Kesiapan Mental Kerja a. Pengertian Kesiapan Mental Kerja
26 2 Mempunyai kemauan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan
orang lain. Hubungan dengan orang lain dibutuhkan dalam bekerja untuk
menjalin kerja sama. Di dunia kerja siswa dituntut untuk bisa berinteraksi dengan orang banyak.
3 Memilih sikap kritis. Sikap kritis dibutuhkan untuk dapat mengkoreksi kesalahan yang
selanjutnya akan dapat memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan setelah koreksi tersebut. Mengkritisi di sini tidak hanya
untuk kesalahan diri sendiri tetapi juga untuk lingkungan dimana ia hidup sehingga memunculkan ide dan gagasan serta inisiatif.
4 Mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
Menyesuaikan diri dengan lingkungan terutama lingkungan kerja dapat dilakukan dengan bersedia untuk tunduk dan mengikuti
peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan di lingkungan kerja.
Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.
5 Memiliki keberanian untuk menerima tanggung jawab secara individual.
Tanggung jawab setiap pekerja sangat diperlukan dalam
melakukan setiap pekerjaan. Tanggung jawab akan muncul dalam
27 diri siswa ketika ia telah melampaui kematangan fisik dan mental
disertai dengan kesadaran yang timbul dari individu tersebut. 6 Mempunyai ambisi untuk maju dan berusaha mengikuti
perkembangan sesuai dengan bidang keahliannya. Keinginan untuk maju dapat menjadi dasar munculnya kesiapan
mental kerja siswa karena terdorong untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik lagi. Usaha yang dilakukan salah satunya dengan
mengikuti perkembangan bidang keahliannya.
c. Keterkaitan Pembentukan Kesiapan Mental Kerja Siswa dengan Kedisiplinan Belajar dan Motivasi Berprestasi
Pembentukan kesiapan mental kerja didasari oleh tingkat kematangan yang merupakan proses perkembangan dimana suatu
fungsi fisik atau mental telah tercapai perkembangan sempurna dalam arti siap digunakan. Diungkapkan oleh Zahara Idris 1992 : 72, bahwa
kematangan terbagi menjadi kematangan intelektual, kematangan emosional dan kematangan sosial.
Kedisiplinan siswa di sekolah membentuk kematangan sosial siswa yakni dengan membangun dan melatih kepribadian siswa agar
memiliki sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik. Sedangkan, motivasi berprestasi berperan penting dalam pembentukan kematangan
emosional seorang siswa. Kematangan emosional merupakan
kematangan jiwa seseorang dalam menghadapi rintangan dan liku-liku hidup
. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan bertanggung
28 jawab dalam tugas atas hasilnya bukan untung-untungan, nasib atau
kebetulan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Zahara Idris pada uraian di atas, yakni kematangan sosial dan kematangan emosional
mendasari terbentuknya kesiapan mental kerja siswa maka kedisiplinan siswa di sekolah dan motivasi berprestasi berkaitan erat
dengan pembentukan kesiapan mental kerja siswa.
ðñ ò
ó
n
ó
l
ô
t
ôõö
yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Mahisa 1997 tentang hubungan antara motivasi berprestasi dan informasi dunia kerja dengan kesiapan mental
kerja siswa Jurusan Bangunan STM Negeri di Bali. Penelitian dilakukan di STM Negeri Denpasar dan STM Negeri Singaraja. Hasil analisis hipotesis
menunjukan adanya hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan kesiapan mental kerja. Besar koefisien korelasi parsial r =
0,438 dan t = 6,273. Harga-harga tersebut signifikan pada taraf 5. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi motivasi berprestasi, maka semakin tinggi pula
kesiapan mental kerja siswa. Varians kesiapan mental kerja yang dapat dijelaskan oleh motivasi berprestasi adalah sebesar 25,810 . Dari hasil
penelitian ini memberi petunjuk, bahwa peranan motivasi berprestasi sangat dibutuhkan bagi peningkatan kesiapan mental kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Mariana Dwi Nurmaela 2010 tentang hubungan antara sikap siswa terhadap pelaksanaan praktik industri dan
motivasi berprestasi dengan kesiapan kerja siswa keahlian Administrasi Perkantoran SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo. Tempat penelitian di SMK