untuk melindungi produk dan memberi penampakan
produk yang lebih menarik.
17. Pendeteksian Logam
Pendeteksian logam pada udang dilakukan dengan cara melewatkan produk udang beku yang telah dikemas pada
alat metal detector. Tujuan tahap ini adalah untuk mendeteksi adanya benda asing yang berpotensi
terkandung pada produk seperti pasir, kayu, logam, besi atau benda lain yang tidak diinginkan. Sebelum
digunakan, metal detector dikalibrasi terlebih dahulu oleh QC. Apabila terdeteksi ada benda asing pada produk
maka ban conveyor akan berhenti dan mesin akan berbunyi.
18. Pengemasan Sekunder
30
Polybag dimasukkan kedalam master carton MC. Biasanya setiap 1 MC berisi 5 sampai 10 polybag,
tergantung permintaan buyer. MC kemudian ditutup menggunakan lackband dan diikat menggunakan pita
strappingband. Warna pita dibedakan berdasarkan ukuran size udang.
19. Penyimpanan
Produk yang telah dikemas kemudian diangkut menggunakan lori untuk disimpan dalam cold storage
sebelum diekspor. MC disimpan dengan cara disusun bertumpuk dan diletakkan diatas pallet. Pallet berfungsi
sebagai alas agar MC tidak bersentuhan langsung dengan lantai cold storage. Tujuan dari penyimpanan beku untuk
mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan produk. Suhu didalam cold storage adalah -25-20
O
C. Bagian pintu cold storage dilengkapi dengan plastic
curtain untuk menjaga suhu cold storage agar tetap stabil. Produk yang akan diekspor di thawing terlebih dahulu oleh
penjaga QC untuk mengetahui kondisi produk sebelum diekspor.
20. Stuffing dan Ekspor
Stuffing atau pemuatan adalah proses pemindahan MC yang berisi udang beku cold storage ke dalam kontainer
untuk kemudian diekspor. Sebelum dimasukkan kedalam kontainer dilakukan pengecekan MC oleh staff bagian
ekspor. Pengecekan dilakukan berdasarkan kode produksi. Suhu kontainer diatur sebesar -18
O
C.
4.8 Sanitasi