PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION MENGGUNAKAN MEDIA LKS PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SDN 1 NAMBAHREJO TAHUN AJARAN 20013/2014

(1)

i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP

INVESTIGATION MENGGUNAKAN MEDIA LKS

PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SDN 1 NAMBAHREJO

TAHUN AJARAN 2013/2014

(skripsi)

Oleh

HARDIANA ARMI RAHAYU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP

INVESTIGATION MENGGUNAKAN MEDIA LKS

PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SDN 1 NAMBAHREJO

TAHUN AJARAN 20013/2014

Oleh

HARDIANA ARMI RAHAYU

Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil observasi pembelajaran bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Nambahrejo Lampung Tengah perlu perbaikan. Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik melalui penerapan model

cooperative learning tipe Group Investigation dengan menggunakan media LKS. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas dan kinerja guru, sedangkan data hasil belajar menggunakan tes. Data aktivitas dan kinerja guru dianalisis dengan teknik analisis kualitatif, sedangkan data tes dianalisis dengan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning

tipe group investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Nambahrejo Lampung Tengah Tahun Pelalajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 63,8 kemudian meningkat menjadi 69,14 pada siklus II. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 7,6 meningkat menjadi 8,4 pada siklus II. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 86,11%, meningkat menjadi 100% di siklus II.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 23 September 1992, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Suhardi, SP dan Ibu Sunarmi.

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 01 Astomulyo, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1997 dan selesai pada tahun 2003. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 1 Punggur, Kabupaten Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(8)

viii MOTO

“Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada umat-Nya melebihi batas kemampuan manusia itu sendiri”

(QS. Al-Baqarah: 286)

“Selalu berpikir positif dalam melakukan segala hal, karena apa yang akan kita dapatkan berupa hal yang positif pula”.


(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim..

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku kepada:

Kedua orang tuaku

Bapak Suhardi, SP dan Ibu Sunarmi

Yang telah mendidik dengan penuh perjuangan, selalu memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan studi,

serta mengajarkan arti kehidupan.

Kedua adikku

Fury Dwika Setyani & Priyaka Nour Hafiz

Yang selalu memberikan Inspirasi dan penyemangat yang luar biasa.

Suamiku G. Apriyanto & anakku Ghanario Azriella Arrasyid Yang selalu menemani dan memberikan motivasi, dukungan,

dan semangat luar biasa untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teman seperjuangan Gester_B 2010

Yang selalu memberikan inspirasi, motivasi, dukungan, kerja

sama, dan do’a untuk tetap semangat dalam menghadapi setiap masalah sejak awal kuliah hingga saat ini.


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation menggunakan Media LKS Pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Nambahrejo Tahun Pelajaran 2013/2014” sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M. Si., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional;

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi S1 PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis dan ide-ide kreatif untuk memajukan kampus tercinta PGSD;

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini;


(11)

skripsi ini;

7. Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Kedua yang telah bersedia memberi bimbingan, membantu, serta memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak sekali masukan dan saran-saran yang membangun pada saat seminar;

9. Ibu Sriyatun Ekowati, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 1 Nambahrejo, Lampung Tengah yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 1 Nambahrejo;

10. Ibu Semi, S. Pd. SD., selaku Guru Kelas serta siswa-siswi kelas IV SD Negeri 1 Nambahrejo, Lampung Tengah, yang bersedia bekerja sama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian;

11. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung, yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah;

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2010, yang telah sama-sama berusaha dari awal sampai akhir;

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi calon guru khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Metro, Juni 2014 Penulis,

Hardiana Armi Rahayu NPM 1013053111


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Model Pembelajaran ... 9

B.Model Pembelajaran Cooperatif Learning ... 10

C.Tipe Model Cooperative Learning ... 11

D.Tipe Group Investigation ... 12

1. Pengertian Group Investigation ... 12

2. Ciri-ciri Group Investigation ... 13

3. Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation ... 14

4. Langkah-langkah pembelajaran Group Investigation ... 16

E. Media LKS ... 17

1. Pengertian Media ... 17

2. Media LKS ... 18

F. Belajar ... 23

1. Pengertian Belajar ... 23

2. Aktivitas Belajar ... 24

3. Hasil Belajar ... 26

G. Pembelajaran Tematik... 27

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 27

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 29

3. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik ... 30

4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 31


(13)

J. Hipotesis Tindakan ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 42

B.Setting Penelitian... 44

1. Lokasi Penelitian ... 44

2. Waktu Penelitian ... 44

3. Subjek Penelitian ... 44

C.Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Teknik tes ... 45

2. Teknik non tes ... 45

D.Alat Pengumpulan Data ... 46

1. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 46

2. Lembar Observasi aktivitas belajar siswa ... 48

3. Hasil Belajar ... 50

E. Teknik Analisis Data ... 50

1. Teknik kualitatif ... 51

2. Teknik Kuantitatif ... 52

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 54

G.Indikator Keberhasilan ... 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 68

1. Profil SD Negeri 1 Nambahrejo ... 68

2. Prosedur Penelitian... 69

a. Deskripsi Awal ... 69

b. Refleksi Awal ... 70

3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitin ... 71

a. Siklus 1 ... 71

b. Siklus II ... 95

B. Pembahasan ... 117

1. Kinerja Guru... 117

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 120

3. Hasil Belajar Siswa ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129


(14)

DAFTAR TABEL

1. Observasi Kinerja Guru ... 46

2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 49

3. Lembar Penilaian Hasil Belajar Siswa ... 50

4. Kategori Kinerja Guru ... 51

5. Kategori Aktivitas Siswa ... 52

6. Kriteria ketuntasan belajar berdasarkan KKM... 53

7. Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam % ... 54

8. Jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas ... 71

9. Rekapitulasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 88

10.Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I... 91

11.Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 92

12.Rekapitulasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II ... 111

13.Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 114

14.Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 115

15.Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I dan II ... 118

16.Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II ... 121


(15)

DAFTAR GAMBAR

1. Langkah-Langkah Pendekatan Scientific ... 32

2. Kerangka Pikir Penelitian ... 36

3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 43

4. Grafik Peningkatan Kinerja Guru ... 118

5. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa ... 121


(16)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan Penelitian dari Universitas ... 132

2. Surat Pendahuluan dari Universitas ... 133

3. Surat Izin Penelitian dari Universitas ... 134

4. Surat Izin Penelitian dari Sekolah ... 135

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 136

6. Surat Keterangan Melakukan Penelitian dari Sekolah ... 137

7. Jaringan Tema Siklus I ... 138

8. Pemetaan Siklus I ... 139

9. Silabus Siklus I ... 141

10. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I ... 144

11. Kinerja Guru Siklus I ... 158

12. Aktivitas Siswa Siklus I ... 162

13. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 170

14. Jaringan Tema Siklus II ... 172

15. Pemetaan Siklus II ... 173

16. Silabus Siklus II ... 175

17. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 178

18. Kinerja Guru Siklus II ... 191

19. Aktivitas Siswa Siklus II ... 195

20. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 203


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi perkembangan Bangsa dan Negara. Besarnya peranan pendidikan terhadap perkembangan suatu negara tidak bisa dianggap remeh, oleh karena itu pendidikan harus diutamakan dan dijadikan sebagai modal dasar untuk memajukan suatu negara.

Sebagaimana diungkapkan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa :

“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Guna mewujudkan tujuan dari Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat menjadikan siswa sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta


(18)

bertanggung jawab, dengan memperhatikan minat dan bakat siswa agar pendidikan dapat bermakna bagi siswa. Sehingga pengalaman belajarnya dapat digunakan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari, ini sesuai dengan Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Oleh karenanya kurikulum 2013 mengharuskan dalam setiap pembelajarannya menggunakan pembelajaran tematik.

Sagala (2010: 4) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan, sehingga berfungsi sesuai kompetensinnya dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, akan tetapi untuk kehidupan yang mengalami perkembangan menuju ke masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas, maka pelaksanaan pendidikan harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Proses pembelajaran menggunaan pendekatan scientific menurut Kemendikbud


(19)

(2013: 216), dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Dalam penelusuran lebih lanjut, Mulyasa (2013: 99) menyatakan Implementasi kurikulum 2013 dilakukan dengan pembelajaran tematik integratif yang merupakan pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang diprogramkan. Sejalan dengan hal tersebut, tema dan subtema yang dikembangkan hendaknya sesuai dengan lingkungan sekitar siswa sehingga pemerolehan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap sosial akan jauh lebih bermakna.

Tercapainya pembelajaran tematik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran harus didukung oleh proses pembelajaran terstruktur yang dapat menjadi pedoman saat proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran dan kegairahan belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 Januari 2014 dengan guru kelas IV SDN 1 Nambahrejo, diperoleh berbagai hal diantaranya partisipasi siswa tidak mendukung secara aktif aktivitas belajar siswa.

Dalam penelusuran lebih lanjut, fakta lain yang ditemukan peneliti pada dokumen hasil proses pembelajaran, menunjukkan bahwa dari 36 siswa


(20)

terdapat 8 siswa atau 22% siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yaitu ≥65 dengan rata-rata kelas 56.

Penyebab rendahnya persentase kompetensi siswa dikarenakan terdapat beberapa masalah yang timbul dalam proses pembelajaran antara lain: (1) guru belum memaksimalkan penerapan pendekatan scientific dengan benar sehingga proses pembelajaran kurang mengaktifkan siswa, (2) pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered), (3) meskipun di dalam kelas tersebut siswa sudah dibentuk kelompok diskusi, namun siswa belum berpartisispasi aktif untuk menyelesaikan berbagai hal yang ditugaskan pada kelompok, (4) siswa belum mampu mengolah informasi dari berbagai sumber yang diperoleh karena kurangya bimbingan dari guru, (5) terbatasnya sumber informasi dan media pembelajaran.

Suprijono (2013: 137) menyatakan bahwa untuk mengukur tingkat keberhasilan hasil belajar siswa yaitu dengan penilaian autentik. Penilaian autentik memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu, menggunakan berbagai cara dan kriteria. sehingga perlu diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran agar aktivitas dan hasil belajar siswa dapat maksimal pencapaiannya. Penggunaan variasi pembelajaran memungkinkan siswa lebih aktif, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat mencapai hasil yang maksimal. sehingga perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran tematik melalui Penelitan Tindakan Kelas (PTK).

Salah satu alternatif yang dimungkinkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation


(21)

(GI) menggunakan media LKS. Group investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip belajar demokrasi. Model ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri (Isjoni, 2011: 87)

Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran juga diperlukan untuk mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran. Salah satunya yaitu media Lembar Kerja Siswa (LKS). Depdikbud (Darusman, 2008: 17) menjelaskan bahwa LKS adalah salah satu sumber belajar yang berbentuk lembaran yang berisikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk mengerjakan pertanyan-pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian tindakan kelas

ini ingin memperbaiki pembelajaran dengan mengambil judul “Peningkatan

aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI) menggunakan media LKS pada pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 1 Nambahrejo tahun pelajaran

2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 1 Nambahrejo dilihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam belajar, serta situasi saat


(22)

berinteraksi dan berkomunikasi dalam mengolah berbagai informasi belum maksimal.

2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Nambahrejo disebabkan guru belum melaksanakan pendekatan scientific dengan benar sehingga untuk merespon kebutuhan siswa dalam mengembangakan kemampuan belajar berfikir kritis kurang maksimal.

3. Terbatasnya media pembelajaran dan sumber informasi yang akan dikelola siswa.

4. Siswa memerlukan bimbingan guru saat mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi hingga membuat kesimpulan dalam bekerja kelompok.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas peneliti membatasi masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini, masalah yang hendak diteliti agar dapat diperbaiki yaitu:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV SDN 1 Nambahrejo.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV SDN 1 Nambahrejo.


(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation menggunakan media LKS untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV SDN 1 Nambahrejo?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation menggunakan media LKS untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV SDN 1 Nambahrejo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 1 Nambahrejo pada pembelajaran tematik melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation menggunakan media LKS.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Nambahrejo melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation


(24)

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

a. Melatih siswa dalam hal berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Membantu siswa dalam memperjelas konsep materi yang diajarkan.

2. Bagi Guru

a. Dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang penerapan model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

menggunakan media LKS pada pelajaran tematik sehingga menjadi guru yang profesional.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru khususnya tentang pentingnya model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

menggunakan mediaLKS pada pembelajaran tematik, guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Nambahrejo.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan kualitas peraturan pendidikan disekolah.

4. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas, sehingga kelak dapat menjadi guru yang profesional.

b. Menambah wawasan dalam penggunaan model Cooperative Learning Tipe Group Investigation menggunakan media LKS pada pembelajaran tematik.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Menurut Arends (Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2010: 57)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu konsep atau rancangan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru secara sistematis untuk mengorganisasikan pengalaman belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan atau diharapkan.


(26)

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning

Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Slavin (Isjoni 2007: 15) mengemukakan “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Menurut Suprijono (2009: 61) model ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model cooperative learning menuntut kerjasama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, struktur

reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaiman tugas diorganisir. Struktur tugas dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.

Dengan melaksanakan model cooperative learning siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi


(27)

timbulnya prilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas Stahl (Isjoni, 2007: 23)

Melalui berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan yang lain. Jadi model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.

C. Tipe Model Cooperative Learning

Model pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil belajarnya. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan yang berbeda-beda.

Hal ini sejalan dengan Slavin, (2010: 11) yang menyatakan bahwa Model cooperative learning terdapat lima variasi model yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Tiga model yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu : Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC) untuk keterampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika.


(28)

Sedangkan Isjoni (2007: 51) juga berpendapat, model cooperative learning ini terbagi menjadi beberapa jenis variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: 1) Student Team Acievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Group Investigastion (GI), 4) Rotating Trio

Exchange, 5) Group Resume.

Dari berbagai model di atas, model cooperative learning tipe Group Investigation merupakan salah satu alternatif yang digunakan oleh penulis karena dimungkinkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Tujuan penulis mengunakan model ini untuk penelitian tindakan kelas karena Group investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip belajar demokrasi. Model ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri (Isjoni, 2011: 87)

D. Tipe Group Investigation

1. Pengertian Group Investigation

Model Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang mempunyai banyak tipe yang bervariasi, salah satunya yaitu model Cooperative Learning tipe Group Investigation.


(29)

Menurut Huda (2011: 16) Group Investigation diklasifikasikan sebagai metode investigasi kelompok karena tugas-tugas yang diberikan sangat beragam, mendorong siswa untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi dari beragam sumber, komunikasinya bersifat bilateral. Sedangkan Sharan dan Sharan (Huda 2013: 292)

Group Investigation merupakan salah satu tipe kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi. Nurhadi, dkk (Wena, 2009: 196) mengungkapkan Group Investigatin merupakan salah satu bentuk tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning tipe group investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran dan menekankan pada partisipasi serta aktivitas siswa untuk mencari sendiri informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui berbagai sumber.


(30)

2. Ciri-Ciri Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

Pembelajaran cooperative learning tipe group investigation

memiliki ciri-ciri menurut Killen (Aunurrahman, 2010: 152) memaparkan ciri esensial investigasi kelompok adalah sebagai berikut.

a) Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dibawah bimbingan guru.

b) Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.

c) Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.

Selain memiliki ciri di atas, Group Investigasi juga memiliki karakteristik. Adapun karakteristik pembelajaran cooperative tipe group investigation menurut Kurniajanti (2012: 6) sebagai berikut:

a) Tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi dan keterampilan inkuiri.

b) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu.

c) Siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran (menentukan topik dan cara investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian laporan).

d) Diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.

e) Adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-keputusan yang dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang diselidiki).

f) Guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi masalah dengan peranan yang berbeda.


(31)

3. Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation

Model Cooperative Learning tipe Group Investigation juga mempunyai berbagai kelebihan dan kelemahan. Slavin (2010: 165) mengemukakan bahwa kelebihan group investigation adalah mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi, melatih siswa menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran, Sedangkan kelemahan group investigation adalah metode ini memerlukan investigasi yang mempersyaratkan siswa bekerja secara berkelompok dan memerlukan pendampingan guru secara penuh.

Setiawan (2006: 9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran tipe group investigation, yaitu (a) memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, (b) dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah, (c) meningkatkan belajar bekerja sama, (d) belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis, (e) meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan, (f) selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunaka sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum. Sedangkan kekurangannya, yaitu (a) sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan, (b) pembelajaran group investigation cocok diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memecahkan masalah, (d) diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif, (e)


(32)

siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan Group Investigation dapat memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif. Group Investigation juga memiliki kelemahan yaitu diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

Langkah-langkah cooperative learning tipe Group Investigation ini terdiri atas Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang menggunakan metode Group Investigation.

Menurut Sharan (Trianto 2009: 80) membagi langkah-langkah model investigasi kelompok menjadi 6 fase, yaitu:

1) Memilih topik/pengelompokan

Siswa dibentuk kelompok secara heterogen sesuai dengan topik yang telah ditentukan.

2) Perencanaan cooperative

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran. 3) Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah kembangkan dengan aktivitas dan ketrampilan yang luas.

4) Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh kemudian diringkas dan disajikan secara menarik sebagai bahan untuk presentasi.


(33)

5) Presentasi hasil

Setiap kelompok menyajikan hasil penyelidikan. 6) Evaluasi

Siswa dan guru mengevaluasi pembelajaran yang telah dipelajari.

Selain langkah-langkah di atas, terdapat pula komponen-komponen Cooperative Learning Tipe Group Investigation yang dijelaskan oleh Slavin (2010: 218) telah menetapkan enam tahap

Group Investigation seperti berikut ini :

1) Tahap Pengelompokan (Grouping)/ Pemilihan topik

Pada tahap ini, siswa memilih topik dan menentukan kelompok. 2) Tahap Perencanaan kooperatif (Planning)

Pada tahap ini siswa merencanakan topik yang akan diselidiki.

3) Tahap Penyelidikan (Investigation)/ Implementasi

Pada tahap ini, siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki.

4) Tahap Pengorganisasian (Organizing)/ Analisis dan sintesis Pada tahap ini, anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya.

5) Tahap Presentasi hasil final (Presenting)

Pada tahap ini setiap kelompok mempresentasikan hasil penyelidikannya.

6) Tahap Evaluasi (Evaluating)

Kegiatan guru dan siswa Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, langkah-langkah model

cooperative learning tipe group investigatioan: (1) pengelompokan, (2) perencanaan, (3) penyelidikan, (4) pengorganisasian, (5) presentasi dan (6) evaluasi.


(34)

E. Media LKS

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah” atau “pengantar”. Sedangkan dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan.

Gagne (Sadiman, 2006: 6) menyatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sedangkan menurut Prihatin (2005: 50) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang dapat digunakan untuk membantu siswa di dalam memahami dan memperoleh informasi yang dapat didengar ataupun dilihat oleh panca indra sehingga pembelajaran dapat berhasil guna dan daya guna.

Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Arsyad (2007: 3) bahwa media adalah alat yang menyampaikan atau penghantar pesan-pesan pembelajaran. Sedangkan Hamalik (Arsyad, 2007: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologi terhadap siswa.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa media adalah alat yang digunakan sebagai


(35)

perantara untuk menyampaikan pesan-pesan yang diperoleh agar tercapainya hasil belajar.

2. Media Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian Media LKS

Salah satu sumber belajar dan media pembelajaran yang dirasa dapat membantu siswa maupun guru dalam proses pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Arsyad (2007: 29) menyatakan bahwa LKS termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi visual.

Sedangkan menurut Depdikbud (Darusman, 2008: 17) LKS adalah lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram. Lembaran ini berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat mempeluas serta memperdalam pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa LKS merupakan salah satu sumber belajar yang berbentuk lembaran yang berisikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk mengerjakan pertanyan-pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa.

Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, karena LKS tergolong ke dalam media cetak yang mudah dibawa dan dapat dibaca dimana saja dan kapan saja. Muhsetyo (2009: 2.5)

Adapun Sukayati (2003: 24) Menyatakan bahwa pada LKS tercantum antara lain : (a) identitas siswa (baik kelompok maupun individu) yaitu mencakup nama dan kelas. (b) tanggal mengisi LKS, (c) waktu yang ditetapkan untuk mengisi LKS, waktu ini dirancang oleh guru sesuai dengan bobot materi yang ada pada LKS. (d) poko bahasan yang yang dibicarakan pada LKS, (e)


(36)

uraian kegiatan; pada uraian ini berisi petunjuk atau tuntutan yang diberikan guru kepada siswa. Oleh karena itu diharapkan kalimat yang digunakan dapat mudah ditangkap oleh siswa, tidak terlalu panjang, dan susunan kalimatnya sederhana, karena dalam mengerjakan LKS guru diharapkan tidak selalu memberikan petunjuk. Pada uraian kegiatan juga tersaji sebagian materi yang ditata secara urut sehingga akan terjadi proses belajar mengajar, (f) evaluasi; pada LKS memuat evaluasi yang harus dikerjakan oleh siswa. Dari evalusi ini guru akan mengetahui seberapa jauh materi yang dipelajari, diserap dan dipahami oleh siswa.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media LKS merupakan sumber belajar yang disajikan oleh guru yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram sesuai dengan kondisi lingkungan siswa guna membantu belajar siswa secara terarah.

b. Manfaat Media LKS

Penggunaan media LKS memberikan manfaat dalam proses pembelajaran, hal ini dikemukakan oleh Andayani (2005: 10) antara lain yaitu :

1. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi belajar mengajar

2. Dapat mempercepat pengajaran dan mempersingkat waktu penyajian materi pelajaran sebab LKS ini dapat disiapkan diluar jam pelajaran

3. Memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok, atau klasikal karena tidak setiap peserta didik dapat memahami persoalan itu pada keadaan bersamaan

4. Mengoptimalkan penggunaan alat bantu pengajaran

5. Membangkitkan minat belajar siswa jika LKS disusun secara menarik.

Cara penyajian materi pelajaran dalam LKS meliputi penyampaian materi secara ringkas kegiatan yang melibatkan siswa


(37)

secara aktif misalnya latihan soal, diskusi, dan percobaan sederhana.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media LKS

LKS memiliki keunggulan dan kelemahan seperti yang dikatakan oleh Hartati (Aryani, 2012: 15) sebagai berikut:

Keunggulan :

1. Membantu siswa untuk mengembangkan dan memperbanyak kesiapan.

2. Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.

3. Mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat.

4. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing LKS.

Kelemahan :

1. Soal-soal yang tertuang pada lembar kerja siswa cenderung monoton, bisa muncul bagian berikutnya maupun bab setelah itu.

2. LKS hanya melatih siswa untuk menjawab soal, tidak efektif tanpa ada sebuah pemahaman konsep materi secara benar. 3. Di dalam LKS hanya bisa menampilakan gambar diam tidak

bisa bergerak, sehingga siswa terkadang kurang dapat memahami materi dengan cepat.

4. Menimbulkan pembelajaran yang membosankan bagi siswa jika tidak dipadukan dengan media yang lain.

d. Syarat LKS yang Baik

Untuk membuat atau menentukan sebuah LKS yang baik, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan. Seperti yang dinyatakan oleh Andayani (2009: 9) menyatakan LKS yang baik untuk diberikan kepada peserta didik, haruslah:

1) Bahasanya Komunikatif, LKS yang dibuat menggunakan bahasa yang menarik, tidak membingungkan siswa dan mudah dimengerti.


(38)

2) Format dan Gambar harus Jelas, format yang dipakai meliputi tampilan, penggunaan animasi dan gambar background yang sesuai dengan materi.

3) Mempunyai Tujuan yang Jelas, dapat menyampaikan ide pokok yang terkandung dalam LKS.

4) Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan infromasi.

e. Penggunaan Media LKS dalam Pembelajaran di SD

Dalam pembelajaran yang dilaksanakan di kelas guru menggunakan berbagai alat bantu sebagai penunjang dalam mengajar seperti buku paket, media pembelajaran serta lembar kerja siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa biasanya digunakan sebagai alat bantu bagi guru dalam menyediakan materi ringkas beserta soal-soal yang dapat dikerjakan siswa.

Keberadaan LKS sangat membantu dalam melaksanakan pembelajaran, karena dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa. Selain itu LKS juga mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.

LKS yang baik adalah LKS yang dapat mengembangkan ketrampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah, dan membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran. Adapun indikator LKS yang baik diantaranya: (1) LKS yang dibuat menggunakan bahasa yang komunikatif, tidak membingungkan siswa, dan mudah dimengerti, (2) Mempunyai tujuan yang jelas, dapat menyampaikan ide pokok yang terkandung dalam LKS, (3) Dapat membangkitkan minat belajar siswa.


(39)

Penggunaan media belajar khususnya media LKS oleh guru dalam pembelajaran sangat penting bila dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan berdasarkan tahapan-tahapan cooperative learning tipe Group Investigation

yaitu pengelompokan atau pemilihan topik, perencanaan, penyelidikan, pengorganisasian, presentasi, dan evaluasi. Hal tersebut akan memberikan manfaat yang besar bagi guru yaitu sebagai alternatif untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi belajar mengajar. Sedangkan bagi siswa akan membangkitkan minat belajar jika LKS tersebut disusun secara menarik.

F. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses pemerolehan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berlangsung sepanjang hayat. Banyak teori tentang belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli, diantaranya yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.

Salah satu teori belajar yang banyak digunakan pada saat ini adalah teori belajar konstruktivisme. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pendidikan saat ini, banyak bermuara pada penerapan berbagai strategi pembelajaran yang berorientasi pembelajaran berpusat pada siswa.


(40)

Hernawan, (2007: 2) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Ruminiati (2007: 1.3) seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Sedangkan Hamalik (2008: 27) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Bell-Gredler (Fatmawati, 2011: 8) Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Ketiga hal tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Asril, 2010: 19-20)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan proses perubahan perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu. Perubahan tersebut dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan belajar maka setiap individu akan mendapatkan pengalaman dan wawasan yang cukup luas.


(41)

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar di sekolah untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam belajar. Aktivitas siswa bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa.

Dimyati & Mudjiono (2006: 236) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain. Adapun jenis-jenis aktivitas belajar menurut Diedrich (Sardiman 2010: 101) adalah: (a) visual activities, (b) oral activities, (c) listening activities, (d) writing activities, (e) drawing activities, (f)

motor activities, (g) mental activities, dan (h) emotional.

Kunandar (2010: 277) menyatakan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun aktifitas psikis. Aktifitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota tubuh, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktifitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. (Rohani, 2004: 6)


(42)

Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa menyangkut sikap, perhatian, partisipasi, dan presentasi ketika proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dikelas, sehingga dengan adanya aktivitas belajar, maka akan tercapai suasana aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan yang diharapkan oleh guru dapat tercapai.

Adapun indikator dari aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah:

(1) Partisipasi: Mengajukan pertanyaan, merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, mengemukakan pendapat, mengikuti semua tahapan pemebelajaran dengan baik. (2) Sikap: Antusias atau semangat dalam mengikuti pembelajaran, tertib terhadap instruksi yang diberikan, menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, tanggap terhadap instruksi yang diberikan. (3) Perhatian: Tidak mengganggu teman, tidak membuat kegaduhan, mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, melaksanakan perintah guru. (4) Presentasi: Mengikuti pelajaran dari awal samapai akhir, mengerjakan tugas yang diberikan (lembar diskusi, latihan dll.), mengumpulkan semua tugas yang diberikan guru,mengerjakan tugas sesuai dengan peintah yang diberikan oleh guru (Purwanto, 2008: 102)


(43)

Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan suatu proses belajar, yang mana melalui hasil belajar akan diperoleh kesimpulan mengenai sejauhmana keberhasilan yang akan dicapai oleh siswa berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dirancang oleh guru.

Menurut Hamalik (2008: 33) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan Sudjana (Kunandar, 2013: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis maupun tes lisan.

Adapun Nashar (2004: 77) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat sudjana (2010: 22) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar pada penelitian ini adalah kemampuan yang diperoleh siswa berupa penguasaan pengetahuan setelah kegiatan belajar berlangsung. Adapun indikator hasil belajar meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.


(44)

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik adalah suatu pembelajaran yang menggunakan prinsip terpadu dengan menggunakan tema pemersatu dalam memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus pada satu kali tatap muka sehingga memberikan pengalaman peserta yang bermakna.

Dalam kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan, pembelajaran tematik, tidak hanya dikelas rendah saja yang menggunakan model pembelajaran tematik tetapi semua kelas diharapkan telah memakai tematik. Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran

Menurut Hernawan, dkk (2007: 128) model pembelajaran tematik merupakan kegiatan belajar mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Oleh karena itu pembelajaran tematik sering disebut pembelajaran terpadu atau

integrated learning. Hal ini sejalan dengan Triyanto (2010: 78) yang mengemukakan pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembelajarannya tema tersebut ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

Sedangkan Rusman (2012: 254) menyatakan bahwa model pembelaaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pendekatan tematik


(45)

proses dan strategi yang mengintegrasikan isi bahasa (membaca, mennulis, berbicara, dan mendengar) dan mengkaitkannya dengan mata pelajaran yang lain. Konsep ini mengintegrasikan bahasa sebagai pusat pembelajaran yang dihubungkan dengan berbagai tema atau topik pembelajaran. Saud (2006 : 8)

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan tema pemersatu untuk memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu pembelajaran guna untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai model pembelajaran yang memberikan pengalaman bermakna bagi siswa, maka pembelajaran tematik harus memiliki karakteristik tertentu untuk memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik. Hernawan (2007: 131) menyatakan bahwa sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

a) Berpusat pada siswa

b) Memberikan pengalaman langsung

c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. e) Bersifat fleksibel

f) Hasil belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa


(46)

3. Langah-Langkah Pembelajaran Tematik

Sebelum melakukan pembelajaran tematik, hendaknya guru memperhatikan langkah-langkah pembelajaran tematik terlebih dahulu. Trianto (2011: 167) menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti langkah–langkah pembelajarn terpadu. Secara umum langkah-langkah tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi.

a) Tahap perencanaan

1) Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis ketrampilan yang dipadukan

2) Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.

3) Menentukan sub ketrampilan yang dipadukan 4) Merumuskan indikator hasil belajar

5) Menentukan langkah-langkah pembelajaran b) Tahap pelaksanaan

1) Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam setiap pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pembelajar mandiri.

2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok..

3) Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.

c) Tahap evaluasi

Tahap evaluasi hendaknya memerhatikan prinsin evaluasi pembelajaran terpadu sebagai berikut :

1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk evaluasi lainnya.

2) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.


(47)

4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai berikut : a. Perencanaan

b. Penetapan mata pelajaran yang akan dipadukan

c. Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran

d. Pemilihan dan penetapan tema

e. Menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu f. Penyusunan silabus pembelajaran tematik

g. Penyusunan rencana pembelajaran tematik h. Pelaksanaan proses pembelajaran tematik

Hernawan, dkk (2007: 132)

5. Pendekatan Scientific

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan scientific dalam pembelajaran. Pendekatan scientific diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Upaya penerapan Pendekatan

scientific/ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.

Pendekatan scientific adalah konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Menurut Kemendikbud (2013: 200-201) pendekatan scientific ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan


(48)

tentang suatu kebenaran. proses pembelajaran menggunaan pendekatan Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Kemendikbud (2013: 277-231), Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

Gambar 1. Langkah-Langkah Pendekatan Scientific

Kemendikbud (2013)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik/scientific approach merupakan suatu pendekatan yang mengarahkan pembelajaran pada aspek kognitif,


(49)

afektif, dan psikomotor yang didasarkan pada tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

6. Penilaian Autentik

Penilaian merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Diberlakukannya Kurikulum 2013 yang menekankan pada pembelajaran berbasis aktivitas, maka penilaiannya lebih menekankan pada penilaian proses baik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian seperti inilah yang disebut penilaian autentik/asesmen autentik.

Menurut Komalasari (2011: 148) penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Sedangkan menurut Mueller dalam Nurgiyantoro (2011: 23) menyatakan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan Kunandar (2013: 35-36) penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi


(50)

yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 76) menyatakan bahwa penilaian yang sebenarnya (Autentic Assesment) adalah penilaian yang menekankan pada proses pembelajaran, serta data yang dikumpulkan berasal dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan kegiatan pembelajaran. Kemajuan peserta didik dinilai dari proses, tidak semata dari hasil belajarnya.

Depdiknas dalam Nurgiyantoro (2011: 34) menunjukkan sejumlah penilaian autentik yang dapat dilakukan, yaitu penilaian kinerja, observasi sistematik, pertanyaan terbuka, portofolio, penilaian pribadi, dan jurnal.

Dari penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada proses maupun hasil belajar yang berasal dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan kegiatan pembelajaran dengan berbagai instrumen penilaian yang telah ditentukankan.

H. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini adalah input, proses, dan output. Input penelitian ini yaitu masalah-masalah yang ada pada saat proses pembelajaran berlangsung, yakni; (1) guru belum maksimal melakukan pendekatan scientific, (2) penilaian guru belum menggunakan penilaian autentik, (3) belum optimalnya penerapan variasi model pembelajaran


(51)

yang dilakukan oleh guru, (3) belum berfungsinya media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran tematik.

Adapun proses yang dilakukan untuk menunjang pembelajaran yaitu menggunakan silabus, bahan ajar, media LKS, dan model pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menerapkan model pembelajaran

cooperative learning tipe Group Investigation pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri 1 Nambahrejo, output yang diharapkan adalah siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran, aktivitas siswa meningkat, dan hasil belajar siswa meningkat.

Kerangka pikir penelitian dengan menerapkan model cooperative learning tipe group investigation menggunakan media LKS, digambarkan sebagai berikut:

INPUT PROSES OUTPUT

1. Guru belum maksimal melakukan

pendekatan scientific

2. Penilaian guru belum menggunakan penilaian autentik,

3. Belum optimalnya penerapan variasi model pembelajaran yang dilakukan oleh guru,

1. Siswa akan lebih aktif, mampu memecahkan masalah,

2. Aktivitas belajar siswa ≥ 80 %

aktif

3. Hasil belajar siswa, untuk aspek kognitif, afektif dan psikomotor ≥75% memenuhi KKM


(52)

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian

Skenario pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation

sebagai berikut: A. Identitas

Satuan pendidikan : SD Negeri 1 Nambahrejo Kalas/Semester : IV/II

Waktu : 6 x 35 Menit

Sub Tema : Keanekaragaman Hewan Dan Tumbuhan

Tahapan Model Cooperative Learning Tipe GI:

1. Pengelompokan Atau Pemilihan Topik

2. Perencanaan

3. Penyelidikan

4. Pengorganisasian

5. Presentasi

6. Evaluasi

Penggunaan media LKS:

1. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan

pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi belajar mengajar

2. Dapat mempercepat pengajaran dan mempersingkat waktu penyajian materi pelajaran sebab LKS ini dapat disiapkan diluar jam pelajaran

3. Memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok, atau klasikal karena tidak setiap peserta didik dapat memahami persoalan itu pada keadaan bersamaan

4. Mengoptimalkan penggunaan alat bantu pengajaran

5. Membangkitkan minat belajar siswa jika LKS disusun secara menarik.


(53)

Kompetensi Inti

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar : 1. Matematika:

3.7 Menentukan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan desimal

4.2 Menyatakan pecahan ke bentuk desimal dan persen

2. Bahasa Indonesia:

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.4 Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.


(54)

3. IPA:

3.7 Mendeskrpisikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat

B. Skenario Pembelajaran

1) Kelas dibagi menjadi enam kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari enam siswa.

2) Setiap kelompok menempati dua meja yang sudah digabungkan dan duduk melingkar.

3) Guru memperlihatkan sebuah teks cerita yang berhubungan dengan petualangan. Di dalam teks tersebut terdapat berbagai macam gambar hewan, kemudian siswa diminta mendiskusikannya dengan teman kelompoknya untuk membedakan antara hewan langka dan tidak langka.

4) Melalui diskusi kelompok, siswa bersama kelompoknya merencanakan prosedur pembelajaran untuk menyelesaikan masalah yang akan diinvestigasi (membedakan antara hewan langka dan tidak langka melalui gambar yang telah disajikan). 5) Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitsi

serta membantu siswa yang mengalami kesulitan.

6) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki dari berbagai sumber yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diselidiki.


(55)

7) Masing-masing anggota kelompok memberi masukan pada setiap kegiatan kelompok.

8) Siswa saling bertukar pendapat dan mempersatukan ide dan pendapat.

9) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan mempersiapkan presentasi hasil penyelidikan.

10)Siswa membagi tugas sebagai pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi investigasi.

11)Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dihadapan teman kelompok lain.

12)Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

13)Sebagai kegiatan akhir, guru dan siswa melakukan evaluasi materi yang dipelajari hari ini.

I. Hasil Penelitian yang Relevan

Usaha pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran saai ini masih terus dilakukan untuk mencapai tujuan. Namun terkadang masih terdapat siswa yang sulit memahami meteri pembelajaran. Pada dasarnya suatu penelitian tidak berjalan dari nol secara murni. Akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh karena itu, perlu dikemukakan penelitian yang terdahulu dan relevansinya.


(56)

Telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari penyebab ketidakstabilan dalam pembelajaran. Hasil penelitian Rendy Hermawan (2012) dalam penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Penelitian yang ada tersebut menunjukan bahwa model Cooperative Learning tipe Group Investigation sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk lebih mengembangkan penelitian yang ada sehingga memberikan hasil yang lebih baik, maka peneliti akan menerapkan model Cooperative Learning tipe Group Investigation dalam pembelajaran di kelas khususnya untuk pembelajarn tematik di kelas IV.


(57)

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran tematik dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI)

menggunakan media LKS sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Nambahrejo dapat meningkat”.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action research (CAR). Suhardjono (2006:58) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tindakan kelas (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya.

Penelitian Tindakan Kelas berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Penelitian Tindakan Kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Pada intinya Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada tanggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti Supardi (2006:104)

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa , PTK adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru atau pendidik untuk


(59)

mencari permasalahan yang terjadi di kelas dan berusaha untuk memperbaiki masalah tersebut melalui refleksi diri agar proses pembelajaran dapat meningkat

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Arikunto, (2006: 16)

Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan,(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Obsevasi

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Obsevasi

Perencanaan


(60)

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran Tematik.

2. Pelaksanaan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pembelajaran Tematik.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya. (Wardhani, 2007: 2.4)

B. Seting Penelitian ` 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SD Negeri 1 Nambahrejo, yang beralamatkan di Dusun 3 Desa Nambahrejo Kecamatan Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, selama lebih kurang 5 bulan, dimulai dari perencanaan, sampai perbaikan hasil penelitian.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Nambahrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 36 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki–laki dan 22 siswa perempuan.


(61)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes (observasi). Tes adalah suatu perangkat kegiatan yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Sedangkan non tes merupakan prosedur untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa dikelas.

1. Teknik tes

Menurut Poerwanti, dkk (2008: 2.26) teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites dan hasil pelaksanaan tugas yang diberikan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang tersebut.

Dalam penelitian ini, teknik tes dilakukan dengan memberikan soal-soal tes untuk memperoleh data hasil belajar. Teknik tes ini akan menghasilkan data kuantitatif berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui hasil belajar dalam aspek kognitif.

2. Teknik non tes

Mulyati (2006: 8.11) menyatakan bahwa teknik non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik, minat, sikap, dan kepribadian.

Dalam penelitan ini, teknik non tes dilaksanakan dengan mengumpulkan data melalui observasi. Lembar observasi digunakan


(62)

untuk mengetahui sejauh mana aktivitas belajar siswa dikelas dan kinerja guru terhadap pembelajaran tematik mengguna model Cooperative Learning Tipe Group Investigation (GI).

D. Alat Pengumpulan Data

Adapun alat pengumpulan data dalam PTK sebagai berikut : 1. Lembar Observasi Kinerja Guru

Lembar observasi praktik mengajar atau instrumen Penilaian Aktivitas Kinerja Guru (IPKG) bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar yang baik dan benar.

Kisi-kisi lembar observasi kinerja guru Tabel 1. Lembar Observasi Kinerja Guru

Aspek yang Diamati Skor

Kegiatan Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman

peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

1 2 3 4 5

2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4 5

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik. 1 2 3 4 5


(63)

kelompok, dan melakukan observasi.

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran. 1 2 3 4 5

2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.

1 2 3 4 5

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. 1 2 3 4 5

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit

ke abstrak)

1 2 3 4 5

Penerapan model Cooperative Learning tipe GI dengan pendekatan

scientific

1 Pengelompokan atau pemilihan topik : guru membagi kelompok

kemudian mengidentifikasi topik yang akan diselidiki.

1 2 3 4 5

2 Perencanaan : guru mengarahkan siswa dalam merencanakan

prosedur pembelajaran dengan mengamati topik yang akan diselidiki melalui berbagai sumber informasi.

1 2 3 4 5

3 Penyelidikan : guru membimbing siswa dalam kegiatan yang

melibatkan ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas melalui proses berfikir yang logis dan sistematis (menalar) dan mengarahkan pada sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah.

1 2 3 4 5

4 Pengorganisasian : guru membantu siswa dalam kegiatan

menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh kemudian membuat jejaring untuk merencanakan bahan presentasi


(64)

yang akan disajikan

5 Presentasi : guru memfasilitasi siswa dalam kegiatan menyajikan

hasil penyelidikannya secara menarik dengan tujuan siswa lain ikut mencoba dan merespon partisipasi dalam pekerjaan tersebut.

1 2 3 4 5

6 Evaluasi : guru melakukan kegiatan penilaian terhadap kerja keras

kelas secara keseluruhan.

1 2 3 4 5

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu

1 Menyajikan pembelajaran sesuai tema. 1 2 3 4 5

2 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata

pelajaran dalam satu PBM meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjasorkes.

1 2 3 4 5

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media LKS

1 Membuat LKS dengan menggunakan bahasa yang komunikatif,

tidak membingungkan siswa, dan mudah dimengerti.

1 2 3 4 5

2 LKS yang dibuat mempunyai tujuan yang jelas sehingga dapat

menyampaikan ide pokok yang terkandung dalam LKS.

1 2 3 4 5

3 LKS yang dibuat dapat membangkitkan minat belajar siswa 1 2 3 4 5

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat alam Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4 5

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4 5

Penutup pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan

peserta didik.


(1)

kelompoknya dan kelompok yang lain,

c. Guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.

3. ObservasiSelama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan tanda checklist pada lembar observasi.

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus kedua adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning tipe GI menggunakan media LKS berlangsung. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai berikut:

1. Persentase aktivitas belajar siswa meningkat hingga 45% setiap siklusnya dengan kategori aktif.

2. Tingkat keberhasilan belajar siswa mencapai ≥75% dari KKM yang telah ditentukan (berdasarkan ketentuan kurikulum).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model

cooperative learning tipe group investigation siswa kelas IV SD Negeri 1

Nambahrejo, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa:

a. Penerapan model cooperative learning tipe group investigation menggunakan media LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran tematik. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 63,8 kemudian meningkat sebesar 5,34 menjadi 69,14 pada siklus II.

b. Penerapan model cooperative learning tipe group investigation menggunakan media LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 7,6 kemudian meningkat sebesar 0,8 menjadi 8,4 pada siklus II.

B. Saran a. Siswa

Diharapkan dapat selalu aktif serta memiliki antusias menunjukkan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat


(3)

b. Guru

Diharapkan guru lebih berinovasi untuk menerapkan dan menggunakan model serta media pembelajaran yang kreatif dan menarik serta bersifat menyenangkan sehingga menghasilkan minat siswa untuk belajar.

c. Sekolah

Penyediaan fasilitas penunjang yang mampu mendukung usaha pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

d. Peneliti

Penelitian ini dilakukan dengan penerapan model cooperative

learning tipe group investigation menggunakan media LKS pada

pembelajaran tematik. Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran serupa pada kegiatan pembelajaran serta materi lain yang bervariasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Professional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK.

Yrama Widya. Bandung.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Darusman. 2008. Penggunaan Media Belajar. Ditjen Dikti Depdiknas. Jakarta. Depdiknas. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Dikti. Jakarta. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Hanafiah, Nanang, dan Cucu Sahana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hernawan, Asep Heri, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI Pres. Bandung

Hermawan, Rendi. 2012. Penerapan Metode Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VC SDN 6 Metro

Barat. (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Isjoni, 2011. Pembelajaran Kooperatif Mencerdaskan Komunikasi antar Peserta

Didik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. PT Refika Aditama.Bandung

Kunandar. 2011. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Grafindo Persada.Jakarta.

---. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh. Rajawali


(5)

kooperatif-tipe-group-investigation-gi/. Diakses Senin 10 Februari 2014.@ 11.15 WIB

Mahsetyo, Gatot, dkk. 2009. Pembelajaran Matematika SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistic Pendidikan .PGSD. Metro.

Nashar. 2004. Peran Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Prihatin, Eka. 2008. Guru Sebagai Fasilitator. Karsa Mandiri Persada. Bandung. Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sadiman, Arief S, dkk. 2006. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.

Slavin, Robert, E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Sukayati. 2003. Media Pembelajaran Matematika SD. (Makalah Pelatihan Supervisi Pengajar Untuk SD Tanggal 19 Juni 2003 PPG Matematika). Yogyakarta. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka

Pelajar. Yogyakarta.

Sudijono, Anas. 2011. Evaluasi pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Syaefudin, Sa’ud Udin, dkk., 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI Press. Bandung


(6)

Tim Redaksi. 2008. Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun

2003. Sinar Grafika. Jakarta.

Tim Penyusun. 2003. UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003. Rineka Cipta. Jakarta.

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2013. Indahnya Negeriku: Buku Guru. Kemendikbud. Jakarta. Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT Prestasi

Pustakarya. Jakarta.

Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Kencana.Jakarta. Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Uno, Hamzah B, 2010. Model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta.

Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wulan Sari, Shella Dyah. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dengan Media Grafis pada Siswa Kelas IVA SDN 2 Langkapura Tahun Pelajaran

2013/2014. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung.

Wulandari, Aryani. 2012. Penggunaan Media LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Siwa Kelas V SDN 1

Astomulyo Tahun Pelajaran 2010/2011. (Skripsi). Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VA SDN 02 METRO SELATAN TAHUN AJARAN 2011/2012

1 19 59

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 57

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 06 METRO BARAT

0 6 65

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD KRISTEN 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 2 42

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SDN 6 METRO PUSAT TAHUN 2013/2014

0 11 97

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION MENGGUNAKAN MEDIA LKS PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SDN 1 NAMBAHREJO TAHUN AJARAN 20013/2014

0 10 88

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 MARGOTOTO LAMPUNG TIMUR

0 15 109

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP RESUME PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SDN 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

24 216 38

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 2 NAMBAHREJO Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo Email: rusmartini1960gmail.com Abstract - PEN

0 0 11

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DI SEKOLAH DASAR

0 0 14