Apabila dilihat secara melintang Gambar 21 menunjukkan bahwa selulosa bakteri hanya terdiri dari satu lapisan saja dengan karakteristik yang sama, yaitu
menyerupai mikrofibril-mikrofibril. Selain itu juga terlihat adanya rongga-rongga yang menunjukkan pembentukan mikrofibril yang tidak merata.
Gambar 21. Foto penampang melintang selulosa bakteri Berdasarkan gambar-gambar yang sudah ditampilkan, dapat dibuktikan bahwa
selulosa bakteri yang mendapat penambahan kitosan secara morfologi permukaan berbeda dengan morfologi selulosa bakteri itu sendiri. Hal ini sesuai dengan
dugaan awal, bahwa kitosan dapat merubah morfologi permukaan dari selulosa bakteri dan dapat melapisi permukaan selulosa bakteri.
4. Analisis Kristalinitas dengan XRD
Uji ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kitosan terhadap
kristalinitas dari selulosa bakteri. Selulosa bakteri memiliki kristalinitas tinggi 70-90 Cai
et al.
2009, sedangkan kitosan merupakan suatu polimer yang
bersifat semikristalin Saputro dkk. 2009. Berikut disajikan difraktogram dari masing-masing sampel.
Gambar 22. Difraktogram selulosa bakteri Gambar 22 menunjukkan adanya empat puncak dengan intensitas tinggi pada
sudut 2θ = 18,1 ; 22,8
; 31,7 dan 33,8
. Berdasarkan penelitian yang dikemukakan oleh Meshitsuka dan Isogai 1996 beserta Hon 1996 yang
menyatakan bahwa signal difraksi yang utama dari selulosa bakteri terdapat di sekitar daerah 2θ = 16,8
; 22,6 ; 33,7
; 34,9 dimana pada daerah tersebut selulosa
bakteri ini memiliki fase kristalin pada bidang 101,002 dan 040 sedangkan perkiraan nilai persen kristalinitas dari selulosa bakteri ini adalah 72.
Persen kristalinitas selulosa bakteri dihitung dengan pendekatan luas segitiga. Luas kristal + luas amorf diperoleh dari luas total dibawah kurva
– luas
background
lalu luas kristal dihitung dengan mengalikan tinggi puncak dengan FWHM yang diperoleh, lalu persen kristalinitas dihitung dengan menggunakan
persamaan 4. Gambar 23 menunjukkan adanya puncak dengan intensitas lemah pada sudut
2θ = 14,2 . Adanya puncak ini menunjukkan adanya kitosan
yang berinteraksi
dengan selulosa bakteri, hal ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Samuels 1981, yang menyatakan bahwa kitosan
dengan BM rendah maupun tinggi ini memiliki puncak pada difraktogram di sekitar daerah 2θ = 12
.
Gambar 23. Difraktogram Selulosa+kitosan+gliserol Selain itu adanya puncak dengan intensitas tinggi di sekitar daerah 2θ = 22,8
; 31,8
dan 32,2 ini menunjukkan adanya fase kristalin dari selulosa bakteri pada
bidang 002 dan 040 sedangkan perkiraan nilai kristalinitas dari selulosa bakteri+gliserol+kitosan
adalah 63. Penurunan nilai kristanilitas yang semula 72 menjadi 63 dikarenakan
adanya interaksi antara kitosan dengan selulosa bakteri. Penurunan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Samuels 1981 bahwa kitosan
mampu menurunkan kristalinitas dari selulosa bakteri karena adanya keberadaan kitosan
yang bersifat amorf.
H. Pengujian Aktivitas Anti Mikroba