Pengertian Peranan Konsep Usaha Kecil dan Menengah.

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Catur Novidiana lebih menekankan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin genteng serta peningkatan mutu genteng yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada proses pemberdayaan usaha kecil melalui pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya khususnya di daerah Tenggilis Mejoyo.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Peranan

Menurut Soekanto 2002 : 243, peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Linton dalam Soekanto 2002 : 224, mengemukakan pengertian peranan mencakup 3 tiga hal, sebagai berikut : a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. b. Peranan adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi strukur sosial masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan perilaku atau tindakan yang peting bagi struktur masyarakat dan dilakukan karena suatu kedudukan, jabatan, atau organisasi di lingkungan masyarakat bisa berupa suatu kantor yang mudah dikenal oleh masyarakat.

2.2.2. Pengertian Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyebutkan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Ada tiga pengertian Koperasi sebagai pegangan untuk mengenal Koperasi lebih jauh. Menurut Chaniago dalam Sitio dan Tamba 2001 : 17, mendefenisikan Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Menurut Hatta dalam Sitio dan Tamba 2001 : 17, mendefinisikan Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasar tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat orang’. Menurut International Labour Organization dalam Sitio dan Tamba 2001 : 16, Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan. Berdasarkan ketiga defenisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam Koperasi setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur sosial. Agar Koperasi tidak menyimpang dari tujuan itu, pembentukan dan pengelolaan Koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat pembentukannya, Koperasi harus dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan kemauan bersama dari para pendirinya. Kemudian pada saat pengelolaanya tiap- tiap anggota Koperasi harus turut berpartisipasi dalam mengembangkan usaha dan mengawasi jalannya kegiatan Koperasi. Bila dirinci lebih jauh beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik dari uraian mengenai pengertian Koperasi tersebut adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya yang bersifat sukarela mempunyai hak dan kewajiban yang sama, berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi jalannya usaha Koperasi dan Resiko dan Keuntungan Usaha Koperasi ditanggung dan dibagi secara adil. Dasar hukum keberadaan Koperasi di Indonesia adalah pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 antara lain dikemukakan : “….perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi”. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, yang dimaksud dengan Koperasi di Indonesia adalah : “…..badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan”. Berdasarkan kutipan penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tersebut, dapat diketahui bahwa Koperasi di Indonesia tidak semata-mata dipandang sebagi bentuk perusahaan sebagaimana halnya Perseroan Terbatas, Firma, atau Perusahaan Komanditer CV. Selain dipandang sebagai bentuk perusahaan yang memiliki asas dan prinsip tersendiri, Koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat untuk membangun sistem perekonomian. Hal itu sejalan dengan tujuan Koperasi sebagaimana di dalam pasal 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa : Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan tujuan seperti itu, mudah dimengerti bila Koperasi mendapat kehormatan sebagai satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang hendak dibangun di Indonesia.

2.2.2.1. Landasan Koperasi

Untuk mendirikan Koperasi yang kokoh perlu adanya landasan tertentu. Landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan Koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Landasan-landasan Koperasi tersebut adalah : 1. Landasan Idiil Koperasi Indonesia yang dimaksud dengan landasan Idiil Koperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita Koperasi. Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 akan bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Jadi tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, karena itu Landasan Idiil Negara Republik Indonesia yaitu PANCASILA. Dasar Idiil ini harus diamalkan oleh Koperasi, karena pancasila memang menjadi falsafah Negara dan bangsa Indonesia. 2. Landasan Strukturil dan Gerak Koperasi Indonesia Landasan Strukturil Koperasi adalah Undang-Undang Dasar 1945, karena di Indonesia berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan karena Koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945. Pada pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dan di dalam penjelasan pasal 33 ayat 1 Undang- Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bangun usaha yang sesuai dengan itu ialah Koperasi. Dengan demikian Koperasi merupakan perwujudan dari pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945, dan pasal 33 ayat 1 tersebut merupakan landasan gerak koperasi, artinya agar ketentuan-ketentuan yang terperinci tentang Koperasi Indonesia harus berlandaskan dan bertitik tolak dari jiwa pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 ini hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok perekonomian, oleh karena itu, maka koperasi masih perlu diatur secara khusus dalam suatu bentuk Undang-Undang Koperasi. 3. Landasan Mental Koperasi Indonesia, Landasan Mental Koperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi. Rasa setia kawan haruslah disertai dengan kesadaran akan harga diri berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikkan derajat penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam Koperasi harus tergabung ke dua landasan mental diatas, yaitu setia kawan dan kesadaran berpribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong, hidup-menghidupi dan awas-mengawasi.

2.2.2.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi

Sendi-sendi dasar Koperasi di Indonesia menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1922 pasal 6 adalah sebagai berikut : 1. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap Warga Negara Indonesia. 2. Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi dalam Koperasi. 3. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota. 4. Adanya pembatasan bunga atas modal. 5. Mengembangkan kesejahtraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. 6. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka. 7. Swadaya, swakerta dan swasembada sebagai pencerminan dari pada prinsip dasar percaya pada diri sendiri.

2.2.2.3. Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia

Menurut Raiffeisen dalam Sitio dan Tamba 2001 : 23, prinsip-prinsip Koperasi Indonesia sebagai berikut : a. Swadaya. b. Daerah kerja terbatas. c. SHU untuk cadangan. d. Tanggung jawabanggota tidak terbatas. e. Pengurus bekerja atas dasar kesukarelaan. f. Usaha hanya kepada anggota. g. Keanggotaan atas dasar watak, bukan uang. Menurut Schulze dalam Sitio dan Tamba 2001 : 23, prinsip-prinsip Koperasi Indonesia sebagai berikut : a. Swadaya. b. Daerah kerja tak terbatas. c. SHU untuk cadangan dan untuk dibagikan kepada anggota. d. Tanggung jawab anggota terbatas. e. Pengurus bekerja dengan mendapat imbalan. f. Usaha tidak terbatas tidak hanya untuk anggota. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 prinsip-prinsip Koperasi di Indonesia adalah sebagai berikut : a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi. c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. d. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap modal. e. Kemandirian. f. Pendidikan perkoperasian. g. Kerja sama antar Koperasi. Dari ketiga prinsip Koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa essensi kerja Koperasi sebagai badan usaha tidaklah berbeda secara nyata. Hanya saja dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 ada penambahan mengenai prinsip kerja sama antara Koperasi. Ini dapat dipahami bahwa, untuk mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, Koperasi perlu meningkatkan kekuatan tawar-menawarnya bargaining power dengan menjalin kerja sama antar Koperasi.

2.2.3. Pengertian Pembinaan

Pengertian pembinaan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah. Pengertian pembinaan menurut Thoha 2003 : 7, merumuskan pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik.Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan kedua pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembinaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan suatu usaha melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha sehingga dapat menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Dengan demikian program pembinaan usaha kecil merupakan suatu program yang membina usaha kecil dengan meningkatkan kemampuan diri pengusaha kecil itu sendiri secara keseluruhan baik dalam bidang manajemen, pengetahuan, kewirausahaan, penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan SDM yang dimiliki oleh usaha kecil itu sendiri dan tentunya dengan diciptakan iklim usaha yang mendukung sehingga tercipta kepastian dan kesempatan usaha secara merata.

2.2.3.1. Tujuan Pembinaan

Secara umum tujuan dari pembinaan organisasi menurut Thoha 2003 : 24, dapat diamati sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan kepercayaan dan dukungan diantara anggota organisasi. 2. Untuk meningkatkan kesadaran berkonfrontasi dengan masalah-masalah organisasi baik dalam kelompok ataupun diantara anggota-anggota kelompok. 3. Meningkatkan suatu lingkungan “kewenangan dalam tugas” yang didasarkan atas pengetahuan dan keterampilan. 4. Untuk meningkatkan derajat keterbukaan dalam berkomunikasi baik vertical, horizontal, maupun diagonal. 5. Untuk meningkatkan tingkat kesemangatan dan kepuasan orang-orang yang ada dalam organisasi. 6. Untuk mendapatkan pemecahan yang sinergik terhadap masalah- masalah yang mempunyai frekuensi besar. 7. Untuk meningkatkan tingkat pertanggung jawaban pribadi dan kelompok baik di dalam pemecahan masalahnya maupun didalam pelaksanaanya.

2.2.3.2. Strategi Pembinaan

Menurut Hamalik 2001:10 dalam peningkatan, pengembangan, dan pembentukan tenaga kerja dilakukan melalui upaya pembinaan pendidikan dan pelatihan. 1. Pendidikan dan Latihan DIKLAT Menurut Hamalik 2001 : 10, pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja. Menurut Mangkunegara 2005 : 44 komponen-komponen pelatihan dalam meningkatkan sumber daya manusia meliputi : 1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur. 2. Para pelatih trainer harus memiliki kualifikasi yang memadai. 3. Materi latihan dan pengembangan harus disesuaikan tujuan yang hendak dicapai. 4. Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta. 5. Peserta pelatihan dan pengembangan trainer harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. Menurut Hamalik 2001 : 16-17, secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya atau professional yang mendukung aspek kemampuan keahlian dalam pekerjaan, kemasyarakatan dan kepribadian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan berdisiplin yang baik. Secara khusus pelaksanaan pelatihan menurut Hamalik 2001 : 16 bertujuan untuk : 1. Mendidik, melatih, serta membina tenaga kerja yang memiliki keterampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi dilapangan. 2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenaga kerjaan yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus menerus untuk meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, professional, ber etos kerja yang tinggi dan produktif. 3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat, dan pengalamannya masing-masing. 4. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pengembangan. Menurut Hamalik 2001 : 16 Tujuan Pelatihan erat kaitannya dengan Jenis Pelatihan antara lain : 1. Pelatihan Induksi Bertujuan untuk membantu tenaga kerja baru untuk melaksanakan pekerjaannya; kepadanya diberikan informasi selengkapnya tentang seluk beluk organisasi bersangkutan. 2. Pelatihan Kerja Bertujuan untuk memberikan instruksi khusus dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas sesuai dengan jawatan dan jenis pekerjaannya. 3. Pelatihan Pengawas Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai pemeriksaan, pengawasan, dan pelatihan tenaga lainnya. 4. Pelatihan Manajemen Bertujuan untuk memberikan yang diperlukan dalam jabatan manajemen puncak Top Management. 5. Pengembangan Pemimpin Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memimpin bagi tenaga unsur pimpinan dalam suatu organisasi lembaga. 2. Aspek Permodalan Dengan adanya pembinaan, dalam arti pemberian modal kerja dari pemerintah yang berupa sarana dan prasarana merupakan salah satu bagi para pengusaha kecil untuk melangkah lebih maju. Dalam pemberian bantuan permodalan diberikan melalui : 1. Pemberian sistem simpan pinjam dengan pembayaran kembali dengan tenggang waktu. 2. Penyediaan barang-barang modal dengan cara kredit dan hibah. Aspek permodalan ini memberikan informasi tentang sumber-sumber pembiayaan, bimbingan tata cara pengajuan kredit atau simpan pinjam atau membantu permodalan secara langsung kepada pengusaha kecil. 3.Aspek Pemasaran. Yaitu dengan mengadakan pengarahan pemasaran misalnya dengan memberikan informasi pasar, sebab dalam pengembangannya para pengusaha kecil , masih mengalami kesulitan dalam pemasaran produksinya. Pembinaan dalam hal pemasaran dilakukan dengan cara : 1. Menyediakan sarana serta dukungan promosi.atau uji coba. 2. Perluasan jaringan pasar. 2.2.3.3.Karakteristik Pembinaan Sifat dan karakteristik pembinaan yang amat menonjol French dan Bell dalam Thoha 2003 : 17, antara lain : 1. Lebih memberikan penekanan walaupun tidak eksklusif pada proses kelompok dan organisasi dibandingkan dengan isi yang subtantif. 2. Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai sebagai suatu kunci untuk mempelajari lebih efektif berbagai macam perilaku organisasi. 3. Memberikan penekanan pada manajemen yang kolaboratif dari budaya kerja tim. 4. Memberikan penekanan pada manajemen yang berbudaya sistem keseluruhan. 5. Mempergunakan model action research. 6. Mempergunakan ahli-ahli perilaku sebagai agen pembaharuan atau katalisator. 7. Suatu pemikiran dari usaha perubahan tersebut haruslah ditunjukkan bagi proses-proses yang sedang berlangsung.

2.2.4. Konsep Kewirausahaan

Menurut Harimurti 2001 : 10, kewirausahaan adalah segala hal yang menyangkut teknik, metode, sistem serta berbagai strategi bisnis umum yang dapat dipelajari tentang sukses atau mundurnya seorang wirausaha. Menurut Suparman yang dikutip oleh Soesarsono dalam Prijambodo 2000 : 14, kewirausahaan adalah sifat-sifat keberanian, kemampuan, dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Sedangkan menurut Hisrich dan Peters dalam Prijambodo 2000 : 16, kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang memiliki nilai beda, dilakukan dengan mengerahkan waktu dan upaya disertai dengan resiko sosial, keuangan maupun psikologis untuk meraih imbalan dalam wujud uang maupun kepuasan pribadi. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah kegiatan seseorang untuk mencapai hasil yang lebih baik yang dilakukan dengan berani, pantang menyerah, ulet, rajin, disiplin, dan berbagai sikap mental yang memperlihatkan dorongan dari dalam untuk meraih sesuatu yang lebih baik atau lebih tinggi. Kewirausahaan meliputi tiga komponen utama dari seorang wirausaha Harimurti 2001 : 14, yakni : 1. Kepribadian yang meliputi : a. Sikap dan tingkah laku. b. Latar belakang pendidikan. c. Kondisi lingkungan. d. Bakat dan bawaan. e. Iman seseorang. f. Ditambah faktor-faktor lainnya. 2. Motivasi dan kemampuan meliputi : a. Tingkat Pendidikan. b. Tingkat kemampuan ekonomi. c. Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut. d. Tekanan dari pihak-pihak eksternal. e. Persepsi individu. f. Dan faktor lain. 3. Fasilitas dan pertumbuhan meliputi : a. Tingkat kemajuan kehidupan. b. Trend kebutuhan yang ada. c. Peluang dan keterbatasan. d. Kepercayaan pihak eksternal. e. Subsidi pemerintah. f. Faktor lain-lain.

2.2.4.1. Manfaat Kewirausahaan

Menurut Prijono 2000 : 18, dilihat dari bentuk yang diciptakan kewirausahaan, maka dapat diidentifikasikan ada beberapa wujud manfaat. Secara garis besar kewirausahaan menghasilkan karya-karya baru yang memiliki nilai beda atau nilai-nilai lebih dibandingkan dengan yang telah ada. Bentuk nyata karya-karya baru tersebut ada bermacam-macam tidak selalu berupa produk atau jasa. Dalam lingkup mikro, karya-karya baru tersebut dapat berupa prosedur, metode dan teknologi sehingga diperoleh produk dan jasa yang memiliki nilai beda atau lebih tinggi dibandingkan produk atau jasa yang sudah ada. Sedangkan manfaat kewirausahaan dalam sekala makro yaitu terciptanya kemakmuran rakyat. Aktifitas ekonomi yang terus berdenyut, kelahiran perusahaan-perusahaan baru maupun usaha baru akan menghasilkan keuntungan lebih tinggi terhadap penggunaan sumber daya yang ada

2.2.5. Konsep Usaha Kecil dan Menengah.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian dari Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Sedangkan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pengertian dari Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, ada beberapa kriteria dari Usaha Kecil, yaitu : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000.00 dua milyar lima ratus juta rupiah. Sedangkan Kriteria Usaha Menengah menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah. Berdasarkan defenisi serta kriteria dari Usaha Kecil dan Menengah yang diungkapkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Usaha Kecil dan Menengah merupakan usaha yang dimiliki oleh perorangan dan dikelola secara bersama-sama serta mempunyai kemampuan terbatas dalam bidang modal, manajemen tenaga kerja berproduksi secara terbatas sesuai dengan kemampuan dari Usaha Kecil, dan Menengah itu sendiri.

2.3. Kerangka Berpikir

Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam melaksanakan pembinaan usaha kecil yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini dengan diberikannya kegiatan pendidikan dan pelatihan serta di dukung dengan aspek prmodalan dan pemasaran, hal tersebut merupakan beberapa upaya untuk dapat mengembangkan kegiatan usaha serta mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan dari uraian tersebut maka dapat disusun suatu alur kerangka berpikir sebagai berikut :