PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MEMBENTUK KARAKTER BELAJAR SISWA SMP NEGERI

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN

MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MEMBENTUK KARAKTER

BELAJAR SISWA SMP NEGERI

Oleh Meri Susanti

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter belajar dan hasil belajar dengan menggunakan media audio visual. Metode yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan 3 siklus untuk membentuk karakter siswa. Alat pengumpul data yang digunakan antara lain observasi, dokumentasi foto dan tes, hal tersebut dilakukan sebagai dasar untuk menafsirkan hasil penelitian di setiap siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan media audio visual dapat membentuk karakter dan hasil belajar siswa kelas VII.B. Pada siklus 1, pelaksanaan tindakan pembelajaran audio visual dengan menayangkan satu kali dan membentuk 4 kelompok dari semua jumlah siswa dan setiap kelompok berjumlah 9 siswa dengan kegiatan pembelajaran antara lain observasi/mengamati tayangan audio visual, mencatat makna/hal-hal penting dari tayangan audio visual, diskusi kelompok, membuat laporan kelompok, presentasi, tanya jawab dan menyimpulkan, menunjukkan bahwa karakter siswa dalam satu kelas berkategori berkarakter dan hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan kelas. Pada siklus 2, pelaksanaan tindakan pembelajaran audio visual dengan menayangkan dua kali dan membentuk 5 kelompok dari semua jumlah siswa dan setiap kelompok berjumlah 7-8 siswa dengan kegiatan pembelajaran antara lain observasi/mengamati tayangan audio visual, mencatat makna/hal-hal penting dari tayangan audio visual, diskusi kelompok, membuat laporan kelompok, presentasi, tanya jawab dan menyimpulkan, menunjukkan bahwa karakter siswa dalam satu kelas berkategori berkarakter dan hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan kelas. Pada siklus 3, pelaksanaan tindakan pembelajaran audio visual dengan menayangkan dua kali dan membentuk 6 kelompok dari semua jumlah siswa dan setiap kelompok berjumlah 6 siswa dengan kegiatan pembelajaran antara lain observasi/mengamati tayangan audio visual, mencatat makna/hal-hal penting dari tayangan audio visual, diskusi kelompok, membuat laporan kelompok, presentasi, tanya jawab dan menyimpulkan, menunjukkan bahwa karakter siswa dalam satu kelas berkategori berkarakter dan hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan kelas, ada hubungan yang kurang erat antara karakter dengan hasil belajar.


(2)

IMPROVEMENT OF LEARNING SOCIAL STUDIES AUDIO VISUAL MEDIA USING CHARACTER TO CREATE STATE STUDENT

LEARNING SMP

by Meri Susanti

This study aimed to describe the character of learning and learning outcomes by using audio-visual media. The method used is a class action research conducted by 3 cycles to form the character of students. Data collection tool used include observation, photo documentation and testing, it is done as a basis for interpreting the results of the research in each cycle. The results of this study show the audio-visual media can shape the character and class of student learning outcomes VII.B. In cycle 1, the implementation of audio-visual learning action by airing one time and form 4 groups of all the number of students and each group has 9 students with learning activities include observation / watch the audio-visual, noting the meaning / important matters of audio-visual impressions , group discussions, group reports, presentations, discussion and concluded, showed that students in a class character categorized character and student learning outcomes have not reached grade completeness criteria. In cycle 2, the implementation of audio-visual learning action by airing twice and formed five groups of all the number of students and each group numbered 7-8 students with learning activities include observation / watch the audio-visual, noting the meaning / important things of impressions audio-visual, group discussions, group reports, presentations, discussion and concluded, showed that students in a class character categorized character and student learning outcomes have not reached grade completeness criteria. In cycle 3, the implementation of audio-visual learning action by airing twice and formed six groups of all the number of students and each group amounted to 6 students with learning activities include observation / watch the audio-visual, noting the meaning / important matters of audio-visual impressions , group discussions, group reports, presentations, discussion and concluded, showed that students in a class character categorized character and student learning outcomes have reached the completeness criteria class, there is a close relationship between the characters with less learning outcomes.


(3)

(4)

(5)

(6)

Peneliti dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 11 Agustus 1982, Anak ketiga dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Darmawan dan Ibu Sri Artati.

Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 3 Kampung Sawah Lama dan selesai pada tahun 1994,

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan di SLTP Negeri 23 Bandar Lampung selesai tahun 1997, dan sekolah menengah umum diselesaikan di SMU Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2000. Pada Tahun 2000 Peneliti melanjutkan kuliah di Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Sejarah dan selesai tahun 2006. Pada tahun 2012 peneliti melanjutkan S2 di Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Peneliti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada bulan Januari 2010 dan saat ini peneliti bertugas di SMP Negeri 1 Tanjungsari Lampung Selatan.

Peneliti Menikah dengan Pauzi, SH pada Tahun 2007 dan dikaruniai anak yang bernama Den Savuq Prabu Al Falah (Falah) dan Den Adza Farras Laksita (Farras).


(7)

Kupersembahkan kepada…..

Ayahku dan ibuku tercinta AyahandaDarmawandan IbundaSri Artatiyang doa’nyaselalu tercurahkan untuk keberhasilanku

SuamikuPauzi, SHdan anak-anakku yang tercinta,Den Savuq Prabu Al Falah, Den Adza Farras Laksitadan anakku yang dikandunganku… yang

selalu mendoakan bunda, senantiasa memberi dukungan dan menjadi sumber semangat dalam hidup

Kakak dan adik-adikku sayang, Andra Yulianto, Ardian Saputra, Leni Widia, Endah Setiawati, Ricky Mariondani, Shintia Hani Tiara Putri yang selalu

mendoakan kesuksesanku

Sahabat seperjuangan serta keluargaku di SMPN 1 Tanjungsari, dan di Pascasarjana Magister Pendidikan IPS yang memberi bantuan, dukungan dan

menemaniku demi keberhasilanku.


(8)

SABAR, BERUSAHA, BERDOA

TIADA DAYA UPAYA MELAINKAN DENGAN PERTOLONGAN ALLAH SWT

aku tidak peduli atas keadaan susah/senangku , karena aku tak tau

manakah diantara keduanya itu yang lebih baik bagiku


(9)

-Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini guna untuk memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister pendidikan pada program studi Magister Pendidikan IPS pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam usaha menyelesaikan Tesis ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan berbagai pihak, akhirnya Tesis ini dapat terselesaikan sesuai harapan penulis. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S, selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, Direktur Pasca Sarjana Universitas Lampung juga selaku Pembahas dan Penguji 1 yang dalam kesibukannya selalu menyisihkan waktu untuk memberikan masukan, saran dan kritik demi kesempurnaan Tesis ini.

3. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung


(10)

IPS dan juga sebagai Pembahas dan Penguji II yang telah membantu memberi arahan dan bermurah hati membimbing dan mengajarkan penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.

5. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Pembimbing I yang bersedia memberikan saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan Tesis ini.

6. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberi ide, saran, perhatian dan bimbingan selama penulis melaksanakan penulisan Tesis.

7. Sahabat seperjuangan kawan-kawan Pascasarjana Magister Pendidikan IPS terutama angkatan 2012 yang telah banyak memberi ide, saran, motivasi dan bantuannya selama penulis menyelesaikan penulisan Tesis ini.

8. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, khususnya dosen Program Studi Magister Pendidikan IPS.

9. Novianti beserta soulmatenya Alwansyah, bu Fauziyah, Mbak Fitri Indriani, Mimi Rahmi Fitrina, Mak Rita, Mbak Dewi, bunda Siti, geng Rainbow (degen, tri, rose, n ifa), Apriyanti, Sidik dkk terimakasih atas kebersamaan, dan motivasinya. Hug n kiss.

10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(11)

karunia-Nya dan membalas budi baik dari semua pihak yang telah berjasa kepada penulis. Akhir kata penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga Tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin YRA.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis


(12)

Tabel Halaman

1.1 Perilaku siswa yang tidak mencerminkan karakter dalam belajar ... 8

1.2 Data Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS ... 9

2.1 Ciri-ciri umum pendidikan, belajar dan perkembangan... 26

2.2. Hubungan antar fase belajar dan acara pembelajaran ... 31

2.3 Deskripsi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ... 54

3.1 Lembar observasi peserya didik... 71

4.1 Data siswa SMP Negeri 1 Tanjung sari dalam 3 tahun terakhir ... 80

4.2 Data ruang kelas ………... 80

4.3 Data ruang ... 81

4.4 Data guru dan staf ... 81

4.5 Observasi karakter siswa pada indikator menghargai siklus 1... 92

4.6 Observasi karakter siswa pada indikator komunikatif siklus 1 ... 93

4.7 Observasi karakter siswa pada indikator disiplin siklus 1... 94

4.8 Observasi karakter siswa pada indikator kerjasama siklus 1 ... 95

4.9 Observasi karakter siswa pada indikator kreatif siklus 1 ... 96

4.10 Observasi karakter siswa pada indikator gemar membaca siklus 1 ... 97

4.11 Observasi karakter siswa pada indikator rasa ingin tahu siklus 1 ... 98


(13)

4.14 Hasil belajar siswa... 102

4.15 Observasi karakter siswa pada indikator menghargai siklus 2... 112

4.16 Observasi karakter siswa pada indikator komunikatif siklus 2 ... 113

4.17 Observasi karakter siswa pada indikator disiplin siklus 2... 114

4.18 Observasi karakter siswa pada indikator kerjasama siklus 2 ... 115

4.19 Observasi karakter siswa pada indikator kreatif siklus 2 ... 116

4.20 Observasi karakter siswa pada indikator gemar membaca siklus 2 ... 117

4.21 Observasi karakter siswa pada indikator rasa ingin tahu siklus 2 ... 118

4.22 Observasi karakter siswa pada indikator tanggung jawab siklus 2 ... 119

4.23 Persentase karakter siswa siklus 2... 122

4.24 Hasil belajar siswa... 124

4.25 Observasi karakter siswa pada indikator menghargai siklus 3... 134

4.26 Observasi karakter siswa pada indikator komunikatif siklus 3 ... 135

4.27 Observasi karakter siswa pada indikator disiplin siklus 3... 136

4.28 Observasi karakter siswa pada indikator kerjasama siklus 3 ... 137

4.29 Observasi karakter siswa pada indikator kreatif siklus 3 ... 138

4.30 Observasi karakter siswa pada indikator gemar membaca siklus 3 ... 139

4.31 Observasi karakter siswa pada indikator rasa ingin tahu siklus 3 ... 140

4.32 Observasi karakter siswa pada indikator tanggung jawab siklus 3 ... 141

4.33 Persentase karakter siswa siklus 3... 143

4.34 Hasil belajar siswa... 145

4.35 Sebaran hasil belajar berdasarkan karakter siswa kelas VII.B ... 147


(14)

(15)

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 176

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 180

3. Kisi-kisi soal ... 192

4. Soal Siklus 1,2 dan 3... 195

5. Nilai persentase rata-rata karakter siswa... 206

6. Observasi dan rekapitulasi karakter belajar ... 210

7. Data nilai siswa ... 222

8. Hasil belajar siswa siklus 1,2 dan 3 ... 225

9. Surat ijin penelitian ... 226


(16)

Gambar Halaman

2.1 Komponen esensial belajar dan pembelajaran ... 28

2.2 Kerucut pengalaman belajar... 49

2.3 Kerangka pikir penelitian ... 58

3.1 Model Siklus Penelitian Tindakan ... 63

4.1 Pembentukan 4 kelompok dalam pembelajaran ... 88

4.2 Siswa sedang mengamati tayangan audio visual ... 89

4.3 Siswa sedang mencatat makna dari tayangan video ... 89

4.4 Siswa sedang diskusi kelompok... 90

4.5 Para siswa sedang menanggapi/tanya jawab dengan kelompok lain ... 91

4.6 Diagram batang persentase karakter siswa indikator menghargai siklus 1 ... 93

4.7 Diagram batang persentase karakter siswa indikator komunikatif siklus 1 ... 94

4.8 Diagram batang persentase karakter siswa indikator disiplin siklus 1.... 95

4.9 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kerjasama siklus 1 ... 96

4.10 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kreatif siklus 1 ... 97

4.11 Diagram batang persentase karakter siswa indikator gemar membaca siklus 1 ... 98

4.12 Diagram batang persentase karakter siswa indikator rasa ingin tahu siklus 1 ... 99


(17)

siklus 1 ... 100

4.14 Diagram batang persentase 8 indikator karakter siswa siklus 1... 101

4.15 Diagram batang persentase kaarakter belajar siswa disiklus 1 ... 102

4.16 Siswa sedang diskusi kelompok... 103

4.17 Siswa sedang mencatat makna dari tayangan video ... 110

4.18 Siswa sedang presentasi kelopok ... 111

4.19 Diagram batang persentase karakter siswa indikator menghargai siklus 2 ... 113

4.20 Diagram batang persentase karakter siswa indikator komunikatif siklus 2 ... 114

4.21 Diagram batang persentase karakter siswa indikator disiplin siklus 2.... 115

4.22 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kerjasama siklus 2 ... 116

4.23 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kreatif siklus 2 ... 117

4.24 Diagram batang persentase karakter siswa indikator gemar membaca siklus 2 ... 118

4.25 Diagram batang persentase karakter siswa indikator rasa ingin tahu siklus 2 ... 119

4.26 Diagram batang persentase karakter siswa indikator tanggung jawab siklus 2 ... 120

4.27 Diagram batang persentase 8 indikator karakter siswa siklus 2... 121

4.28 Diagram batang persentase karakter siswa siklus 2 ... 123

4.29 Siswa sedang diskusi kelompok... 123

4.30 Guru membentuk 6 kelompok belajar... 130

4.31 Para siswa fokus membaca buku paket ... 131

4.32 Siswa sedang mengerjakan tugas ... 132


(18)

siklus 3 ... 134

4.35 Diagram batang persentase karakter siswa indikator komunikatif siklus 3 ... 135

4.36 Diagram batang persentase karakter siswa indikator disiplin siklus 3.... 136

4.37 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kerjasama siklus 3 ... 137

4.38 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kreatif siklus 3 ... 138

4.39 Diagram batang persentase karakter siswa indikator gemar membaca siklus 3 ... 139

4.40 Diagram batang persentase karakter siswa indikator rasa ingin tahu siklus 3 ... 140

4.41 Diagram batang persentase karakter siswa indikator tanggung jawab siklus 3 ... 141

4.42 Diagram batang persentase 8 indikator karakter siswa siklus 3... 142

4.43 Diagram batang persentase karakter siswa siklus 3 ... 143

4.44 Siswa sedang mendiskusikan tugas... 144

4.45 Perbandingan persentase karakter siswa siklus 1,2 dan 3 ... 159

4.46 Perbandingan persentase hasil belajar siswa siklus 1,2 dan 3... 160

4.47 Grafik perbandingan presentase karakter dan hasil belajar siklus 1,2 dan 3... 161


(19)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

MOTTO ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Rumusan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 13

1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 13

1.6.2 Ruang Lingkup Ilmu ... 13

II. KAJIAN PUSTAKA ... 15


(20)

2.1.2 Teori Belajar behavioristik ... 18

2.2 Belajar dan Pembelajaran ... 23

2.2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 23

2.2.2 Pembelajaran ... 36

2.3 Media Pembelajaran ... 38

2.3.1 Pengertian Media ... 38

2.3.2 Media Audio Visual ... 40

2.3.3 Pola Pembelajaran Berbasis Media ... 46

2.4 Pembelajaran IPS ... 49

2.4.1 Pengertian Pendidikan IPS ... 49

2.4.2 Hakekat Pendidikan IPS ... 50

2.5 Pengertian Karakter ... 53

2.6 Penelitian yang relevan ... 56

2.7 Kerangka Pikir ... 56

2.8 Hipotesis ... 58

BAB III. METODE PENELITIAN ... 59

3.1 Pendekatan Penelitian ... 59

3.2 Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 61

3.3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 64

3.3.1 Tahap Perencanaan ... 64

3.3.2 Pelaksanaan ... 65

3.3.3 Observasi ... 66

3.3.4 Refleksi ... 66

3.4 Tempat dan waktu penelitian ... 67

3.5 Subjek dan Objek Penelitian ... 67

3.5.1 Subjek Penelitian ... 67

3.5.2 Objek Penelitian ... 67

3.6 Indikator Keberhasilan ... 67

3.6.1 Indikator karakter siswa ... 68


(21)

3.7.1 Pendekatan Pembelajaran Media Audio Visual ... 70

3.7.2 Karakter siswa dalam pembelajaran IPS ... 71

3.7.3 Hasil belajar siswa... 75

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 75

3.8.1 Observasi ... 76

3.8.2 Dokumentasi Foto ... 76

3.8.3 Tes ... 77

3.9 Teknik Analisis Data Penelitian ... 77

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 80

4.1 Tinjauan Umum Lokasi Penelitian... 80

4.2 Deskripsi Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan ... 83

4.3 Hasil Penelitian ... 85

4.3.1 Hasil Penelitian Siklus 1 ... 85

4.3.1.1 Perencanaan Tindakan Siklus 1 ... 85

4.3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ... 86

4.3.1.3 Observasi Tindakan Siklus 1 ... 92

4.3.1.4 Refleksi Tindakan Siklus 1 ... 104

4.3.2 Hasil Penelitian Siklus 2 ... 106

4.3.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus 2 ... 106

4.3.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 ... 108

4.3.2.3 Observasi Tindakan Siklus 2 ... 112

4.3.2.4 Refleksi Tindakan Siklus 2 ... 125

4.3.3 Hasil Penelitian Siklus 3 ... 127

4.3.3.1 Perencanaan Tindakan Siklus 3 ... 127

4.3.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 3 ... 129

4.3.3.3 Observasi Tindakan Siklus 3 ... 133

4.3.3.4 Refleksi Tindakan Siklus 3 ... 146

4.4. Uji Hipotesis tindakan ... 147

4.5. Pembahasan ... 150


(22)

4.5.3. Pembahasan siklus 3 ... 153 4.5.4 Pembahasan siklus 1,2 dan 3 ... 156 4.6 Temuan dan Argumen Peneliti ... 161 4.7 Keterbatasan Penelitian ... 166

BAB V . SIMPULAN DAN SARAN ... 168 5.1 Kesimpulan ... 168 5.2. Saran ... 169

DAFTAR PUSTAKA ... 171


(23)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu tidak mengherankan kalau pendidikan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian besar baik oleh pemerintah atau pun masyarakat. Di dalam proses pendidikan haruslah tercipta suatu proses pembelajaran yang baik.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang di berikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan terhadap peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar belajar dengan baik. Hal tersebut dapat terwujud apa bila sekolah menerapkan kurikulum yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Berkaitan dengan rencana pemberlakuan Kurikulum 2013, SMPN 1 Tanjungsari berpedoman dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 dan Nomor 64 tahun 2013. Penyusunan Kurikulum SMPN 1 Tanjungsari sangat diperlukan untuk mengakomodasi semua potensi yang ada di daerah dan untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan dalam bidang akademis maupun non akademis, memelihara budaya daerah,


(24)

mengikuti perkembangan iptek yang dilandasi iman dan takwa. Secara umum tujuan diterapkannya Kurikulum SMPN 1 Tanjungsari adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya Kurikulum SMPN 1 Tanjungsari adalah :

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai

Prinsip yang digunakan dalam pengembanngan kurikulum SMP Negeri 1 Tanjungsari Lampung Selatan adalah :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kepentingan peserta didik dan kebutuhan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan jadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.


(25)

2. Beragam dan Terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya, adat istiadat serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum mencakup substansi muatan wajib, muatan lokal dan pengembangan diri secara terpadu dan di susun dalam keterkaitan antar substansi.

3. Tanggap Terhadap Pelaksanakan IPTEK dan Seni

Kurikulum di kembangkan bahwa IPTEK dan Seni bekembang secara dinamis oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan IPTEK dan Seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum melibatkan Stakeholder untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan termasuk kemasyarakat dunia usaha dan dunia kerja.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang keilmuan dan matapelajaran, yang direncanakan dan disiapkan secara berkesinambungan

6. Belajar Sepanjang Hayat

Kurikulum diarahkan pada proses pembudayaan, pengembangan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara pendidikan formal, non formal dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang.


(26)

7. Seimbang antara kepentingan Nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan Nasional dan kepentingan Daerah untuk mendorong kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan Nasional dan kepentinngan Daeerah harus saling mengisi dan memberdayakan.

Proses pembelajaran sebagai suatu sistem pada prinsipnya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan antara komponen raw in-put (siswa), instrumental

in-put (instrument masuk), environment (lingkungan) dan out put-nya. Keempat komponen tersebut mewujudkan sistem pembelajaran dengan proses pembelajaran berada dipusatnya. Komponen instrument masukan yang berupa kurikulum, sumber belajar, media pembelajaran, metode, sarana dan prasarana pembelajaran yang sangat mempengarui proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan media Audio-visual adalah sebuah cara pembelajaran dengan menggunakan media yang mengandung unsur suara dan gambar, dimana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra penglihatan dan indra pendengaran. Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran yang bisa melibatkan lebih dari satu indra akan berpengaruh terhadap kualitas informasi yang diterima, dan semakin efektifnya dalam proses mengingat terhadap informasi yang sudah diterima.

Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut adalah siswa, guru, kebiajakan pemerintah dalam membuat kurikulum, serta dalam proses belajar seperti metoda, sarana dan prasarana (media pembelajaran), model, dan pendekatan belajar yang digunakan. Kondisi riil dalam


(27)

pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif.

Permasalahan yang dialami dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dialamai oleh siswa meliputi hal-hal seperti; sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Faktor-faktor internal ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang baik.

Faktor eksternal meliputi hal-hal sebagai berikut; guru sebagai pembimbing belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari sisi guru sebagai pembelajar maka peranan guru dalam mengatasi masalah-masalah eksternal belajar merupakan prasyarat terlaksanannya siswa dapat belajar. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum pembelajaran di persekolahan, selayaknya disampaikan secara menarik dan penuh makna dengan memadukan seluruh komponen pemebalajaran secara efektif. Selain itu, IPS sebagai disiplin ilmu yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap dinamika perkembangan masyarakat. Dalam


(28)

praktek pembelajarannya harus senantiasa memperhatikan konteks yang berkembang. Pendekatan-pendekatan pembelajaran efektif yang diambil dari teori pendidikan modern menjadi salah satu intrumen penting untuk diperhatikan agar pembelajaran tetap menarik bagi peserta didik serta senantiasa relevan dengan konteks yang berkembang.

Permasalahan yang terjadi selama ini di SMP Negeri 1 Tanjungsari dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional/ceramah dalam proses pembelajaran, guru masih belum menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sehingga berakibat rendahnya karakter belajar siswa dalam proses pembelajaran antara lain kurangnya toleransi siswa dalam proses pembelajaran, sering berbohong, kurang komunikatif, kurang disiplin, kurang kreatif, kurang rasa ingin tahu dan kurang tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan sehingga berakibat rendahnya kualitas proses pembelajaran kurang menarik dan menyenangkan, efeknya adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS belum mencapai kriteria ketuntasan minimal dan kriteria ketuntasan kelas. Padahal idealnya pembelajaran IPS harus disajikan lebih menarik dan menyenangkan sehingga bisa menarik perhatian serta aktifitas, partisipasi siswa sehingga bisa membentuk karakter belajar siswa yang diharapkan.

Penggunaan media audio visual ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa agar lebih tertarik dan mampu ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat membentuk karakter belajar siswa. Dengan media audio visual sesuatu yang abstrak akan menjadi konkret sebab tingkat berfikir anak pada usia kelas VII dikategorikan dalam tahap operasional formal karena rata-rata siswa SMP kelas VII berumur 11 tahun keatas yang merupakan lanjutan dari kelas VI


(29)

SD sehingga banyak siswa belum dapat berfikir abstrak. dengan digunakannya media audio visual diharapkan sesuatu yang abstrak akan menjadi konkret dan proses pembelajaran akan lebih menarik.

Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai sumber belajar. Di sekolah-sekolah kini, terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan. Ternyata teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar. Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audio visual.

Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainya. Agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Dengan demikian Mata pelajaran IPS berupaya memfokuskan pada komitmen nasional dalam membangun budaya dan karakter bangsa yang mengarah pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai


(30)

kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.

Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Berikut ini merupakan hasil pra penelitian, diperoleh data tentang perilaku siswa SMP Negeri 1 Tanjungsari tahun 2014 adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1 Perilaku Siswa SMP Negari 1 Tanjungsari Yang Tidak Mencerminkan Nilai Karakter siswa dalam belajar.

No Indikator Jumlah Persentase (%)

1. Kurang menghargai pendapat orang lain 20 66,6%

2. Kurang komunikatif 24 80%

3. Belum mampu bekerjasama dengan baik 18 60%

4. Malas membaca 20 66,6%

5. Kurang memiliki rasa ingin tahu 25 83,3% 6. Kurang tanggung jawab terhadap tugas

yang di berikan

15 50%


(31)

Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa kurangnya nilai karakter siswa dalam belajar yang ada pada jiwa peserta didik dan melakukan hal-hal yang dapat mengganggu dan menghambat proses pembelajaran sehingga kualitas proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik. Selain itu permasalahan lain di kelas VII.B adalah rendahnya hasil belajar siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal maupun kriteria ketuntasan kelas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Mata Pelajaran IPS SMP Negeri 1 Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan dapat di jelaskan sebagai berikut :

Tabel 1.2 Data Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas VII.B SMP Negeri 1 Tanjungsari TP. 2014/2015.

No Kelas

Interval Nilai

Jumlah siswa

≤ 70 ≥ 70

1. VII.B 25 11 36

Persentase 69,5% 30,5% 100

Sumber : Data Sekunder Pra Penelitian di SMP Negeri 1 Tanjungsari 2014 Dari data tersebut di atas nampak bahwa pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dari 36 siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan hanya 11 siswa atau 30,5% yang berhasil mencapai kriteria ketuntasan belajar sedangkan sisanya 25 siswa atau 69,5% belum mencapai kriteria ketuntasan. Ini berarti hasil belajar siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan tergolong rendah. Seperti dikemukakan oleh Djamarah, bahwa “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran


(32)

tersebut tergolong rendah (Djamarah, 2006:107), Lebih rinci tentang tingkat keberhasilan siswa adalah sebagai berikut :

1. Istimewa/maksimal :Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali.optimal :Apabila sebagian besar (70% s.d 99%)bahan

pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. 3. Baik/ minimal :Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%

s.d 75% saja dikuasai oleh siswa.

4. Kurang :Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasi oleh siswa.

Sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap tenaga pendidik atau guru untuk menghantarkan setiap anak didiknya menyelesaikan dan menguasai materi pembelajaran. Secara pedagogik, pembelajaran di sekolah harus memenuhi kriteria pencapaian pembelajaran yang mencakup tiga ranah yaitu kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor. Kesemuanya itu merupakan tujuan pembelajaran yang secara maksimal harus tercapai.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalahnya adalah sebagai berikut.

1. Nilai karakter siswa dalam belajar rendah

2. Guru dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah 3. Belum ada upaya guru untuk menggunakan audio visual

4. Hasil belajar siswa rendah.

5. Fasilitas yang tersedia untuk pembelajaran belum digunakan secara maksimal


(33)

1.3 Rumusan masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya nilai karakter siswa dalam belajar dan hasil belajar, sehingga dapat di rumuskan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah membentuk karakter belajar siswa dengan menggunakan media Audio Visual pada mata pelajaran IPS pada kelas VII.B SMP N 1 Tanjungsari?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan media Audio Visual pada mata pelajaran IPS pada kelas VII.B SMP N 1 Tanjungsari?

3. Bagaimanakah hubungan antara karakter belajar siswa dengan hasil belajar siswa yang menggunakan Media Audio Visual dalam proses pembelajaran IPS pada kelas VII.B SMP Negeri 1 Tanjungsari?

Dengan demikian judul penelitian ini adalah Peningkatan Hasil Belajar IPS Menggunakan Media Audio Visual Untuk Membentuk Karakter Belajar Siswa SMP Negeri.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk memberi arah yang jelas dan maksud dari penelitian ini, berdasarkan pada rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran IPS menggunakan media Audio Visual yang dapat membentuk karakter belajar siswa dalam proses pembelajaran.

2. Mendeskripsikan proses pembelajaran IPS menggunakan media Audio Visual yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(34)

3. Menganalisis hubungan antara karakter belajar siswa dengan hasil belajar siswa yang menggunakan Media Audio Visual dalam proses pembelajaran IPS pada kelas VII.B SMP Negeri 1 Tanjungsari.

1.5 Manfaat Penelitian

Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat dijadikan acuan bagi guru agar senantiasa menggunakan media pembelajaran untuk membentuk karakter siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Siswa

Memberikan pembelajaran yang menarik dan menciptakan rasa senang belajar Pendidikan IPS selama pelajaran berlangsung dengan menggunakan media audio visual.

2. Bagi Guru

Dapat membentuk kinerja, membentuk profesionalisme dan mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan Pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama serta memberikan alternatif kegiatan pembelajaran IPS.

3. Bagi Sekolah

Memberikan kontribusi dalam membentuk mutu pendidikan disekolah dan dapat membentuk citra sekolah.


(35)

1.6 Ruang lingkup penelitian 1.6.1 Ruang lingkup penelitian

Fokus lingkup penelitian ini yaitu membentuk karakter siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran menggunakan media Audio Visual, dengan rincian sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.B SMP N 1 Tanjungsari tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 36 siswa.

2. Objek penelitian ini adalah penggunaan media Audio Visual dalam pembelajaran IPS kelas VII.B SMP N 1 Tanjungsari tahun pelajaran 2014/2015.

3. Tempat penelitian ini dilaksanakan di kelas VII.B SMP N 1 Tanjungsari. 4. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran

2014/2015.

1.6.2 Ruang Lingkup Ilmu

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan di sekolah yang dikembangkan atas dasar relevansinya dengan kebutuhan hidup manusia. Penyajian Ilmu Pengetahuan Sosial disampaikan dalam bentuk terpadu sebagai wujud pengintegrasian dari konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial, humaniora dan lingkungannya. Pengintegrasian Ilmu Pengetahuan Sosial pada jenjang pendidikan SD dan SMP meliputi pembelajaran Geografi, Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi dengan ciri khas tersendiri yaitu terpadu

(integrated) dengan tujuan agar mata pelajaran ini dapat lebih bermakna bagi peserta didik melalui pengelompokan materi pelajaran yang didasarkan atas tema atau topik yang dekat dengan peserta didik.


(36)

Melalui pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan peserta didik dapat memiliki keterampilan intelektual, ketrampilan inkuiri, ketrampilan akademik dan ketrampilan sosial. IPS sebagai program pendidikan pelestarian kebudayaan suatu bangsa, pendidikan nilai-nilai idealistik dan manusia.

Pendidikan ilmu pengetahuan sosial yang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu sosial antara lain sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, dan Antropologi. Menurut NCSS, kajian ilmu IPS terdapat 10 tema utama yang berfungsi sebagai pengatur alur kurikulum IPS di setiap tingkat satuan pendidikan, kesepuluh tema tersebut terdiri dari, (1) budaya, (2) waktu, kontinuitas dan perubahan, (3) orang, tempat dan lingkungan, (4) individu, pengembangan dan identitas, (5) individu, kelompok dan lembaga, (6) kekuasaan, wewenang dan pemerintahan, (7) produksi, distribusi dan konsumsi, (8) sain, teknologi dan masyarakat (9) koneksi global, (10) cita-cita dan praktik warga negara.


(37)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar

Penelitian tindakan kelas merujuk pada teori belajar konstruktivisme dan teori belajar behaviorisme.

2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Satu prinsip yang paling penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. Konstruktivisme menekankan perkembangan


(38)

konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang.

Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus, dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya (Herpratiwi, 2009:72). Sedangkan menurut Smith (2009:88) teori konstruktivisme mempercayai bahwa pembelajar mengonstruksi realitasnya sendiri atau paling tidak menafsirkannya berdasarkan pada persepsi-persepsi pengalaman mereka sehingga pengetahuan individu menjadi sebuah fungsi dari pengalaman, struktur mental dan keyakinan-keyakinan seseorang sebelumnya yang digunakan untuk menafsirkan objek dan peristiwa. Apa yang seseorang tahu didasarkan pada persepsi dari pengalaman fisik dan sosial yang dipahami oleh pikiran.

Menurut Pranata dalam (http://puslit.petra.ac.id) Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan


(39)

berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.

Hal penting dalam pendekatan konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pembelajar.

Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa akan berhasil membentuk pengetahuannya melalui aktivitas dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui pengalaman-pengalaman belajarnya. Teori konstruktivis dalam (www. edukasi. kompasiana. com) dijelaskan bahwa sebagai pembelajaran yang bersifat generatif yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari, memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan


(40)

dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran siswa, artinya siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya, dengan kata lain siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivis adalah lewat pengalaman belajar dalam proses pembelajaran siswa dapat menkonstruk/membentuk pengetahuan dari apa yang dipelajari.

2.1.2 Teori Belajar Behavioristik.

Menurut teori behavioristik (Budiningsih, 2005: 20) dijelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya dari tidak mengerti menjadi mengerti. Jadi yang terpenting adalah input atau masukan berupa stimulus dan output atau keluaran berupa respon.

Teori ini didasarkan pada prinsip bahwa pembelajaran seharusnya didesain untuk menghasilkan tingkah laku peserta didik yang dapat diobservasi. Dengan kata lain, perubahan tingkah laku dalam teori ini dapat diukur dan perubahan yang dapat dilihat secara jelas. Seperti peserta didik yang tadinya tidak mengetahui dan tidak mampu mengerjakan sesuatu, setelah melalui proses pembelajaran ia menjadi tahu dan dapat mengerjakan sesuatu.

Secara rinci aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran meliputi beberapa langkah berikut ini (Budiningsih, 2005:29): (a) menentukan


(41)

tujuan-tujuan pembelajaran; (b) menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi kemampuan awal (entry behavior) peserta didik; (c) menentukan materi pelajaran; (d) memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya; (e) menyajikan materi pelajaran; (f) memberikan stimulus, baik berupa pertanyaan langsung secara lisan, tes/kuis, latihan, dan tugas-tugas; (g) mengamati dan mengkaji respon yang diberikan peserta didik; (h) memberi penguatan (reinforcement), bisa dalam bentuk penguatan positif maupun negatif, ataupun hukuman; (i) memberikan stimulus baru; (j) mengamati dan mengkaji respon yang diberikan peserta didik; (k) memberikan penguatan lanjutan ataupun hukuman; (l) demikian seterusnya; dan (m) evaluasi hasil belajar.

Penggunaan media dalam pembelajaran mengandung makna penting yaitu metode belajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode pembelajaran tentu mempengaruhi media pembelajaran yang akan digunakan. Penggunaan media pembelajaran hendaknya harus memperhatikan beberapa unsur seperti tujuan pembelajaran, respon siswa maupun karakteristik siswa itu sendiri. Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat siswa sehingga berpengaruh baik terhadap perilaku maupun psikologi anak.

Penggunaan media Audio Visual dalam hal ini berkaitan dengan teori belajar behavioristik yang menjelaskan bahwa belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan yang menimbulkan respon. Rangsangan yang dimaksud adalah lingkungan belajar anak baik internal maupun eksternal yang menjadi penyebab


(42)

belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak berupa reaksi fisik terhadap rangsangan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih kompleks sampai pada yang lebih tinggi.

Bahan pelajaran disusun dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang dinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.

Aliran ini menekankan pada pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku. Teori ini mengatakan bahwa pembelajaran akan berjalan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ada dikehidupannya. Sesuai dengan pendapat Bruner yang melihat perkembangan seseorang melalui tiga tahapan sebagai berikut.

1. tahap enactive, seseorang melakukan aktivitas dalam upaya memahami lingkungan sekitar.

2. tahap iconic, seseorang memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal.

3. tahap symbolic, seseorang telah memiliki ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa dan logika.


(43)

Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia (Budiningsih, 2005:27). Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objek, pasti, tetap dan tidak berubah. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisa dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada didunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa harus dihadapkan pada aturan-aturan jelas dan ditetapkan dulu secara ketat.

Teori behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan, dan sebagainya, contohnya percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olah raga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti pujian. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes (Budiningsih, 2005:28). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan


(44)

bagian-bagian elementalistik, mementingkan peranan reaksi, mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon, mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya, mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan atau pengulangan dan hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang dinginkan.

Selain itu menurut Smith (2009:77) menjelaskan bahwa Behaviorisme berdasarkan pada perubahan perilaku yang bisa diamati. Behaviorisme memfokuskan diri pada sebuah pola perilaku baru yang diulangi sampai ia menjadi automatis. Teori Behaviorisme mengonsentrasikan pada kajian tentang perilaku-perilaku yang nyata yang bisa diteliti dan diukur dan memandang pikiran sebagai sebagai kotak hitam dalam pengertian bahwa respon terhadap stimulus bisa diamati secara kuantitatif yang secara total mengabaikan kemungkinan proses pemikiran yang terjadi dalam pikiran.

Selain itu dalam (www.wikipedia.org) dijelaskan bahwa belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon, seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Faktor lain yang yang dianggap penting adalah faktor penguatan (reinforcement), bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon juga akan semakin kuat. Selain itu dalam (www. anneahira. com/teori-belajar.html) dijelaskan bahwa dalam teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.


(45)

Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Sehingga dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar sangat mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan peranan reaksi, mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus dan respon, mementingkan pembentukan pembiasaan melalui latihan dan pengulangan dan hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang dinginkan.

2.2. Belajar dan Pembelajaran

2.2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar yang di hayati oleh seorang pebelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh pembelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran.


(46)

Menurut Baharuddin (2007:16), Belajar adalah serangkaian akitivitas yang terjadi pada pusat syaraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari sesorang yang berbeda dengan sebelumnya. Peubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif maupun psikomotoriknya. Menurut Woolfolk, dikutip Baharuddin (2007:14) menyatakan bahwa “learning occurns whwn experience causes a relatively permanent change in an individual’s knowledge”. Disengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa ke arah yang yang lebih baik atau sebaliknya.

Berdasarkan definisi di atas, pengertian belajar berarti adanya “perubahan” berarti setiap orang yang belajar pasti mengalami perubahan, baik pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Kesemua perubahan yang terjadi itu diharapkan menuju ke arah yang lebih baik. Dari beberapa definisi para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa ciri belajar, yaitu:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil.

b. Perubahan perilaku relative permanen. Ini berarti, perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial


(47)

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

Jadi dapat dikatakan bahwa proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadio secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya.Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif dan psikomotoriknya.

Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. (Dimyati & Mudjiono, 2002:11). Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar, selain itu ciri-ciri umum pendidikan, belajar serta perkembangannya dapat kita lihat pada tabel 2.1 berikut ini.


(48)

Tabel 2.1 Ciri-ciri Umum Pendidikan, Belajar, dan perkembangan.

Unsur-unsur Pendidikan Belajar Perkembangan

1. Pelaku Guru sebagai pelaku mendidik dan siswa yang terdidik

Siswa yang bertindak belajar atau

pembelajar

Siswa yang mengalami perubahan 2. Tujuan Membantu siswa untuk

menjadi pribadi mandiri yang utuh

Memperolah hasil belajar dan

pengalaman hidup

Memperoleh perubahan mental

3. Proses Proses interaksi sebagai faktor eksternal belajar

Internal pada diri pembelajar

Internal pada diri pembelajar 4. Tempat Lembaga pendidikan

sekolah dan luar sekolah

Sembarang tempat Sembarang tempat

5. Lama waktu

Sepanjang hayat dan sesuai jenjang lembaga

Sepanjang hayat Sepanjang hayat

6. Syarat terjadi

Guru memiliki

kewibawaan pendidikan

Motivasi belajar kuat Kemauan mengubah diri 7.Ukuran Keberhasilan Terbentuk pribadi terpelajar Dapat memecahkan masalah Terjadinya perubahan positif 8. Faedah Bagi masyarakat

mencerdaskan kehidupan bangsa Bagi pembelajar mempertingi martabat pribadi Bagi pembelajar memperbaiki kemajuan mental 9. Hasil Pribadi sebagai

pembangun yang produktif dan kreatif

Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring

Kemajuan ranah kognitif, akfektif, dan psikomotorik Adaptasi dari Monks, Knoers, (Siti Rahayu, 1998:48)

Apakah hal-hal di luar siswa yang menyebabkan belajar juga sukar ditentukan, Oleh karena itu, beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar.

a. Belajar Menurut pandangan Skinner

Skinner berpadangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut :


(49)

1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulakan respons pembelajar, 2) respons si pembelajar, dan

3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan Skinner. Pandangan Skinner ini terkenal dengan nama teori Skinner. Dalam menerapkan teori Skinner, guru perlu memperhatikan dua hal yang penting, yaitu (i) pemilihan stimulus yang diskriminatif, dan (ii) penggunaan penguatan. Sebagai ilustrasi, apakah guru akan meminta respons ranah kognitif atau afektif. Jika yang akan dicapai adalah sekedar “menyebut ibu kota negara Republik Indonesia adalah Jakarta,” tentu saja siswa hanya dilatih menghafal. Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan sebagai berikut :

(1) kesatu, mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.

(2) kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.

(3) ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.

(4) keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari


(50)

perilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya. (Suryabrata, 2002:233).

b. Belajar Menurut Gagne

Menurut Gagne, “belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Sebagai ilustrasi, siswa SMP mempelajari nilai luhur Pancasila. Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi inernal, dan hasil belajar. Komponen tersebut dilukiskan dalam gambar 2.1 sebagai berikut.

Kondisi internal belajar

Kondisi eksternal belajar

Gambar 2.1 Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran (Adaptasi dari Bell Gredler, 1991:188).

Hasil Belajar

Informasi verbal Keterampilan intelek Keterampilan motorik Sikap

Keadaan internal dan proses kognitif siswa

Berinteraksi dengan

Acara Pembelajaran Stimulus dari lingkungan


(51)

Gambar 2.1 melukiskan hal-hal berikut :

a. Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”.

b. Proses kognitif tersebut menghasilakn suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa :

(1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

(2) Keterampilan intelekutal adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, dan prinsip. (3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahakn

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

(4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.


(52)

Gagne berpendapat bahwa, dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut : (i) persiapan untuk belajar, (ii) pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), dan (iii) alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan dan mendapat kembali informasi. Dalam rangka pembelajaran, maka guru dapat menyusun acara pembelajaran yang cocok dengan tahap dan fase-fase belajar. Pola hubungan antara fase belajar dengan acara-acara pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan belajar di kelas. Sudah barang tentu guru masih harus menyesuaikan dengan bidang studi dan kondisi kelas yang sebenarnya. Guru dapat memodifikasi seperlunya.

Tabel 2.2 : Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran

Persiapan Fase belajar Keterangan

Persiapan untuk belajar

1.Mengarahkan perhatian

Acara pembelajaran

Menarik perhatian siswa dengan kejadian yang tidak seperti biasanya, pertanyaan atau perubahan stimulus. 2.Ekspektansi Memberitahu siswa mengenai tujuan

belajar 3. Retrival (informasi

dan keterampilan yang relevan untuk memori kerja)

Merangsang siswa agar mengingat siswa agar mengingat kembali hasil belajar (apa yang telah dipelajari) sebelumnya.

Pemerolehan dan unjuk perbuatan

4.Persepsi selektif atas sifat stimulus

Menyajikan stimulus yang jelas sifatnya 5.Sandi semantik Memberikan bimbingan belajar

6.Retrival dan respons Memunculkan perbuatan

Retrival dan alih 7.Penguatan Siswa

8.Pengisyaratan Memberikan balikan informatif 9.Pemberlakuan

secara umum

Meningkatkan retensi dan alih belajar


(53)

c. Belajar Menurut Pandangan Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Selanjutnya menurut Piaget (Dahar, 2002:112) “perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori motor (0: 0-2; 0 tahun), (ii) pra-operasional (2: 0-7; 0 tahun), (iii) operasional konkret (7: 0-11: 0 tahun), dan (iv) operasional formal (11: 0-ke atas)”.

Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sonsorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pengengaran, perabaan dan menggerak-gerakannya. Pada tahap pra-operasional. Anak mengembalikan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan. Pada tahap operasi konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis. Walau kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and error”.Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.

Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan sosial. Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi


(54)

konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gelaja lain lebih lanjut. Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut :

(1) Langkah satu, Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. Penentuan topik tersebut dibimbing dengan beberapa pertanyaan, seperti berikut.

(a) Pokok bahasan manakah yang cocok untuk eksperimentasi?

(b) Topik manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam situasi kelompok?

(c) Topik manakah yang dapat disajikan pada tingkat manipulasi secara fisik sebelum secara verbal?

(2) Langkah dua, Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. Hal ini dibimbing dengan pertanyaan seperti:

(a) Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk melaksanakan metode eksperimen?

(b) Dapatkah kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa?

(c) Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam mengikuti kegiatan di kelas?

(d) Apakah masalah tersebut merupakan masalah yang tidak dapat dipecahkan atas dasar pengisyaratan perseptual?

(e) Apakah aktivitas itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan kognitif? (f) Dapatkah aktivitas itu dapat memperkaya konstruk yang sudah


(55)

(3) Langkah tiga, Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan, yang menunjang proses pemecahan masalah. Bimbingan pertanyaan berupa:

(a) Pertanyaan lanjut yang memancing berpikir seperti “bagaimana jika”? (b) Memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan

pertanyaan spontan?

(4) Langkah empat, Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi. Bimbingan pertanyaan berupa:

(a) Segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan siswa yang besar?

(b) Segi kegiatan manakah yang tidak menarik, dan apakah alternatifnya? (c) Apakah aktivitas itu memberi peluang untuk mengembangkan siasat

baru untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang sudah dipelajari? (d) Apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal untuk pembelajaran lebih

lanjut?

Secara singkat, Piaget menyarankan agar dalam pembelajaran guru memilih masalah yang berciri kegiatan prediksi, ekperimental, dan eksplanasi (Bell Gredler, 1991 : 301-357).

d. Belajar Menurut Rogers

Rogers menyayangkan praktek pendidikan di sekolah tahun 1960-an. Menurut pendapatnya, praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Rogers mengemukakan


(56)

pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut :

(1) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

(2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

(3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

(4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.

(5) Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.

(6) Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.

(7) Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.

Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :

(1) Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur,


(57)

(3) Guru menggunakan metode inquiri, atau belajar menemukan

(discovery learning).

(4) Guru menggunakan metode simulasi,

(5) Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.

(6) Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.

(7) Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas (Rogers, 1994:38).

Keempat pandangan tentang belajar tersebut merupakan bagian kecil dari pandangan yang ada. Untuk kepentingan pembelajaran, para guru dan calon guru masih harus mempelajari sendiri dari psikologi belajar. Di samping itu, para guru masih perlu memilih teori yang relevan bagi bidang studi asuhannya. Guru juga perlu memodifikasi secara praktis sesuai dengan kondisi perilaku siswa belajar. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung terhadap kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara atau metode guru itu mengajar. Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh pakar-pakar, secara umum dapat diartikan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara lengkap, Suryabrata, (2002:7) menjelaskan pengertian pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut: “pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara


(58)

keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.2.2 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan inti dari kegiatan belajar. Pembelajaran dilukiskan sebagai “upaya orang yang bertujuan membantu orang belajar” artinya, pembelajaran bukan sekedar mengajar, sebab titik beratnya ialah pada semua kejadian yang bias berpengaruh secara langsung pada belajar. Menurut hilgard dan Bower, 1996 dalam (Jogiyanto, 2006:12)

“Pembelajaran dapat didefinisikan suatu proses dimana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu yang dihadapi dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kemarangan atau perubahan-perubahan sementara dari organisme. Pembelajaran juga merupakan suatu kegiatan seni untuk mendorong orang melakukan sesuatu”.

Menurut UU Sisdiknas No,20 tahun 2003 :

“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajarpada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat membentuk kemampuan berfikir siswa serta dapat membentuk kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya membentuk penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran”.

Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.Jadi pembelajaran adalah suatu aktifitas yang dengan sengaja memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Pembelajaran dilukiskan sebagai “upaya orang yang bertujuan membantu orang belajar” artinya, pembelajaran bukan sekedar mengajar, sebab titik beratnya ialah pada semua kejadian yang bias


(59)

berpengaruh secara langsung pada belajar. Istilah Pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah proses belajar mengajar dan Pengajaran”.

Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata“instruction”. Kondisi saat ini telah banyak orang memilih istilah Pembelajaran karena mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar, sedangkan Pengajaran hanya pada konteks tatap muka guru-siswa di dalam kelas. Menurut Gagne (1977), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam kamus Bahasa Indonesia Pembelajaran menekankan pada proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut Winataputra (2008:40) “Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi dan memfasilitasi, dan membentuk intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Lebih lanjut ia ungkapkan bahwa pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi dan membentuk proses belajar.

Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal terumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi antara Guru dan Peserta Didik dengan Sumber Belajar pada suatu Lingkungan Belajar.Dalam konsep tersebut terkandung lima unsur utama yakni, kata Interaksi yang mengandung arti “Pengaruh Timbal Balik; Saling Mempengaruhi Satu Sama Lain. “Peserta Didik” sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. “Pendidik” adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,


(1)

kelas VIIb SMP N 1 Tanjungsari Lampung Selatan Tahun pelajaran 2014/2015.

3) Ada hubungan yang kurang erat antara karakter siswa dengan hasil belajar siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.

1) Sebagai masukan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran khususnya pembelajaran IPS untuk dapat menerapkan pembelajaran audio visual agar dapat membentuk karakter dan meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran agar peserta didik merasa lebih diperhatikan sehingga dapat membentuk karakter dan hasil belajar siswa yang lebih baik.

3) Bagi guru BK, Wali Kelas dan guru bidang studi hendaknya memperhatikan dan memberikan langkah-langkah solusi bagaimana siswa yang bermasalah lebih diberikan pengertian dan perhatian khusus supaya anak yang yang bermasalah seperti AW dan EM lebih tekun rajin belajar dan memperbaiki karakter belajarnya di sekolah maupun di rumah agar hasil belajarnya menjadi lebih baik dan mencapai KKM dengan berkoordinasi dengan orang tua masing-masing/memberikan terapi.

4) Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya berperan sebagai fasilitator dan motivator yang mampu memberikan pengalaman belajar bagi


(2)

170 peserta didik sehingga peserta didik memiliki rasa tanggung jawab dalam melaksanakan proses pembelajaran.

5) Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat membentuk karakter dan hasil belajar siswa.


(3)

Al Muchtar, S. 1991. Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. [Disertasi]. PPS IKIP Bandung: Bandung.

Arsyad, Azhar. 2002.Media Pembelajaran.Raja Grafindo Persada: Jakarta. Association for Educational Communication ant Technology (1977) The

Definition of Educational Technology. AECT: Washington, DC Arikunto, Suharsimi. 2010.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.

. 2003.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Bumi Aksara: Jakarta. Aunillah, Nurla Isna. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di

Sekolah.Laksana: Jogjakarta.

Anonim. Teori Belajar Behavioristik. (online). Tersedia: www. wikipedia. org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik. (11 mei 2014).

. 2011. Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Proses Belajar Mengajar. (online). Tersedia: www. aneahira. cm/teori-belajar.htm. (12 april 2014).

. 2010. Teori Konstruktivisme. (online). Tersedia: www. edukasi. kompasiana. com. Diakses (12 april 2014).

Baharudin dan Wahyuni Esa Nur. 2007.Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media : Yogyakarta.

Brown, H. Douglas. 2000. Prinsiples of Lauange Learning and Teaching. Longmann inc.: New York.

Budiningsih, Asri. 2005.Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Dahar, Ratna Wilis. 2002.Teori-teori Belajar.Erlangga: Jakarta.

Dahlia, Irma. 2013. Optimalisasi Pendidikan Karakter Dengan Metode Pembiasaan(Tesis). FKIP UNILA


(4)

172 Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta: Jakarta.

Depdiknas. Tahun 2002.Kerucut Pengalaman Belajar. Jakarta.

Faradilah, Ayu. 2012. Media Pembelajaran Audio Visual. (online). Tersedia: http://ayufaradillah.blogspot.com/2012/07/media-pembelajaran-audio visual.html. (diakses, 12 Juli 2014).

Gagne, Robert Mand. 1977. The Conditions of Learning. Holt, Rinehart, and Winston: New York.

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya. Alfabeta: Bandung.

Gredler, Bell, Margareth E. 1991. Belajar dan Membelajarkan (terjemahan Munandir). Rajawali Pers: Jakarta.

Hamalik, O. 2001Media Pendidikan.Alumni: Bandung.

. 2007. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Hasan, Said Hamid dkk. 2010. Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum: Kemendiknas. Herpratiwi. 2009.Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung: Bandar

Lampung.

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Open University Press: Philadelphia.

Jogiyanto. 2006.Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus. Andi Offset: Yogyakarta.

Jamaludin. 2011. Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan. (Online).

Tersedia:http://jamaludin270790.blogspot.com/2011/03/ makalah-pendidikan-karakter-siswa-smk.html. (diakses pada 27 Juli 2014).

Juwita Sari, Ratna. 2012. Media Pembelajaran Audio Visual dalam Pelajaran

Sejarah. Online).Tersedia:

http://ratnajuwitasari08.blogspot.com/2012/12/media-pembelajaran-audio-visual-dalam.html. (diakses pada 21 Juli 2014).

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Buku untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Indeks. Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kencana: Jakarta.


(5)

Kemmis & Mc Taggart. 1990. The Action Research Planner. Deakin University: Australia.

Mutakin, Awan. 1998.Model Pembelajaran IPS. P3MTK-Ditjen Dikti: Jakarta. Nasution. 1997.Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito: Bandung. NCSS. 2002. Strategies for Integrating Media Literacy Into the Social Studies

Curriculum.(Online).Tersedia:http://www.mediad.org/studyguides/ Strategies for Integrating Media Literacy/html. (10 November 2013).

Purwadarminta. 1984.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Depdikbud: Jakarta. Pargito. 2010. Dasar-dasar Pendidikan IPS. Universitas Lampung: Bandar

Lampung.

. 2011.Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta.

Prajadinata, Ari. 2010. Pengaruh Penggunaan Media LCD (liquid Cristal Display) Proyektor dalam Rangka Meningkatkan Minat Belajar Siswa PKn Kelas XI SMA Muhammadiah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010(Skripsi). FKIP UNILA.

Prayitno dan Belferik Manulang. 2010. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Penerbit Pascasarjana Universitas Negeri Medan: Sumatera Utara.

Pranata. 2008. Pendekatan Konstruktivisme. (online). Tersedia: http://puslit.petra.ac.id/journals/interior. (1 April 2014).

Rupamumpuk. 1988.Media Instruksional IPS. P2LPTK-Ditjen Dikti: Jakarta. Rinanto, Andre. 1982.Peranan Media Audio Visual dalam Pendidikan.Kanisius:

Yogyakarta.

Rogers, Everett M. 1994. A History of Communication Study: A Biographical Approach.Free: New York.

Sadiman. 1984. Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Rajawali Pers: Jakarta.

Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.


(6)

174 Sanaky, Hujair. 2009.Media Pembelajaran. Safitria Insania Press: Yogyakarta. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran: PT. Remaja

Rosdakarya: Bandung.

Suryabrata. 2002.Psikologi Pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta

Sudarmanto, R. Gunawan. 2011.Pengembangan Kewirausahaan dan Daya Saing Bangsa Melalui Pendidikan Karakter. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Sulaeman, Amir Hamzah. 1985. Media Audio Visual untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. Gramedia: Jakarta.

Smith, Mark K. 2009.Teori Pembelajaran dan Pengajaran.Mirza Media Pustaka: Yogyakarta.

Siti Rahayu, Haditomo. (1998). Psikologi Perkembangan. UGM Press: Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian dan Penelitian Pendidikan. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Sadiman, Arif. 2003.Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Tafsir, Ahmad. 2004. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Remaja Rosda

Karya: Bandung.

Worth, Holing. 1999. The psychology of audiences. Kencana Media Group: Jakarta.

Wiriatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen.PPS UPI dan Remaja Rosdakarya: Bandung. Wiriaatmaja. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosdakarya

Offset: Bandung

Wardahani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka: Jakarta.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka: Jakarta.


Dokumen yang terkait

Efektivitas pemanfaatan media audio visual vidio pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah (penelitian kelas di SMP Bina Sejarah Depok)

2 9 235

Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X Ma Attaqwa

1 9 174

Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar PKN pada siswa kelas III di MI Dakwah Islamiyah Cawang Jakarta Timur Tahun pelajaran 2013/2014

0 8 103

Penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran fikih di MTS Fatahillah Buncit Jakarta Selatan

3 20 116

Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Retensi Siswa Pada Konsep Fotosintesis

0 7 233

Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IV di MIN 15 Bintaro

1 5 180

Peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V pada kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui media audio visual di MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur

0 17 122

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V SDN 01 M

0 2 15

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V SDN 01 M

0 5 20