mengatakan bahwa zakat fitrah itu diberikan hanya kepada fakir miskin saja, tidak kepada yang lainnya dari asnaf yang delapan.
2.2.5.2 Zakat Maal
Ibnu Asyr dalam Yusuf Qardawi 1999 : 123 mengatakan bahwa maal atau harta pada mulanya adalah emas dan perak, tetapi kemudian berubah
pengertiannya menjadi segala barang yang disimpan dan dimiliki. Ibnu Najim mengatakan bahwa maal atau kekayaan adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan
disimpan untuk keperluan dan hal itu terutama menyangkut yang konkret Qardawi, 1999 : 124.
2.2.5.2.1 Kekayaan yang Wajib Zakat Maal
1. Emas dan Perak Emas dan perak merupakan dua barang tambang yang sudah ditentukan
zakatnya dengan syarat : a pemiliknya Muslim, b merdeka, c milik sendiri, d sampai nishab, e sampai hawl satu tahun, dan barangnya disimpan. Nishab emas
adalah 20 dinar, dan besarnya zakat yang wajib dikeluarkan adalah sebesar 140 dari berat emas yang dimiliki Sabiq, 1978 : 35. Sedangkan nishab perak adalah
200 dirham, dan besarnya zakat yang wajib dikeluarkan adalah 140 dari berat perak yang dimiliki.
2. Hewan Ternak Jenis hewan ternak yang disepakati oleh jumhur ulama fiqh untuk
dikeluarkan zakatnya terbatas kepada unta, sapi atau kerbau dan kambing atau domba. Sayyid Sabiq 1978 : 80 menyebutkan bahwa tidak wajib zakat pada
hewan yang tidak termasuk dalam an’am unta, sapi, kerbau, kambing dan
domba. Maka tidak wajib zakat pada kuda, bagal dan keledai kecuali untuk diperdagangkan. Beliau bersandar pada hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud
yang diterima dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah bersabda: “telah Saya maafkan bagimu mengenai kuda dan hamba sahaya, dan tidak wajib zakat pada
keduanya”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu daud dengan sanad yang dapat diterima.
Adapun syarat munculnya kewajiban zakat terhadap hewan ternak menurut Yusuf Qardawi 1999 : 170 adalah : Sampai nishab, telah dimiliki
selama satu tahun, digembalakan dan tidak dipekerjakan. Berikut ini akan disajikan nishab untuk hewan ternak.
a. Nishab zakat unta Sesuai dengan ijma’ ulama dan hadits-hadits shahih yang bersumber dari
Rasulullah, maka nishab unta dapat dilihat pada tebel berikut. Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta
Nishab unta
Banyak zakat yang wajib diKeluarkan 5 – 9
1 ekor kambing 10 – 14
2 ekor kambing 15 – 19
3 ekor kambing 20 – 24
4 ekor kambing 25 – 35
1 ekor anak unta betina berumur 1 tahun lebih 36 – 45
1 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih 46 – 60
1 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih 61 – 75
1 ekor anak unta betina berumur 4 tahun lebih 76 – 90
2 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih 91 – 120
2 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih 121 – 129
3 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih 130 – 139
1 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih ditambah 2 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih
140 – 149 2 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih ditambah 1 ekor
anak unta betina berumur 2 tahun lebih 150 – 159
3 ekor anak unta betina umur 3 tahun lebih
160 – 169 4 ekor anak unta betina umur 2 tahun lebih
170 – 179 3 ekor anak unta betina umur 2tahun lebih ditambah 1 ekor anak
unta betina umur 3 tahun lebih 180 – 189
2 ekor anak unta betina umur 2 tahun lebih ditambah 2 ekor anak unta betina umur 3 tahun lebih
190 – 199 3 ekor anak unta betina umur 3 tahun lebih ditambah 1 ekor anak
unta betina umur 2 tahun lebih 200 – 209
4 ekor anak unta betina umur 3 tahun lebih atau 5 ekor anak unta betina umur 2 tahun lebih
Sumber : Yusuf Qardawi 1999 : 176 b. Nishab sapi
Pendapat masyhur yang diambil dari empat mazhab ialah bahwa nishab sapi itu 30 ekor, di bawah jumlah itu tidak ada zakatnya Qardawi, 1999 : 195.
Nishab sapi dan berapa besar zakatnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 2.2 Nishab Zakat Sapi
Nishab sapi Banyaknya zakat yang dikeluarkan
30 – 39 1 ekor anak sapi jantan atau betina usia 1 tahun
40 – 59 1 ekor anak sapi betina usia 2 tahun
60 – 69 2 ekor anak sapi jantan
70 – 79 1 ekor anak sapi betina usia 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan
usia 1 tahun 80 – 89
2 ekor anak sapi betina usia 2 tahun 90 – 99
3 ekor anak sapi jantan usia 1 tahun 100 – 109
1 ekor anak sapi betina usia 1 tahun dan 2 ekor anak sapi jantan usia 1 tahun
110 – 119 2 ekor anak sapi betina usia 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan
usia 1 tahun Sumber : Yusuf Qardawi 1999 : 195
c. Nishab zakat kambing dan domba
Para ulama bersepakat tentang nishab kambing adalah 40 ekor, dan juga berijma’ bahwa kambing itu termasuk juga domba Qardawi, 1999 : 205. Adapun
nishab kambing dan domba serta besarnya zakat yang dikeluarkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3 Nishab kambing dan domba
Nishab kambing dan domba
Banyaknya zakat yang dikeluarkan 40 – 120
1 ekor kambing 121 – 200
2 ekor kambing 201 – 399
3 ekor kambing 400 – 499
4 ekor kambing 500 – 599
5 ekor kambing Sumber : Yusuf Qardawi 1999 : 205
3. Pertanian Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa zakat wajib atas segala
makanan yang dimakan dan disimpan, biji-bijian dan buah kering seperti gandum, bijinya, jagung, padi, dan sejenisnya Qardawi, 1999 : 333. Yang dimaksud
dengan makanan adalah sesuatu yang dijadikan makanan pokok oleh manusia pada saat normal bukan pada masa tertentu. Oleh karena itu menurut mazhab
Maliki dan Syaf’i pala, kemiri, kenari dan sejenisnya tidak wajib zakat walaupun dapat disimpan karena tidak menjadi makanan pokok. Begitu pula dengan buah-
buahan seperti jambu, apel prem dan sejenisnya kerena tidak kering dan disimpan. Dalam Qardawi 1999 : 336 Abu Hanifah berpendapat bahwa semua hasil
tanaman yaitu yang dimaksudkan untuk mengeksploitasi dan memperoleh penghasilan dari penanamannya, wajib zakatnya sebesar 10 atau 5. Iya tidak
mempersyaratkan semuanya itu harus berupa makanan pokok, kering, bisa disimpan, bisa ditakar atau bisa dimakan. Oleh karena itu, hal ini berarti semua
tanaman wajib zakat tanpa terkecuali. Pendapat ini didukung oleh Umar bin Abdul Aziz, Mujahid, dan Hamad bin Abu Sulaiman.
Yusuf Qardawi 1999 : 337 mengatakan bahwa pendapat terkuat untuk dipegang adalah pendapat Abu Hanifah bahwa semua tanaman wajib zakat. Hal
itu didukung oleh keumuman cakupan pengertian nash-nash Al-Quran dan hadits, dan sesuai dengan hikmah satu syariat diturunkan. Nishab zakat hasil pertanian
adalah 653 kg. Sedangkan besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 10 apabila menggunakan sistem tadah hujan di luar penggunaan tenaga manusia
yang dibayar. Dan apabila menggunakan sistem irigasi dan tenaga manusia yang dibayar maka besar kadar zakatnya adalah 5.
4. Zakat Barang Temuan Rikaz Yusuf Qardawi 1999 : 410 berpendapat bahwa rikaz adalah barang
temuan, benda-benda yang disimpan di tanah, berbagai macam harta benda yang disimpann orang-orang terdahulu di dalam tanah, seperti emas, perak, tembaga,
pundi-pundi berharga dan sejenisnya. Ulama fiqh sepakat bahwa kadar zakat yang wajib dikeluarkan dari harta rikaz atau temuan adalah seperlima bagian atau 20
Qardawi 1999 : 410. Kesepakatan itu berdasarkan hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, “zakat rikaz adalah
seperlima bagian”. 5. Zakat Harta Perdagangan
Sayyid Sabiq 1978 : 47 mengatakan bahwa siapa yang memiliki barang- barang perniagaan yang banyaknya cukup satu nishab serta telah berjalan dalam
masa satu tahun, hendaklah dia menaksir harganya pada akhir tahun itu lalu mengeluarkan zakatnya, yaitu 140 dari harga tersebut. Pendapat tersebut
berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan Abu Daud dan Baihaqi dari Samurah bin Jundub bahwa “sesungguhnya Nabi menyuruh kami mengeluarkan zakat dari
barang-barang yang kami sediakan untuk perdagangan”.
6. Zakat profesi Penghasilan yang diperoleh oleh seorang pegawai di dalam fiqh dikenal
dengan istilah al-mal al-mustasfad Zuhayly, 1995 : 275. Al-mal al-mustasfad wajib dikeluarkan zakatnya begitu diterima meskipun kepemilikannya belum
sampai setahun, berdasarkan pada pendapat sebagian sahabat Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan Mu’awiyah sebagian tabi’in Al-zuhri, Al-hasan bashri, serta
pendapat Umar bin Abdul aziz, Al-Baqir Al-Shadiq, Al-nashir, dan Dawud Al- Zhahiri. Zuhayly, 1995 : 275. Besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah
140.
2.2.6 Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq adalah
mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada memiliki syarat
khusus yaitu terpenuhi nishab dan hawl-nya serta di berikan pada golongan tertentu, maka infaq tidak.
Berdasarkan UU No.23 pasal 1 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, yang dimaksud dengan infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau
badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Adapun untuk infaq, peraturan bagi kategori kelompok penerimanya lebih luas dari pada zakat, artinya
distribusi infaq dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya. 2.2.7
Pendayagunaan Zakat
Pendayagunaan zakat berkaitan erat dengan pendistribusian zakat. Hal ini dikarenakan jika distribusi zakat dapat dilakukan secara efektif dan tepat sasaran,
maka pendayagunaan zakat juga akan memperoleh hasil yang optimal. Dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, dijelaskan mengenai pendayagunaan sebagai berikut :
a. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahiq dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut:
1. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq delapan ashnaf yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan
ibnussabil. 2. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan. 3. Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing.
a. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut:
1. Apabila pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sudah terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan.
2. Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan 3. mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pertimbangan.
Dalam pendayagunaan dana zakat, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pihak penyalur zakat atau lembaga pengelola zakat. Hal tersebut
termaktub di dalam keputusan Menteri Agama RI No. 373 tahun 2003 tentang pengelolaan dana zakat. Adapun jenis-jenis kegiatan pendayagunaan dana zakat:
a. Berbasis Sosial Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian dana
langsung berupa santunan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan pokok mustahik. Ini disebut juga Program Karitas santunan atau hibah konsumtif. Program ini
merupakan bentuk yang paling sederhana dari penyaluran dana zakat. Tujuan utama bentuk penyaluran ini adalan antara lain :
1. Untuk menjaga keperluan pokok mustahik 2. Menjaga martabat dan kehormatan mustahik dari meminta-minta
3. Menyediakan wahana bagi mustahik untuk meningkatkan pendapatan
4. Mencegah terjadinya eksploitasi terhadap mustahik untuk kepentingan yang menyimpang.
b. Berbasis pengembangan ekonomi Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian modal usaha
kepada mustahik secara langsung maupun tidak langusng, yang pengelolaannya bisa melibatkan maupun tidak melibatkan mustahik sasaran. Penyaluran dana
zakat ini diarahkan pada usaha ekonomi yang produktif, yang diharapkan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat.
Nasution 2008 : 12 dalam pendistribusian dana zakat, pada masa kekinian dikenal dengan istilah zakat konsumtif dan zakat produktif . Hampir
seluruh lembaga pengelolaan zakat menerapkan metode ini. Secara umum kedua
kategori zakat ini dibedakan berdasarkan bentuk pemberian zakat dan penggunaan dana zakat itu oleh mustahik. Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan
produktif tersebut kemudian dibagi dua, yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif, sedangkan yang berbentuk produktif dibagi menjadi produktif
konvensional dan produktif kreatif, adapun penjelasan lebih rinci dari keempat bentuk penyaluran zakat teresebut adalah:
1. Konsumtif Tradisional Maksud pendistribusian zakat secara konsumtif tradisional adalah bahwa
zakat dibagikan kepada mustahik dengan secara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras dan uang
kepada fakir miskin setiap idul fitri atau pembagian zakat mal secara langsung oleh para muzakki kepada mustahik yang sangat membutuhkan karena ketiadaan
pangan atau karena mengalami musibah. Pola ini merupakan program jangka pendek dalam rangka mengatasi permasalahan umat.
2. Konsumtif Kreatif Pendistribusian zakat secara konsumtif kreatif adalah zakat yang
diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang
dihadapinya. Bantuan tersebut antara lain berupa alat-alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar, bantuan sarana ibadah seperti sarung dan mukena, bantuan alat
pertanian, seperti cangkul untuk petani, gerobak jualan untuk pedagang kecil. 3. Produktif Konvensional
Pendistribusian zakat secara produktif konvensional adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, di mana dengan menggunakan
barang-barang tersebut, para muzakki dapat menciptakan suatu usaha, seperti pemberian bantuan ternak kambing, sapi perahan atau untuk membajak sawah,
alat pertukangan, mesin jahit. 4. Produktif Kreatif
Pendistribusian zakat secara produktif kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk pemodalan
proyek sosial, seperti pembangunan sosial, seperti pembangunan sekolah, sarana kesehatan atau tempat ibadah maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau
bagi pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil. Prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif
berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelola zakat, Bab V pasal 29 ditetapkan sebagai berikut:
a. Melakukan studi kelayakan. b. Menetapkan jenis usaha produktif.
c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan. d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan.
e. Mengadakan evaluasi. f. Membuat pelaporan.
2.3 Zakat Dalam Usaha Produktif
Implikasi zakat adalah memenuhi kebutuhan masyarakat yang kekurangan, memperkecil jurang kesenjangan ekonomi, menekan jumlah permasalahan
sosisal, dan menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat memelihara sektor usaha wulansari, 5 : 2014. dengan kata lain zakat dapat menjadi pendorong
perekonomian karena menjaga konsumsi masyarakat pada tingkat yang lebih rendah, menyediakan permodalan bagi dunia usaha, serta mampu menjadi
instrumen distribusi pendapatan. Zakat bukanlah pajak, tetapi pungutan khusus yang hanya diwajibkan bagi
umat muslim yang mampu. Zakat merupakan pendapatan khusus pemerintah yang harus dibelanjakan untuk kepentingan-kepentingan khusus seperti untuk
membantu pengangguran, fakir miskin, dan sebagainya. Zakat membentuk masyarakat untuk bekerja sama bertindak sebagai lembaga penjamin dan penyedia
dana cadangan bagi masyarakat muslim wulansari, 2014: 7. Zakat terhadap produksi dengan asumsi para muzakki adalah golongan
yang umumnya bekerja sebagai produsen, maka manfaat zakat oleh produsen akan dirasakan melalui tingkat konsumsi yang terus terjaga, akibat zakat yang mereka
bayarkan dibelanjakan oleh mustahik untuk mengkonsumsi barang dan jasa dari produsen wulansari, 5 : 2014. Artinya, semakin besar jumlah zakat maka
semakin tinggi pula konsumsi masyarakat yang dapat mendorong ekonomi. Saat ini zakat dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat produktif,
tidak hanya yang bersifat konsumtif. Pemanfaatan zakat dalam kegiatan produktif tentunya dapat membantu mustahik dalam jangka waktu yang relatif panjang.
Keberadaan zakat yang memang pada mulanya ditujukan untuk memberantas kemiskinan menimbulkan pemikiran-pemikiran dan inovasi dalam penyaluran
dana zakat itu sendiri, salah satunya sebagai bantuan dalam usaha produktif.
Zakat yang bersifat produktif mampu mengangkat kedudukan masyarakat mustahik menjadi masyarakat muzakki. Hal ini dikarenakan dengan adanya
bantuan modal berupa dana zakat produktif, sehingga para mustahik memiliki usaha yang dapat meningkatkan pendapatannya sehingga mereka terlepas dari
belenggu kemiskinan. Bahkan para mustahik yang sudah menjadi muzakki ini memiliki potensi zakat yang cukup besar pula.
2.4 Usaha Mikro dan Kecil
Pengertian Usaha mikro dan kecil tidak selalu sama pada setiap negara, tergantung pada konsep yang digunakan negara tersebut. Usaha Mikro dapat
mencakup paling sedikit dua aspek yaitu penyerapan tenaga kerja dan
pengelompokkan perushaaan dilihat dari jumlah tenaga kerja yang dapat diserap. 2.4.1
Pengertian Usaha Mikro Adapun beberapa definisi usaha mikro sebagai berikut
1. Berdasarkan Undang – Undang No. 20 tahun 2008 pasal 1, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Badan Pusat Statistik, Usaha Mikro mempunyai pekerja lima orang, termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar.
3. Bank Indonesia, Usaha Mikro yaitu usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin, dimiliki keluarga, sumber daya lokal dan teknologi sederhana.
Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry.
4. Bank Dunia, Usaha mikro merupakan usaha gabungan atau usaha keluarga dengan tenaga kerja kurang dari 10 orang. Usaha mikro
merupakan usaha untuk mempertahankan hidup yang kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh tabungan dan pinjaman beskala kecil.
2.4.2 Pengertian Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan sebutan yang ringkas dari usaha sekala kecil sebagai terjemahan dari istilah small scale enterprise yang mengacu pada
perusahaan yang melakukan aktivitas produktif, mengomninasikan faktor-faktor produksi dan menghasilkan barang dan jasa, memasarkan dan mencetak
keuntungan dimana pemilik adalah pengelola sekaligus administrator dari perusahaannya Pandji, 2011 : 47. Adapun berdasarkan Undang – Undang No.
20 tahun 2008 pasal 1, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
2.4.3 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil
Adapun kriteria usaha kecil dan mikro sesuai yang termaktub dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2008 pasal 6 adalah :
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00. tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 tidak termasuk dan
bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
2.4.4 Keunggulan Dan Permasalahan Usaha Mikro Dan Kecil
Partomo dan soedjoedono 2002 : 13 menyebutkan beberapa keunggulan UMK terhadap usaha besar sebagai berikut :
a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi pengembangan produk.
b. Hubungan kemanusiaan yang akrab dalam usaha kecil. c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak.
d. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat disbanding dengan perusahaan
skala besar yang pada umumnya birokratis. e. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.
Adapun permasalahn yang sering dihadapi oleh UMK adalah kuncoro, 2007 : 368 :
a. Masalah belum dipunyainya sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dispisahkannya kepemilikan dan
pengelolaan perusahaan
b. Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman.
c. Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin kuat.
d. Masalah akses terhadap teknologi, terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan atau grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat
berubah. e. Masalah memperoleh bahan baku, terutama karena adanya persaingan
ketat dalam memperoleh bahan baku f. Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi
g. Masalah tenaga kerja karena sulit memperoleh tenaga kerja yang terampil.
2.4.5 Kelemahan UMK di Indonesia
Terdapat beberapa kelemahan dalam proses pengembangan UMK usaha Mikro dan kecil di Indonesia yang menghambat pertumbuhan dan daya saingnya
kurang progresif. Menurut Hubeis 2009 : 2 kelemahan itu disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut :
1. SDM lemah dalam kewirausahaan dan manajerial. 2. Keterbatasan keuangan.
3. Ketidak mampuan aspek pasar. 4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan
sarana. 5. Ketidak mampuan menguasai informasi.
6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai, serta perlakuan pelaku usaha besar usaha besar.
7. Tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama. 8. Sering tidak memenuhi standar.
9. Belum memenuhi kelengkapan aspek legalitas.
2.4.6 Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
Dalam era desentralisasi dan globalisasi sekarang, setiap masyarakat di daerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam
kaitan ini, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum dari tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan
haruslah sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan.
Untuk itu perlu diperhatikan bahwa peran UMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan dan peningkatan standar hidup
masyarakat setempat. Pertumbuhan UMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara UMK, pemerintah, swasta dan
masyarakat setempat. Strategi pemberdayaan UMK yang telah diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam Kuncoro, 2010 : 197 :
1. Aspek menejerial, yang meliputi: peningkatan produktivitasomzettingkat utilisasitingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan
pengembangan sumber daya manusia.
2. Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal penyisihan 1-5 keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha
kecil minimum 20 ari portofolio kredit bank dan kemudahan kredit. 3. Mengembangkan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem
Bapak angkat, PIR, keterkaitan hulu – hilir forward linkage, keterkaitan hilir – hulu backward linkage, modal ventura ataupun subkontrak.
4. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB Kelompok Usaha Bersama, KOPINKRA Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan.
Lembaga Amil Zakat mempunyai fungsi sebagai lembaga perantara atau Intermediasi dalam aktivitas suatu perekonomian. Jika fungsi ini berjalan baik
maka Lembaga Amil Zakat tersebut dapat menghasilkan nilai tambah. Aktifitas ekonomi ditujukan untuk membantu usaha mikro dan kecil agar dapat
meningkatkan skala usahanya. Hal ini berarti jika usaha mikro dan kecil dapat memanfaatkan jasa Lembaga Amil Zakat maka akan meningkatkan nilai tambah
sehingga upaya peningkatan pendapatan masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan cara yang produktif dengan memanfaatkan jasa intermediasi
Lembaga Amil Zakat termasuk usaha produktif yang dilakukan oleh UMK.
2.5 Omset Penjualan
Omset atau total revenue TR adalah seluruh pendapatan yang diterima perusahaan atas penjualan barang hasil produksinya Wilson, 2007 : 98.dengan
kata lain penerimaan total merupakan hasil perkalian antara harga dengan keseluruhan jumlah barang yang terjual. Secara matematis penerimaan total dapat
diketahui melalui rumus berikut :
TR = P x Q TR adalah penerimaan total, sedangkan P adalah harga, dan Q adalah
jumlah barang. Penerimaan total dapat meningkat akibat perubahan harga dan perubahan jumlah penjualan barang. Penerimaan total meningkat apabila harga
naik sedangkan penjualan tetap atau bertambah, atau jumlah penjualan meningkat sedangkat harga tetap atau meningkat.
P TR
TR P
1
TR
1
P
Q Q
Q
1
Gambar 2.1 : Kurva Total Revenue TR
adalah total Revenue yang terjadi karena peningkatan harga dari P ke
P
1
sedangkan jumlah penjualan tetap Q
0.
Adapun TR
1
adalah total revenue yang terjadi akibat pertambahan jumlah penjualan dari Q
ke Q
1
sedangkan harga tetap P
.
2.6 Aset
Menurut Yudiati dan Wahyudi 2010 : 37 aset atau kekayaan perusahaan adalah menunjukkan segala bentuk kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dan
merupakan sumberdaya bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Karakteristik aktivitas sebuah perusahaan mempengaruhi bentuk kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sumber kekayaan memberikan informasi
darimana kekayaan perusahaan berasal. Baik yang berasal dari pemilik modal maupun pinjaman dari pihak lain.
2.7 Keuntungan Atau Laba
Keuntungan atau laba diperoleh ketika terdapat selisih antara penerimaan total dengan biaya total wilson, 2007 : 100. Penerimaan total adalah jumlah
seluruh penjualan yang diterima atau hasil perkalian antara jumlah penjualan dan harga. Sedangkan biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan produksi sampai barang tersebut dijual. Secara matematis keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut : TC
TR −
= π
π adalah besarnya keuntungan, TR total revenue adalah penerimaan total, dan TC total cost adalah biaya total. Semakin besar selisih antara penerimaan total
dengan biaya total maka semakin besar keuntungan yang diperoleh atas penjualan barang tersebut. Sebaliknya, semakin kecil keuntungan yang diperoleh bila
semakin kecil selisih penerimaan total dengan biaya total. Keuntungan nol zero profit ketika penerimaan total sama dengan biaya total dan mengalami kerugian
ketika penerimaan total lebih kecil dari biaya total.
TR,TC
keuntungan TC
TR Q
Q Q
Q
1
Gambar 2.2: Kurva Keuntungan dengan Pendekatan Total Revenue dan Total Cost.
Gambar 2.2 menunjukkan bahwa bertambahnya penjualan total TR meningkat sampai pada titik tertentumaksimum, kemudian menurun akibat
tambahan penjualan. Sebaliknya, kurva biaya total TC akan menurun sampai pada titik tertentu dan setelah itu akan mengalami peningkatan akibat tambahan
penjualan. Keuntungan diperoleh dengan menjual barang antara Q sampai Q
1
. Keuntungan maksimum dicapai dengan menjual sebanyak Q, dimana kurva
penerimaan total TR jauh berada diatas kurva biaya total TC. Apabila menjual sebanyak Q
dan Q
1
perusahaan berada pada zero profit. Sebaliknya, perusahaan akan mengalami rugi dengan menjual di bawah Q
dan melebihi Q
1
.
2.8 Program Senyum Mandiri
Senyum Mandiri adalah salah satu program yang dicanangkan oleh LAZ Rumah Zakat untuk memberdayakan umat dari aspek ekonomi. Program ini
dijalankan dengan cara memberikan bantuan modal kepada mustahik dengan
sistem hibah atau qardul hasan. Program ini bertujuan untuk membantu pelaku usaha mikro dan kecil yang tidak memiliki modal.
Dalam pemberian bantuan modal tidak langsung diberikan oleh pihak Rumah Zakat. Ada beberapa persyaratan yang harus mustahik lengkapi yaitu:
1. mengisi formulir 2. mengisi keterangan sudah memiliki usaha atau belum
3. mengisi keterangan jenis usaha 4. mengisi formulir tentang kendala usaha
5. surat keterangan tidak mampu 6. pernyataan komitmen
Sedangkan prosedur pemberian bantuan modal dari Rumah Zakat dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.3 Alur Pemberian Bantuan Modal Setelah memenuhi semua kriteria pihak Rumah Zakat akan melakukan
survey ke lokasi usaha. Setelah ditetapkan mustahik yang berhak menerima bantuan modal maka dilakukan monitoring usaha, agar mustahik dapat dilihat
Permohonan bantuan modal dari mustahik kepada Rumah Zakat
Ketputusan usaha yang layak diberikan bantuan modal
Bantuan diberikan, melakukan monitoring danpembinaan usaha Rumah Zakat melakukan penerimaan, seleksi, pemilihan dan melakukan
surveylokasi usaha
perkembangan usahanya. Monitoring dilakukan dengan adanya kunjungan dari pihak Rumah Zakat kepada Musahik penerima modal yang dilakukan sekali
dalam sebulan. Mustahik diwajibkan membuat buku pencatatan usaha, dari buku tersebut dapat dilihat perkembangan usaha mustahik yang akan
dilaporkan kepada kantor pusat. Selain adanya monitoring, pihak Rumah Zakat juga mengadakan berbagai pelatihan seperti pelatihan manajerial usaha,
pembukuan, pelatihan pengembangan skill dan juga diadakannya trainning motivasi.
Indikator keberhasilan dari program senyum mandiri salah satunya dilihat dari pendapatan mustahik, dari jangka satu tahun bantuan yang sudah
diberikan adakah peningkatan pendapatan. Indikator lain dilihat dari peningkatan managerial usaha maupun kelengkapan usaha. Pihak Rumah
Zakat setiap hari mengadakan pemantauan terhadap usaha mustahik.
2.9 Kewirausahaan
Dalam mendirikan suatu perusahaan, selain membutuhkan tersedianya sumber daya atau faktor-faktor produksi juga diperlukan adanya kewirausahaan
yang tangguh dari pengelolanya. Kewirausahaan berasal dari kata dasar wirausaha. Meredith dalam Pandji 2011:27 yang dimaksud dengan wirausaha
adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan- kesempatan bisnis, menhumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna
mengambil keuntungan darinya serta mengambil tindakan yang tepat guna memastikan kesuksesan.
Sedangkan kewirausahaan menurut salim siagian dalam pandji 2011 : 28 adalah semangat, prilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang
positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan atau masyarakat dengan selalu
berusaha mencari pelanggan lebih banyak dan melayani pelanggan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan
menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen. Dengan kata lain
kewirausahaan merupakan suatu proses penciptaan nilai dengan menggunakan berbagai sumber daya tertentu untuk mengeksploitasi peluang. Adapun proses
tersebut dibagi dalam beberapa tahapan yaitu : pandji, 2011 : 28 1. Identifikasi peluang
2. Pengembangan konsep bisnis baru 3. Evaluasi dan pengumpulan sumber daya yag diperlukan
4. Implementasi konsep 5. Pemanfaatan serta penuaian hasil
Adapun beberapa manfaat dari memiliki jiwa kewirausahaan adalah : pandji, 2011 : 35
1. Meningkatkan produktivitas. Melalui metode barunya, seorang wirausaha dapat meningkatkan produktivitasnya.
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan pekerjaan. Wirausaha memberikan lapangan kerja yang cukup besar sehingga
dapat memberikan kintribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Menciptakan teknologi, produk barang dan jasa baru. Banyak wirausaha yang memanfaatkan peluang dan menciptakan produk baru.
Kalau pun mereka masih memperthankan produk ama, produk tersebut merupakan produk yang sudah diperbaiki.
4. Mendorong inovasi. Meskipun wirausaha terkadang tidak menciptakan sesuatu yang baru, tetapi meereka dapat mengembangkanmetoe atau
produk yang inovatif. Sebagai contoh Henry Ford yang pertama kali membuat sistem operasi yang mudah dipakai, Apple yang pertama kali
membuat tetapi Microsoft yang mempopulerkan sistem operasi semacam itu di komputer PC.
5. Membantu organisasi bisnis yang besar. Bisnis yang besar seringkali memperoleh komponen dari perusahaan kecil yang memproduksi
komponen tersebut. Perusahaan besar tidak memproduksi komponen tersebut karena tidak efisien memproduksi komponen yang kecil,
dengan pasar yang kecil.
2.10 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Wulansari 2014 yang berjudul “Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Mustahik Penerima Zakat Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang” menyimpulkan bahwa Penghimpunan dana zakat, Rumah Zakat
menyediakan berbagai sarana kepada para muzakki, dana zakat yang terhimpun semuanya disalurkan pada program senyum mandiri, senyum juara, senyum
sehat dan senyum lestari. Dalam program senyum mandiri menggunakan konsep
pemberian bantuan modal kepada mustahik yang membutuhkan bantuan modal. Sedangkan Berdasarkan hasil Uji Paired T-test dapat diketahui bahwa modal,
omset usaha dan keuntungan usaha mustahik adalah berbeda secara signifikan antara sebelum dan sesudah menerima bantuan modal usaha yang diberikan
oleh Rumah Zakat. Dan penelitian yang dilakukan oleh Mila Sartika 2008 yang berjudul
“Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahik
Pada Laz Yayasan Solo Peduli Surakarta”. Penelitian ini dilakukan dengan
metode regresi sederhana. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana zakat sebagai variabel independen dan pendapatan mustahik sebagai variabel
dependen. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara jumlah dana yang disalurkan terhadap pendapatan mustahik zakat. Ini berarti
bahwa jumlah dana zakat yang disalurkan benar-benar mempengaruhi pendapatan mustahik. Dengan kata lain, semakin tinggi dana yang disalurkan maka akan
semakin tinggi pula pendapatan mustahik. Ditemukan besarnya pengaruh variabel dana zakat terhadap variabel pendapatan pendapatan mustahik sebesar 10,2 .
Yang berarti sebesar 89,2 dari pendapatan musatahik dipengaruhi oleh faktor lain.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Garry Nugraha Winoto 2011. Penelitian tersebut berjudul Pengaruh Dana Zakat
Produktif terhadap Keuntungan Usaha Mustahik Penerima Zakat studi kasus BAZ Kota semarang. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan total
pengeluaran rumah tangga, penerima usaha, pengeluaran usaha dan keuntungan
usaha sebelum dan setelah menerima bantuan modal. Hasil regresi pada tingkat 5 menunjukkan variabel modal usaha berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keuntungan usaha setelah menerima bantuan modal.
2.11 Kerangka Konseptual
Keberadaan lembaga amil zakat sangat membantu dalam penghimpunan dan penyaluran dana zakat. Diharapkan dana zakat yang telah terhimpun dapat
diberikan kepada mustahik sebagai zakat produktif dan dapat menciptakan muzakki-muzakki baru. Dalam pemberian zakat dengan pola produktif
membutuhkan manajemen dan pengawasan yang baik dari lembaga amil zakat. Penelitian ini ditujukan untuk dapat mengetahui sejauh mana peranan dana zakat
produktif yang disalurkan oleh lembaga amil Rumah Zakat dapat meningkatkan, omset, Aset, maupun laba usaha mustahik.
ZAKAT
Penyaluran Zakat Produktif
Laz Rumah Zakat Kota Medan
Omset Penjualan
Keuntungan Penjualan
Aset
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual
2.12 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang akan dipecahkan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Adanya perbedaan omset sebelum dan setelah menerima bantuan dana zakat produktif dari LAZ Rumah Zakat kota Medan.
b. Adanya perbedaan jumlah aset sebelum dan setelah menerima bantuan dana zakat produktif dari LAZ Rumah Zakat kota Medan.
c. Adanya perbedaan laba usaha sebelum dan setelah menerima bantuan dana zakat produktif dari LAZ Rumah Zakat kota Medan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif mengenai perbandingkan variabel omset, aset dan keuntungan UMK sebelum dan setelah
menerima bantuan modal dari LAZ Rumah Zakat melalui program Senyum Mandiri.
3.2 Lokasi Penelitian
Adapun tempat penelitian ini adalah kantor LAZ Rumah Zakat kotaMedan. Penelitian ini juga dilakukan di beberapa kawasan lain di kota Medan
dimana UMK penerima bantuan modal dari LAZ Rumah Zakat berada.
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisi peran LAZ Rumah zakat dalam mengembangkan UMK di kota Medan melalui program Senyum Mandiri.
Adapun UMK yang diteliti dalam penelitian ini adalah UMK yang mendapat bantuan modal dari LAZ Rumah Zakat.
3.4 Definisi Operasional
Agar terhindar dari kesalahan pengertian dan penafsiran terhadap istilah- istilah judul, maka penulis memberikan penegesan definisi dari istilah-istilah
tersebut untuk memperdalam pembahasan sehingga ruang lingkupnya tidak
meluas. Yaitu sebagai berikut :
1. Zakat sejumlah harta yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang- orang yang berhak.
2. Bantuan Modal adalah bantuan yang diberikan sebagai tambahan modal usaha dalam jumlah rupiah tertentu.
3. Omset adalah keseluruhan jumlah penjualan barangjasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh.
4. Keuntungan atau laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu : 1. Data Primer, yaitu merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
responden yang terpilih dilokasi penelitian yaitu para UMK penerima penerima bantuan modal berupa zakat produktif yang disalurkan oleh LAZ
Rumah Zakat Medan. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan
mempelajari berbagai tulisan, buku, jurnal, dan artikel yang mendukung penelitian ini.
3.6 Teknik Penentuan Sample
Objek penelitian ini adalah mustahik penerima bantuan modal dari LAZ Rumah Zakat. Jumlah Mustahik penerima zakat adalah 38 orang dan mustahik
yang masih aktif menjalankan usahanya adalah 32 orang. Penentuan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample. Purposive sample dilakukan
dengan cara mengambil subjek penelitian bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu arikunto, 2006 : 139.
kriteria sample yang digunakan adalah mustahik yang menerima bantuan modal dari LAZ Rumah Zakat dan masih aktif menjalankan usahanya. Jadi sample dalam
penelitian ini adalah berjumlah 32 orang.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, kuesioner dan studi literatur.
1. Observasi Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan
diteliti, dalam hal ini pengamatan langsung terhadap LKN PKPU cabang Medan dan para penerima dana zakat yang disalurkan oleh LKN PKPU cabang Medan.
2. Wawancara Wawancara dilakukan khusus kepada perwakilan dari LAZ Rumah Zakat
dengan memberikan pertanyaan langsung kepada responden atau pihak-pihak yang terkait.
3. Kuesioner Diberikan khusus kepada para responden mustahik penerima bantuan.
Dilakukan dengan cara memberikan sebuah daftar pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian kepada responden yang terpilih. Kuesioner ini
menggunakan jenis pertanyaan gabungan tertutup dan terbuka dimana peneliti telah menyiapkan alternatif jawaban dan juga memberikan kebebasan kepada
responden untuk memberikan informasi lain apabila alternatif jawaban yang diberikan tidak sesuai. Skala yang digunakan adalah skala Guttman.
4. Skala Guttman Skala Guttman bertujuan untuk menentukan ketunggalan dimensi.
soewadji, 2012 : 256. Dalam skala ini satu pertanyaan harus hanya mengukur satu dimensi saja dari variabel yang diukur. Ini berarti bahwa apabila suatu skala
memiliki keunggulan dimensi maka responden mejawab ya atau setuju pada dimensi yang lebih kuat. Skala ini biasanya menggunakan jawaban yatidak atau
setujutidaksetuju. 5. Studi Literatur
Studi literatur merupakan studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data dan informasi yang diperoleh dari
jurnal, buku-buku, laporan penelitian serta artikel yang berhubungan dengan topik penelitian.
3.8 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu kuantitatif dan kualitatif. Adapun program yang digunakan dalam melakukan analisis data adalah program
Microsoft Excel dan SPSS 16.
3.8.1 Metode Kualitatif
Metode kualitatif yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Metode ini dilakukan dengan cara menguraikan dan menafsirkan data yang ada
sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan. Analisis deskriptif dilakukan peneliti yaitu dengan mendistribusikan jawaban responden
dalam bentuk tabel dan diagram sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi jawaban responden.
3.8.2 Metode Kuantitatif
1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data
berdistribusi normal atau tidak. Hal ini diperlukan untuk menentukan metode analisis yang digunakan. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan
adalah uji Kormogolov-Smirnov. Adapun Dasar pengambilan keputusan uji normalitas Kormogolov-
Smirnov adalah : - Data berdistribusi normal jika nilai sig signifikansi 0.05
- Data berdistribusi tidak normal jika nilai sig signifikansi 0.05 a. Berdasarkan uji normalitas pada variabel bantuan diperoleh nilai
Asymp.sig. variabel bantuan sebesar 0,086 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel omset berdistribusi normal lihat lampiran 2.
b. Berdasarkan uji normalitas pada variabel omset sebelum bantuan diperoleh nilai Asymp.sig. sebesar 0,086 0,05 maka dapat disimpulkan data
berdistribusi normal lihat lampiran 2. c. Berdasarkan uji normalitas omset setelah bantuan diperoleh nilai
Asymp.sig. sebesar 0,271 0,05 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal lihat lampiran 2.
d. Berdasarkan uji normalitas pada variabel aset sebelum bantuan diperoleh nilai Asymp.sig. sebesar 0,249 0,05 maka dapat disimpulkan data
berdistribusi normal lihat lampiran 2.
e. Berdasarkan uji normalitas pada variabel aset setelah bantuan diperoleh nilai Asymp.sig. sebesar 0,300 0,05 maka dapat disimpulkan data
berdistribusi normal lihat lampiran 2. f. Berdasarkan uji normalitas pada variabel keuntungan sebelum bantuan
diperoleh nilai Asymp.sig. sebesar 0,502 0,05 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal lihat lampiran 2.
g. Berdasarkan uji normalitas pada variabel keuntungan setelah bantuan diperoleh nilai Asymp.sig. sebesar 0,382 0,05 maka dapat disimpulkan
data berdistribusi normal lihat lampiran 2.
2. Metode Paired Sample T-Test.
Metode yang dipakai untuk menganalisis data penelitian yang bersifat perbandingan komparatif adalah metode analisis parametrik menggunakan
Paired Sample T-Test. Metode ini dipilih karena data berdistribusi normal berdasarkan uji kormogolov-smirnov. Metode ini digunakan untuk menguji
signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi. Rumus Paired Sample T-Test
N SD
D t
=
Keterangan t
: Nilai t hitung
D
: Rata-rata selisih pengukuran 1dan 2
SD : Standar deviasi selisih pengukuran 1dan 2 N
: Jumlah Sample a. Variabel Omset
- Ho : tidak terdapat perbedaan signifikan variabel omset mustahik sebelum dan setelah menerima bantuan modal
- Ho : terdapat perbedaan signifikan variabel omset mustahik sebelum dan setelah menerima bantuan modal.
Hal tersebut dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : - Jika nilai signifikansi output 0.05
α = 5, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan omset mustahik sebelum dan setelah mendapat
bantuan modal. - Jika nilai signifikansi output 0.05
α = 5, maka terdapat perbedaan yang signifikan omset mustahik sebelum dan setelah mendapat bantuan
modal. b. Variabel Aset
- Ho : tidak terdapat perbedaan signifikan variabel aset sebelum dan setelah menerima bantuan modal
- Ho : terdapat perbedaan signifikan variabel aset sebelum dan setelah menerima bantuan modal.
Hal tersebut dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : - Jika nilai signifikansi output 0.05
α = 5, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan aset sebelum dan setelah mendapat bantuan
modal.
- Jika nilai signifikansi output 0.05 α = 5, maka terdapat perbedaan
yang signifikan aset sebelum dan setelah mendapat bantuan modal. c. Variabel keuntungan
- Ho : tidak terdapat perbedaan signifikan variabel keuntungan mustahik sebelum dan setelah menerima bantuan modal
- Ho : terdapat perbedaan signifikan variabel keuntungan mustahik sebelum dan setelah menerima bantuan modal.
Hal tersebut dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : - Jika nilai signifikansi output 0.05
α = 5, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan keuntungan mustahik sebelum dan setelah
mendapat bantuan modal. - Jika nilai signifikansi output 0.05
α = 5, maka terdapat perbedaan yang signifikan keuntungan mustahik sebelum dan setelah mendapat
bantuan modal
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Rumah Zakat 4.1.1 Sejarah Rumah Zakat
Rumah Zakat merupakan salah satu lembaga sosial keagamaan yang memfokuskan pada pengelolaan zakat, infak, sedekah, wakaf, dan juga mengelola
dana-dana CSR Corporate Social Responsibility perusahaan. Terbentuknya Lembaga Amil Zakat ini merupakan prakarsa dari seorang tokoh da’i muda
Bandung bernama Abu Syauqi. Bersama dengan beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis Talim Ummul Quro, Ustadz Abu Syauqi membentuk suatu
lembaga sosial yang fokus pada pengumpulan dana-dana untuk bantuan kemanusiaan. Pada tanggal 2 Juli 1998, kesepakatan tersebut melahirkan suatu
organisasi bernama Dompet Sosial Ummul Quro. Adanya dukungan masyarakat yang terus meluas mendorong Ustadz Abu
Syauqi untuk melakukan pengelolaan organisasi ini menjadi lebih baik. Hingga tahun 1999, pencapaian donasi yang berhasil dilakukan Dompet Sosial Ummul
Quro terkumpul sebanyak 0,8 Milyar rupiah. Antusiasme masyarakat akan perlunya organisasi kemanusiaan semakin meningkat. Masyarakat memandang
misi sosial ini penting untuk diteruskan bahkan untuk kiprah yang lebih luas lagi. Maka, dirintislah program beasiswa pendidikan yatim dan dhuafa, layanan
kesehatan, rehabilitasi masyarakat miskin kota, dan lain-lain. Pemekaran Dompet Sosial Ummul Quro mulai dilakukan dengan membuka kantor cabang Yogyakarta
pada bulan Mei tahun 2000 di Jalan Veteran 9. Pencapaian donasi selama tahun
2000 meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu terkumpul 2,1 Milyar rupiah. Pada Februari 2001, kantor cabang Dompet Sosial Ummul Quro
Jakarta resmi berdiri di Jalan Ekor Kuning Rawamangun, Jakarta Timur. Hingga tahun 2002, penerimaan donasi meningkat menjadi 4,19 Milyar rupiah.
Identitas organisasi Dompet Sosial Ummul Quro sebagai Lembaga Amil Zakat semakin diperkuat. Pada tahun 2003, Dompet Sosial Ummul Quro berubah
nama menjadi Rumah Zakat Indonesia Dompet Sosial Ummul Quro seiring dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003
yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Bulan Mei 2003, Rumah Zakat Indonesia Dompet Sosial Ummul Quro hadir di ibukota
Jawa Timur, Surabaya. Pada tahun 2003, Perolehan donasi terus meningkat menjadi 6,46 Milyar rupiah. Pada tahun 2004, ekspansi Rumah Zakat Indonesia
Dompet Sosial Ummul Quro mulai melebar ke Sumatera dengan didirikannya kantor cabang Pekanbaru, Riau. Untuk meningkatkan mutu pelayanan, organisasi
ini mulai mengembangkan sistem Teknologi Informasi. Hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara online. Pada tahun 2004, Lembaga Amil Zakat ini
menguatkan branding lembaga dengan nama Rumah Zakat Indonesia. Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh, donasi terkumpul sebanyak Rp
8,92 M. Memasuki tahun 2005, pertumbuhan cabang Rumah Zakat meningkat pesat. Tsunami Aceh yang terjadi 26 Desember 2004 membuka akses Rumah
Zakat Indonesia lebih berperan di Sumatera. Cabang-cabang baru pun dibuka di Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam.
Di Jawa, berdiri pula kantor cabang Semarang, ditambah jaringan kantor cabang pembantu di Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta Selatan, Cirebon, Solo.
Cabang Pekanbaru juga berekspansi dengan memiliki kantor cabang pembantu Duri dan Dumai. Penerimaan donasi meningkat tajam khususnya dari bantuan
masyarakat untuk program rehabilitasi pasca tsunami Aceh, tercatat Rp 45,26 M donasi terkumpulkan.
Regenerasi puncak pimpinan diestafetkan dari Ustadz Abu Syauqi beralih ke Virda Dimas Ekaputra pada tahun 2006. Peralihan pimpinan ini juga
menandakan babak sejarah baru Transformation From Traditional Corporate to Professional Corporate dimulai. Kesadaran berzakat bagi masyarakat terus
didorong dengan merilis kampanye When Zakat Being Lifestyle. Pada tahun 2006, Rumah Zakat Indonesia Dompet Sosial Ummul Quro menggelar program Gelar
Budaya Zakat GBZ Menuju Indonesia Sadar Zakat 2008 pertama kali di 6 kota. Pada tahun berikutnya, pengembangan program semakin disempurnakan
termasuk dengan mengganti istilah Departemen Empowering menjadi Direktorat Program. Implementasi program juga mulai difokuskan pada empat induk yaitu
EduCare program pendidikan, HealthCare program kesehatan, YouthCare program kepemudaan, dan EcoCare program pemberdayaan ekonomi.
Pengelolaan program-program yang dilakukan dengan konsep terintergrasi dan berkelanjutan berbasis komunitas. ICD Integrated Community Development
merupakan tempat yang difokuskan untuk penyaluran yang terintegrasi yakni pendidikan, kesehatan, pelatihan kepemudaan, dan pemberdayaan ekonomi secara
terpadu berbasis komunitas. Dengan Mustahik Relation Officer MRO sebagai
SDM pendamping, ICD menjadi pusat penyaluran program sehingga program lebih terukur, dan terkontrol. Di tahun ini pula Rumah Zakat Indonesia
melebarkan layanan program pendidikan dengan menyelenggarakan Sekolah Dasar Juara yang bersifat gratis. Program komunikasi dan promosi dikembangkan
lebih massif melalui televisi. Lembaga amil zakat ini meluncurkan TV Commercial perdana berjudul “Saya Percaya Rumah Zakat” menggandeng
Helmy Yahya. Pada tahun yang sama, program Gelar Budaya Zakat GBZ Menuju Indonesia Sadar Zakat 2008 kembali digelar, kali ini diselenggarakan di
10 kota. Hasil komunikasi dan fokus pada program berkorelasi positif terhadap pencapaian donasi hingga terkumpul 50,16 Milyar rupiah. Keberhasilan Rumah
Zakat Indonesia dalam mengumpulkan donasi memunculkan keinginan yang kuat untuk memantapkan program-program pemberdayaan. Dukungan dan
kepercayaan masyarakat menguatkan lembaga untuk semakin fokus kepada sebuah rekayasa peradaban besar yang sejak awal telah diimpikan, yakni
transformasi mustahik ke muzakki. Wujud nyata usaha lembaga ini adalah dengan meluaskan jaringan pengembangan usaha kecil dan mikro di 18 kota. Tidak hanya
itu, Rumah Zakat Indonesia pun menyelenggarakan pelatihan-pelatihan motivasi dan keterampilan dalam wadah Youth Development Center. Pelatihan motivasi
ini memegang peranan penting karena karakter, pola pikir, dan sikap yang kontra produktif menyumbangkan andil besar dalam kelanggengan sebuah kemiskinan.
Dan yang tidak kalah penting adalah pendampingan masyarakat dilakukan oleh 28 Mustahik Relation Officer MRO dengan didukung para relawan.
Pengelolaan zakat dan filantropi yang semakin baik dan profesional yang dilakukan Rumah Zakat Indonesia mendapat apresiasi dari masyarakat sehingga
mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain penghargaan dari Karim Business Consulting yang menempatkan Rumah Zakat Indonesia sebagai LAZNAS
Lembaga Amil Zakat Nasional Terbaik ke-2 dalam Islamic Social Responsibility ISR Award 2009. Penghargaan juga datang dari IMZ Indonesia Magnificence of
Zakat yang menganugerahi Rumah Zakat Indonesia sebagai The Best Organization in Zakat Development. Pencapaian donasi hingga mencapai 107,3
Milyar rupiah berhasil dikumpulkan Rumah Zakat indonesia dan menjadikan Rumah Zakat Indonesia sebagai Organisasi Pengelola Zakat terbesar
pengumpulan donasinya se-Indonesia. Tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi Rumah Zakat Indonesia pada
tahun 2010 tak lebih mudah dihadapi, meskipun Krisis global tahun 2009 banyak diprediksikan mulai pulih pada tahun ini. Rumah Zakat Indonesia menyikapi hal
ini dengan melakukan rangkaian adaptasi dan perubahan menuju organisasi berskala global. Pada tanggal 5 April 2010, Lembaga sosial ini resmi meluncurkan
brand baru Rumah Zakat, menggantikan brand sebelumnya Rumah Zakat Indonesia. Rumah Zakat meyakini bahwa untuk mencapai lebih banyak kebaikan,
maka perubahan adalah sebuah keniscayaan. Oleh karena itulah tahun ini Rumah Zakat hadir dengan sebuah identitas baru sebagai bentuk komitmen
menyempurnakan diri agar tampil lebih baik dalam melayani bangsa dan menjadi Non Government Organization NGO bertaraf global.
Brand baru yang diusung Rumah Zakat saat ini melahirkan wajah baru dari program pemberdayaan masyarakat. Jika sebelumnya ada empat fokus program
yakni EduCare, HealthCare, YouthCare, dan EcoCare, maka untuk saat ini keempatnya bertransformasi menjadi Senyum Juara, Senyum Sehat dan Senyum
Mandiri. Berikut ini merupakan program-program yang diusung Rumah Zakat dalam upaya peningkatan pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat.
4.1.2 Sejarah Rumah Zakat Cabang Medan
Rumah Zakat cabang Medan resmi berdiri pada bulan Juni tahun 2004. Kantor cabang pertama kali berlokasi di Jalan Kemuning, Setia Budi, Medan.
Rumah Zakat cabang Medan merupakan cabang Rumah Zakat pertama yang berdiri di pulau Sumatera. Ketika itu, posisi kepala cabang diamanahkan kepada
Abdur Rahman dan masih menggunakan brand Rumah Zakat Indonesia. Maka dimulailah aksi kemanusiaan Rumah Zakat Indonesia di Medan dengan
melakukan pengumpulan dana dan penyaluran dana tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan.
4.1.3 Visi dan Misi Rumah Zakat 4.1.3.1 Visi Rumah Zakat
Pada tahun 2010, Rumah Zakat hadir dengan sebuah identitas baru sebagai bentuk komitmen menyempurnakan diri agar tampil lebih baik dalam melayani
bangsa dan menjadi Non Government Organization NGO bertaraf global. Organisasi ini juga menajamkan karakter menuju World Class Socio-Religious
Non Governance Organization NGO dengan membawa visi ” Lembaga filantropi Internasional berbasis pemberdayaan yang profesional”. Hal ini tentu
saja akan diwujudkan dengan misi-misi Rumah Zakat yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi Rumah Zakat.
4.1.3.2 Misi Rumah Zakat