Analisis Peranan Kredit Perbankan Dalam Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan Helvetia.

(1)

  U F M       UNIVE FAKUL MEDAN

Anali

UM

RSITAS LTAS E N

isis Pe

MK (U

U

S SUMA KONOM

eranan

Usaha

Gu

Untuk

ATERA MI

n Kred

Mikr

Re Ek

una Me

Memp

A UTAR

dit Pe

ro dan

He

SK DIAJU eza Kur 070 konomi

emenuh

peroleh

M

RA

rbank

n Kecil

elvetia

KRIPSI UKAN O rnia Se 0501119 Pemba  

hi Sala

h Gelar

Medan

2011

kan Da

l) di K

a

I OLEH ekedang 9 angunan

ah Satu

Sarjan

alam P

Kecam

g n  

u Syara

na Eko

Penge

matan M

at

onomi

mban

Medan

ngan

n


(2)

 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Reza Kurnia Sekedang

NIM : 070501119

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Peranan Kredit Perbankan Dalam Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan Helvetia

Tanggal :

Pembimbing

Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc NIP. 19730408 199802 1 001


(3)

 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari : Selasa

Tanggal : 20 September 2011

Waktu : 09.00 WIB - Selesai

Nama : Reza Kurnia Sekedang

NIM : 070501119

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Peranan Kredit Perbankan Dalam Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan Helvetia

Ketua Program Studi Pembimbing

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Wahyu Ario Pratomo ,SE, MEc NIP. 19710503 200312 1 003 NIP. 19730408 199802 1 001

Penguji I Penguji II

Kasyful Mahalli , SE, MSi Drs. A. Samad Zaino, MS

NIP. 19671111 200212 1 001 NIP. 19460810 197412 1 001


(4)

 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Reza Kurnia Sekedang

NIM : 070501119

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Peranan Kredit Perbankan Dalam Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan Helvetia

Tanggal : Ketua

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP. 19710503 200312 1 003

Tanggal : Dekan

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP. 19550810 198303 1 004


(5)

 

ABSTRACT

The role of UKM is perceived by a developing country, especially in number of business entities and employment. As a city with a growing economy, Medan city is currently making UKM as one of the priorities in the field of economic development work program.

Flexibility of the UKM can be directly felt by the people, especially in the capital aspect and its ability to bounce back from the impact of the regional economic crisis. But like the business world in general, the UKM sector also has its own obstacles, especially in terms of capital. To overcome this problem, the bank plays an important role in UKM development by providing credit facilities for UKMs capital.

This research aims to determine differences in incomes between the UKMs entrepreneurs before and after receiving credit from banks, and to find out what factors affecting UKMs entrepreneurs in their decisions to take credit from banks. The data used are primary data obtained by direct research in the field. The research method used was a mixture of research methods, different test by SPSS through the

Paired Sample T-Test, and methods of data tabulation. The research sample was 40

respondents. Locations were subjected to research is the district Medan Helvetia.

Keywords : UMK, incomes, capital, credit, Paired Sample T-Test, methods of data tabulation


(6)

 

ABSTRAK

Bagi sebuah negara berkembang, peranan UMK sangat dirasakan dalam perekonomian, terutama dalam jumlah badan usaha dan penyerapan tenaga kerja. Sebagai sebuah kota dengan perekonomian yang terus berkembang, kota Medan sendiri saat ini menjadikan UMK sebagai salah satu prioritas dalam program kerja pembangunan kota bidang ekonominya

Fleksibilitas UMK dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat, terutama dalam permodalan dan kemampuannya bangkit kembali dari imbas krisis ekonomi regional. Namun seperti halnya dunia usaha, ditengah perkembangannya sektor UMK juga memiliki kendalanya tersendiri, terutama dalam hal permodalan. Untuk itu perbankan memainkan peranan yang penting dalam perkembangan UMK, yakni dengan memberikan fasilitas kreditnya untuk permodalan UMK.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pendapatan UMK antara sebelum dan sesudah mendapat kredit perbankan, dan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi para pelaku UMK dalam keputusannya mengambil kredit dari perbankan. Data yang digunakan adalah data primer dengan penelitian langsung di lapangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian campuran dengan uji beda pada program SPSS melalui Paired Sample T-Test, dan metode tabulasi data. Jumlah responden yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 40 orang. Lokasi tempat penelitian dilakukan adalah di kecamatan Medan Helvetia.

Kata Kunci : UMK, Pendapatan, Permodalan, Kredit, Paired Sample T-Test, Tabulasi Data


(7)

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul “Analisis Peranan Kredit Perbankan Dalam Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan Helvetia” ini. Dan juga shalawat penulis haturkan kepada Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa terang.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Tentunya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

Terkhusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahandaku Hasyimin Sekedang , M.Si, dan Ibundaku Senywati Lubis, terima kasih yang tak terhingga atas semua kasih yang dicurahkan kepada penulis.

Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(8)

 

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, dan Bapak Drs. Sahrir Hakim Nst, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, dan Bapak Drs. Samad Zaino, M.S, selaku dosen pembanding.

6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.

Medan, September 2011 Hormat Penulis

Reza Kurnia Sekedang


(9)

 

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Hipotesis ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank ... 9

2.2. Bank Umum dan Jenis Usahanya ... 15

2.3. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) ... 16

2.3.1. pengertian UMK ... 16

2.3.2. jenis UMK ... 19

2.3.3. kelebihan dan kekurangan UMK ... 19

2.3.4. permasalahan UMK ... 20

2.4. Wirausahawan ... 23

2.4.1. pengertian wirausahawan ... 23

2.4.2. karakteristik wirausahawan ... 24

2.4.3. kelebihan dan kekurangan wirausahawan ... 25

2.5. Kredit ... 26

2.5.1. pengertian kredit ... 26

2.5.2. unsur-unsur kredit ... 27

2.5.3. tujuan dan fungsi kredit ... 28

2.5.4. jenis-jenis kredit ... 30

2.5.5. jaminan kredit ... 33


(10)

10 

 

2.5.6. prinsip-prinsip pemberian kredit ... 34

2.6. Tingkat Bunga ... 39

2.6.1. pengertian tingkat bunga ... 39

2.6.2. komponen-komponen dalam menentukan bunga kredit ... 40

2.7. Pendapatan ... 39

2.7.1. pengertian pendapatan ... 42

2.7.2. sumber-sumber pendapatan ... 44

2.8. Penelitian Terdahulu ... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 46

3.3. Populasi dan Sampel ... 46

3.4. Pengolahan Data ... 47

3.5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.6. Defenisi Operasional ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 50

4.2. Karakteristik Responden ... 54

4.2.1. jenis kelamin ... 54

4.2.2. tingkat pendidikan ... 55

4.2.3. pekerjaan ... 55

4.2.4. jumlah tenaga kerja ... 55

4.2.5. tingkat pendapatan ... 56

4.2.6. tingkat suku bunga pinjaman ... 56

4.2.7. alasan meminjam dari bank ... 57

4.3. Interpretasi Data ... 57

4.3.1. paired sample t-test ... 57

4.3.2. tabulasi data ... 59


(11)

11 

 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 68


(12)

12 

 

DAFTAR TABEL

Tabel Judul

Hal

4.1 Nama-Nama Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia ... 51

4.2 Luas Wilayah Dirinci Per kelurahan di Kec Medan Helvetia ... 51

4.3 Jumlah Penduduk dan Luas Kelurahan di Kec Medan Helvetia ... 52

4.4 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kec Medan Helvetia ... 53

4.5 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk per Kelurahan di Kec Medan Helvetia ... 53

4.6 Data Pasar dan Pedagang di Kec Medan Helvetia ... 54

4.7 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 54

4.8 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 55

4.9 Distribusi Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja ... 55

4.10 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan ... 56

4.11 Distribusi Responden Menurut Suku Bunga Pinjaman ... 56

4.12 Distribusi Responden Menurut Alasan Meminjam ... 57

4.13 Biaya Yang Berperan Dalam Menjalankan Usaha ... 60

4.14 Faktor Yang Melatarbelakangi Pedagang Mengambil Kredit Dari Bank ... 62


(13)

 

ABSTRACT

The role of UKM is perceived by a developing country, especially in number of business entities and employment. As a city with a growing economy, Medan city is currently making UKM as one of the priorities in the field of economic development work program.

Flexibility of the UKM can be directly felt by the people, especially in the capital aspect and its ability to bounce back from the impact of the regional economic crisis. But like the business world in general, the UKM sector also has its own obstacles, especially in terms of capital. To overcome this problem, the bank plays an important role in UKM development by providing credit facilities for UKMs capital.

This research aims to determine differences in incomes between the UKMs entrepreneurs before and after receiving credit from banks, and to find out what factors affecting UKMs entrepreneurs in their decisions to take credit from banks. The data used are primary data obtained by direct research in the field. The research method used was a mixture of research methods, different test by SPSS through the

Paired Sample T-Test, and methods of data tabulation. The research sample was 40

respondents. Locations were subjected to research is the district Medan Helvetia.

Keywords : UMK, incomes, capital, credit, Paired Sample T-Test, methods of data tabulation


(14)

 

ABSTRAK

Bagi sebuah negara berkembang, peranan UMK sangat dirasakan dalam perekonomian, terutama dalam jumlah badan usaha dan penyerapan tenaga kerja. Sebagai sebuah kota dengan perekonomian yang terus berkembang, kota Medan sendiri saat ini menjadikan UMK sebagai salah satu prioritas dalam program kerja pembangunan kota bidang ekonominya

Fleksibilitas UMK dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat, terutama dalam permodalan dan kemampuannya bangkit kembali dari imbas krisis ekonomi regional. Namun seperti halnya dunia usaha, ditengah perkembangannya sektor UMK juga memiliki kendalanya tersendiri, terutama dalam hal permodalan. Untuk itu perbankan memainkan peranan yang penting dalam perkembangan UMK, yakni dengan memberikan fasilitas kreditnya untuk permodalan UMK.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pendapatan UMK antara sebelum dan sesudah mendapat kredit perbankan, dan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi para pelaku UMK dalam keputusannya mengambil kredit dari perbankan. Data yang digunakan adalah data primer dengan penelitian langsung di lapangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian campuran dengan uji beda pada program SPSS melalui Paired Sample T-Test, dan metode tabulasi data. Jumlah responden yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 40 orang. Lokasi tempat penelitian dilakukan adalah di kecamatan Medan Helvetia.

Kata Kunci : UMK, Pendapatan, Permodalan, Kredit, Paired Sample T-Test, Tabulasi Data


(15)

13 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan dapat berhasil bila ditunjang oleh sektor ekonomi yang mapan. Karena pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha multidimensional dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, mengusahakan kesempatan kerja serta mengurangi ketimpangan kesejahteraan dan distribusi pendapatan. Terdapat tiga sifat penting dari pembangunan ekonomi, yaitu suatu proses terjadinya perubahan secara terus-menerus, adanya usaha untuk menarik pendapatan perkapita masyarakat, dan kenaikan pendapatan perkapita masyarakat dalam jangka panjang.

Layaknya yang terjadi terhadap kota-kota besar lain, sebagai sebuah kota besar, struktur perekonomian kota medan telah bergeser dari sektor primer ke sektor sekunder dan sektor tertier. Dari Sembilan sektor ekonomi (lapangan usaha) yang ada, sektor perdagangan (tertier) merupakan sektor dengan kontribusi terbesar terhadap perekonomian kota medan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 yang lalu, atas dasar harga berlaku, volume kontribusi sektor perdagangan terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Medan adalah sebesar 15.940,67 (dalam juta rupiah) dari total PDRB sebesar 72.669,89 (dalam juta rupiah) atau dalam persentase adalah sebesar 21,94%, disusul kemudian dengan sektor industri


(16)

14 

 

dengan kontribusi sebesar 14,95% dengan volume sebesar 10.863,70 (dalam juta rupiah).

Maka tentunya kalangan pengusaha atau pedagang memainkan peranan yang begitu besar disini.Dalam mencapai tujuan dari pembangunan, ilmu pengetahuan, teknologi, kemampuan, dan semangat berwiraswasta mempunyai peranan yang cukup besar dalam keberhasilan pembangunan dari suatu negara atau daerah. Teknologi akan mampu menciakan efisiensi yang memicu produktivitas nasional, sedangkan semangat dan kemampuan dalam berwiraswasta menjadi kekuatan pendorong bagi proses pembangunan nasional (Sudantoko dan Hamdani, 2009: 149). Schumpeter dalam Sukirno (2007:251-252) mengatakan tentang peran pengusaha dalam proses pembangunan ekonomi, yaitu tentang pentingnya peranan pengusaha didalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut merupakan : memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran-pasaran baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan.

Peranan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) tentunya sangat besar dalam perekonomian sebuah negara berkembang. Semangat berwirausaha sangat


(17)

15 

 

dibutuhkan dalam pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Di Indonesia, UMK telah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UMK memiliki keunggulan dalam penyediaan tenaga kerja melalui usaha padat karya. Hal ini akan mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat, serta ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa. Sebagai gambaran, pada tahun 2003, kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UMK memberi kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja (Kompas, 14/12/2001 dalam Brata, 2003).

Saat Indonesia diterpa badai krisis finansial pada tahun 1997 silam, UMK-UMK memiliki kemampuan untuk bertahan pada masa krisis tersebut. Hal ini karena semangat dan jiwa wirausaha yang dimiliki tertanam kuat sehingga meskipun mereka sempat goyang oleh dampak yang ditimbulkan, mereka secara perlahan-lahan mampu bangkit dari keterpurukan. Hal inilah yang membedakan antara usaha-usaha sekelas UMK dengan usaha-usaha-usaha-usaha besar, meskipun penghasilan yang diperoleh lebih besar, namun resiko yang dihadapi juga semakin besar. UMK-UMK yang ada memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga. UMK mempunyai fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan unit besar (UB). Hal ini karena dalam UB pengambilan keputusan dan inovasi pada umumnya terhambat oleh birokrasi dan


(18)

16 

 

kaku. Bagi orang-orang yang kreatif dan inovatif, hal tersebut dianggap terlalu rumit dan terdapat keinginan untuk mempunyai usaha sendiri. Berwiraswasta biasanya dimulai dengan usaha-usaha skala kecil yang berpotensi untuk berkembang.

Pemerintah Kota Medan sendiri dalam Program Kerja Pembangunan Bidang Ekonominya memasukkan UMK sebagai salah satu prioritas Namun disadari pula bahwa perkembangan UMK saat ini masih banyak menemui berbagai hambatan. Hambatan-hambatan tersebut berbeda dari satu daerah dengan daerah lain serta antarsektor yang ada, atau antar sesama perusahaan di sektor yang sama. Salah satu masalah yang umumnya menjadi penghambat adalah masalah permodalan usaha kecil dan menengah. Masalah permodalan yang dihadapi mencakup aspek-aspek permodalan, masalah pembiayaan usaha, masalah akumulasi modal, serta cara memanfaatkan fasilitas dalam rangka pelaksanaan usahanya. Masalah lain yang juga sering terjadi pada UMK meliputi aspek pemasaran, kemampuan teknologi, distribusi dan pengadaan bahan baku serta input lainnya, kualitas sumber daya manusia yang rendah, biaya transportasi dan energi yang tinggi, keterbatasan komunikasi, serta prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks dalam pengurusan izin usaha. Terdapat pula ketidakpastian peraturan serta kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas arahnya (Tambunan, 2009: 75).

Menurut data dari Kementrian Negara Koperasi dan UKM, pertumbuhan UKM di Indonesia dilihat dari sisi perkembangan nilai investasi turut mengalami perkembangan yang cukup positif. Perkembangan nilai investasi untuk usaha kecil


(19)

17 

 

(UK) periode 2007-2008 mengalami peningkatan sebesar 15,68 persen yaitu dari Rp. 77.234.590 pada tahun 2007 menjadi Rp. 89.347.419 pada tahun 2008, sedangkan untuk usaha menengah (UM) mengalami peningkatan sebesar 12,63 persen antara tahun 2007-2008 yaitu dari Rp. 85.354.385 pada tahun 2007 menjadi Rp. 96.131.849 pada tahun 2008. Jika ditinjau dari proporsi unit usaha pada sektor ekonomi UMK yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri

Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; serta (5) Jasa-jasa, yang

masing-masing tercatat sebesar 51,51 persen; 28,85 persen; 6,32 persen; 6,25 persen; dan 4,25 persen (www.depkop.go.id). Oleh karena itu, apabila sektor UMK tersebut terus didukung oleh pemerintah dan dunia perbankan dalam hal penyaluran modal maka akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, dan juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Dalam memenuhi kebutuhan permodalan bagi sektor UMK, perbankan jelas memainkan peranan yang sangat penting. Pengertian Bank menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat d alam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.


(20)

18 

 

Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya (Kashmir, 2008:25). Bank dan kaitannya dalam hal ini berperan dalam membantu permasalahan yang dihadapi usaha kecil menengah melalui penyaluran kredit atau membantu permodalan ke sektor usaha kecil dan menengah. Dengan peran serta bank terhadap usaha kecil menengah dalam pemberian kredit, maka usaha kecil menengah dapat meringankan masalah permodalannya dan dapat meningkatkan usahanya dengan kualitas yang baik dan bermutu sehingga usaha kecil dan menengah dapat membantu pertumbuhan ekonomi.

Kota Medan sebagai sebuah kota besar dengan lalu lintas perekonomian yang begitu ramai jelas memiliki potensi yang begitu besar bagi pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Pemerintah Kota Medan sendiri dalam Program Kerja Pembangunan Bidang Ekonominya memasukkan UMK sebagai salah satu prioritas. Capaian kinerja pembinaan usaha mikro di kota Medan pada tahun 2010 yang lalu mencapai 95% dengan jumlah usaha mikro kecil menengah sebanyak 222.000 usaha.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka timbul keinginan penulis untuk mempelajari dan mencoba menganalisa kedalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Peranan Kredit Perbankan Dalam Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan Helvetia“.


(21)

19 

 

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan signifikan terhadap jumlah pendapatan yang diperoleh pelaku UMK di Kecamatan Medan Helvetia sebelum dan sesudah penyaluran kredit UMK oleh Perbankan ?

2. Faktor apa yang paling mendorong pengusaha di Kecamatan Medan Helvetia dalam mengambil kredit UMK ?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah di atas, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan pendapatan UMK sebelum dan sesudah penyaluran kredit UMK oleh Perbankan.

2. Terdapat beberapa faktor yang mendorong pengusaha di Kecamatan Medan Helvetia dalam mengambil kredit UMK oleh Perbankan seperti Suku bunga Kredit, Bahan baku, Upah Tenaga Kerja, Transportasi dan Pemasaran.


(22)

20 

 

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pendapatan UMK di Kecamatan Medan Helvetia sebelum dan sesudah mendapat penyaluran kredit UMK oleh Perbankan.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang paling mempengaruhi pengusaha di Kecamatan Medan Helvetia dalam mengambil kredit UMK oleh Perbankan. 1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan informasi khususnya mengenai kredit yang disalurkan oleh Perbankan terhadap perkembangan UMK di Kecamatan Medan Helvetia.

2. Sebagai pelengkap atau pembanding penelitian terdahulu, dan sebagai bahan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Bagi penulis sendiri, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan proses pembelajaran dan menambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

4. Sebagai masukan bagi pemerintah dan pelaku perbankan yang menjadi objek penelitian.


(23)

21 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bank

Apabila berbicara tentang bank sebagai lembaga yang menjalankan usaha dibidang jasa keuangan, maka bank bukanlah sembarang usaha melainkan yang secara hukum memiliki status yang kuat dengan kekayaan sendiri yang mampu melayani kebutuhan masyarakat.

Bank termasuk perusahaan industri jasa, karena produknya banyak memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Bank pada pokoknya meliputi tiga kegiatan, yaitu :

1. Menghimpun dana

2. Menyalurkan dana melalui kredit atau pembiayaan 3. memberikan jasa keuangan

Adapun defenisi umum bank adalah :

a. Menurut Undang-Undang No. 16 tahun 1967 tentang Perbankan adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.


(24)

22 

 

b. Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

c. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah badan hukum yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentul-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dilihat dari segi fungsinya, berbagai macam defenisi tentang bank dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1. Bank dilihat dari segi penerimaan kredit. Dalam pengertian ini bank menerima uang dan dana-dana lainnya dari masyarakat serta mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditannya secara pasif dengan menghimpun dana pihak ketiga.

2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit. Bank melaksanakan operasi secara aktif, jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.

3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat yang berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat maupun melalui penciaan uang.


(25)

23 

 

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari :

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan rakyat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut :

1. Dilihat dari Segi Fungsinya a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank Umum sering disebut bank komersil (commercial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya


(26)

24 

 

disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

Jenis bank yang dapat dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah : a. Bank Milik Pemerintah

Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah antara lain : Perbankan, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Pemilik Daerah (BPD) baik tingkat I maupun tingkat II di masing-masing provinsi.

b. Bank Milik Swasta

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendirinya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional antara lain : Bank Muamalat, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Niaga dan lainnya.


(27)

25 

 

c. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh adalah : Bank Umum Koperasi Indonesia. d. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh bank asing antara lain : Bank of America, Hongkong Bank, City Bank, dan lainnya.

e. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain : CIMB Niaga Bank, Sanwa Indonesia Bank dan lainnya.

3. Dilihat dari Segi Status

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat maka Bank Umum dapat dibagi ke dalam 2 macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.

Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan


(28)

26 

 

penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Berikut status bank yang dimaksud yaitu :

a. Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

b. Bank non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan dari bank devisa, dimana transaksi yang masih dilakukan masih dalam batas-batas Negara.

4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu :

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah


(29)

27 

 

bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda. Bank Konvensional merupakan bank yang menerapkan sistem insentif berupa tingkat bunga kepada nasabahnya.

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah

Bank yang berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun di luar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah bank yang berdasarkan prinsip syariah sudah berkembang pesat sejak lama. Bank berdasarkan prinsip syariah artinya menjalankan usaha di bidang jasa perbankan menurut aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam, dengan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil.

2.2 Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya

Pada pasal 5 ayat (2) Undang-undang No. 7 tahun 1992 menjelaskan bahwa Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu sehingga Bank Umum dapat saja berspesialisasi pada bidang maupun jenis kegiatan tertentu tanpa harus menjadi suatu kelompok tertentu.

Dengan adanya penyederhanaan ini, untuk itu diharapkan dapat memudahkan bank dalam memilih kegiatan – kegiatan perbankan sesuai dengan karakter masing-masing bank tanpa harus merepotkan dengan perizinan tambahan.


(30)

28 

 

Menurut Undang-Undang No. 16 tahun 1998 Bank Umum adalah sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dalam menjalankan usahanya dibidang jasa Perbankan Umum menerapkan dua cara, yaitu :

1. Konvensional, artinya menjalankan usaha dibidang jasa perbankan menurut cara yang lazim atau biasa dengan memperoleh keuntungan berupa bunga. 2. Prinsip Syariah, artinya menjalankan usaha dibidang jasa perbankan menurut

perjanjian berdasarkan hukum Islam dengan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil.

Adapun sifat jasa yang diberikan oleh kedua bank tersebut, baik bank konvensional maupun Bank Syariah adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu juga dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah Indonesia.

Kegiatan-kegiatan usaha yang dilakukan Bank Umum adalah : 1. Menghimpun dana dari masyarakat

2. Memberikan kredit

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang

4. Kegiatan usaha dalam transfer, safe deposit box, valuta asing,dan lain-lain.


(31)

29 

 

2.3 Usaha Mikro dan Kecil (UMK) 2.3.1 Pengertian UMK

Beberapa defenisi UMK memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009) yakni sebagai berikut:

1. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, dalam Bab I (Ketentuan Umum), pasal 1 dari Undang-undang (UU) tersebut, dinyatakan bahwa Usaha Mikro (UMI) adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria UMI sebagai mana diatur dalam UU tersebut. Usaha Kecil (UK) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UM atau Usaha Besar (UB) yang memenuhi kriteria UK sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Usaha Menengah (UM) merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UMI, UK atau UB yang memenuhi

kriteria UM sebagaimana yang dimaksud UU tersebut. Di dalam UU tersebut kriteria yang digunakan untuk mendefenisikan UMKM

seperti yang tercantum dalam pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai


(32)

30 

 

asset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Kriterianya yakni:

a. UMI adalah unit usaha yang memiliki nilai asset paling banyak Rp 50 juta atau dengan hasil penjualan paling besar Rp 300 juta.

b. UK dengan nilai asset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak 500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta, hingga maksimum 2,5 milyar.

c. UM adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari 500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliar atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2,5 milyar sampai paling tinggi Rp 50 milyar.

2. Menurut Keppres RI No. 99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

3. Menurut Bank Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa:

a. Modalnya kurang dari 20 juta

b. Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta

c. Suatu perusahaan atau perseorangan yang mempunyai total asset maksimal Rp 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati

d. Omset tahunan lebih besar dari 1 milyar.


(33)

31 

 

4. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp 70 juta ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia.

5. Menurut Badan Pusat Statistik, kriteria usaha adalah sebagai berikut: a. Usaha mikro : 1 - 4 orang tenaga kerja

b. Usaha kecil : 5 - 19 orang tenaga kerja c. Usaha menengah : 20 - 99 orang tenaga kerja d. Usaha besar : di atas 99 orang tenaga kerja. 2.3.2 Jenis UMK

Menurut Tambunan (2009: 51) sektor UMK meliputi berbagai sektor bisnis, seperti (a) Pertanian, (b) Pertambangan dan penggalian, (c) Industri manufaktur, (d) Listrik, gas dan air bersih, (e) Bangunan, (f) Perdagangan, hotel dan restoran, (g) Transportasi dan Telekomunikasi, (h) Keuangan, penyewaan dan jasa, (i) serta jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa bagian yakni makanan, minuman, dan tembakau, tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia (termasuk pupuk). Adapula produk-produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan peralatannya, serta olahan lainnya.


(34)

32 

 

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan UMK

Menurut Hubeis (2009: 2), kelebihan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah dapat menjadi dasar pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal sederhana ini mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/ padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan perolehan devisa). Selain itu UMK aman bagi perbankan dalam memberikan kredit karenabergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. UMK juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih fleksibel dan adaabilitas dalam pengembangan usaha. Adapun kekurangan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan muculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan berwirausaha. Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana, dan ketidakmampuan mengusai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialami dalam usaha UMK. UMK juga tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai, serta perlakuan dari pelaku usaha besar yang tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas.


(35)

33 

 

2.3.4 Permasalahan UMK

Menurut Hubeis (2009: 4-6) permasalahan umum yang biasanya terjadi pada UMK yaitu:

a. Kesulitan Pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UMK. Dari hasil studi yang dilakukan oleh James dan Akrasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN, menyimpulkan UMK tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti peningkatan kualitas produk dan kegiatan promosi. Akibatnya, sulit sekali bagi UMK untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan kekurangan informasi yang akurat serta up

to date mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri.

b. Keterbatasan Finansial

Terdapat dua masalah utama dalam kegiatan UMK di Indonesia, yakni dalam aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak memadai dalam untuk kegiatan produksi maupun


(36)

34 

 

investasi. Walaupun begitu banyak skim-skim kredit dari perbankan dan bantuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan UMK. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi yang rumit, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis perbankan menyebabkan UMK juga sulit memperoleh kredit.

c. Keterbatasan SDM

Salah satu kendala serius bagi banyak UMK di Indonesia adalah keterbatasan SDM terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.

d.Masalah Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun kelangsungan produksi bagi banyak UMK di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan harga yang


(37)

35 

 

relatif mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa berhenti dari usaha dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatasan bahan baku.

e. Keterbatasan Teknologi

UMK di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi kurang maksimal, dan kualitas produk relatif rendah.

f. Kemampuan Manajemen

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya, membuat pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan UMK, baik unsur perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

g. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara (sebagai mitra kerja).


(38)

36 

 

2.4 Wirausahawan

2.4.1 Pengertian Wirausahawan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 3), wirausahawan adalah seseorang yang menciakan bisnis yang baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian untuk memperoleh suatu keuntungan dan pertumbuhan dengan cara melihat peluang dan menggabungkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mendirikannya. Menurut Sutanto (2002: 11) kewirusahaan dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cia, rasa dan karsa serta karya ataupun memiliki kemampuan dalam menggabungkan unsur kreativitas, tantangan dan kerja keras serta kepuasan untuk memperoleh prestasi yang maksimal sehingga dapat menghasilkan nilai tambah terhadap jasa, barang maupun pelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Menurut Dewanti (2008: 1) wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sedangkan menurut Kasmir (2006: 16) wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Jiwa kewirausahaan akan mendorong minat seseorang dalam mendirikan dan mengelola kegiatan usaha dengan professional.


(39)

37 

 

2.4.2 Karakteristik Wirausahawan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 4-6) adapun karakteristik dari wirausahawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya kecenderungan bertanggung jawab secara pribadi atas hasil yang ditetapkan sendiri.

2. Wirausahawan memiliki sikap oimis sehingga memiliki keyakinan untuk berhasil.

3. Wirausahawan melihat bisnis dari tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka melihat peluang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang, dan pengalamannya.

4. Wirausahawan akan mencari pengukuhan dan melihat sebaik apa mereka bekerja.

5. Wirausahawan memiliki kecenderungan energi yang tinggi dibanding masyarakat kebanyakan.

6. Mempunyai orientasi ke depan dalam mencari peluang.

7. Memiliki keterampilan mengorganisasi untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.

8. Mempunyai penilaian bahwa prestasi lebih tinggi dibandingkan uang. Dalam hal ini mereka menjalankan suatu usaha sendiri sesuai dengan yang diinginkan. Suatu usaha dapat dijalankan secara perseorangan ataupun bersama-sama. Menurut Kasmir (2006: 19) untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan:


(40)

38 

 

a. Menjadi pemilik modal dan menjadi pengelolanya b. Menyetor modal dan dikelola oleh pihak mitra

c. Menyerahkan tenaga yang dikonversikan dalam bentuk saham untuk bukti kepemilikan usaha.

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan

Dalam mejalankan suatu usaha pasti terdapat potensi keunggulan dan kekurangan. Dari segi keunggulan, terdapat hal-hal yang menarik yang menjadi keunggulan bagi wirausahawan. Berwirausaha memiliki banyak keuntungan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 8-9) kelebihan dari wirausahawan adalah sebagai berikut:

a. Memiliki peluang untuk mengendalikan nasib sendiri b. Mempunyai kesempatan melakukan perubahan c. Potensi yang dimiliki dapat dipergunakan sepenuhnya d. Peluang dalam meraih keuntungan tanpa batas

e. Peluang dalam melakukan hal yang diminatiPeluang untuk berperan pada masyarakat dan mendapatkan pengakuan.

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 9-10) kekurangan dalam menjadi wirausahawan adalah:

a. Memiliki resiko kehilangan dari seluruh investasi b. Mempunyai pendapatan yang tidak sama

c. Cenderung bekerja lebih lama dan memerlukan kerja keras


(41)

39 

 

d. Memiliki mutu hidup yang rendah sampai bisnis menjadi mapan e. Harus bertanggung jawab penuh

f. Ketegangan mental yang tinggi. 2.5 Kredit

2.5.1 Pengertian Kredit

Secara etimologi, istilah kredit berasal dari Bahasa Latin, yaitu “credere”, yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kredit adalah pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2.6.2 Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.


(42)

40 

 

2. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 4. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/ macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnmya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dangan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.


(43)

41 

 

2.5.3 Tujuan dan Fungsi Kredit

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain: 1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah: a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.


(44)

42 

 

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.

e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

Disamping tujuan di atas, suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan daya guna uang.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. c. Untuk meningkatkan daya guna barang.

d. Meningkatkan peredaran barang. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha. g. Untuk meingkatkan pemerataan pendapatan. h. Untuk meningkatkan hubungan internasional. 2.5.4 Jenis-Jenis Kredit

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.


(45)

43 

 

b. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari penjualan barang dagangan


(46)

44 

 

tersebut. Kredit ini diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun, biasanya untuk investasi jangka panjang.

4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.


(47)

45 

 

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang misalnya kambing atau sapi.

c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah, dan besar.

d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. f. Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti dosen, dokter, dan

pengacara.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

h. dan sektor-sektor lainnya.  


(48)

46 

 

2.5.5 Jaminan Kredit

Kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank, menginngat jika nasabah mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya, dengan jaminan kredit relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet akan akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut.

Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut:

1. Dengan jaminan

a. Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti: tanah, bangunan, kendaraan bermotor, mesin-mesin/peralatan, barang dagangan, tanaman/kebun/sawah, dan lainnya.

b. Jaminan benda berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti: sertifikat (saham, obligasi, tanah, deposito), rekening tabungan dan giro yang dibekukan, promes, wesel, dan surat tagihan lainnya

c. Jaminan orang yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya.

2. Tanpa jaminan


(49)

47 

 

Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang benar-benar bonafit dan professional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.

2.5.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.

Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai berikut:

1. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.

2. Capacity


(50)

48 

 

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan poltik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha


(51)

49 

 

yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai berikut:

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi sesuatu.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif dan produktif.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini


(52)

50 

 

penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari nasabah. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kedit yang akan diperolehnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Di samping menggunakan 5C dan 7P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha. Penilaian dengan model ini bisanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang dinilai antara lain:


(53)

51 

 

1. Aspek yuridis/hukum

Yang kita nilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa-siapa saja pemiliknya dan besarnya modal masing-masing pemilik.

2. Aspek pemasaran

Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana. 3. Aspek keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaa dana tersebut. Di samping itu, hendaknya dibuat cash flow dari keungan perusahaan.

4. Aspek teknis/operasi

Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan, dan mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan.

5. Aspek manajemen

Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusia. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya.


(54)

52 

 

6. Aspek sosial ekonomi

Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti meningkatkan ekspor barang.

7. Aspek amdal

Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di sekitarnya.

2.6 Tingkat Bunga

2.6.1. Pengertian tingkat bunga

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir,2008:131)

Dalam kegiatan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabah yaitu :

a. Bunga simpanan

Yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh jas giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.


(55)

53 

 

b. Bunga pinjaman atau kredit

Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contohnya adalah bunga kredit.

2.6.2. Komponen-Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit

Khusus untuk menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada para debitur terdapat beberapa komponen yang memengaruhi. Adapun kompenen tersebut adalah sebagai berikut (Kasmir,2008:135) :

a. Total Biaya Dana (Cost of Fund)

Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula biaya dananya demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau

Reserve Requirement (RR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

b. Biaya Operasi

Dalam melakukan setiap kegiatan, setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank


(56)

54 

 

dalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lainnya.

c. Cadangan Risiko Kredit Macet

Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu risiko tidak terbayar. Risiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah persentase tertentu terhadap kredit yang disalurkan.

d. Laba yang Diinginkan

Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat memengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini, biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama atau bukan dan juga melihat sektor-sektor yang dibiayainya.

e. Pajak

Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.


(57)

55 

 

2.7 Pendapatan

2.7.1 Pengertian Pendapatan

Menurut Rahardja dan Manurung (2006: 292) pendapatan merupakan total dari penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan adalah konsep aliran (flow concept). Terdapat tiga sumber penerimaan pada rumah tangga, yakni:

1. Pendapatan dari gaji dan upah

Gaji merupakan balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar dari gaji seseorang tersebut tergantung dari produktivitasnya. Faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas, yakni (a) Keahlian, (b) Mutu modal manusia, dan (c) Kondisi kerja.

2. Pendapatan dari aset produktif

Aset produktif mrerupakan aset yang memberikan masukan terhadap balas jasa penggunaanya. Aset ini terbagi dua yakni aset finansial dan aset bukan financial.

3. Pendapatan dari Pemerintah

Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan yang diterima bukan atas balas jasa yang telah dilakukan maupun diberikan. Hal ini biasanya terdapat pada negara-negara maju yang memberikan tunjangan penghasilan bagi para penganggur dan sebagainya.


(58)

56 

 

Dalam analisis Mikro Ekonomi, menurut Sadono Sukirno (2002 : 391) pendapatan pengusaha merupakan keuntungan. Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila berhubungan dengan aliran penghasilan pada suatu periode tertentu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah, dan bunga, secara berurutan. Dalam analisis Ekonomi Makro menurut Mankiw (2007 : 17) pendapatan nasional (national

income) dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dianggap sebagai

ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua cara dalam melihat statistik PDB, yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. PDB dipakai berhubungan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, namun tidak termasuk pembayaran transfer (tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya).

2.7.2 Sumber-sumber Pendapatan

Menurut Boediono (2002: 170-174) income seseorang ditentukan oleh (a) Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu dan warisan (pemberian), dan (b) Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan


(59)

57 

 

penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi ditentukan oleh faktor – faktor yang berbeda yakni: a. Permintaan dan Penawaran Tanah

Tanah dan kakayaan yang ada didalamnya mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi.

b. Permintaan dan Penawaran Modal

Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk digunakan di pabrik-pabrik baru, seperti membeli mesin–mesin (yaitu investasi).

c. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang cenderung terus menerus naik (pertumbuhan penduduk) sehingga ada kecenderungan bagi upah yang semakin menurun.

d. Kepengusahaan (entrepreneurship) merupakan faktor produksi yang paling sukar untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran dan permintaannya sangat beraneka ragam (misalnya: faktor-faktor motivasi). Pada umumnya penawaran orang-orang yang berjiwa “entrepreneur” masih sangat kecil pada negara-negara yang berkembang. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses cukup besar di negara berkembang.


(60)

58 

 

2.8 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gawi Wiguna Pradana, mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan USU Angkatan 2006 dengan judul skripsi : (“Pengaruh Pembiayaan Syariah Oleh Bank Sumut Syariah Terhadap Pendapatan UKM di Kecamatan Medan Helvetia”) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap pendapatan usaha kecil di Kecamatan Medan Helvetia dengan kenaikan pendapatan sebelum hingga sesudah diberikan pembiayaan mudharabah adalah sebesar 24,45% dan kenaikan pendapatan antara sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan musyarakah adalah sebesar 43,39%.


(61)

59 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengamati dan menganalisa pengaruh jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan terhadap perkembangan UMK di kawasan Medan Helvetia Kota Medan. variabel yang dipakai adalah pendapatan UMK sebelum dan setelah mendapatkan kredit dan menganalisa apakah pendapatan UMK tersebut meningkat setelah mendapatkan kredit tersebut. Variabel lainnya yang diteliti dengan metode berbeda adalah faktor apa yang paling mendorong calon debitur dalam mengambil kredit. Kredit yang dipakai di penelitian ini adalah kredit UMKM yang merupakan salah satu produk pembiayaan dari Perbankan. Penelitian ini dilakukan di kawasan Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk cross

section yang merupakan data primer. Data primer yakni data yang diperoleh secara

langsung melalui pencatatan di lapangan pada waktu saat ini (tahun 2011) dengan jumlah observasi sebanyak 40 responden.


(62)

60 

 

3.3 Populasi dan Sampel

Roscoe dalam Sugiyono (Metode Penelitian Pendidikan, 2004) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini :

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30).

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variable variable)

Dalam hal pemakaian sampel, digunakan sebanyak 40 sampel dikarenakan ukuran yang layak adalah 30-500 sampel dan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampel dengan jumlah diatas minimal yakni sebanyak 40 sampel.

3.4 Pengolahan data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data dengan dua cara. Untuk menguji hipotesis yang pertama menggunakan program komputer SPSS 17 dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang diperoleh ke dalam software Microsoft Excel. Sementara untuk menguji hipotesis yang kedua penulis mempergunakan tabulasi data dengan Microsoft Word.


(63)

61 

 

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian langsung ke lapangan dengan pencatatan data secara langsung menggunakan kuisioner. Sedangkan metode yang dipakai untuk menganalisa data penelitian yang bersifat perbandingan (komparatif) maka dapat dianalisa dengan analisa non parametrik menggunakan Paired Sample T-Test yaitu untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

 Ho : d = 0 atau tidak terdapat perbedaan signifikan pendapatan UMK di Kecamatan Medan Helvetia antara sebelum dan sesudah mendapat penyaluran kredit oleh Perbankan.

 Ho : d ≠ 0 atau terdapat perbedaan signifikan pendapatan UMK di Kecamatan Medan Helvetia antara sebelum dan sesudah mendapat penyaluran kredit oleh Perbankan.

Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut :

 Bila nilai signifikansi output > 0.05 (5%) , maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan pendapatan UMK sebelum dan sesudah mendapat kredit dari perbankan.


(64)

62 

 

 Bila nilai signifikansi output < 0.05 (5%) , maka terdapat perbedaan yang signifikan pendapatan UMK sebelum dan sesudah mendapat kredit dari perbankan.

3.7 Defenisi Operasional

1. Usaha Mikro (UMI) adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria UMI. Sementara Usaha Kecil (UK) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UM atau Usaha Besar (UB). Dinyatakan dalam satuan.

2. Pendapatan adalah segala bentuk penerimaan yang berbentuk materi yang diperoleh UMK di Kecamatan Medan Helvetia selama ia melakukan aktivitas kerja/usahanya. Dinyatakan dalam rupiah.


(65)

63 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kota Medan adalah ibukota dari provinsi Sumatera Utara. Kota ini dahulunya berkembang akibat aktivitas pemerintah kolonial yang membuka lahan perkebunan disekitar kota Medan dan juga ramainya lalu lintas perdagangan di jalur Selat Malaka, terutama perdagangan hasil bumi. Kota yang genap berusia 421 tahun pada 1 Juli 2011 ini merupakan kota terbesar di pulau Sumatera dan merupakan gerbang wilayah Indonesia bagian barat karena akses perdagangan dan wisatawan yang begitu padat dan juga posisinya yang strategis di jalur selat Malaka. Secara administratif kota Medan dibagi kedalam 21 kecamatan, salah satunya adalah kecamatan Medan Helvetia.

Kecamatan Medan helvetia terletak pada ketinggian 27 m dari permukaan laut, dengan 030 – 020 LU, 620 – 410 LS, serta 980 – 390 BT. Daerah penelitian ini berberbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal, dan disebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Petisah. Secara administratif kecamatan Medan Helvetia terdiri dari 7 kelurahan. Potensi lahan yang dimiliki oleh daerah penelitian ini sebagian besar dimanfaatkan untuk berwiraswasta.


(66)

64 

 

Kecamatan Medan Helvetia merupakan daerah yang mempunyai penduduk terbanyak kedua setelah Kecamatan Medan Deli. Jumlah penduduknya sekitar 145.376 orang penduduk dengan luas wilayah 11,5 Km2. Luas wilayah Kecamatan Medan Helvetia sekitar 11,55 Km2 dan membawahi tujuh kelurahan sebagai berikut :

Tabel 4.1

Nama-nama kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia No. Kelurahan

1. Cinta Damai

2. Sei Sikambing C II

3. Dwi Kora

4. Helvetia Timur 5. Helvetia Tengah 6. Helvetia

7. Tanjung Gusta

Sumber : BPS

Seiring dengan perkembangan pembangunan, kini di Kecamatan Medan Helvetia terdapat berbagai macam etnis antara lain : Batak, Jawa, Cina, Melayu, India, Aceh, dan lain-lain.


(67)

65 

 

Tabel 4.2

Luas Wilayah Dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia

No. Kelurahan Luas (Km2) Persentase terhadap Luas

Kecamatan

1. Cinta Damai 1,80 15,58

2. Sei Sikambing C II 0,98 8,48

3. Dwi Kora 2,00 17,32

4. Helvetia Timur 1,82 15,76

5. Helvetia Tengah 1,50 12,99

6. Helvetia 1,25 10,82

7. Tanjung Gusta 2,20 19,05

Total 11,55 100

Sumber : BPS

Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Helvetia berjumlah 145.376 penduduk, dimana penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah yaitu berjumlah 33.497 penduduk, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kelurahan Sei Sikambing C-II yaitu berjumlah 14.237 penduduk. Daerah yang terpadat penduduknya terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah yaitu 22.331 penduduk tiap Km2.


(68)

66 

 

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia

No. Kelurahan Jumlah Penduduk Luas (Km2)

1. Cinta Damai 17. 401 1,80

2. Sei Sikambing C II 14.237 0,98

3. Dwi Kora 20. 918 2,00

4. Helvetia Timur 23.796 1,82

5. Helvetia Tengah 33.497 1,50

6. Helvetia 14.888 1,25

7. Tanjung Gusta 20.639 2,20

Total 145. 376 11,55

Sumber : BPS

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Medan Helvetia sangat beranekaragam, yakni pegawai negeri, pegawai swasta, ABRI, petani, pedagang, dan lainnya. Pada umumnya penduduk di Kecamatan Medan Helvetia bekerja sebagai pedagang, dan yang mata pencahariannya sebagai petani merupakan yang paling sedikit.

Berikut pada tabel 4.4 disajikan komposisi mata pencaharian penduduk di Kecamatan Medan Helvetia pada tahun 2010 :


(69)

67 

 

Tabel 4.4

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Medan Helvetia

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. Pegawai Negeri 7.000

2. Pegawai Swasta 6.707

3. ABRI 1.887

4. Petani 85

5. Pedagang 7.128

6. Pensiun 2535

7. Lainnya 9200

Jumlah 34.542 Sumber : BPS

Ditinjau dari segi mata pencaharian penduduk Kecamatan Medan Helvetia yang tersebar di tujuh wilayah kelurahan Tahun Anggaran 2010 setiap kelurahan sebagai berikut :


(70)

68 

 

Tabel 4.5

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia

No Kelurahan Pegawai Negeri

Pegawai Swasta

ABRI Petani Pedagang Pensiun Lainnya

1. Cinta Damai 451 990 550 16 590 400 920 2. Sei Sikambing

C II

418 422 30 0 2.215 105 760

3. Dwi Kora 520 750 112 10 450 120 1.200

4. Helvetia Timur 751 920 460 15 1.217 115 1.450 5. Helvetia

Tengah

2.560 960 350 5 650 962 2.600 6. Helvetia 1.345 2.115 205 0 1.452 613 670 7. Tanjung Gusta 955 550 180 39 554 220 1.600

Jumlah 7.000 6.707 180 85 7.128 2.535 9.200

Sumber : BPS

Saat ini terdapat dua pasar yang beroperasi di kecamatan Medan Helvetia dengan luas total 11.302 m2. Berikut disajikan mengenai data pasar, jumlah pedagang serta sarana yang terdapat pada pasar di kecamatan Medan Helvetia.


(71)

69 

 

Tabel 4.6

Data Pasar dan Pedagang di Kecamatan Medan Helvetia Kecamatan Banyaknya

Pasar

Luas Pasar

Jumlah Pedagang Sarana

(M2) Pribumi Non pribumi Kios Stan Toko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Medan Helvetia

2 11.302 1.210 40 515 721

Sumber : BPS

4.2. Karakteristik Responden

Dari 40 orang responden yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini, beberapa karakteristik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut :

4.2.1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden beravariasi dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.7

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase

1. Laki-laki 28 70

2. Perempuan 12 30

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer


(1)

85 

 

LAMPIRAN

 Lembar Kuesioner

KUESIONER

Saya mengucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini. Kuisioner ini berguna untuk membantu penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Perbankan Dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) Di Kecamatan Medan Helvetia”.

Identifikasi Responden:

Nama :

Umur :

jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan

tingkat Pendidikan : a. SD d. Diploma (D1,D2,D3) b. SMP/Sederajat e. Strata (S1,S2,S3)

c. SMA/Sederajat

pekerjaan : a. PNS d. Pelajar/ Mahasiswa b. Pegawai Swasta e. Lainnya…….

c. wirausaha

Pendapatan Sebelum Mendapatkan Kredit : Rp.


(2)

86 

 

Pendapatan rata-rata per hari usaha ini (setelah mendapatkan kredit) :

a. < 100.000 d. 2.000.000 - 2.990.000 b. 100.000 - 990.000 e. 3.000.000 - 4.990.000 c. 1.000.000 - 1.990.000 f. ≥ 5.000.000

Jumlah tenaga kerja : a. 1-2 orang d. 11-19 orang b. 3-5 orang e. ≥ 20 orang

c. 6-10 orang

Apakah usaha ini merupakan usaha utama Bapak/Ibu? a. YA b. TIDAK Jika YA, jumlah usaha lain yang Bapak /Ibu jalani

1. 2.

Alasan Bapak/Ibu meminjam di lembaga keuangan (Bank) 1. Diajak teman/ sodara

2. Mudah administrasinya 3. Bunga yang rendah

4. Ada program kredit untuk usaha dari pemerintah 5. Tidak ada pilihan lain

6. Lain-Lain

Suku bunga pinjaman dari bank: %


(3)

87 

 

Berapa persen keuntungan usaha ini dari pendapatan Bapak/Ibu: a. < 10% d. 21 – 25 % b. 11 – 15 % e. 26 – 30 % c. 16 – 20 % f. ≥ 30 %

Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap bunga yang di berikan oleh Bank tersebut 1. Sangat terjangkau

2. Terjangkau 3. Cukup terjangkau 4. Kurang terjangkau 5. Tidak terjangkau 6. Sangat tidak terjangkau

Bagaimana peranan Bank dalam memberikan pinjaman terhadap usaha Bapak/Ibu 1. Sangat membantu

2. Membantu

3. Cukup membantu 4. Kurang membantu 5. Tidak membantu 6. Sangat tidak membantu

Berapa lama menurut Bapak/Ibu kredit membantu terasa berpengaruh berpengaruh terhadap perkembangan usaha ………. Bulan/tahun.


(4)

88 

 

Menurut Bapak/Ibu biaya apa yang paling berperan dalam usaha.

STB TB KB B SB

Upah Tenaga Kerja

Bahan Baku

Suku Bunga

Transportasi

Pemasaran

Tempat produksi

Lain-Lain

Ket:

STB: Sangat Tidak Berpengaruh TB: Tidak Berpengaruh

KB: Kurang Berpangaruh B: Berpengaruh

SB: Sangat Berpengaruh


(5)

89 

 

 Uji Beda dengan Paired Sample T - Test T-Test

[DataSet0]

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 VAR0000

1

129250.0000 40 70978.05728 11222.61625

VAR0000 2

148300.0000 40 81441.95668 12877.10401

Paired Samples Correlations

N

Correlatio

n Sig. Pair 1 VAR00001 &

VAR00002

40 .993 .000


(6)

90 

 

Paired Samples Test Pair 1

VAR00001 - VAR00002

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

-19050.00000

13828.99221 2186.55566 -23472.7262 7

-14627.273 73

-8.712

39 .000

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation VAR00001 40 40000 300000 129250.00 70978.057 VAR00002 40 44000 342000 148300.00 81441.957 Valid N

(listwise)

40