PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

(1)

Rika Yulita Sari

ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE (TPS)

Oleh Rika Yulita Sari

Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran yang muaranya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk meningkatkan kualitas berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa, maka perlu untuk mengubah proses belajar mengajar dan merubah komponen-komponen yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa melalui pembelajaran Think Pair Share. Penelitian ini

dilakukan di SMP Wiyatama Bandar Lampung dengan fokus bahasan materi penelitian pada hukum newton. Penelitian ini menggunakan desain tipe One-Shot Case Study. Sampelpenelitian ini diambil secara purposive. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal essay. Data hasil penelitian, dianalisis dengan uji normalitas, linearitas dan uji regresi linear sederhana. Hasil analisis data menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan


(2)

Rika Yulita Sari

antara kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa SMP melalui pembelajaran TPS. Besarnya persentase pengaruh berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif adalah 87,4% .

Kata kunci : Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar Fisika, Model Cooperative Learning, Think Pair Share (TPS)


(3)

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE (TPS)

Oleh

RIKA YULITA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Judul Skripsi : PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA MELALUI

PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE(TPS)

Nama Mahasiswa : Rika Yulita Sari Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022104 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Viyanti, S.Pd., M.Pd.

NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19800330 200501 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris : Viyanti, S.Pd., M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. I Putu Dewa Nyeneng, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Rika Yulita Sari

NPM : 0913022104

Fakultas/Jurusan : FKIP/P. MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. P. Polim Gg Mawar Putih 3 No. 31 Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam acuan naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 2013

Rika Yulita Sari NPM. 0913022104


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Raya, pada tanggal 04 Juli 1991 anak kesatu dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zulhadi Efendi S.Pd dan Ibu Rosdawati.

Penulis mengawali pendidikan formal Pada tahun1997 di SD Negeri 1 Gunung Raya, diselesaikan tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 10 Bandar Lampung hingga tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Perintis 1 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI 2 Merbau Mataram Desa Karang Raja Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan. Dan pada tahun 2013 penulis melaksanakan penelitian di SMP Wiyatama Bandar Lampung.


(8)

MOTTO

“Allah tidak membebani suatu kaum melainkan dengan kesanggupannya . . .” (Q.S. Al-Baqarah: 286)

Gagal melakukan hal-hal besar itu lebih terhormat dari pada berhasil melakukan hal-hal kecil, karena orang yang gagal melakukan hal-hal yang besar

sudah pasti berhasil melakukan hal-hal kecil” (Mario Teguh)

“Tuliskan rencana kita dengan sebuah pensil, tetapi berikan penghapusnya kepada

Allah. Izinkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantikan dengan rencana-Nya yang indah di dalam hidup kita, karena Allah selalu tahu apa

yang kita butuhkan, bukan apa yang kita minta, dan Allah tidak henti-hentinya

memenuhi kebutuhan seseorang, selama ia memenuhi kebutuhan saudaranya.”

(HR. Thabrani)

“Jangan cepat menyerah dengan keadaan, berusaha dan berjuanglah semaksimal mungkin karena hidup adalah perjuangan dan kembalikan

semua hanya kepada-NYA. (Rika Yulita Sari)


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Ayah penulis Zulhadi Efendi S.Pd dan Ibu Rosdawati tercinta, yang selalu memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan keberhasilan penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis.

Semoga Allah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Adik–adik penulis ‘‘Anhar Jaya Putra dan Ela Tri Ani.’’ yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doa bagi penulis.

3.

Keluarga besar terima kasih untuk do’a, dukungan, dan kebersamaan yang selalu dihadirkan.

4.

Keluarga besar Pendidikan Fisika 2009 terima kasih untuk do’a, dukungan, dan kebersamaan yang selalu dihadirkan.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan sekaligus Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

6. Bapak Drs. I Putu Dewa Nyeneng, M.Sc., selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Ibu Hj. Kusmijati, S.Pd., selaku Kepala SMP Wiyatama Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(11)

9. Ibu Susy, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIII c SMP Wiyatama Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.

10.Bapak dan ibu tercinta adalah inspirator terbesar dalam hidup penulis, terima kasih untuk perhatian, doa dan kasih sayang yang tak terhingga selama ini.. 11.Teman seperjuangan di P. Fisika’09

12.Seluruh keluarga P. Fisika bersatu semoga selalu menjadi keluarga besar. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, Juni 2013 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... .. i

DAFTAR GAMBAR ... .. ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... . 1

B. Rumusan Masalah ... . 3

C. Tujuan Penelitian ... . 4

D. Manfaat Penelitian ... . 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... . 4

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis ... 6

2. Model Pembelajaran ... 10

3. Hasil Belajar ... 14

B. Kerangka Pikir ... 17

C. Hipotesis Tindakan ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 21

B. SampelPenelitian ... 21

C. DesainPenelitian…... . 21

D. Variabel Penelitian ... ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 22

F. Analisis Instrumen ... 23

1. Uji Validitas ... 23

2. Uji Reliabilitas ... 24

G. Teknik Pengumpulan Data ... 25

H. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ... 25

1. Uji Normalitas ... 26


(13)

3. Uji regresi linear sederhana ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 29

1.1 Uji validitas ... 29

1.2 Uji Reliabilitas ... 30

2. Uji Normalitas ……... 31

3. Uji linieritas ... 32

4. Uji regresi linier sederhana……… 32

B. Pembahasan ... 33

1. Kemampuan Berpikir Kritis... 33

2. Hasil Belajar Kognitif ... 34

3. Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis terhadap hasil kognitif melalui pembelajaran TPS ……… 36 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus……… 45

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……….…… 47

3. Pemetaan SK dan KD... 58

4. Kisi-Kisi dan Kunci Jawaban Soal Posttest……….. 59

5. Lembar Posttest……………….. 63

6. Lembar Kerja Kelompok Hukum Newton………. 66

7. Rubrik-Rubrik Penilaian... 79

8. Buku Siswa... 82

9. Data hasil analisis Kemampuan berpikir kritis……….. 91

10. Data Analisis Hasil Belajar Kognitif..………92

11. Data Hasil Uji Instrumen Soal……… .. 93

12. Hasil Validitas Kemampuan Berpikir Kritis……….. 94

13. Hasil Validitas Hasil Belajar Kognitif……….. 95


(14)

15. Hasil Reliabilitas Hasil Belajar Kognitif……….. . 97

16. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis………. 98

17. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif……….. 99

18. Hasil Uji linieritas……….…………..………….. 100

19. Hasil Uji regresi linear sederhana.……… 102 20. Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan

21. Surat Keterangan Izin Penelitian


(15)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Aspek keterampilan berpikir kritis ... 9 2. Interpretasi ukuran kemantapan nilai alpha ... 25

3. Kategori berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa ……….. 26

4. Hasil uji validasi soal kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

kognitif……….………. 30

5. Hasil uji reliabilitas soal kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

kognitif……….………. 30

6. Hasil uji normalitas skor postest kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

kognitif………..… 31

7. Hasil uji linieritas data……….…. 32

8. Hasil uji regresi pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar


(16)

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram kerangka pemikiran ... 20

2. Desain penelitian One-shot case studyt ... 22

3. Grafik persentase posttest kemampuanberpikir kritis ………... 34

4. Grafik persentase posttest hasil belajar kognitif siswa….…... 35


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di dalamnya terdapat kesiapan antara guru dengan siswa. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran

konvensional yang selama ini berpusat pada guru, karena akan terkesan

merugikan siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah karena cenderung jenuh dalam pembelajaran.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru bidang studi fisika di SMP Wiyatama pembelajaran fisika yang dilakukan memang masih

menitikberatkan guru sebagai peran utama dalam pembelajaran. Guru lebih banyak menjelaskan, memberikan contoh soal dan kemudian siswa mencatat serta mendengarkan. Sesuai dengan hasil observasi tersebut, diketahui bahwa siswa kurang aktif dalam berpikir kritis. Selain itu, siswa juga kurang paham dalam menerapkan hasil pembelajaran sesuai dengan kemampuan kognitif siswa.


(18)

2

Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa pada ulangan harian pertama yang rendah dan masih banyak siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan disekolah. Nilai rata-rata pada ulangan hari pertama yang diperoleh kelas VIIIc adalah 52.07. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata

pelajaran IPAyang ditetapkan sekolah yaitu 65. Siswa yang nilainya >60 sebanyak 25.00 % dan sebanyak 75.00 % lainnya belum mencapai KKM.

Faktor penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa antara lain adalah kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar. Selain itu, model pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya kebisingan atau keributan sering mendominasi situasi kelas yang membuat siswa menjadi kurang tertarik dan tidak terpusat pada pelajaran saat pembelajaran berlangsung .

Menanggulangi permasalahan tersebut, diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dengan penyajian materi yang

menarik yang lebih dominan melibatkan siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran yang lebih mengedepankan berpikir kritis, dimana siswa dituntut memperoleh pengalaman secara langsung dan menemukan sendiri maupun dari kelompok ilmu pengetahuan yang terjadi di lingkungan sekitar.

Dewasa ini berbagai model dan metode pembelajaran yang telah dikembangkan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam


(19)

3

Model pembelajaran ini terdiri dari 3 tahap yaitu berpikir (thinking), berpasangan (Pairing) dan berbagi (sharing).

Model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, membiarkan siswa menemukan gagasan/ide melalui diskusi kelompok,

meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi, meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, membuat seorang siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, model pembelajaran TPS juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas sehingga terbentuk pemahaman terhadap sebuah konsep, yang diharapkan

menimbulkan berpikir kritis sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti telah melakukan penelitian mengenai seberapa besar pengaruh berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa melalui pembelajaran TPS.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa melalui pembelajaran TPS?


(20)

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa melalui pembelajaran TPS.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Diharapkan dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa.

2. Diharapkan dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar untuk meningkatkan hasil belajar.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan

dilakukan. Pada penelitian ini indikator pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa SMP meliputi: memberikan penjelasan dasar, membangun keterampilan dasar, dan menyimpulkan

2. Hasil belajar suatu gambaran kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Pada penelitian ini hasil belajar yang digunakan difokuskan pada hasil belajar berupa kemampuan kognitif.


(21)

5

3. Pembelajaran TPS adalah suatu strategi diskusi kooperatif. Model

pembelajaran ini terdiri dari 3 tahap yaitu berpikir (Thinking), berpasangan (Pairing) dan berbagi (Sharing). Pada penelitian ini yaitu: 1). Guru

mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat; 2). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama; 3). Guru meminta kepada beberapa pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah didiskusikan.

4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Hukum I Newton, Hukum II Newton, dan Hukum III Newton.


(22)

6

II. KERANGKA TEORETIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Berpikir Kritis

Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir kritis siswa merumuskan dan mengevaluasi apa yang dipercaya dan diyakininya dalam memecahkan masalah. Menurut Suryabrata (2001: 54) menyatakan bahwa:

Berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan seseorang. Bagian pengetahuan tersebut, yaitu sesuatu yang telah dimiliki, yang berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga tanggapan-tanggapan.

Berpikir dapat diartikan pula dengan meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Pengetahuan ini berupa pengertian dalam tertentu. Pengertian akan menghasilkan tanggapan-tanggapan yang berbeda pada setiap orang. Dalam arti bergantung pada pengetahuannya. Pola pikir tinggi dibentuk berdasarkan cara berpikir kritis dan kreatifitasnya. Sebagian dari orang tua dan pendidik sepakat bahwa dalam masyarakat sekarang anak-anak sangat membutuhkan keahlian pola pikir tinggi.


(23)

7

Berpikir kritis dapat terjadi bila mendapatkan rangsangan dari luar sehingga dapat memberikan arahan dalam berpikir dan bekerja. Maksudnya tidak hanya

memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika. Johnson (2009: 48) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Spliter dalam Komalasari (2010: 267) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan.

Suatu aktifitas kogitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar maka dapat

dikatakan berpikir kritis dimana berpikir kritis salah satu jenis berpikir konvergen. Menurut Setiono ( 2007: 30) yang menyatakan bahwa Berpikir kritis adalah salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, menyeleksi, dan menilai/memutuskan. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan dua kutipan di atas dapat dianalisis bahwa berpikir kritis adalah siswa dapat merumuskan dan mengevaluasi apa yang dipercaya dan diyakininya


(24)

8

dalam memecahkan masalah dimana berpikir kritis itu salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik.

Ada beberapa indikator berpikir kritis. Ennis dalam Aryati (2009: 3),

mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: (a) memfokuskan pertanyaan; (b) menganalisis pertanyaan dan bertanya; (c) menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.

2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas : (a) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak; (b) mengamati serta

mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

3. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan: (a) mendeduksi atau

mempertimbangkan hasil deduksi; (b) meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi; (c) membuat serta menentukan nilai pertimbangan

4. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas: (a) mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan serta dimensi; (b) mengidentifikasi asumsi 5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas: (a) menentukan tindakan; (b)

berinteraksi dengan orang lain

Berdasarkan dua kutipan di atas dapat dianalisis bahwa berpikir kritis adalah siswa dapat merumuskan dan mengevaluasi apa yang dipercaya dan diyakininya dalam memecahkan masalah dimana berpikir kritis itu salah satu jenis berfikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik.


(25)

9

Mengenai berpikir kritis dibagi dalam dua aspek besar dimana aspek tersebut meliputi aspek pembentukan watak dan aspek keterampilan. Menurut Tresnawati (2010: 19) mengembangkan berpikir kritis kedalam dua aspek besar yaitu:

Aspek pembentukan watak (disposition), yang terdiri dari komponen : a) mencari sebuah pertanyaan yang benar dari pertanyaan, b) mencari alasan, c) mencoba untuk memperoleh informasi yang baik, d) menggunakan sumber yang dapat dipercaya dan menyebutkannya, e) memasukkan informasi/ sumber ke dalam laporan, f) mencoba mempertahankan

pemikiran yang relevan, g) menjaga pikiran tetap dalam focus perhatian, h) melihat beberapa alternatif, i) menjadi berpikir terbuka, j) menga sebuah posisi ketika fakta dan alasan sesuai, k) mencari keakuratan subjek secara benar, l) mengikuti sebuah kebiasaan yang teratur, m) menjadi lebih respon dalam merasakan tingkatan pengetahuan dan pengalaman. Selanjutnya adalah aspek keterampilan (ability): keterampilan berpikir kritis yang ditinjau untuk siswa SMP meliputi 3 keterampilan, 4 sub keterampilan, dan 6 indikator.

Keterampilan berpikir kritis seperti diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis yang Diamati

Keterampilan Berpikir Kritis

Sub Keterampilan Berpikir

Kritis Indikator

1. Memberikan penjelasan dasar

1. Menganalisis argument 1. Mencari persamaan dan perbedaan 2. Membangun keterampilan

dasar

2. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak?

2. Kemampuan memberikan alasan

3. Menyimpulkan 3. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

3. Berhipotesis 4. Menggeneralisasi 4. Membuat dan mengkaji

nilai-nilai hasil pertimbangan 5. Mengaplikasikan konsep 6. Mempertimbangkan alternative


(26)

10

Selain indikator berpikir kritis, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis memiliki ciri-ciri tersendiri. Ada pula ciri-ciri dari berpikir kritis yang

dikemukakan Kirschenbaum dalam Zuchdi (2008: 49-50) menyatakan:

Ciri-ciri orang yang berpikir kritis adalah: mencari kejelasan pernyataan atau pertanyaan; mencari alasan; mencoba memperoleh informasi yang benar; menggunakan sumber yang dapat dipercaya; mempertimbangkan seluruh situasi; mencari alternatif; bersikap terbuka; mengubah pandangan apabila ada bukti yang dapat dipercayai; mencari ketepatan suatu

permasalahan, sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan orang lain. Ciri tersebut hanya dapat dikembangkan lewat latihan yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Berpikir kritis dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana.

Berdasarkan uraian di atas dapat dianalisis bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa meliputi: kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan.

2. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan dalam suatu pembelajaran, maka guru harus bisa memilih dan menetapkan model atau strategi yang optimal. Dengan itu, guru harus menetapkan model dan strategi yang tepat.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikembangkan oleh Frank Lyman diuniversitas Maryland tahun 1981, yang disampaikan kembali oleh Nurhadi (2004: 23)

Think pair share (TPS) merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan ketrampilan siswa.


(27)

11

Hal ini didukung dengan Lie (2002: 56) yang menyatakan:

TPS atau berpikir-berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, struktur yang dikembangkan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisonal. Struktur ini menghendaki siswa bekerja sama saling membantu dalam kelompok kecil (2-5 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individu.

Dalam pembelajaran TPS siswa menjadi aktif dan interaktif dikelas. Dasar tujuan pembelajaran kooperatif model TPS adalah mengembangkan partisipasi siswa dalam kelas melalui diskusi baik dengan pasangan maupun kelas. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya agar dapat menghasilkan ide- ide yang berkualitas.

Berdasarkan dua kutipan di atas maka dapat dianalisis bahwa dalam pembelajaran

TPS jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sehingga siswa menjadi aktif dan interaktif.

Tahap dalam TPS terdiri dari tiga yaitu berpikir, berpasangan, dan berbagi. Menurut Ibrahim (2000: 26), yaitu;

Thinking (berfikir), siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan yang diberikan oleh guru, Pairing (berpasangan), siswa berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikan apa yang telah dipikirkan secara individual.

Share (berbagi), pasangan diminta mempresentasikan atau berbagi dengan seluruh kelas dari apa yang telah dibicarakan dalam kelompok.

Tahap pertama, guru mengajukan pertanyaan isu yang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap kedua, guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang

dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau berbagi ide. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk


(28)

12

berpasangan. Tahap ketiga, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang mereka bicarakan. Ini dapat dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai dengan sekitar

seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Lebih lanjut Lyman dalam Depdiknas (2003: 25) membagi langkah-langkah dalam pembelajaran TPS sebagai berikut:

1.Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi yang disampaikan; (3) Siswa diminta berpasangan dan berdiskusi; (4) Tiap pasangan mengemukakan hasil diskusinya; Guru memimpin diskusi; (5) Guru menambah materi yang belum diungkapkan siswa; (6) Guru memberi kesimpulan.

Berdasarkan dua kutipan di atas maka dapat dianalisis bahwa pembelajaran dengan menggunakan model TPS memberikan peluang kepada para siswa untuk dapat mendiskusikan ide-ide yang mereka miliki dalam rangka menyelesaikan masalah yang disajikan guru dengan pasangannya.

TPS yaitu teknik yang dikembangkan oleh Frank Lyman Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2006).

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa pendekatan, salah satunya ialah TPS. Strategi TPS tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Strategi ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi didalam kelas. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resistasi dan diskusi


(29)

13

perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Strategi TPS yang digunakan oleh para guru menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:

Tahap-1: Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap-2: Pairing

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap-3: Share

Pada tahap ini, guru meminta kepada beberapa pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah didiskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan pekerjaannya. (Ibrahim, 2006: 27).

Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam model TPS memberikan

keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Ibrahim (2006), akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi


(30)

14

(berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis TPS suatu strategi kooperatif dimana

TPS membantu struktur diskusi, meningkatkan partisipasi siswa,siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosial sesama siswa dan guru. TPS memiliki tiga tahapan yaitu: (1) guru mengemukakan suatu pertanyaan; (2) siswa berpikir secara individu kemudian siswa mendiskusikan dengan kelompok masing-masing; (3) siswa berbagi jawaban dengan anggota kelompok yang lain.

3. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar siswa berkaitan dengan cara siswa menangkap dan memahami isi materi yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 3-4):

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan siswa tampak pada evaluasi hasil belajar siswa, hasil belajar diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan proses penilaian yang dilihat dengan pengadaan postest untuk mengetahui sejauh mana materi yang


(31)

15

telah diterima siswa. Dari hasil penilaian tersebut guru dapat mengevaluasi sistem mengajar yang telah ia lakukan untuk mengetahui berapa persen hasil dari metode yang ia terapkan saat itu. Dari hasil belajar tersebut siswa juga dapat mengetahui kesalahan serta kekurang pahaman meteri yang diajarkan untuk didiskusikan bagian yang ia tidak mengerti berdasar kemampuan yang ia miliki.

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung dari aktivitas belajar siswa itu sendiri. Karena aktivitas yang tinggi dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap pelajaran yang diterimanya. Sehingga keberhasilan proses belajar mengajar diukur dari hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2010: 121):

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan dinyatakan dalam bentuk angka.

Setiap proses pembelajaran akan mencapai suatu puncak kegiatan dengan

melakukan pengukuran terhadap proses pembelajaran tersebut. Proses pengukuran ini membantu untuk mengetahui hasil belajar setelah dilangsungkannya

pembelajaran. Sedangkan menurut Slameto (2008: 131) hasil belajar itu sendiri meliputi 3 aspek, yaitu: a) Keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta


(32)

16

(kognitif); b) Kepribadian atau sikap (afektif); c) Keterampilan atau penampilan (psikomotor). Sedangkan hasil belajar dalam kecakapan kognitif menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 10) memiliki beberapa tingkatan, yaitu: a). Informasi non verbal, b). Informasi fakta dan pengetahuan verbal, c). Konsep dan prinsip, d). Pemecahan masalah dan kreatifitas.

Berdasarkan dua kutipan di atas bahwa hasil belajar diakhir dari suatu proses pembelajaran, maka siswa akan memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar tampak apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk hasil belajar siswa

Sasaran penilaian dalam evaluasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah. Menurut Daryanto (2010: 100) ada tiga ranah yang menjadi sasaran dalam evaluasi hasil

belajar yaitu “ ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor”. Namun dalam

penelitian ini hasil belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif saja. Selanjutnya adapun aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang diantaranya: pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication), analisis

(analysis), sintsis (syntesis), dan evaluasi penilaian (evaluation).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dianalisis bahwa keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang

diperoleh oleh siswa. Selain itu, nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap akhir


(33)

17

pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk hasil belajar siswa. Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang mencakup

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Dengan adanya tes maka siswa akan mengetahui tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

B.Kerangka Pikir

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh berpikir kritis siswa SMP terhadap hasil kognitif menggunakan model pembelajaran TPS.

Pelajaran fisika dianggap sebagai pelajaran yang rumit karena memuat banyak rumus dan fenomena-fenomena abstrak. Siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep jika pembelajaran di kelas hanya berupa penyampaian materi yang monoton. Menyoroti hal tersebut maka diperlukan inovasi dalam

pembelajaran untuk membantu siswa. Salah satu cara adalah mengembangkan keterampilan berpikir kritis guna mempermudah siswa dalam memecahkan persoalan-persoalan dalam pelajaran fisika.

Keterampilan berpikir kritis memerlukan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberi kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan


(34)

18

tepat dapat menggali keterampilan berpikir kritis siswa secara efektif. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya senantiasa merangsang siswa untuk berpikir kritis sehingga turut meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Keberhasilan belajar fisika sangat ditentukan oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Model pembelajaran tersebut tentu saja harus ada interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Interaksi yang baik juga menghendaki suasana pembelajaran yang tidak membosankan dan memicu semangat siswa sehingga tercapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan intelektual dengan model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe salah satunya pembelajaran kooperatif TPS yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil kognitif siswa. Model pembelajaran TPS

akan menciptakan kondisi belajar siswa yang efektif. Dengan berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, siswa dituntut berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Dimana dalam model pembelajaran ini siswa belajar sesuai dengan

kemampuannya sehingga masing-masing siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Di dalam pelaksanaannya hal pertama yang dilakukan adalah guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk


(35)

19

beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat. Lalu guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya.

Tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil diskusi mereka.

Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap teliti, kreatif, tekun/ulet,

objektif/jujur, dan juga menghormati pendapat orang lain. Keunggulan dari Model pembelajaran TPS adalah optimalisasi partisipasi siswa dan memberikan

kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain sehingga dapat meningkatkan kreativitas, berpikir krtitis dan

kemampuan kognitif pada siswa.

Penelitian ini menggunakan tiga bentuk variabel penelitian , yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Sebagai variabel bebas adalah berpikir kritis (X), variabel terikatnya adalah hasil belajar kognitif siswa (Y), sedangkan variabel moderator adalah Model pemebelajaran TPS. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya serta variabel moderator maka dapat dijelaskan dalam Diagram kerangka pemikiran sebagai berikut.


(36)

20

Gambar 1.Diagram Kerangka Pemikiran Keterangan:

X = berpikir kritis

Y = hasil belajar kognitif siswa Z = Model pembelajaran TPS.

r = pengaruh berpikir kritis terhadap hasil kognitif siswa

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian ini yang akan diuji adalah:

Ho : Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif melalui pembelajaran TPS.

H1 : Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif melalui pembelajaran TPS.

X Y

Z


(37)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Wiyatama Bandar Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.

B.Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 4 kelas kemudian dipilih 1 kelas sebagai sampel dengan anggapan siswa pada kelas tersebut dapat dilakukan pengukuran terhadap variabel penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan dan dari hasil pengukuran tersebut akan diperoleh data yang benar. Sampel yang diperoleh adalah siswa kelas VIIIc SMP Wiyatama Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan jumlah siswa laki-laki 17 orang dan perempuan 17 orang.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah studi eksperimen dengan menggunakan sebuah kelas yang menjadi populasi sekaligus sampel dalam penelitian. Kelas tersebut diberikan perlakuan berupa pembelajaran TPS. Penelitian ini menggunakan rancangan desain one-shot case study yang menjelaskan bahwa terdapat suatu kelompok


(38)

22

yang diberi perlakuan dan selanjutnya diberikan soal ujian akhir (posttest) untuk melihat hasil belajar. Secara prosedur rancangan desain penelitian pola seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Desain Penelitian One-Shot case Study

Keterangan:

X = kemampuan berpikir kritis O = Posttest hasil belajar kognitif

(Sugiyono, 2010: 110) Kelas yang menjadi sampel yaitu VIIIc diberikan perlakuan yaitu penerapan pembelajaran dengan model TPS. Kemudian pada akhir pembelajaran, siswa diberikan postest ( tes akhir ) dalam bentuk soal essay.

D.Variabel Penelitian

Variabel penelitian ada tiga yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebasnya adalah berpikir kritis, variabel terikatnya adalah kemampuan hasil kognitif siswa, dan variabel moderator adalah pembelajaran

TPS.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa adalah soal tes berbentuk essay. Tes ini digunakan pada saat postest

dengan jumlah sebanyak 5 butir soal. X O


(39)

23

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan).Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Koefisien korelasi yang menyatakan validitas

= Skor butir soal = Skor total

= Jumlah sampel

(Arikunto, 2008: 72)

Diketahui dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabeldengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.


(40)

24

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. (Sugiyono, 2010: 188)

Berdasarkan kutipan di atas jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriteria uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data tersebut kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109) Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk


(41)

25

dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemanta-pan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

Tabel 2. Interpretasi ukuran kemantapan nilai alpha

Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan

0,00-0,20 kurang reliabel.

0,21-0,40 agak reliabel.

0,41-0,60 cukup reliabel.

0,61-0,80 reliabel.

0,81-1,00 sangat reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen akan diujikan kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari skor postest untuk kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa.

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Proses analisis untuk berpikir kritis dan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap


(42)

26

b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

Adapun kategori hasil belajar ranah kognitif siswa disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kategori Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

Nilai Kategori 80,1-100

60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

Sumber: Arikunto (2010:245)

2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap hasil tes akhir dari kedua variabel tersebut, menggunakan program komputer. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji

normalitas, dihitung menggunakan program program komputer dengan metode

kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Data dikatakan memenuhi asumsi normalitas jika pada Kolmogorov-Smirnov

maupun Shapiro-Wilk nilai sig. > 0.05. 2. Uji Linieritas

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode

Test for Linearity pada taraf signifikan 0, 05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05


(43)

27

3. Uji Regresi linear sederhana

Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

Dengan:

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

Priyatno (2010: 55) Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression Linear.

Adapun hipotesis penelitian yang telah diuji adalah:

Ho = Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa SMP melalui model pembelajaran TPS.

H1 = Ada pengaruh yang positif dan signifikan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa SMP melalui model pembelajaran TPS.

Kriteria pengujian:

Jika lebih kecil dari , maka Ho diterima, dan ditolak. Dan jika


(44)

28

Berdasarkan tingkat signifikansi: H0 diterima jika signifikansi > 0.05 H0 ditolak jika signifikansi < 0.05


(45)

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa SMP melalui pembelajaran TPS. Besarnya pengaruh berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif adalah 87,4% .

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis memberikan saran:

Guru IPA Fisika hendaknya berupaya untuk selalu meningkatkan berpikir kritis siswa, khususnya dengan menggunakan pembelajaran TPS dalam proses belajar mengajar dengan pembagian pasangan jenis kelamin yang sama agar mereka lebih aktif dalam pembelajaran dan siswa senang mengikuti pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif.


(46)

43

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Eva. 2010. Perbedaan penggunaan model pembelajaran tipe think pair share (TPS) dengan TGT (teams games tournament) terhadap aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep pada materi pokok hidrokarbon.

Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.Tidak diterbitkan. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aryati, Rosmedi. 2009. Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching

Dan Quantum Learning Dapat Dilaksanakan. [Network] diakses 25 November 2010 darihttp://blog.unila.ac.id/momon/2009/09/07/bagaimana- strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning-dapat-dilaksanakan/

Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2010. Eds Revisi : Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Ibrahim, M.,Rahmadiarti,M. Nur, Ismono.2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Ibrahim.2006. Think Phair Share.http://www.tuanguru.net/2011/12/ penerapan-model-pembelajaran-kooperatif.html.18 Februari 2012 (21.34 WIB) Isjoni.2006. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching Learning (CTL). Bandung: Kaifa. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.


(47)

43

Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative learning di ruang–ruang kelas. Jakarta: Grasindo.

Meltzer D. E. 2002. The relationship between mathemathics preparation and conceptual learning gains in physics : A possible :hidden variable in diagnostic pretest score. American Journal Physics. 70 (2), 1259–1268. Nurhadi. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2004

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Setiawan, Cahyo Agus. 2012. Pengaruh penerapan model pembelajaran generatif learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari kemampuan kognitif siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Setiono, Agustinus. 25 September 2008. Berpikir Kritis. Diakses 12 November 2009 dari http://agustinussetiono.wordpress.com/2007/09/25/berpikir-kritis/ Setiyani, Hesti. 2011. Perbandingan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

siswa dengan metode pembelajaran cooperative learning type think pair share (TPS) dan group investigation(GI). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suryabrata S, 2001. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Rajawali Pers. Tresnawati, Erna.2010. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP (online). Tersedia (http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=859).

Skripsi pada jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : 26 oktober 2010 [diakses 10 November 2010]


(1)

b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

Adapun kategori hasil belajar ranah kognitif siswa disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kategori Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

Nilai Kategori 80,1-100

60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

Sumber: Arikunto (2010:245)

2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap hasil tes akhir dari kedua variabel tersebut, menggunakan program komputer. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji

normalitas, dihitung menggunakan program program komputer dengan metode

kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Data dikatakan memenuhi asumsi normalitas jika pada Kolmogorov-Smirnov

maupun Shapiro-Wilk nilai sig. > 0.05. 2. Uji Linieritas

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode

Test for Linearity pada taraf signifikan 0, 05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05


(2)

3. Uji Regresi linear sederhana

Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

Dengan:

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑

Priyatno (2010: 55) Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression Linear.

Adapun hipotesis penelitian yang telah diuji adalah:

Ho = Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan berpikir kritis terhadap hasil

belajar kognitif siswa SMP melalui model pembelajaran TPS.

H1 = Ada pengaruh yang positif dan signifikan berpikir kritis terhadap hasil

belajar kognitif siswa SMP melalui model pembelajaran TPS. Kriteria pengujian:

Jika lebih kecil dari , maka Ho diterima, dan ditolak. Dan jika


(3)

Berdasarkan tingkat signifikansi: H0 diterima jika signifikansi > 0.05


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa SMP melalui pembelajaran TPS. Besarnya pengaruh berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif adalah 87,4% .

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis memberikan saran:

Guru IPA Fisika hendaknya berupaya untuk selalu meningkatkan berpikir kritis siswa, khususnya dengan menggunakan pembelajaran TPS dalam proses belajar mengajar dengan pembagian pasangan jenis kelamin yang sama agar mereka lebih aktif dalam pembelajaran dan siswa senang mengikuti pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Eva. 2010. Perbedaan penggunaan model pembelajaran tipe think pair share (TPS) dengan TGT (teams games tournament) terhadap aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep pada materi pokok hidrokarbon.

Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.Tidak diterbitkan. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aryati, Rosmedi. 2009. Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching

Dan Quantum Learning Dapat Dilaksanakan. [Network] diakses 25 November 2010 darihttp://blog.unila.ac.id/momon/2009/09/07/bagaimana- strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning-dapat-dilaksanakan/

Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2010. Eds Revisi : Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Ibrahim, M.,Rahmadiarti,M. Nur, Ismono.2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Ibrahim.2006. Think Phair Share.http://www.tuanguru.net/2011/12/ penerapan-model-pembelajaran-kooperatif.html.18 Februari 2012 (21.34 WIB) Isjoni.2006. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching Learning (CTL). Bandung: Kaifa. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.


(6)

Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative learning di ruang–ruang kelas. Jakarta: Grasindo.

Meltzer D. E. 2002. The relationship between mathemathics preparation and conceptual learning gains in physics : A possible :hidden variable in diagnostic pretest score. American Journal Physics. 70 (2), 1259–1268. Nurhadi. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2004

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Setiawan, Cahyo Agus. 2012. Pengaruh penerapan model pembelajaran generatif learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari kemampuan kognitif siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Setiono, Agustinus. 25 September 2008. Berpikir Kritis. Diakses 12 November 2009 dari http://agustinussetiono.wordpress.com/2007/09/25/berpikir-kritis/ Setiyani, Hesti. 2011. Perbandingan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

siswa dengan metode pembelajaran cooperative learning type think pair share (TPS) dan group investigation(GI). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suryabrata S, 2001. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Rajawali Pers. Tresnawati, Erna.2010. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP (online). Tersedia (http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=859).

Skripsi pada jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : 26 oktober 2010 [diakses 10 November 2010]