b. Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman.
c. Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin kuat.
d. Masalah akses terhadap teknologi, terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan atau grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat
berubah. e. Masalah memperoleh bahan baku, terutama karena adanya persaingan
ketat dalam memperoleh bahan baku f. Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi
g. Masalah tenaga kerja karena sulit memperoleh tenaga kerja yang terampil.
2.4.5 Kelemahan UMK di Indonesia
Terdapat beberapa kelemahan dalam proses pengembangan UMK usaha Mikro dan kecil di Indonesia yang menghambat pertumbuhan dan daya saingnya
kurang progresif. Menurut Hubeis 2009 : 2 kelemahan itu disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut :
1. SDM lemah dalam kewirausahaan dan manajerial. 2. Keterbatasan keuangan.
3. Ketidak mampuan aspek pasar. 4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan
sarana. 5. Ketidak mampuan menguasai informasi.
6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai, serta perlakuan pelaku usaha besar usaha besar.
7. Tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama. 8. Sering tidak memenuhi standar.
9. Belum memenuhi kelengkapan aspek legalitas.
2.4.6 Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
Dalam era desentralisasi dan globalisasi sekarang, setiap masyarakat di daerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam
kaitan ini, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum dari tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan
haruslah sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan.
Untuk itu perlu diperhatikan bahwa peran UMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan dan peningkatan standar hidup
masyarakat setempat. Pertumbuhan UMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara UMK, pemerintah, swasta dan
masyarakat setempat. Strategi pemberdayaan UMK yang telah diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam Kuncoro, 2010 : 197 :
1. Aspek menejerial, yang meliputi: peningkatan produktivitasomzettingkat utilisasitingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan
pengembangan sumber daya manusia.
2. Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal penyisihan 1-5 keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha
kecil minimum 20 ari portofolio kredit bank dan kemudahan kredit. 3. Mengembangkan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem
Bapak angkat, PIR, keterkaitan hulu – hilir forward linkage, keterkaitan hilir – hulu backward linkage, modal ventura ataupun subkontrak.
4. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB Kelompok Usaha Bersama, KOPINKRA Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan.
Lembaga Amil Zakat mempunyai fungsi sebagai lembaga perantara atau Intermediasi dalam aktivitas suatu perekonomian. Jika fungsi ini berjalan baik
maka Lembaga Amil Zakat tersebut dapat menghasilkan nilai tambah. Aktifitas ekonomi ditujukan untuk membantu usaha mikro dan kecil agar dapat
meningkatkan skala usahanya. Hal ini berarti jika usaha mikro dan kecil dapat memanfaatkan jasa Lembaga Amil Zakat maka akan meningkatkan nilai tambah
sehingga upaya peningkatan pendapatan masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan cara yang produktif dengan memanfaatkan jasa intermediasi
Lembaga Amil Zakat termasuk usaha produktif yang dilakukan oleh UMK.
2.5 Omset Penjualan