Strategi fundariasing program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah zakat

(1)

STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)

Oleh:

Nurlaelatul Afifah 107046302333

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H / 2011 M


(2)

STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)

Oleh:

Nurlaelatul Afifah 107046302333

Di Bawah Bimbingan

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H / 2011 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 23 Juni 2011 Dekan,

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag

NIP. 197107011998032002 Sekretaris : Mu’min Roup, MA

NIP. 150 281 979

Pembimbing I : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. NIP.196912161996031001

Penguji I : Dr. H.A. Mukti Aji, M.A NIP. 195703121985031003 Penguji II : Dr. Hendra Kholid, M.A


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 08 Rajab 1432 H 10 Juni 2011 M


(5)

ABSTRAK

NURLAELATUL AFIFAH. NIM 107046302333. Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen ZISWAF,Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H / 2011 M. Isi: xiii + 84 halaman + 8 lampiran, 25 literatur (1992-2011).

Penelitian ini untuk menganalisis strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat, yang bertujuan untuk mengetahui model-medel fundraising yang digunakan Rumah Zakat dalam hal penggalangan dana untuk program-program Rumah Zakat, khususnya dalam bidang ekonomi, serta melihat peningkatan jumlah dana serta layanan program senyum mandiri.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data melalui wawancara, dan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan dan profile Rumah Zakat. Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi fundraising yang dilakukan Rumah Zakat khususnya pada program pemberdayaan ekonomi (senyum Mandiri).

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Rumah Zakat dalam menghimpun atau menggalang dana dari donatur menggunakan strategi fundraising yang efektif, dengan menggunakan dua model strategi fundraising serta kemudahan untuk muzakki. Terbukti bahwa fundraising yang digunakan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah dana serta jumlah penerima manfaat dari program ini. Jumlah penerima manfaat dari program pemberdayaan ekonomi dalam bidang KUKMI 8.374 warga binaan, sarana usaha mandiri 361 sarana usaha, siaga bencana 113.814 orang, dan water well 137 water well.

Kata Kunci: Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Rumah Zakat, Model Strategi Yang digunakan serta Pengaruhnya terhadap program pemberdayaan ekonomi.

Pembimbing : Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.


(6)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur serta rangkaian puji senantiasa penulis panjatkan kepada tuhan pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah yang maha kuasa, berkat kehendak dan kuasanya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam setiap aktivitas kehidupan.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar SI Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy). Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Penulis juga mengharapkan segala bentuk masukan berupa kritik atau saran-saran yang bersifat membangun dalam menyempurnakan skripsi ini, mengingat kemampuan penulis yang masih terbatas dan terdapat banyak kekurangan-kakurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Disadari pula bahwa dalam penulisan skripsi ini serat dengan dialektika yang tidak mungkin terlupakan antara keyakinan dan kekhawatiran, serta harapan dan kenyataan yang menjadi satu dalam membentuk mozaik penulisan skripsi ini. Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui, tidak ada pekerjaan yang sukses dilakukan dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selalu ada lingkaran lain yang


(7)

kepada Allah SWT dan mengucap beribu banyak terima kasih atas bantuan dan jasa yang diberikan oleh semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya bapak/Ibu:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA,. MM., selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M. Ag., ketua Jurusan Muamalat Program Study Manajemen Zakat dan Wakaf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Mu’min Rouf, S.Ag., M.A., Sekretaris Jurusan Muamalat Program Study

Manajemen Zakat dan Wakaf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Asep Saepudin jahar, MA., dosen pembimbing yang tidak kenal lelah meluangkan waktu dan memberikan sumbangan fikiran, serta arahan kepada penulis pada penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Edisman Adiguna, Ibu Niken, bapak Ade dan bapak Jamal pihak Rumah Zakat yang telah membantu dan memberikan informasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda tercinta Moh. Nasik Murdamuri dan Ibunda Yumaini tercinta yang telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit maupun materi serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat mempersembahkan sesuatu yang mudah-mudahan dapat dijadikan kebanggaan.


(8)

7. Kakak-kakaku dan adik-adikku tersayang terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis.

8. Sahabat kosanku Tia, Maryam, Key, Desi serta sahabat INVOL Monong, Syaeful, Syahiru, Reza, Riyan, Desi Adami dan Nisa yang selalu mendukung serta motivasi di sela-sela kesibukannya membantu dhuafa.

9. Teman-Teman ZISWAF angkatan 2007 Sifa, Faiz, Marni, Dyah, Ucriet, Tea, Put3, Icha, Nova, Sela dan teman-teman laki-laki yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak, semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas semuanya.Amin Ya Robbal

Alamin….

Ciputat, 08 Rajab 1432 H 10 Juni 2011 M


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PENYATAAN... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 9

C. Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

E. Kerangka Teori dan Konseptual ... 11

F. Review Studi Terdahulu... 13

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan... 16


(10)

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Strategi ... 21

1. Pengertian Strategi ... 21

2. Tahapan Strategi... 23

B. Konsep Fundraising ... 25

1. Pengertian Fundraising... 25

2. Dasar Hukum Fundraising ... 27

3. Ruang Lingkup dan Tujuan Fundraising... 30

4. Metode serta Misi dan Motivasi Fundraising... 34

C. Konsep Pemberdayaan ... 37

1. Pengertian Pemberdayaan ... 37

2. Tujuan Pemberdayaan... 40

3. Pola-Pola Pemberdayaan... 41

4. Tahap-Tahap Pemberdayaan... 43

5. Indikator Pemberdayaan... 45

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT A. Sejarah Berdiri Rumah Zakat... 47

B. Legal Formal Rumah Zakat ... 55

C. Visi dan Misi Rumah Zakat ... 57

D. Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Rumah Zakat ... 58


(11)

BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT

A. Model strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri) di Rumah Zakat... 68 B. Pengaruh strategi fundraising pada program pemberdayaan ekonomi

(Sunyum Mandiri)... 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 81 B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA... 83


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008... 2

Gambar: 4.1 Jumlah Layanan Program Pemberdayaan Ekonomi ... 78

Gambar: 4.2 Mustahik Menuju Mandiri 2010 ... 79


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Penyaluran Program Rumah Zakat. ... 85

Penerima Manfaat Rumah Zakat Berdasarkan Jenis Kelamin... 86

Laporan Keuangan Rumah Zakat Tahun 2006-2009 ... 87

Foto Program Rumah Zakat. ... 88

Pertanyaan wawancara ... 89

Surat Penelitian/Wawancara Ke Rumah Zakat. ... 92

Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 93


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat di manfaatkan untuk memajukan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.1

Jumlah pengumpulan zakat Indonesia masih minim jika dibanding dengan potensi zakat yang bisa digali dari masyarakat. Potensi kemudian bisa digunakan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang tidak mampu. Sejak tahun 2006 hingga sekarang angka pengumpulan zakat cenderung naik walaupun masih jauh dari potensi zakat nasional. Pada 2006 pengumpulan zakat secara nasional mencapai Rp300 miliar, tahun 2007 meningkat mencapai Rp700 miliar dan pada 2008 naik menjadi 900 miliar. Grafiknya menunjukkan kenaikkan, namun tetap saja tidak sebanding dengan potensi zakat yang mencapai Rp19 triliun per tahun.2

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, h. 20

2

http://www.antaranews.com/view/?i=1235991716&c=NAS&s, diakses pada hari Senin,02 Mei 2011.


(15)

Dalam satu dekade terakhir ini, penghimpunan dana zakat cenderung meningkat dari waktu ke waktu, seperti terlihat dalam table di bawah ini. Dari data yang berhasil dihimpun oleh the Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ), terlihat tren positif dalam penghimpunan dana zakat, terutama melalui organisasi pengelola zakat (OPZ) di Indonesia. Deskripsi tersebut terlihat dalam Asumsi Potensi Penghimpunan Dana Zakat 2010. Penulisan asumsi potensi penghimpunan dana zakat 2010 ini didasarkan pada data urutan waktu (time series) dari dana zakat yang terhimpun melalui lembaga dari tahun 2001 hingga 2008.

Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008

Sumber: analisa IMZ dari berbagai sumber

Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah penghimpunan zakat dalam OPZ. Persentase tertinggi kenaikan penghimpunan terjadi antara kurun tahun 2004 ke 2005. Dalam rentang waktu tersebut, penghimpunan OPZ mengalami kenaikan sebesar hampir 71,75 persen, dari total nilai penghimpunan sebelumnya sebesar 167,59 miliar rupiah menjadi 287,84


(16)

miliar rupiah. Sementara itu, peningkatan jumlah persentase penghimpunan terendah terjadi antara tahun 2006 ke 2007. Dalam selisih tahun tersebut, terjadi persentase negatif total penghimpunan sebesar 7,28 persen, dari total penghimpunan tahun 2006 sebesar 413,92 miliar rupiah menjadi 444,07 miliar rupiah.

Sulit menjelaskan fluktuasi perubahan persentase dari total penghimpunan dana zakat yang dilakukan oleh OPZ. Dalam asumsi umum, banyak yang mengaitkan total penghimpunan ini dengan kreatifitas aktifitas fundraising maupun agenda program pemberdayaan dari OPZ yang ada. Sebagaimana pandangan umum bahwa progresifitas penghimpunan OPZ dipengaruhi oleh strategi kegiatanfundraising yang dilakukan, seperti sosialisasi cara-cara berzakat ataupun berderma melalui OPZ. Namun demikian juga, jumlah penghimpunan OPZ juga dipengaruhi oleh publikasi program pemberdayaan OPZ yang menarik simpati publik untuk berderma. Namun, asumsi ini masih belum bisa diyakini mengingat belum ada satupun kajian yang membaca korelasi antara total penghimpunan dana dengan strategi program fundraisingataupun program pemberdayaan OPZ.3

Sejarah perkembangan pengelolaan nirlaba, khususnya lembaga-lembaga zakat terdapat hubungan erat antara kemampuan menggalang dana (fundraising) dengan jumlah yang dihimpun. Aktivitas lembaga nirlaba sangat dipengaruhi

3

http://hanumisme.wordpress.com/2009/12/28/potensi-zakat-2010/, diakses pada hari Senin, 02 Mei 2011.


(17)

oleh kemampuan menghimpun dana sebagai modal untuk melakukan kegiatan program dan biaya operasional lembaga. Maju mundurnya setiap organisasi nirlaba juga ditentukan oleh jumlah dana yang dihimpun untuk melaksanakan setiap programnya. Kegiatan program pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga zakat sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan minat masyarakat untuk menyampaikan dana amalnya, yang akhirnya sangat membantu dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat secara luas.

Di tengah semarak tumbuhnya lembaga zakat yang mendedikasikan dirinya untuk tidak berorientasi keuntungan, kemampuan menggali dana masayarakat telah menjadi andalan penting. Berbagai cara untuk menghimpun dana dari masyarakat dilakukan untuk menggerakkan kegiatan organisasi dan juga untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Berbagai kreasi strategi penghimpunana dana dilakuan untuk mencapai target capaian dana yang harus terkumpul. Lahirlah strategi fundraising sebagai cara atau upaya untuk menarik simpati masyarakat sehingga dana dapat terkumpul dan kegiatan program berjalan dengan baik.

Fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.4

4


(18)

Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kesadaran dan kepedulian.

Fundraising sangat penting dalam lembaga zakat yang merupakan lembaga sosial, karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi hadir sebagai solusi atas belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat menjaga kontinuitas keberlangsungan program. Keberlangsungan program membutuhkan sumberdaya yang berkelanjutan yang harus di capai. Serta keberlangsungan hidup semua organisasi membutuhkan dana (uang) untuk dapat berlanjut dan beraktivitas. Perluasan dan pengembangan terutama dalam menghadapi tantangan dan jaringan kerja mengurangi ketergantungan membangun konstituen tidak hanya uang, tapi fundraising juga membutuhkan pendukung dalam jangka panjang menciptakan organisasi yang giat dan berkesinambungan5

Laporan IZDR mencatat, sejak awal tahun 1990 Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) merintis dan mengembangkan pengelolaan zakat secara profesional dan amanah. Seperti layaknya lembaga filantropi modern, mereka menggunakan strategi-strategi modern dan inovatif untuk menggalang zakat, direct mail, media campaign, membership, special event, internet fundraising dan strategi modern lainnya dalam menggalang dana Zakat. Mereka juga melakukan beragam upaya untuk menjaga kepercayaan donatur dengan menjalin komunikasi dan mengirim

5

http://www.slideshare.net/IBSetiawan/teknik-perencanaan-program-fundraising, diakses pada hari Jum’at tanggal 03-11-2010


(19)

laporan pertanggungjawaban secara rutin dan kontinyu. Tidak heran jika sejumlah lembaga amil zakat nasional memiliki donatur dalam jumlah besar dan sukses menghimpun Rp 50M – Rp100M pertahun. Berbagai terobosan yang dilakukan lembaga-lembaga sosial tersebut bisa dibilang sebagai langkah yang reformatif dalam pengelolaan dana ZIS. Lembaga pengelola Zakat berhasil mentransformasikan pengelolaan zakat dari berbasis individual-tradisional ke berbasis kolektif-profesional, serta merubah paradigma pendayagunaannya dari ranah amal sosial–keagamaan ke ranah pemberdayaan-pengembangan ekonomi. Ini artinya, kian besar peluang mengkoordinasikan zakat dengan program-program pengentasan kemiskinan.6

Oleh karena itu, bagi organisasi pengelola zakat yang tidak memiliki dana awal yang cukup, maka pengumpulan dana untuk membiayai program dan kegiatan sebuah keharusan bagi organisasi tersebut. Pengumpulan dana untuk membiayai program dan kegiatan bagi sebuah NGO (Non Government Organization) biasa di sebut dengan fundraising.7

Rumah Zakat berbeda dengan lembaga amil zakat yang lainnya. Dengan misi untuk membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat, Rumah Zakat kini ada pada tingkat yang lebih tinggi; yakni sebagai organisasi sosial keagamaan yang berkelas internasional. Dengan menanamkan tiga nilai

6

http://myzone.okezone.com/content/read/2009/12/24/38/, diakses pada hari Senin, 02 Mei 2011.

7

Setiyo Iswoyo,Seri Panduan Menggalang Dana, In Kina Fundraising, (Depok: Piramedia, 2006), h. 45


(20)

organisasi baru; trusted, progressive, dan humanitarian, serta mengusung positioning baru; yakniSharing Confidence.

Makna dari brand positioning Sharing Confidence dari Rumah Zakat adalah Rumah Zakat keyakinan kuat untuk berbagi dan menciptakan masyarakat global madani yang lebih baik, dengan menjadi organisasi terdepan di kawasan ini yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dalam memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Secara singkat, Rumah Zakat yakin bahwa dengan saling berbagi, akan tercapai sebuah masyarakat yang lebih baik. Seiring dengan perubahan tersebut, identitas Rumah Zakat pun mengalami sebuah perubahan. Identitas ini mengambil inspirasi dari perjalanan panjang Rumah Zakat sebagai organisasi kemanusiaan yang membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat.8

Secara keseluruhan desain menggambarkan organisasi yang berkomitmen untuk terus memberi dan berbagi kepada masyarakat. Rumah dengan pintunya menjadi perlambangan sebuah organisasi yang terbuka dan memberi kebaikan dari dan untuk masyarakat. Bentuk rumah yang tampak seperti tanda panah mengarah ke atas melambangkan pergerakan organisasi Rumah Zakat yang progresif dan terus membangun kemandirian masyarakat. Sementara hati

8

http://rumahzakat.org/profilnya.php?id=201005030001&cat=2, Diakses pada hari Minggu, 22 Mei 2011.


(21)

menandakan cinta kasih yang menjadi landasan bagi Rumah Zakat dalam menjalankan aktivitas kemanusiaan dan pemberdayaan.9

Salah satu program yang ada pada rumah zakat adalah program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) yang terfokus dalam hal mendukung terpenuhinya di bidangcomunity development yakni peningkatan kehidupan yang layak. Untuk mencapai kehidupan yang layak itulah rumah zakat berupaya untuk mencanangkan berbagai program pemberdayaan seperti: kelompok usaha kecil mandiri, empowering center, sarana usaha mandiri, water well, pelatihan skill dan pemberdayaan potensi lokal dan budidaya agro. Dari sini kita dapat melihat betapa banyaknya program senyum mandiri Rumah Zakat, dalam hal ini untuk mempertahankan dan mengembangkan program-program senyum mandiri Rumah Zakat memerlukan dana yang banyak agar tetap terlaksana.

Dengan sekian banyaknya program khususnya pada pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri), Rumah Zakat harus selalu aktif dan kreatif dalam melakukan fundraising, Tanpa aktifitas fundraising kegiatan lembaga pengelola wakaf ataupun zakat akan kurang efektif. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa aktivitas fundraising yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya. Karena pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak ada sumber daya, maka lembaga akan menghilangkan kemampuan untuk terus

9


(22)

menjaga kelangsungan programnya, sehingga pada akhirnya lembaga akan melemah.

Dari kasus di atas penulis beranggapan bahwa lembaga zakat harus memiliki strategi fundraising yang tepat khususnya pada program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) yang merupakan solusi dalam hal membantu Rumah Zakat dalam menjalankan programnya. Untuk itu kiranya penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul”STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH

ZAKAT”

B. Pembatasan Masalah

Berbicara mengenai strategi fundraising perlu pembahasan yang cukup luas. Demi terselesaikannya penulisan ini, maka dalam penelitian penulis hanya memfokuskan pada pembahasan strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah penelitian di atas, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana motode strategi fundraising yang digunakan Rumah Zakat untuk


(23)

2 Bagaimana pengaruh strategi fundraising terhadap program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri)?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Mengetahui dan menjelaskan strategi fundraising apa yang dilakukan oleh Rumah Zakat pada program pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri).

b. Untuk memahami dengan lebih baik tentang strategi fundraising secara teoritis maupun empiris.

c. Untuk mengetahui dampak dari strategi fundraising terhadap program senyum mandiri.

2. Manfaat penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut: a. Bagi Praktisi

Menambah sumbangan wacana pemikiran serta motivasi kepada praktisi dalam melakukan strategi fundraising yang baik, sehingga mampu menerapkannya.


(24)

b. Bagi Akademisi

Menambah khazanah pengetahuan, melengkapi dan memberikan informasi yang berharga mengenai strategi fundraising pada program pemberdayaan ekonomi (senyum Mandiri).

c. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat serta memberikan informasi yang bermanfaat dalam bidang ekonomi syariah khususnya mengenai strategi fundraising.

Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, dapat memperkaya wawasan dan wacana dalam ekonomi Islam pada umumnya dan khususnya memperoleh bukti yang sangat signifikan terhadap masalah yang diteliti serta memperoleh pengetahuan mengenai strategi fundraising pada program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri).

E. Kerangka teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori

Menurut Prof Onong Uchyana Effendi, M.A, strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberi arah


(25)

saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.10

Strategi berkaitan dengan arah tujuan dan kegiatan jangka panjang suatu organisasi. Strategi juga terkait dalam menentukan bagaimana suatu organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan keadaan sekeliling, terutama terhadap pesaingnya.11

Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu, organisasi, maupun badan hukum. Fundraising juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat atau juga proses mempengaruhi masyarakat baik perorangan atau lembaga agar menyalurkan dana kepada sebuah organisasi, suatu kegiatan penggalangan dana bagi program tertentu.12

Jadi secara singkatnya strategi fundraising adalah perencanaan suatu kegiatan penggalangan dana dari individu maupun organisasi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan pemberdayaan berasal dari kata”daya” yang mendapat

awlan ber- yang menjadi kata ”berdaya” artinya memiliki atau mempunyai

daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuata sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai

10

Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992) Cet. Ke-4, h. 32

11

David Faulkner dan Gerry Johnson, Strategi Manajemen, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1995). h. 3

12

http://www.slideshare.net/IBsetiawan/teknik-perencanaan-program-fundraising, diakses pada Jum’at tanggal 03-11-2010.


(26)

kekuatan, pemberdayaan dalam bahasa indonesia merupakan terjemahan dari Empowerment dalam bahasa inggris.13

Tujuan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. (life.1995).

2. Kerangka Konsep

Konsep penelitian ini menitik beratkan pada strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat, yaitu untuk melihat bagaimana proses pengelolaan motode strategi fundraising dengan menerapkan strategi-strategi yang baik dan efektif untuk dapat menarik minat masyarakat/ donatur pada program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) di Rumah Zakat, serta melihat bagaimana perkembangan jumlah penerima manfaat pada program ini.

F. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan kajian terdahulu. Sebelum membuat skripsi ini penulis melakukan kajian pustaka yang berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai pembanding dari skripsi ini, anrata lain sebagai berikut:

13

http://file.upi.edu/Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%LUAR%20SEKOLAH/MUSTOFA%20KAMIL/Pengertian%20Pemberda yaan. Pdf.diakses pada hari senin tanggal 29-1-2010


(27)

No Nama Skripsi Isi Perbedaan

1. Pada tahun 2000, telah ditulis skripsi atas nama Retno Handayani (09 92 06 0206) Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Indonesia dengan judul” Teknik-Teknik

Penggalangan Dana pada Organisasi Sosial (Studi

Kasus Dompet Dhuafa)”

Dalam skripsi ini

membahas tentang

teknik-teknik

penggalangan dana pada organisasi sosial dalam menarik donatur

agar mendermakan

sebagian hartanya

terhadap lembaga

sosial, bertujuan untuk kesejahteraan sosial. Dalam hal ini pula, skripsi ini lebih menjelaskan tentang hal-hal yang menarik mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa sebagai organisasi sosial untuk menggalang dana dari

Dalam penelitian pada skripsi ini membahas

mengenai strategi Fundraising program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada

Rumah Zakat,

yang di dalamnya lebih kepada

model yang

digunakan serta perkembangan jumlah penerima

manfaat pada


(28)

masyarakat. 2. Pada tahun 2010, telah

ditulis skripsi atas nama Dewi Mayang Sari dengan

judul ” Kajian Strategi Fundraising Bazis Provinsi Dki Jakarta Terhadap Peningkatan Pengelolaan Dana Zis”

Dalam skripsi ini membahas mengenai strategi fundraising apa yang di gunakan oleh BAZIS provinsi DKI dalam meningkatkan pengelolaan dana ZIS, serta peranan BAZIS terhadap masyarakat DKI jakarta. Dalam hal ini strategi fundraising BAZIS provinsi DKI Jakarta membuahkan

hasil yang

menguntungkan baik dari muzaki maupun mustahik. Dan peranan ZIS sangat berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat

Dalam penelitian pada skripsi ini membahas

mengenai strategi Fundraising program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada

Rumah Zakat,

yang di dalamnya lebih kepada

model yang

digunakan serta perkembangan jumlah penerima

manfaat pada


(29)

DKI Jakarta yang kurang mampu, dana yang di berikan BAZIS DKI tidak hanya untuk konsumsi semata tetapi juga untuk kegiatan

produksi agar

masyarakat bisa

mengembangkan usahanya.

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian dan Sumber Data

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan perpaduan antara kualitatif dan kuantitatif. Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena mengandalkan hasil wawancara pada Rumah Zakat, studi dokumentasi pada arsip-arsip berupa laporan keuangan serta dokumentasi lain yang terkait dengan permasalahan ini. Adapun data kuantitatif inilah sebagai pendukung dalam analisis.


(30)

b. Sumber data penelitian ini yaitu:

1). Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari beberapa pihak Rumah Zakat langsung melalui instrumen wawancara yang secara terstruktur.

2). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur dan referensi lain seperti buku, majalah, makalah serta anual report RZI tahun 2008-2009 dan setiap artikel yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua metode sebagai berikut:

a. Interview (wawancara), adalah salah satu cara mendapatkan data dengan bertanya dalam bentuk komunikasi verbal atau wawancara guna mendapatkan informasi dari responden dalam hal ini adalah pihak manajemen lembaga yang diperlukan informasinya dalam mendukung penulisan skripsi ini.

b. Studi Dokumenter, digunakan untuk melengkapi data yang dijaring melalui teknik wawancara. Data yang dihimpun melalui teknik studi dokumenter ini adalah data perkembangan jumlah rumah mandiri Rumah Zakat dan program-program yang lainnya.


(31)

3. Metode pengolahan dan analisis data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi fundraising yang dilakukan Rumah Zakat khususnya pada program pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri).

4. Teknis penulisan skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku ”pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007”, yang merupakan sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.

H. Sistematika Penulisan

Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisa materi dan penulisan skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang di bagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-masing yang akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:


(32)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai strategi fundraising yang meliputi: konsep strategi: pengertian strategi dan tahapan strategi. Konsep fundraising: pengertian fundraising, dasar hukum, ruang lingkup dan tujuan, metode serta misi dan motivasi fundraising. Konsep pemberdayaan: pengertian pemberdayaan, tujuan, tahap-tahap dan indikator pemberdayaan.

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT

Dalam bab ini, penulis menguraikan gambaran umum dari Rumah Zakat yang meliputi: sejarah singkat Rumah Zakat, legal formal Rumah Zakat, visi dan misi Rumah Zakat, Program pemberdayaan ekonomi (Senyum Madiri) Rumah Zakat dan Stuktur organisasi Rumah Zakat.


(33)

BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT.

Dalam bab ini, penulis menguraikan Motode strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri) di Rumah Zakat, Pengaruh strategi fundraising pada program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri).

BAB V PENUTUP

Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.


(34)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Strategi

1. Pengertian Strategi

Kata ”Strategi” berasal dari bahasa yunani yaitu ”Strategas” (Status:Militer dan Ag: memimpin) yang berarti ”Generalship” atau sesuatu

yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin sesuatu angkatan perang.14

Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai perfektif, strategi sebagai posisi, strategi sebagai perencanaan, strategi sebagai pola kegiatan dan strategi sebagai ”penipuan” (ploy) yaitu muslihat

rahasia. Sebagai perfektif, dimana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktifitas. Sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performasi perusahaan. Sebagai pila kegiatan, dimana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.

14

Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Manajement: Bact To Basic Approach


(35)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.15

Strategi berkaitan dengan arah dan tujuan dan kegiatan jangka panjang suatu organisasi, karena organisasi tanpa adanya strategi tidak akan berjalan semaksimal mungkin. Langkah pertama dalam menentukan strategi jangka panjang adalah meletakan tujuan-tujuan yang jelas, secara teoritis hal ini dapat dimengerti.16 Strategi juga sangat terkait dalam menentukan bagaimana suatu organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan keadaan sekeliling, terutama pada pesaingnya. Akan tetapi, pesaing bukanlah sesuatu halangan yang harus ditakuti atau bahkan dimusuhi. Justru sebaliknya, para competitor dirangkul sebagai mitera komplementer yang saling sinergis, di antaranya pesaing akan membuka, menciptakan, dan melebarkan pasar. Pesaing bisa kita jadikan sebagai sumber inspirasi dalam memperbaiki kinerja manajemen perusahaan sehingga menjadikan perusahaan selalu lebih professional. Pesaing dapat mendorong kita bekerja lebih kreatif dalam

15

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092

16

David Faulkner dan Gerry Johnson, Seri Strategi Manajemen Strategi Manajemen The Challenge Of Strategic Management, ( Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 1992), h. 5.


(36)

menghasilkan produk ataupun jasa dengan bekerja secara lebih efisien dan efektif.17

Strategi juga akan berfungsi untuk mengarahkan tingkah laku organisasi di dalam lingkungannya, pemilihan strategi tertentu mencerminkan bagaimana rencana memadukan kekuatan, kelemahan organisasi dengan kesempatan hambatan yang terdapat dalam lingkungannya.

Jika disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaik, karena strategi merupakan kunci dari terlaksananya misi yang ada dalam suatu perusahaan atau lembaga untuk mencapai tujuan yang lebih baik.

2. Tahapan Strategi

Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:18

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,

17

Abdullah Amrin, S.E, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah (Memenangkan Persaingan Usaha Bisnis Asuransi Dan Bank Syariah Secara Syariah), (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007), h. 7-8

18


(37)

menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat, dan anggota organisasi.

c. Evaluasi strategi

Tahap akhir dari srategi ini adalah evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi, yakni:

1). Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya


(38)

strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2). Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpanan dari rencana, mengevaluasi prestasi individu dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi. 3). Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai

dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.

B. Konsep Fundaraising 1. Pengertian Fundarising

Menurut bahasa fundraising berarti penghimpunan dana atau penggalangan dana, sedangkan menurut istilah fundraising merupakan suatu upaya atau proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana zakat, infaq dan shodaqoh serta sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok,


(39)

organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik.19

Dijelaskan pula, fundraising adalah proses mempengaruhi masyarakat baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.20

Fundraising juga bisa di artikan sebagai kegiatan dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional organisasi sehingga mencapai tujuannya. Fundraising dalam pengertian ini memiliki ruang lingkup lebih luas dari pengertian sebelumnya, fundraising tidak hanya mengumpulkan dana semata, melainkan dalam bentuk barangpun bisa yang bisa di manfaatkan untuk keperluan lembaga.

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa strategi fundraising adalah rencana sebuah proses mempengaruhi masyarakat agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Adanya strategi fundraising yaitu untuk menjalankan program baik jangka panjang maupun jangka pendek, suatu lembaga yang tidak memiliki strategi yang kuat

19

Manajemen Pengelolaan Zakat, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2009, h.65

20

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: TERAS, 2009), h. 12.


(40)

dalam menjalankan fundraising maka tidak akan maksimal dalam memperoleh dana.

2. Dasar hukum Fundraising

Dasar hukum berdirinya lembaga pengelola zakat di Indonesia merupakan dasar hukum fundraising juga, karena fundraising sangat berkaitan sekali dengan lembaga pengelola zakat. Lembaga pengelola zakat tanpa adanya dana tidak akan bisa menjalankan programnya. Dasar hukum ini dilihat dengan adanya Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, keputusan Menteri Agama No. 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999, dan keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan Zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang memiliki kaitan pengelolaan zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang memiliki kaitan erat dengan zakat adalah Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan. Undang-undang ini menjelaskan bahwa zakat merupakan pengurangan penghasilan kena pajak.

Pengelolaan zakat sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 38 tahun 1999, didefinisikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpuilan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Sedangkan zakat sendiri dalam pasal 1 ayat (2) diartikan sebagai harta yang disisihkan


(41)

oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Organisasi pengelola zakat yang diakui pemerintah terdiri atas dua lembaga, yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat.21

Dari beberapa penjelasan mengenai Undang-Undang tentang zakat di atas, bahwasanya fundraising juga memang benar-benar di diatur.adanya UU No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat di dalamnya pula membahas banyak poin di antaranya dalam bab VI dijelaskan mengenai pengumpulan dan penyaluran zakat.

Dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat At-Taubah:103















)

/

٩

:

١ ٠ ٣

(

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. at-Taubah/9: 103)

Selain ayat di atas, ada beberapa hadist pula yang menerangkan tentang zakat, bahwa sanya zakat adalah merupakan kewajiban yang Allah turunkan untuk hambanya. Maka dari itu salah satu tugas dari lembaga adalah membantu paraagniyauntuk menyalurkan danannya.

21

Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas,(Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 94-95


(42)

a. Dari sunnah, perintah Rosulullah SAW kepada Muadz bin Jabal:

)

(

Artinya: Hai Muadz, beritahulah mereka (orang-orang kaya itu), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang

fakir/miskin” (HR. Bukhari). b. Atsar Sahabat (Khulafaurrasyidin)

Diriwayatkan, bahwa Abu Bakar As-Siddiq dalam awal pemerintahannya telah memerangi orang-orang yang membangkang zakat, yang didukung oleh para sahabat senior seperti Umar, Usman, Ali seraya berucap:

)

(

Artinya: Kata Abu Bakar r.a: demi Allah kalau mereka membangkang tidak mau menyerahkan seekor cempe kambing kacangan kepadaku, yang justru pernah diserahkan Rosulullah SAW pasti mereka akan kuperangi karena pembangkangnya itu.” (HR.

Bukhori).

Dari ayat dan hadist di atas, di jelaskan tentang pengambilan zakat. Maka, dari pengambilan itu zakat dikumpulkan/ diambil dari orang-orang agniya (mempunyai harta yang telah mencapai nisab), dan untuk mengumpulkan zakat ini, maka butuh fundraising yang bagus agar terkumpul secara maksimal.


(43)

3. Ruang Lingkup Serta Tujuan Fundraising

Sebuah organisasi pengelola zakat, dalam setiap altivitasnya selalu berhubungan dengan dana. Dana memiliki peran penting dalam menghidupi organisasi pengelola zakat. Oleh karena itu, peran sebuah organisasi dalam menjalankan fundraising sangat penting.

Sumber pokok pendapatan OPZ adalah ZIS. Karenanya, tidak ada artinya sebuah OPZ tanpa adanya dana yang akan disalurkan kepada mustahik. Berapapun dana yang dibutuhkan, besar ataupun kecil, akan sangat berarti bagi kelangsungan hidup lembaga.

Fundraising tidak identik hanya dengan uang semata. Ruang lingkupnya begitu luas dan mendalam, pengaruhnya sangat begitu berarti bagi eksistensi dan pertumbuhan organisasi nirlaba (lembaga keuangan non profit). Oleh karenanya, tidak begitu mudah untuk memahami ruang lingkup dari pada fundraising. Untuk memahaminya terlebih dahulu dibutuhkan pemahaman tentang substansi dari pada fundraising tersebut.

Adapun substansi dasar dari pada fundraising dapat diringkas kepada dua hal, yaitu:22

a. Motivasi Donatur

Yaitu serangkaian pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan, dan alasan-alasan yang mendorong donatur untuk mengeluarkan hartanya. Dalam kerangka

22

Manajemen Pengelolaan Zakat, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2009, h. 66-67


(44)

fundraising maka organisasi pengelola zakat harus teris melakukan edukasi, sosialisasi, promosi dan transfer informasi sehingga menciptakan kesadaran dan kebutuhan pada masyarakat donatur (Muzakki) untuk melakukan donasi harta sesuai tuntunan ajaran Islam.

b. Program

Yaitu kegiatan pemberdayaan masyarakat mustahik atau kegiatan implementasi visi dan misi lembaga yang menjadi sebab diperlukannya dana dari pihak eksternal sekaligus alasan donatur menyumbang. Organisasi pengelola zakat harus merancang program yang berkualitas dan memiliki nilai keunggulan dalam memerdayakan mustahik. Program harus dikemas sedemikian rupa sehingga mendorong muzakki untuk turut mendukung dan membantu dalam meningkatkan harkat dan hidup mustahik.

Sedangkan tujuan dari fundraising adalah sebagai berikut:23 a. Menghimpun dana

Menghimpun dana adalah merupakan tujuan fundraising yang paling mendasar. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama dan utama dalam pengelolaan zakat dan ini pula yang menyebabkan mengapa dalam pengelolaan zakat fundraising harus dilakukan. Tanpa aktivitas

23


(45)

fundraising kegiatan lembaga pengelola zakat, tidak akan berarti sama sekali. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa aktifitas fundraising yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya.

Karena pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidaka ada sumber daya yang dihasilkan. Apabila sumber daya tidak ada, maka lembaga akan kehilangan untuk terus menjaga kelangsungan programnya, sehingga pada akhirnya akan mati.

b. Memperbanyak atau menghimpun donatur

Tujuan kedua dari fundraising adalah menghimpun donatur. Organisasi pengelola zakat yang melakukan fundraising harus terus menambah jumlah donaturnya. Untuk dapat menambah jumlah donaturnya. Untuk dapat menambah jumlah donasi, maka ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu menambah donasi dari setiap donatur atau menambah jumlah donatur pada saat setiap donatur mendonasikan dana yang tetap sama. Diantara kedua pilihan tersebut, maka menambah donatur adalah cara yang relativ lebih mudah dari pada menaikan, jumlah donasi dari setiap donatur. Dengan alasan ini maka, mau tidak mau fundraising dari waktu ke waktu fundraising juga harus berorientasi dan berkonsentrasiDengan alasan ini maka, mau tidak mau fundraising dari waktu ke waktu fundraising juga harus berorientasi dan berkonsentrasi penuh untuk terus menambah jumlah donatur.


(46)

c. Meningkatkan atau membangun citra lembaga

Disadari atau tidak, aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM), baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga. Fundraising adalah garda terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan membentuk citra lembaga dalam benak khalayak. Citra ini dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Dengan citra ini setiap orang akan menilai lembaga, dan pada akhirnya menunjukan setiap atau prilaku terhadap lembaga. Jika yang ditunjukan sikap atau prilaku terhadap lembaga. Jika yang ditunjukan adalah citra yang positif, maka dukungan dan simpati akan mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga, dan dengan demikian tidak ada lagi kesulitan dalam mencari donatur, karena dengan sendirinya donasi akan diberikan kepada lembaga. Demikian pula halnya dengan kepercayaan, dengan citra yang baik akan sangat mudah sekali mempengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi kepada lembaga. d. Menghimpun simpatisan/ relasi dan pendukung

Kadangkala ada seseoarang atau sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah organisasi pengelola zakat atau lembaga swadaya masyarakat. Mereka mempunyai kesan positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut. Akan tetapi pada saat itu mereka tidak memiliki kemampuan untuk memberikan


(47)

dana kepada lembaga tersebut sebagai donasi karena ketidak mampuan mereka. Kelompok seperti ini kemudian menjadi simpatisan dan pendukung lembaga meskipun tidak menjadi donatur. Kelompok seperti ini harus diperhitungkan dalam aktivitas fundraising, karena meskipun mereka tidak memberikan donasi, mereka akan berusaha melakukan dan berbuat apa saja untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap lembaga. Kelompok seperti ini pada umumnya secara natural bersedia menjadi promotor atau informan positif tentang lembaga kepada orang lain. Kelompok seperti ini sangat diperlukan oleh lembaga kepada orang lain.

e. Meningkatkan kepuasan donatur

Tujuan kelima dari fundraising adalah memuaskan donatur. Tujuan ini adalah tujuan yang tertinggi dan bernilai untuk jangka panjang, meskipun dalam pelaksanaannya kegiatannya secara teknis dilakukan sehari-hari.

4. Metode Serta Misi Dan Motivasi Fundraising

Metode fundraising harus mampu memberikan kepercayaan, kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi donatur yang berdonasi melalui sebuah organisasi pengelola zakat. Karena jika hal tersebut terpenuhi maka donatur akan selalu memberikan donasinya terhadap lembaga tersebut.


(48)

Dalam melakukan fundraising ada beberapa metode yang harus di lakukan oleh lembaga zakat, di antaranya:24

a. Metode fundraising langsung (direct Fundraising)

Metode fundraising langsung adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi donatur secara langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon donatur bisa seketika (langsung) dilakukan. Apabila dalam diri donatur muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga, maka segera dapat dilakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari metode ini adalah: Direct mail, direct advertising, telefundraising dan presentasi langsung.

b. Metode fundraising tidak langsung (Indirect Fundraising)

Metode tidak langsung adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi donatur secara langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon donatur seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan cara promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa secara khusus diarahkan untuk menjadi transaksi donasi pada saat itu. Sebagai

24


(49)

contoh dari metode ini adalah: Advertorial, Image Compaign dan penyelenggaraan Event.

Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode fundraising ini (langsung dan tidak langsung). Karena keduanya memiliki kelebihan dan tujuannya sendiri. Metode fundraising langsung diperlukan karena tanpa metode langsung, donatur akan kesulitan untuk mendonasikan dananya. Sedangkan jika semua bentuk fundraising dilakukan secara langsung, maka akan tampak donatur dan berpotensi menciptakan kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara fleksibel dan semua lembaga harus pandai mengkombinasikan kedua metode tersebut.

Melihat perkembangan lembaga zakat yang semakin bagus, kegiatan fundraising saat ini harus ditangani dengan sangat serius dan dengan strategi yang bagus oleh setiap organisasi pengelola zakat yang mengandalkan berjalannya program dan operasional lembaga dari dana masyarakat. Fundraising akan sangat mempengaruhi maju mundurnya organisasi pengelola zakat. Ketika dana yang dihimpun dari donatur semakin menipis, maka organisasi pengelola zakat tidak akan mampu membantu dan memberdayakan mustahik. Pada tahap lanjut, jika organisasi pengelola zakat tidak berhasil melakukan fundraising, maka eksistensi organisasi pengelola zakat juga dalam posisi terancam.


(50)

Sedangkan untuk misi dan motivasi fundraising itu sendiri adalah sebagai berikut:25

1. Ikhlas

2. Meningkatkan kalimatullah 3. Peduli terhadap derita umat 4. Melakukan pemberdayaan umat 5. Dakwah

6. Membantu dan melayani umat

7. Terus serta menjadi bagian dalam mencapai ”Khairul Ummah”.

C. Konsep Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Kata Pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment). berasal dari kata power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat beraati kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreatifitas.26

25

Ibid. h. 70

26

Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), h. 53.


(51)

Carlzaon dan Macauley sebagaimana dikutif oleh wasistiono (1998:46) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebagai berikut: membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan-tindakannya.

Sementara Shardlow (1998:32) mengatakan pada intinya:

“pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.”

Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah system tindakan nyata yang menawarkan alternative model pemecahan masalah ummah dalam bidang social, ekonomi dan lingkungan.

Dalam kamus bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.27

Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Sedangkan secara teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan. Dalam pengertian lain pemberdayaan adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat

27

Badudu dan zain.Kamus Umum Bahasa Indonesia.(Jakarta: pustaka Sinar Haparan, 2001), h. 318


(52)

dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sedangkan dalam pandangan Islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa henti.28

Dan Dalam pengertian lain disebutkan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dimana seseorang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan kepada seseorang untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.29

Pemberdayaan juga adalah suatu proses yang berjalan terus menerus untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Proses tersebut masyarakat bersama-sama mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan dan potensinya, mengembangkan rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian, menerapkan rencana tersebut, serta secara terus-menerus memantau dan mengkaji proses serta hasil kegiatannya.30

Pengertian Pemberdayaan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 1 ayat 8 adalah upaya yang

28

Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideology, Strategi sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 41-42.

29

http://suniscome.50webs.com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20Kelemb agaan.pdf. Diakses pada tanggal 21 januari 2011.

30

Zakat dan empowering-Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Volume 2, Jumadil Tsani 1430/juni 2009. h. 20


(53)

dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Dari beberapa pengertian pemberdayaan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat untuk memperbaiki dan juga meningkatkan taraf hidup, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sedangkan sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keberadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial.

2. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat atau community development (Comdev), memiliki tujuan utama yaitu memberdayakan individu-individu dan kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut seringkali berkaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik melalui


(54)

pembentukan kelompok-kelompok social besar yang bekerja berdasarkan agenda bersama.31

Pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk memotivasi dan memfasilitasi masyarakat memperbaiki diri, komunitas dan lingkungannya dalam mencapai tujuannya.32

Adapun tujuan Pemberdayaan menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pasal 5 adalah:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

3. Pola-pola Pemberdayaan

a. Pola pemberdayaan ekonomi Masyarakat

Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut:33

31

Edi Suharto.CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 67

32

www.kriyamaya.or.id/index.php?option=com_docman.(powerpoint), diakses pada tanggal 18 januari 2011

33

Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), hal. 54


(55)

1) Mempunyai tujuan yang hendak dicapai 2) Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir

3) Aktivitas yang dilakukan terencana serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.

4) Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap pemberdayaan

5) Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha.

6) Ada keharusan membantu seluruh lapsan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerja sama sulit di capai.

Dengan demikian, pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Dalam menggerakan partisipasi masyarakat, pendekatan yang dilakukan haruslah mendasarkan pada kebutuhan yang dirasakan (felt needs).Sekurangnya ada 4 perspektif dalam melihatfelt needs,yaitu: 1) Penilaian agen pembangunan tentang Community needs dari sudut

pandang tujuan pemberdaya itu sendiri.

2) Penilaian agen pembangunan tentang Community needs yang diperoleh dari pemahaman tentang tujuan komunitas itu.


(56)

3) Penilaian komunitas yang diperoleh dari pengertian mereka tentang tujuan agen pembangunan.

4) Konsepsi komunitas tentangneeds

Sedangkan untuk tercapainya kondisi ekonomi masyarakat yang baik perlu adanya pendekatan non direktif (partisipatif) maka community woker dapat melakukan tugas di bawah ini, yaitu:

a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta bergelut dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.

b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah sukses dan sejahtera.

c. Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah berbisnis.

d. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan.34

4. Tahap-tahap pemberdayaan

Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan yaitu:

a. Tahapan pengenalan masyarakat terhadap ekonomi

34


(57)

b. Tahapan pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan wirausaha. c. Tahapan penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha

d. Tahapan implementasi rencana kegiatan

e. Tahapan evaluasi implementasi rencana kegiatan f. Tahapan perluasan pemberdayaan masyarakat

Tahapan di atas merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar seperti suatu siklus guna mencapai perubahan yang lebih baik. Merujuk pada berbagai literatur, maka upaya memberdayakan masyarakat haruslah:

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang dalam berwirausaha skala kecil dan menengah. Dalam menciptakan iklim ini kebijaksanaan harus berpihak pada masyarakat, disertai dukungan infrastruktur dan kelembagaan social, ekonomi, politik yang memadai.

b. Pemberdayaan dengan cara membangun daya, mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia harus menjadi fokus diprioritaskan.

c. Memperkuat potensi atau daya yang yang dimiliki oleh masyarakat, dalam kontek ini maka pembangunan kelembagaan social, ekonomi politik menjadi penting artinya.


(58)

e. Pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.35

5. Indikator pemberdayaan

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun social seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi, dalam kegiatan social, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.36

Sedangkan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:37

35

Ibid, h. 61

36

Achmad Subianto, Ringkasan Dan Bagaimana Membayar Zakat, (Yayasan bermula dari kanan: Jakarta, 2004), h. 40

37

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan Pengaman Social, (Gramedia pustaka utama: Jakarta, 1999), h. 29


(59)

a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya.

d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin kuatnya permodalan kelompok, makin rapih system administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mempu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

Dapat disimpulkan dari indikator di atas, yang disebut dengan masyarakat itu berdaya, jika masyarakat itu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan mampu mensejahterakan masyarakat sekitarnya.


(60)

BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT

A. Sejarah Berdirinya Rumah Zakat

Rumah Zakat Indonesia adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf secara profesional dengan menitikberatkan program pendidikan, kesehatan, pembinaan komunitas dan pemberdayaan ekonomi sebagai penyaluran program unggulan.

Memulai kiprahnya sejak Mei 1998 di Bandung, lembaga yang awalnya bernama Dompet Sosial Ummul Quro’ (DSUQ) yang berdiri pada tanggal 2 Juli 1998 dan dipelopori oleh Ustadz Abu Syauqi. Hal ini lah DSUQ semakin menguat eksistensinya sebagai lembaga amil zakat. Legalitas untuk melakukan ekspansi semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003.38

Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan muzakki dan mustahiq. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin dikurangi jaraknya. Harmoni ini semakin hangat dengan dukungan para muzakki

38

Hasil wawancara oleh bapak Edisman Adiguna sebagai BMKCU Rumah Zakat Jakarta Barat, pada hari Rabu, 08 Juni 2011.


(61)

dan mitra lembaga. Merekalah yang menjadi tiang penyangga lembaga, selain tentu dukungan doa anak yatim dan para mustahiq yang menyuburkan gerakan sosial ini dilakukan.

Pada tahun 2000 animo masyarakat pada perlunya organisasi kemanusiaan semakin meningkat. Masyarakat memandang penting misi sosial ini diteruskan bahkan untuk kiprah yang lebih luas . Dirintislah program bea siswa pendidikan yatim dan dhuafa, layanan kesehatan, rehabilitasi masyarakat miskin kota, dll. Pemekaran mulai dilakukan dengan membuka kantor cabang Yogyakarta, Mei 2000 di Jl. Veteran 9. Cabang Bandung dipindah ke sekretariat awal di Jl. Turangga 33 Bandung.

Pada tahun 2003 DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat Indonesia DSUQ seiring dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Bulan Mei, Rumah Zakat Indonesia DSUQ hadir di ibukota Jawa Timur, Surabaya.

Pada tahun 2004 kantor cabang Tangerang berdiri. Ekspansi mulai melebar ke Sumatera dengan didirikannya kantor cabang Pekanbaru, Riau. Dimulainya pembangunan sistem Teknologi Informasi untuk peningkatan mutu pelayanan. Hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara online. Website www.rumahzakat.org dirilis, menggantikan alamat situs sebelumnya di www.rumahzakat.net. Menguatkan branding lembaga dengan nama Rumah Zakat


(62)

Indonesia. Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh, donasi terkumpul sebanyak Rp 8,92 M.

Pada tahun 2005 Pertumbuhan cabang meningkat pesat. Tsunami Aceh yang terjadi 26 Desember 2004 membuka akses Rumah Zakat Indonesia lebih berperan di Sumatera. Cabang-cabang baru pun dibuka : cabang Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam berdiri. Di Jawa, berdiri pula kantor cabang Semarang, ditambah jaringan kantor cabang pembantu di Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta Selatan, Cirebon, Solo. Cabang Pekanbaru juga berekspansi dengan memiliki kantor cabang pembantu Duri dan Dumai. Sistem informasi lembaga mulai masuk ke jaringan on line. Mulai transaksi online, absensi on line, dan beberapa software keuangan.Penerimaan donasi meningkat tajam khususnya dari bantuan masyarakat untuk program rehabilitasi pasca tsunami Aceh, tercatat Rp 45,26 M donasi terkumpulkan.

Pada tahun 2006 regenerasi puncak pimpinan diestafetkan dari Ustadz Abu Syauqi beralih ke Virda Dimas Ekaputra. Babak sejarah baru ' Transformation From Traditional Corporate to Professional Corporate ' dimulai.

Kesadaran berzakat terus didorong dengan merilis kampanye “When Zakat Being Lifestyle” Diluncurkanlah program Gelar Budaya Zakat (GBZ) Menuju Indonesia

Sadar Zakat 2008 pertama kali di 6 kota. Donasi berhasil terkumpul sebanyak Rp 29,52 M.

Pada tahun 2007 Pengembangan progam semakin disempurnakan termasuk dengan mengganti istilah Departemen Empowering menjadi Direktorat


(63)

Program. Implementasi program mulai difokuskan hingga mengerucut pada empat induk yaitu EduCare, HealthCare, YouthCare, dan EcoCare. Pengelolaan program dilakukan dengan konsep terintergrasi dan berkelanjutan berbasis komunitas. ICD merupakan tempat yang difokuskan untuk penyaluran yang terintegrasi yakni pendidikan, kesehatan, pelatihan kepemudaan, dan pemberdayaan ekonomi secara terpadu berbasis komunitas. Dengan Mustahik Relation Officer sebagai SDM pendamping, ICD menjadi pusat penyaluran program sehingga lebih terukur, dan terkontrol. Di tahun ini pula Rumah Zakat Indonesia melebarkan layanan program pendidikan dengan menyelenggarakan Sekolah Dasar Juara yang bersifat gratis. Guru-guru terbaik dipilih untuk mendidik calon pemimpin bangsa di sana. Program komunikasi dikembangkan lebih massif melalui televisi. Diluncurkanlah TV Commercial perdana berjudul

“Saya Percaya Rumah Zakat” menggandeng endorser Helmy Yahya. Acara Gelar

Budaya Zakat (GBZ) Menuju Indonesia Sadar Zakat 2008 kembali digelar, kali ini diselenggarakan di 10 kota. Ternyata hasil komunikasi dan focusing program bekorelasi positif terhadap pencapaian donasi, terkumpul Rp 50,16 M.Triple digit growth!

Pada tahun 2008 Rumah Zakat Indonesia berkeinginan kuat untuk memantapkan program-program pemberdayaan. Dukungan dan kepercayaan masyarakat menguatkan lembaga untuk semakin fokus kepada sebuah rekayasa

peradaban besar yang sejak awal telah diimpikan, yakni ”transformasi mustahik ke muzakki”. Wujud nyata usaha lembaga adalah dengan meluaskan jaringan


(64)

pengembangan usaha kecil dan mikro di 18 kota. Tidak hanya itu, Rumah Zakat Indonesia pun menyelenggarakan pelatihan-pelatihan motivasi dan ketrampilan dalam wadah Youth Development Center. Pelatihan motivasi ini memegang peranan penting karena karakter, pola pikir, dan sikap yang kontra produktif menyumbangkan andil besar dalam kelanggengan sebuah kemiskinan. Dan yang tidak kalah penting adalah pendampingan masyarakat dilakukan oleh 28 Mustahik Relation Officer (MRO) dengan didukung para relawan. Pembelajaran untuk menjadi organisasi yang amanah dan professional terus dilakukan, salah satunya dengan penguatan program-program Human Capital. Diluncurkanlah program seperti EAZI (Executive Amil Zakat Indonesia), ADP (Amil Development Program), ACTPRO (Acceleration Program) dan sebagainya. Kegiatan peningkatan kapasitas ini terbukti efektif kompetensi memenuhi tuntutan profesi dan masyarakat.

Kepercayaan terus tumbuh, dari pencapaian donasi berhasil terkumpulkan donasi sebesar Rp 71,40 Milyar. Untuk memberikan edukasi lebih luas kepada masyarakat tentang zakat dan filantropi, Roadshow Gelar Budaya Zakat dilakukan, kali ini hadir di 19 Kota. Tahun ini menjadi tahun pertama pasca 10 tahun pertama milestone Rumah Zakat Indonesia. Guna penguatan organisasi dikokohkanlah organisasi baru pemberdayaan, yaitu: Rumah Sehat Indonesia (pengelola program kesehatan), Rumah Juara Indonesia (pengelola program pendidikan), Rumah Mandiri Indonesia (pengelola program kemandirian


(65)

ekonomi). Peningkatan jumlah unit layanan terus dilakukan. Hingga akhir tahun telah berdiri 8 Sekolah Juara, 7 Rumah Bersalin Gratis.

Pada tahun 2009 bisa disebut sebagai tahun ekspansi mengingat dalam 1 semester langsung dibuka 14 cabang baru sehingga menambah total jumlah jaringan sebanyak 45 kantor. Pengelolaan yang semakin baik mendapat apresiasi dari masyarakat antara lain award dari Karim Business Consulting yang menempatkan Rumah Zakat Indonesia sebagai LAZNAS Terbaik dalam ISR Award (Islamic Social Responsibility Award 2009). Penghargaan juga datang dari IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) yang menganugerahi Rumah Zakat Indonesia sebagai The Best Organization in Zakat Development. PENCAPAIAN donasi tumbuh semakin baik, tercatat Rp 107, 3 Milyar berhasil dikumpulkan dan menjadikan Rumah Zakat Indonesia sebagai Organisasi Pengelola Zakat terbesar pengumpulan donasinya se-Indonesia.

Tahun 2010 krisis global 2009 banyak diprediksikan mulai pulih pada tahun ini, namun tantangan sosial dan ekonomi tak lebih mudah dihadapi. Rumah Zakat Indonesia menyikapi hal ini dengan melakukan rangkaian adaptasi dan perubahan menuju organisasi berskala global. 5 April 2010, resmi diluncurkanlah brand baru RUMAH ZAKAT menggantikan brand sebelumnya RUMAH ZAKAT INDONESIA. Dengan mengusung tiga brand value baru: Trusted, Progressive dan Humanitarian, organisasi ini menajamkan karakter menuju

“World Class Socio-Religious Non Governance Organization (NGO)”. Sharing Confidence diangkat menjadi positioning. “Dengan keyakinan yang kuat untuk


(66)

berbagi dan menciptakan keluarga global yang lebih baik, Rumah Zakat berdaya upaya untuk menjadi organisasi terdepan di region yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dalam memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Untuk memperkuat perubahan ini diluncurkan pula gerakan Merangkai Senyum Indonesia, sebuah rangkaian kegiatan untuk memperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia jauh lebih khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan dan kelayakan hidup.

Selama 12 tahun berdiri, Rumah Zakat terus berupaya menjadi mitra para muzakki dan mustahik yang ada di seluruh nusantara mulai dari Aceh sampau ke Papua hingga ke beberapa negara lainnya di dunia. Dan selama itu pula Rumah Zakat berusaha untuk menjadi jembatan bagi segala bentuk kebaikan yang menghantarkan mustahik pada pemberdayaan.

Dengan spirit “bisa, bisa, harus bisa”, Rumah Zakat meyakini bahwa

untuk mencapai lebih banyak kebaikan, maka perubahan adalah sebuah keniscayaan. Oleh karena itulah tahun ini Rumah Zakat hadir dengan sebuah identitas baru sebagai bentuk komitmen menyempurnakan diri agar tampil lebih baik dalam melayani bangsa dan menjadi Non Government Organization (NGO) bertaraf global.

Perubahan pada Rumah Zakat tak hanya sekedar tranformasi bentuk logo serta nama yang semula Rumah Zakat Indonesia, kini menjadi Rumah Zakat. Tapi juga kepada nilai dan budaya kerja yang menjadi semangat di dalam diri setiap


(67)

amil. Dengan mengusung brand value, Trusted, Progressive, Humanitarian, Rumah Zakat berkomitmen menjadi World Class Socio-Religious NGO.

Selain perubahan dari logo dan nama, rumah zakatpun merubah nama program-programnya dengan tema merangkai senyum Indonesia. Home Within the Heart merupakan identitas visual Rumah Zakat saat ini. Heart menggambarkan sifat lembaga yang universal, peduli, aspiratif, terbuka, dan menjadikan langit sebagai batasannya. Sementara Home memiliki makna sebagai lembaga yang memiliki kontribusi kepada masyarakat, memberdayakan, menyediakan harapan dan memberikan keterangan. Sedangkan warna oranye mencerminkan sebuah lembaga yang berpengalaman, mampu terus maju secara alami, evolusioner, berkembang, namun tetap terasa dekat dengan masyarakat.

Brand baru yang diusung Rumah Zakat saat ini melahirkan wajah baru dari program pemberdayaan masyarakat. Jika sebelumnya ada empat fokus program yakni EduCare, HealthCare, YouthCare, dan EcoCare, maka untuk saat ini keempatnya bertransformasi menjadi Senyum Juara, Senyum Sehat dan Senyum Mandiri.

Tentunya transformasi itu tak hanya sekedar mengganti nama program saja, tapi juga kepada komponen di dalamnya. Merangkai Senyum Indonesia adalah sebuah upaya dari Rumah Zakat untuk turut membangun negeri dan bersinergi meningkatkan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) yang tahun 2009 lalu masih menempatkan Indonesia pada urutan ke-III dari 176 negara (Human Development Report 2009 UNDP). Tujuan dari program ini adalah


(1)

PERTANYAAN WAWANCARA

Nama Responden : Bapak Edisman Adiguna

Jabatan : BMKCU Rumah Zakat Jakarta Barat 1. Bagaimana sejarah rumah zakat?

Rumah Zakat Indonesia adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf secara profesional dengan menitikberatkan program pendidikan, kesehatan, pembinaan komunitas dan pemberdayaan ekonomi sebagai penyaluran program unggulan. Memulai kiprahnya sejak Mei 1998 di Bandung, lembaga yang awalnya bernama Dompet Sosial Ummul Quro’ (DSUQ) yang berdiri pada tanggal 2 Juli 1998 dan dipelopori oleh Ustadz Abu Syauqi. Hal ini lah DSUQ semakin menguat eksistensinya sebagai lembaga amil zakat. Legalitas untuk melakukan ekspansi semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003

2. Bagaimana struktur organisasi Rumah Zakat?

Struktur organisasi kami buat secara global, akan tetapi di setiap program itu ada strukturnya tersendiri. Untuk strukturnya terlampir.

3. Bagaimana proporsi perolehan dan pengeluaran dana zakat?

Proporsi pengeluaran dana zakat sesuai dengan pendapatan dan kebutuhan dari setiap program, seperti pengeluaran yang dikeluarkan pada program senyum juara


(2)

90

adalah 23 %, senyum mandiri 23 %, senyum sehat 20 %. Mengapa demikian karena kebutuhan pada masing-masing dari setiap program itu berbeda.

4. Apakah slogan bisa membantu untuk menarik minat zakat bagi donatur?

Slogan bagi Rumah Zakat mungkin itu bisa dikatakan benar, akan tetapi presentasenya sangat kecil, yang dijadikan factor utama untuk menarik zakat bagi donatur salah satunya Rumah Zakat tidak menjual kemiskinan dalam promosi ataupun iklan yang ditampilkan, melainkan kemandirian.

5. Program apa saja yang terdapat di senyum mandiri?

Program yang terdapat pada senyum mandiri adalah kelompok usaha kecil mandiri, Empowering Center, sarana usaha mandiri, water well, pelatihan skill dan pemberdayaan potensi local dan budidaya agro.

6. Apa syarat-syaratnya bagi mustahik yang mendapatkan dalam setiap program ini?

Syarat-syarat dari program senyum mandiri secara umum dilihat dari delapan asnaf. Akan tetapi Rumah Zakat mempuyai ketentuan syarat sendiri, yaitu: mustahik ini adalah warga binaan rumah zakat, akan dilakukan survey oleh tim MRO (Member Relationship Officer). Dan syarat yang dijadikan pendukung secara administrasinya adalah KTP, KK dan SKTM.

7. Apa yang disediakan /dikirim Rumah Zakat untuk donatur?

Yang disediakan Rumah Zakat untuk donatur adalah laporan penggunaan dana dan majalah NEWZIE.


(3)

Secara umum Rumah Zakat menggunakan dua model dalam melakukan fundraising yaitu: Direct marketing dan Indirect marketing.

9. Selama dua tahun ini dengan strategi fundraising yang di gunakan, berapa jumlah donatur Rumah Zakat?

Kini jumlah donatur Rumah Zakat berjumlah 84.221 donatur aktif. 10. Bagaimana cara Rumah Zakat berkomunikasi dengan Muzakki?

Intinya jika kita melakukan komunikasi adalah dengan tutur kata yang baik, sopan dan tidak menyinggung.

11. Bagaimana Rumah Zakat menawarkan program pemberdayaan ekonomi kepada masyarakat sehingga dapat menarik donatur?

Rumah Zakat dalam hal pendayagunaan menggunakan prinsip syariah, yaitu dimana ada muzakki disitu ada mustahik. Artinya bahwa Rumah Zakat lebih mengedepankan pendayagunaan dilakukan di daerah yang terdapat muzakkinya.


(4)

(5)

(6)

94

Nomor : 3138/SPT-OI&D/Rumah Zakat/VI/2011/SK-OI&D/Rumah Zakat/V/2011 Lampiran :

-Perihal : Surat Pemberitahuan

Kepada Yth.

Ketua Jurusan Univ.Islam Negeri Syarif

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Memberitahukan bahwa mahasiswa :

Nama : Nur Laelatul Afifah

Prodi/Konsentrasi : Muamalat /Manajement ZISWAF

NIA : 107046302333

Telah melakukan penelitian di Rumah Zakat dengan judul “STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI ( SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT”

Demikian surat pemberitahuan ini kami buat .

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, 9 Juni 2011

Operating Improvement & Development Department Head

Andina Dian Wulansari