kepadaku, dan barangsiapa durhaka kepada penguasa berarti dia durhaka kepadaku.”
229
Serta hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khaththab, yang secara khusus juga berbicara mengenai pentingnya pemimpin yang
harus dipilih dengan syura. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa membaiat seorang Amir yang dipilih tanpa
melalui syura kaum muslimin, maka tidak ada kewajiban baiat kepada amir tersebut, dan tidak sah baiat orang
yang membaiatnya, bersegeralah memberangus keduanya.”
230
Kedua hadits ini, menjadi salah satu hadits yang dijadikan landasan dalam membangun argumen kepemimpinan menurut
perspektif Sunni. Hadist pertama membicarakan pentingnya kepemimpinan dan ketaatan terhadapnya. Hadist kedua
membicarakan pentingnya memilih pemimpin melalui syura umat Muslim.
3. Persyaratan Seorang Khalifah
Imam al-Mawardi berpendapat, bahwa, menegakkan kepemimpinan adalah suatu keharusan yang dihukumi fardhu
khifayah. Mengapa fardhu khifayah? Ketika kepemimpinan telah dijalankan oleh orang yang berhak menjalankannya, maka
kepemimpinan telah gugur dari orang lain. Jika tidak ada orang yang menjalankan kepemimpinan, maka harus ada dua pihak:
1 Dewan pemilih yang bertugas memilih khalifah bagi ummat. 2 Dewan khalifah yang bertugas mengangkat salah seorang dari
mereka sebagai pemimpin ummat.
229 Imam Al-Mundziri, Ringkasan Hadits Shahih Muslim Mukhtashar Shahih Muslim, terj. Achmad Zaidun, Jakarta: Pustaka Amani, 2003, h. 721.
230 Abdullah Ibn Ahmad Ibn Hanbal, Hadis Imam Ahmad: Menyoal Al-Qur’an, Sirah, Khilafah, dan Jihad, Al-Musnad Li I-Imam Ahmad Ibn Hanbal, Terj. M.A. Fatah, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009, h. 270-271.
Dua pihak di atas, dewan pemilih atau dewan khalifah mempunya kriteria-kriteria syarat-syarat yang legal yang harus dimiliki.
Adapun syarat-syarat itu adalah sebagai berikut: a. Kriteria Dewan Pemilih
1 Adil dengan segala syarat-syaratnya. 2 Ilmu yang membuatnya mampu mengetahui siapa yang
berhak menjadi khalifah sesuai dengan kriteria-kriteria yang legal.
3 Wawasan dan sikap bijaksana yang membuatnya mampu memilih siapa yang paling tepat menjadi khalifah dan
paling efektif, serta paling ahli dalam mengelola semua kepentingan.
231
b. Kriteria Dewan Khalifah 1 ‘Adil dengan syarat-syarat yang universal.
2 Ilmu yang membuatnya mampu berijtihad terhadap kasus-
kasus dan hukum-hukum. 3 Sehat inderawi telinga, mata dan mulut yang dengannya
ia mampu menangani langsung permasalahan yang telah diketahui.
4 Sehat organ tubuh dari cacat yang menghalanginya bertindak dengan sempurna dan cepat.
5 Wawasan yang membuatnya mampu memimpin rakyat dan mengelola semua kepentingan.
6 Berani, dan kesatria yang membuatnya mampu melindungi wilayah Negara, dan melawan musuh.
7 Nasab yaitu berasal dari Quraisy berdasarkan nash-nash yang ada dan ijma’ para ulama.
232
Dalam pemilihan, jabatan khalifah dianggap sah dengan dua cara; pertama, pemilihan oleh ahl al-hall wa al-‘aqdi perwakilan
umat. Kedua, penunjukan oleh khalifah sebelumnya. Kedua cara ini
231 Imam al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah..., h. 03 232Ibid., h. 04 .
pernah dilakukan dalam sejarah perpolitikan umat Islam pasca meninggalnya Rasulullah. Adapun cara pertama, mengambil contoh
majelis musyawarah di balairung Saqifah sebagai preseden. Pada saat saat itu, Abu bakar terpilih sebagai khalifah pertama. Pada pemilihan
pertama itu, kaum Muhajirin dan Anshar disebut sebagai ahl al-hall wa al-‘aqdi yang bertindak sebagai wakil umat Islam.
233
Cara kedua, mengambil contoh penunjukan langsung khalifah Abu Bakar kepada
Umar bin Khattab menjelang wafatnya Abu Bakar. Demikian juga ketika Umar mendekati kematiannya, ia menunjuk enam orang terpilih
untuk bermusyawarah dan menentukan siapa yang akan menggantikan dirinya setelah ia meninggal.
Baik Abu Bakar, Umar, Utsman sampai ‘Ali. Mereka dipilih oleh umat berdasarkan kriteriasyarat tertentu. Ulama Sunni agak
berbeda pendapat mengenai syarat-syarat ini. Namun, perbedaan itu tidak membuat mereka berhenti untuk mencari suksesor pemimpin-
pemimpin yang telah lalu. Kriteria-kriteriasyarat yang ada, tentu saja dibuat guna mendapatkan pemimpin umat yang berkualitas dan
amanah kepada rakyat. Berikut beberapa syarat khalifah: 1 Khalifah harus seorang Muslim
2 Khalifah harus seorang laki-laki 3 Khalifah harus baligh
4 Khalifah harus orang yang berakal sehat 5 Khalifah harus seorang yang ‘adil
6 Khalifah harus seorang yang merdeka 7 Khalifah harus orang yang mampu memiliki kemampuan
untuk menjalankan amanah kekhilafahan.
234
233 Abdul Karim Zaidan, Individu dan Negara Menurut Pandangan Islam dalam Hamidullah dan kawan-kawan, Politik Islam: Konsepsi dan Dokumentasi, terj. Jamaluddin Kafie,
Surabaya: Bina Ilmu, 1987, 146. 234 Lihat, Hizbut Tahrir, Struktur Negara..., h. 34-40.
Adapun orang yang tidak memenuhi syarat-syarat di atas, maka ia tidak layak dijadikan khalifah. Sementara itu, selain tujuh syarat di
atas syarat in’iqadlegal, ada pula syarat keutamaan afdhaliyyah jika memang didukung oleh nash-nash yang shahih. Seperti ketentuan
khalifah harus dari kalangan Quraisy, atau khalifah harus seorang mujtahid atau ahli dalam perang, serta syarat tegas lainnya yang
memiliki dalil.
235
Jika kalangan Syi’ah berkeyakinan bahwa pemimpin umat imamah adalah pelanjut misi Nabi, maka dari itu ia harus maksum.
Namun tidak demikian dengan Sunni, kalangan Sunni berkeyakinan bahwa al-nubuwwah kenabian itu sama sekali berbeda dengan
kekhilafahan. Jika kenabian jabatan yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya. Sedangkan khalifah itu tugas kemanusiaan yang
diserahkan kaum Muslim kepada saja yang mereka pilih dan kehendaki melalui proses bai’at.
Maka, kemaksuman itu tidak masuk dalam syarat kepemimpinan Sunni, bukan karena kepemimpinan itu hanya jabatan
kemanusiaan, tapi juga karena kepemimpinan itu sebatas mengganti tugas Rasulullah dalam pemerintahan. Dengan demikian,
kemaksuman hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul dalam menjalankan misi kenabiannya, dan tidak berlaku untuk para
imamkhalifah.
236
4. Kemaksuman Seorang Khalifah