25
4.3. Perbandingan Nilai Hantaran Hidrolik Tanah
Hasil pengamatan menunjukan bahwa lubang resapan biopori meningkatkan nilai hantaran hirolik pada Latosol Coklat Darmaga dan Latosol
Merah Jakarta. Hasil pengukuran nilai hantaran hidrolik jenuh di lubang resapan biopori tertinggi pada pemukiman Cibanteng Darmaga, diikuti pada lahan
pertanian Cikabayan, kemudian di kampus IPB Darmaga dan yang mempunyai nilai terkecil adalah pemukiman Cipinang Elok Jakarta Gambar 13.
Nilai hantaran hidrolik tertinggi pada daerah pemukiman Cibanteng. Hal ini disebabkan masih banyaknya vegetasi di lokasi tersebut, sehingga dapat
menutupi atau melindungi tanah dari pukulan air hujan dan perakarannya dapat meningkatkan stabilitas tanah. Tanaman yang akarnya telah mati dapat menambah
terbentuknya pori tanah, sehingga meningkatkan hantaran hidrolik. Selain itu, perawatan lubang biopori di daerah Cibanteng sangat baik dan berkesinambungan,
sehingga pori-pori yang sudah terbentuk oleh aktivitas mikroorganisme tetap terawat dengan baik bahkan bertambah banyak.
Hantaran hidrolik di lahan pertanian Cikabayan memiliki rataan 24,1 cmjam, nilai ini termasuk dalam kategori cepat. Nilai hantaran hidrolik ini lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai hantaran hidrolik di kampus IPB dan di Jakarta, namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan di pemukiman Cibanteng.
Lebih rendahnya nilai hantaran hidrolik tersebut disebabkan perawatan lubang resapan bioporinya kurang baik dan tidak berkesinambungan.
Nilai hantaran hidrolik di kampus IPB dapat digolongkan kelas resapan air cepat namun jika dibandingkan dengan di Cibanteng dan di lahan pertanian
Cikabayan tergolong lebih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya penutup lahan, sehingga butir – butir hujan langsung mengenai permukaan tanah dan
mengakibatkan hancurnya agregat tanah. Meskipun demikian, nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai hantaran hidrolik di Jakarta.
Hantaran hidrolik di Jakarta mempunyai rataan 18,4 cmjam paling rendah jika dibandingkan dengan hantaran hidrolik di Bogor. Hal ini disebabkan beberapa
faktor, yaitu 1 Kematangan sampah organik yang digunakan dan 2 Perawatan lubang resapan. Pada LRB di Jakara, bahan organik yang digunakan
26 adalah kompos. Kompos adalah bahan organik yang sudah mengalami proses
dekomposisi. Penggunaan kompos pada LRB menyebabkan aktifitas biota tanah rendah karena bahan organk yang digunakan sebagai sumber makanan sudah
mengalami dekomposisi, sehingga pembentukkan biopori didalam tanah sedikit. Hal ini berbeda dengan LRB di Cigombong. Sumber bahan organik yang
digunakan di Cigombong adalah sampah organik segar yang berasal dari limbah rumah tangga.
Sampah organik yang digunakan di Cigombong meliputi potongan sayuran, kulit buah, ampas kelapa, dan lain-lain. Penggunaan bahan organik segar akan
meningkatkan aktifitas biota tanah di dalam LRB karena sumber makanan untuk biota banyak tersedia. Tingginya aktifitas biota tanah di dalam LRB akan memicu
pembentukan biopori. Dengan demikian, biopori yang terbentuk pada LRB Cigombong lebih besar daripada biopori pada LRB Jakarta. Selain menggunakan
kompos, LRB di Jakarta tidak dirawat dengan baik. Perawatan lubang biopori yang kurang terawat dan tidak berkesinambungan menyebabkan tumbuhnya lumut
dipermukaan dinding biopori. Lumut tersebut akan menutupi pori-pori yang terbentuk sebelumnya.
Gambar 13. Nilai Hantaran Hidrolik Jenuh Tanah di Berbagai
Penggunaan Lahan Lubang resapan biopori pada berbagai penggunaan lahan yang diamati
mempunya nilai hantaran hidrolik lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol masing-masing. Melihat kondisi tersebut penerapan teknologi lubang resapan
biopori perlu diterapkan lebih luas agar permasalahan-permasalahan seperti banjir dapat di atasi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
1. Aplikasi lubang resapan biopori pada berbagai penggunaan lahan meningkatkan hantaran hidrolik jenuh.
2. Aplikasi LRB memperbaiki sifat fisik tanah di sekitar LRB, menurunkan bobot isi tanah, meningkatkan porositas dan meningkatkan stabilitas tanah.
3. Hantaran hidrolik jenuh tanah tertinggi terdapat pada pemukiman di Bogor 28,7 cmjam diikuti di daerah lahan pertanian Cikabayan 24,9 cmjam,
daerah sekitar kampus 22,3 cmjam dan daerah Jakarta 18,4 cmjam.
5.2. Saran
Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis, jumlah, dan karakteristik fauna yang terdapat di dalam lubang resapan biopori.