PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

(1)

DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Disusun Oleh :

HENDRATNO EKO PUTRA NPM : 0541010073

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


(2)

melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan judul “Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di Kelurahan Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota Surabaya”.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalam penulisan mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Penulis juga menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan terwujud dan terselesaikan tanpa bantuan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak. Atas kepercayaan dan kesempatan serta segala bantuan yang diberikan baik berupa pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran guna menyelesaikan penyusunan Skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak DR. Slamet Srijono, Msi selaku Dosen pembimbing yang dengan kesabarannya telah membimbing penulis dari awal sampai akhir penulisan.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Dra.Ec.Hj. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.


(3)

v

3. Ibu Dra. Diana Hertati, Msi, Selaku Sekertaris Progdi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

4. Bapak Drs.Hadi Mulyono, MM, Selaku Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

5. Ibu Ratnawati, BA, Selaku Kasi Bidang Usaha Kecil dan Menengah di Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

6. Bapak Dwi Widjojo Soewarno, SE, Selaku Staf Bidang Usaha Kecil dan Menengah di Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

7. Ayah dan ibu yang selalu memberikan Doa dan motivasi.

Penulis sadar Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon adanya kritik dan saran demi sempurnanya Skripsi ini dan penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi semua pihak.

Surabaya, Mei 2010


(4)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

ABSTRAKSI... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 11

1.4. Kegunaan Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13

2.1. Peneliti Terdahulu... 13

2.2. Landasan Teori... 17

2.2.1. Pengertian Peranan... 17

2.2.2. Pengertian Koperasi... 18

2.2.2.1. Landasan Koperasi... 21

2.2.2.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi... 23


(5)

2.2.3.1. Tujuan Pembinaan... 27

2.2.3.2. Strategi Pembinaan... 28

2.2.3.3. Karakteristik Pembinaan... 31

2.2.4. Konsep Kewirausahaan... 32

2.2.4.1. Manfaat Kewirausahaan... 34

2.2.5. Konsep Usaha Kecil dan Menengah... 34

2.3 Kerangka Berpikir... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1. Jenis Penelitian... 38

3.2. Fokus Penelitan... 39

3.3. Situs Penelitian... 40

3.4. Sumber Data... 41

3.5. Jenis Data... 42

3.6. Teknik Pengumpulan Data... 42

3.7. Analisis Data... 44

3.8. Keabsahan Data... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 50

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian... 50

4.1.1. Sejarah Singkat Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 50

4.1.2. Letak Dinas Koperasi Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah... 51

4.1.3. Visi dan Misi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 51


(6)

4.1.7. Struktur Organisasi Dinas... 53

4.1.8. Tugas Pokok dan fungsi pegawai Dinas... 56

4.1.9. Karakteristik pegawai Dinas... 68

4.1.10. Tujuan, sasaran dan strategi Dinas... 70

4.1.11. Sarana dan prasarana Dinas... 73

4.1.12. Gambaran Umum Tenggilis Mejoyo... 74

4.1.13. Jumlah penduduk... 74

4.2. Hasil penelitian... 77

4.2.1. Pelatihan... 78

4.2.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Teknologi Produksi... 78

4.2.2. Pemasaran... 82

4.3. Pembahasan... 86

4.3.1. Pelatihan... 86

4.3.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Teknologi Produksi... 86

4.3.2. Pemasaran... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 92

5.1. Kesimpulan... 92

5.1.1. Pelatihan... 92

5.1.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Teknologi Produksi... 92


(7)

ix

5.2.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Teknologi Produksi... 95

5.2.2. Pemasaran... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Rata-rata Investasi per unit di Kota Surabaya………... 2

Tabel 1.2 Data Perkembangan UKM Perdagangan di Kota Surabaya………. 4

Tabel 4.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat / Golongan……… 68

Tabel 4.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan……… 68

Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin………. 69

Tabel 4.4 Komposisi Pegawai Berdasarkan Umur……….. 69

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana………... 73

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……… 75

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut usia……….. 75

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Agama………... 76

Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Masyarakat………. 76

Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Daerah Tenggilis Mejoyo Berdasarkan Mata Pencaharian………. 77


(9)

Gambar 2 Analisis interaktif Menurut Miles dan Huberman………. 46 Gambar 3 Struktur Organisasi Dinas Koperasi……….. 55


(10)

xiii

HENDRATNO EKO PUTRA. PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

Penelitian ini di dasarkan pada fenomena pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang masih menghadapi hambatan atau kendala antara lain : kurangnya permodalan, kurangnya pelatihan, dan terbatasnya akses pasar. Dengan adanya hambatan atau kendala tersebut pada akhirnya belum dapat mendukung bagi perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam memberikan pembinaan terhadap sentra usaha kecil.

Teknik pengolahan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara penggunaan arsip dan dokumentasi foto pada Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

Metode pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa interaktif dimana dalam penelitian ini disampaikan suatu gambaran fenomenal tentang Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam memberikan pembinaan terhadap sentra usaha kecil di Tenggilis Mejoyo.

Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan dan pelatihan teknologi produksi yang diselenggarakan Dinas Koperasi UMKM Pemerintah Kota Surabaya yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya berupa penyuluhan tentang kewirausahaan dan seminar tentang teknologi produksi. Serta bantuan mesin produksi dari DISPERINDAG sejumlah lima unit. Bentuk pemasaran produksi tempe di Tenggilis Mejoyo yaitu dalam bentuk personal sehingga pengusaha kecil mampu memasarkan hasil produksinya secara individu.

Dari data yang dianalisis dapat disimpulkan bahwa : Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Teknologi Produksi yang diselenggarakan Dinas Koperasi UMKM Pemerintah Kota Surabaya yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya sudah mencapai sasaran meskipun terdapat kendala berupa kurang sadarnya pengusaha kecil mengikuti pelatihan dikarenakan materi yang bersifat monoton dan bantuan mesin produksi yang tidak merata. Pemasaran tidak mengalami kendala karena dari 35 pengusaha kecil yang di bina berhasil memasarkan hasil produksinya secara personal atau individu melalui akses pasar dalam hal ini Dinas Koperasi UMKM dalam melakukan pengawasan / monitoring telah mencapai sasaran.


(11)

1.1. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan bagian integral dunia usaha nasional, mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat, dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan. Keberadaan usaha kecil tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian secara nasional, karena usaha kecil merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia.

Dalam upaya membangun ekonomi nasional sub-sektor industri mikro kecil dan menengah (IMKM) yang dalam istilah sering disebutkan UKM ataupun usaha kecil. Usaha kecil mendapat prioritas untuk dibina dan dikembangkan dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional.


(12)

Sektor industri baik skala besar maupun skala mikro, kecil, dan menengah merupakan salah satu sektor yang turut memberikan kontribusi (contributor) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, oleh karena itu kebijakan pembinaan dan pengembangan (Development Policy) terhadap masing-masing sub-sektor dilakukan secara berkesinambungan dan program pembinaan senantiasa dikembangkan sesuai dengan karakter dan permasalahan yang dihadapi.

Adapun data tentang jumlah perkembangan UKM yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data tersebut didasarkan pada banyaknya usaha kecil, tenaga kerja, nilai produksi, investasi dan rata-rata investasi per unit di Kota Surabaya.

Data tersebut yaitu sebagai berikut :

Tabel. 1.1

Data Banyaknya Usaha Kecil, Tenaga Kerja, Produksi, investasi dan Rata-rata Investasi per unit di Kota Surabaya

Tahun Usaha Kecil Tenaga Kerja Produksi Investasi Investasi per unit

2000 2.369 56.595 404.823 286.827 121,08

2001 2.490 57.595 427.381 299.371 120,23

2002 2.614 58.595 341.132 320.012 122,42

2003 2.900 61.298 372.983 349.890 120,65

2004 3.151 63.690 405.645 380.530 120,76

2005 3.458 67.668 433.046 406.234 117,48

2006 3.710 69.785 469.145 440.346 118,63

2007 3.945 71.210 484.513 470.234 119,12

2008 4.031 71.897 491.994 481.768 119,52

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal Kota Surabaya (2009).


(13)

Berdasarkan tabel data diatas bahwa kontribusi perkembangan usaha kecil mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik pada jumlah usaha kecil, tenaga kerja, produksi maupun dalam investasi. Kontribusi perkembangan usaha kecil yang meningkat dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan struktur industri (industrial grouth). Seiring dengan perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) , UKM mempunyai peran yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi nasional.

Namun dengan seiring perkembangan serta keberhasilan usaha kecil di Kota Surabaya begitu ragam jenisnya dan karakteristik usaha kecil. Di Kota Surabaya dapat dipastikan bahwa tidak semua usaha kecil dapat tumbuh dan berkembang bahkan sebaliknya ada yang hanya berdiri sesaat lalu gulung tikar. (http ://www.smecda.com/deputi7/file infokop/ pengemb. UKM.pdf diakses 3 Maret 2010).

Untuk memaksimalkan kinerja dan pertumbuhan usaha kecil perlu untuk mengetahui pengaruh dari kebijakan program pembinaan yang telah dan ataupun yang akan dilakukan, dengan demikian para pengambil keputusan dapat menentukan kebijakan pembinaan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.

Hal tersebut juga di dukung dengan adanya data Perkembangan UKM di Kota Surabaya yaitu sebagai berikut :


(14)

Tabel. 1.2

Data Perkembangan UKM Perdagangan di Kota Surabaya

Tahun Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar

2004 5.403 920 366

2005 5.040 980 442

2006 5.371 1.169 603

2007 5.121 1.146 603

2008 4.951 1.127 529

JUMLAH 25.886 5.342 2.543

Sumber : Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Jatim

dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surabaya. (2009).

Berdasarkan tabel data diatas tentang perkembangan UKM di Kota Surabaya, perkembangan UKM mengalami penurunan pada tahun 2008. Dengan adanya penurunan perkembangan UKM pada tahun 2008 di Kota Surabaya maka dibutuhkan peran serta Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan berkesinambungan, guna meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam meningkatkan perekonomian nasional.

Dengan adanya permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Surabaya maka dibutuhkan peran serta pemerintah khususnya Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya untuk menumbuh kembangkan UKM Khususnya di wilayah Kota Surabaya sehingga kedepannya menjadi usaha kecil yang produktif dan berkembang.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya mempunyai tugas desentralisasi di bidang koperasi usaha, mikro,


(15)

kecil, dan menengah, kemudian untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya khususnya pada bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai tugas antara lain :

1. Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pertumbuhan iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di tingkat kota.

2. Pengawasan, monitoring dan evaluasi upaya pemberdayaan UMKM dalam wilayah kota.

3. Penyelenggaraan pengembangan produksi dan pemasaran hasil usaha masyarakat skala kota.

4. Pelaksanaan dan fasilitas kebijakan usaha mikro, kecil dan menengah skala kota.

Pada rincian tugas Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah khususnya pada tugas Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pertumbuhan iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di tingkat kota, terdapat sebelas (11) poin salah satunya menyebutkan memberikan pembinaan dan pengembangan UMKM di tingkat kota.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota dibidang pembinaan dan pengembangan koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, kemudian untuk melaksanakan tugas tersebut diatas Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan


(16)

Menengah Pemerintah Kota Surabaya mempunyai fungsi Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian serta Pembangunan di bidang koperasi. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya juga mempunyai kewenangan untuk melaksanakan tugas-tugas pembinaan serta perumusan kebijakan dan penyusunan perencanaan pembangunan dibidang koperasi usaha mikro, kecil, dan menengah. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya memfasilitasi pelatihan teknis manajemen dan keterampilan untuk pengusaha kecil, memfasilitasi permodalan bagi usaha kecil dan menengah dalam pengembangan usaha serta mengadakan promosi usaha dan fasilitasi pemasaran.

Sebagai objek penelitian Sentra Usaha Kecil produksi tempe di daerah Tenggilis Mejoyo, Sentra Usaha Kecil produksi tempe ini merupakan jenis mata pencaharian masyarakat Tenggilis Mejoyo. Bagi para masyarakat di daerah Tenggilis Mejoyo, berkecimpung dalam industri rumah tangga (home industri) ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan keahlian, disamping sebagai lapangan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kecil produksi tempe mempunyai peranan sebagai wadah pengembangan diri dan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik lagi. Pembinaan dalam rangka pengolahan produksi tempe yang mempunyai variasi hasil olahan atau aneka macam produksi olahan sebagai makanan kecil.

Pembinaan usaha kecil memerlukan kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum maju dan dengan pihak yang belum berkembang. Dalam hal ini pembinaan


(17)

usaha kecil yang diiringi dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat akan mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Pembinaan usaha kecil juga merupakan peningkatan harkat dan martabat masyarakat dalam kondisi sekarang mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pembinaan usaha kecil produksi tempe melalui pembinaan pengusaha kecil produksi tempe mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi dan keterampilan teknis para pengusaha kecil yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap Sentra Usaha Kecil produksi tempe di daerah Tenggilis Mejoyo. Berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat setempat permasalahan yang terjadi yaitu :

a. Pelatihan

Kurang sadarnya masyarakat Tenggilis Mejoyo dalam Mengikuti Pelatihan baik pelatihan kewirausahaan maupun pelatihan teknologi (Bintek). Indikasi dari diadakan pelatihan ini karena masih kurangnya pengetahuan tentang kewirausahaan, manajemen, dan administrasi sehingga mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya.

b. pemasaran

Bentuk sistem pemasaran hasil produksi di Tenggilis Mejoyo yaitu bentuknya secara personal atau individu. Indikasinya dengan sistem pemasaran secara personal atau individu para pengusaha kecil dapat berhasil memasarkan


(18)

hasil produksinya secara personal atau individu melalui akses pasar di seluruh Kota Surabaya.

Untuk mengatasi permasalahan atau kendala yang dihadapi para pengusaha kecil produksi tempe di daerah tenggilis mejoyo, maka dibutuhkan peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, antara lain :

a. Memberikan bantuan pelatihan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan dan bimbingan teknologi (Bintek). Dengan adanya program pembinaan tersebut akan meningkatkan keterampilan teknis produksi, kemampuan managerial, kemampuan innovasi produk dan daya saing akan meningkat, sehingga akan meningkatkan volume penjualan, mendorong pertumbuhan unit usaha dan peningkatan struktur unit usaha industri. (Mc Celland : 1993 dalam Simanjuntak : 1998).

b. Memberikan bantuan fasilitasi pemasaran hasil produksi yaitu dengan cara promosi serta perluasan jaringan pasar. Melalui bantuan pemasaran tersebut masalah hasil pemasaran produk dapat diatasi dan akhirnya akan meningkatkan jumlah penjualan, berkembangnya usaha dan mendorong perubahan struktur pertumbuhan industri.

(UU No. 9 Tahun 1995, pasal 16).

Dengan adanya pelatihan serta di dukung dengan fasilitasi pemasaran yang diberikan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya diharapkan pengusaha kecil dapat


(19)

mengembangkan usahanya, sehingga kedepannya mampu menciptakan hasil variasi olahan produksi tempe yang berkualitas baik dalam segi kemasan maupun rasa, sehingga pada akhirnya nanti mampu berkembang hingga mencapai pasaran lokal maupun eksport.

Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di Kelurahan Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap tahun pemerintah dalam kaitannya untuk meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah menetapkan program yang harus dicapai oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Karena Koperasi merupakan wadah bagi usaha-usaha kecil menengah khususnya UKM produksi tempe. Dinas Koperasi Usaha


(20)

Mikro, Kecil, dan Menengah dihadapkan pada suatu masalah khususnya di Tenggilis Mejoyo permasalahannya yaitu :

a. Kurang sadarnya para pengusaha kecil Tenggilis Mejoyo dalam mengikuti pelatihan baik pelatihan kewirausahaan maupun pelatihan teknologi produksi (Bintek).

b. Pada Pemasaran tidak terjadi permasalahan karena pada pemasaran hasil produksi tempe di Tenggilis Mejoyo cara pemasaran yang digunakan yaitu secara personal atau individu.

Dengan adanya permasalahan tersebut dapat memberikan dampak yaitu dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta dapat menurunkan hasil produk. Untuk menghadapi masalah tersebut dibutuhkan peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya yang lebih besar untuk memberikan pembinaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) khususnya produksi tempe di Tenggilis Mejoyo.

Dari latar belakang fenomena dan masalah diatas, adapun perumusan masalah yang dikemukakan dalam penulisan penelitian ini adalah

“Bagaimanakah Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di Kelurahan Tenggilis Mejoyo?”


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memahami suatu masalah sosial atau fenomena sosial tertentu yang ada di sekitar kita. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah

Untuk mengetahui Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di Kelurahan Tenggilis Mejoyo.

1.4. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam Pembinaan Usaha Kecil.

2. Bagi Instansi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi para pengusaha kecil.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dan informasi dalam melengkapi dan mengembangkan perbendaharaan ilmu sosial dan khususnya pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan sebagai


(22)

tambahan wawasan yang berguna bagi mahasiswa dan pihak-pihak yang membutuhkan.


(23)

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan pengkajian dan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Unggul dari Universitas Brawijaya Malang (2001). Dalam penelitian Unggul di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowok Waru Kota Malang dengan Judul “Pemberdayaan Pengusaha Industri ke kecil di Perkotaan” dinyatakan bahwa pemberdayaan usaha kecil di kelurahan Dinoyo harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan (Capability Building) usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri serta tumbuh berkembang. Usaha industri kecil keramik Dinoyo tidak hanya memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan keluarganya, akan tetapi tetap juga memberi keuntungan dan manfaat bagi masyarakat sekitar Dinoyo. Model usaha merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi pengusaha industri kecil keramik. Untuk lebih mengefektifkan pemberdayaan industri kecil keramik yang perlu mendapatkan perhatian dan kepedulian yang lebih besar dari administrasi publik terhadap pengembangan industri kecil keramik Dinoyo, perlu koordinasi dengan melibatkan instansi terkait dan perlu membentuk lembaga penjamin.


(24)

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh unggul dari Universitas Brawijaya Malang dengan peneliti adalah terletak pada usaha pemberdayaan dalam meningkatkan kemampuan agar dapat meningkatkan pendapatan untuk mencapai taraf sejahtera.

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Unggul dari Universitas Brawijaya Malang menekankan pada pemberdayaan yang diarahkan pada pengusaha industri agar dapat lebih berkembang. Sedangkkan peneliti menekankan pemberdayaan melalui pembinaan pada sumber daya manusia pengusaha dari produksi tempe.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nita Dwi Rahmadhani dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2004), yang berjudul “Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Sepatu di Wedoro”. Hal ini dibuktikan dengan penetapan pola umum kebijakan yang ditulis dalam rencana program kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2004 mengenai usaha kecil sepatu di Wedoro yang meliputi peningkatan kualitas bahan baku sampai dengan produk jadi, peningkatan peran aktif masyarakat dalam pembangunan dan memperluas lapangan kerja terutama dalam sektor industri rumah tangga. Pemerintah juga memberi bantuan berupa pinjaman modal melalui Bank Jatim , dan segi pemasaran mengikutsertakan pengrajin sepatu Wedoro dalam pekan raya Jakarta selain itu pemerintah juga memberikan bantuan kepada pengrajin sepatu dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan di lembaga IFC, di Hotel Elmi di Graha Pena


(25)

dan Tanggulangin yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi sepatu, namun bantuan yang diberikan oleh pemerintah tersebut kurang merata, sehingga pengusaha dan pengrajin sepatu tidak mengetahui bantuan yang telah diberikan pemerintah tersebut, hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi antara pemerintah dengan ketua asosiasi sepatu di Wedoro. Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan melakukan koordinasi dan mencari solusi dengan anggota asosiasi di Wedoro sebelum memberikan bantuan agar bantuan yang akan diberikan tepat pada pengrajin yang membutuhkannya.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Nita Dwi Rahmadhani adalah pelaksanaan peran pemerintah dalam pemberdayaan usaha kecil untuk meningkatkan peran aktif dari masyarakat dalam pembangunan

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Nita Dwi Rahmadhani terletak pada usaha peningkatan kualitas dari bahan baku hingga proses terwujudnya barang jadi. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah proses pemberdayaan usaha kecil melalui pendidikan dan pelatihan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Novidiana dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2007), yang berjudul “Peran Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dalam Pemberdayaan Industri Genteng di Desa Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek” menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin genteng serta meningkatkan mutu genteng oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan


(26)

Kabupaten Trenggalek mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2001-2005 melaksanakan pendidikan dan latihan serta studi banding dan magang. Pelatihan teknologi produksi Dinas mengirimkan perwakilan pengrajin untuk mengikuti pelatihan dan memberikan bantuan peralatan secara revolving, pelatihan kewirausahaan diikuti oleh semua pengrajin, pelatihan pemasaran diikuti semua pengrajin didukung adanya pameran dan otlet penjualan di luar kota. Studi banding dan magang diikuti perwakilan pengrajin genteng dari kegiatan pengrajin dapat memproduksi genteng beraneka ragam. Namun Peran Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Trenggalek dalam pemberdayaan Industri Genteng di Desa Sukorejo dalam Pelatihan teknologi produksi, studi banding dan magang yang sudah dilaksanakan selama ini belum maksimal karena hanya diikuti perwakilan pengrajin dan adanya kendala di Desa Sukorejo belum adanya Asosiasi Pengrajin Genteng. Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek dalam memberikan pelatihan teknologi produksi, studi banding dan magang tidak hanya diikuti perwakilan pengrajin tetapi semua pengrajin genteng dan khususnya di Desa Sukorejo harus terbentuk Asosiasi Pengrajin Genteng.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Catur Novidiana adalah Pelaksanaan Peran Dinas Koperasi dalam pemberdayaan usaha kecil melalui Pendidikan dan pelatihan.


(27)

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Catur Novidiana lebih menekankan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin genteng serta peningkatan mutu genteng yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada proses pemberdayaan usaha kecil melalui pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya khususnya di daerah Tenggilis Mejoyo.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Peranan

Menurut Soekanto (2002 : 243), peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.

Linton dalam Soekanto (2002 : 224), mengemukakan pengertian peranan mencakup 3 (tiga) hal, sebagai berikut :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Peranan adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi strukur sosial masyarakat.


(28)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan perilaku atau tindakan yang peting bagi struktur masyarakat dan dilakukan karena suatu kedudukan, jabatan, atau organisasi di lingkungan masyarakat bisa berupa suatu kantor yang mudah dikenal oleh masyarakat.

2.2.2. Pengertian Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyebutkan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Ada tiga pengertian Koperasi sebagai pegangan untuk mengenal Koperasi lebih jauh. Menurut Chaniago dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17), mendefenisikan Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

Menurut Hatta dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17), mendefinisikan Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasar tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat orang’.


(29)

Menurut International Labour Organization dalam Sitio dan Tamba (2001 : 16), Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.

Berdasarkan ketiga defenisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam Koperasi setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur sosial.

Agar Koperasi tidak menyimpang dari tujuan itu, pembentukan dan pengelolaan Koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat pembentukannya, Koperasi harus dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan kemauan bersama dari para pendirinya. Kemudian pada saat pengelolaanya tiap-tiap anggota Koperasi harus turut berpartisipasi dalam mengembangkan usaha dan mengawasi jalannya kegiatan Koperasi.

Bila dirinci lebih jauh beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik dari uraian mengenai pengertian Koperasi tersebut adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya yang bersifat sukarela mempunyai hak dan kewajiban yang sama, berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi jalannya usaha Koperasi dan Resiko dan Keuntungan Usaha Koperasi ditanggung dan dibagi secara adil.


(30)

Dasar hukum keberadaan Koperasi di Indonesia adalah pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 antara lain dikemukakan :

“….perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi”.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, yang dimaksud dengan Koperasi di Indonesia adalah :

“…..badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan”.

Berdasarkan kutipan penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tersebut, dapat diketahui bahwa Koperasi di Indonesia tidak semata-mata dipandang sebagi bentuk perusahaan sebagaimana halnya Perseroan Terbatas, Firma, atau Perusahaan Komanditer (CV). Selain dipandang sebagai bentuk perusahaan yang memiliki asas dan prinsip tersendiri, Koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat untuk membangun sistem perekonomian.

Hal itu sejalan dengan tujuan Koperasi sebagaimana di dalam pasal 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa :

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


(31)

Dengan tujuan seperti itu, mudah dimengerti bila Koperasi mendapat kehormatan sebagai satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang hendak dibangun di Indonesia.

2.2.2.1. Landasan Koperasi

Untuk mendirikan Koperasi yang kokoh perlu adanya landasan tertentu. Landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan Koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Landasan-landasan Koperasi tersebut adalah :

1. Landasan Idiil Koperasi Indonesia yang dimaksud dengan landasan Idiil Koperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita Koperasi. Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 akan bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Jadi tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, karena itu Landasan Idiil Negara Republik Indonesia yaitu PANCASILA. Dasar Idiil ini harus diamalkan oleh Koperasi, karena pancasila memang menjadi falsafah Negara dan bangsa Indonesia.


(32)

2. Landasan Strukturil dan Gerak Koperasi Indonesia Landasan Strukturil Koperasi adalah Undang-Undang Dasar 1945, karena di Indonesia berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan karena Koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945. Pada pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dan di dalam penjelasan pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bangun usaha yang sesuai dengan itu ialah Koperasi. Dengan demikian Koperasi merupakan perwujudan dari pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945, dan pasal 33 ayat 1 tersebut merupakan landasan gerak koperasi, artinya agar ketentuan-ketentuan yang terperinci tentang Koperasi Indonesia harus berlandaskan dan bertitik tolak dari jiwa pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 ini hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok perekonomian, oleh karena itu, maka koperasi masih perlu diatur secara khusus dalam suatu bentuk Undang-Undang Koperasi.

3. Landasan Mental Koperasi Indonesia, Landasan Mental Koperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi. Rasa setia kawan haruslah disertai dengan kesadaran akan harga diri


(33)

berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikkan derajat penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam Koperasi harus tergabung ke dua landasan mental diatas, yaitu setia kawan dan kesadaran berpribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong, hidup-menghidupi dan awas-mengawasi.

2.2.2.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi

Sendi-sendi dasar Koperasi di Indonesia menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1922 pasal 6 adalah sebagai berikut :

1. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap Warga Negara Indonesia.

2. Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi dalam Koperasi.

3. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota. 4. Adanya pembatasan bunga atas modal.

5. Mengembangkan kesejahtraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.

6. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.

7. Swadaya, swakerta dan swasembada sebagai pencerminan dari pada prinsip dasar percaya pada diri sendiri.


(34)

2.2.2.3. Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia

Menurut Raiffeisen dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip Koperasi Indonesia sebagai berikut :

a. Swadaya.

b. Daerah kerja terbatas. c. SHU untuk cadangan.

d. Tanggung jawabanggota tidak terbatas. e. Pengurus bekerja atas dasar kesukarelaan. f. Usaha hanya kepada anggota.

g. Keanggotaan atas dasar watak, bukan uang.

Menurut Schulze dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip Koperasi Indonesia sebagai berikut :

a. Swadaya.

b. Daerah kerja tak terbatas.

c. SHU untuk cadangan dan untuk dibagikan kepada anggota. d. Tanggung jawab anggota terbatas.

e. Pengurus bekerja dengan mendapat imbalan. f. Usaha tidak terbatas tidak hanya untuk anggota.

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 prinsip-prinsip Koperasi di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.


(35)

c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

d. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap modal. e. Kemandirian.

f. Pendidikan perkoperasian. g. Kerja sama antar Koperasi.

Dari ketiga prinsip Koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa essensi kerja Koperasi sebagai badan usaha tidaklah berbeda secara nyata. Hanya saja dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 ada penambahan mengenai prinsip kerja sama antara Koperasi. Ini dapat dipahami bahwa, untuk mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, Koperasi perlu meningkatkan kekuatan tawar-menawarnya (bargaining power) dengan menjalin kerja sama antar Koperasi.

2.2.3. Pengertian Pembinaan

Pengertian pembinaan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah.

Pengertian pembinaan menurut Thoha (2003 : 7), merumuskan pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih


(36)

baik.Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan kedua pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembinaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan suatu usaha melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha sehingga dapat menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu.

Dengan demikian program pembinaan usaha kecil merupakan suatu program yang membina usaha kecil dengan meningkatkan kemampuan diri pengusaha kecil itu sendiri secara keseluruhan baik dalam bidang manajemen, pengetahuan, kewirausahaan, penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan SDM yang dimiliki oleh usaha kecil itu sendiri dan tentunya dengan diciptakan iklim usaha yang mendukung sehingga tercipta kepastian dan kesempatan usaha secara merata.


(37)

2.2.3.1. Tujuan Pembinaan

Secara umum tujuan dari pembinaan organisasi menurut Thoha (2003 : 24), dapat diamati sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kepercayaan dan dukungan diantara anggota organisasi.

2. Untuk meningkatkan kesadaran berkonfrontasi dengan masalah-masalah organisasi baik dalam kelompok ataupun diantara anggota-anggota kelompok.

3. Meningkatkan suatu lingkungan “kewenangan dalam tugas” yang didasarkan atas pengetahuan dan keterampilan.

4. Untuk meningkatkan derajat keterbukaan dalam berkomunikasi baik vertical, horizontal, maupun diagonal.

5. Untuk meningkatkan tingkat kesemangatan dan kepuasan orang-orang yang ada dalam organisasi.

6. Untuk mendapatkan pemecahan yang sinergik terhadap masalah-masalah yang mempunyai frekuensi besar.

7. Untuk meningkatkan tingkat pertanggung jawaban pribadi dan kelompok baik di dalam pemecahan masalahnya maupun didalam pelaksanaanya.


(38)

2.2.3.2. Strategi Pembinaan

Menurut Hamalik (2001:10) dalam peningkatan, pengembangan, dan pembentukan tenaga kerja dilakukan melalui upaya pembinaan pendidikan dan pelatihan.

1. Pendidikan dan Latihan (DIKLAT)

Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja.

Menurut Mangkunegara (2005 : 44) komponen-komponen pelatihan dalam meningkatkan sumber daya manusia meliputi :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur.

2. Para pelatih (trainer) harus memiliki kualifikasi yang memadai.

3. Materi latihan dan pengembangan harus disesuaikan tujuan yang hendak dicapai.

4. Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta.

5. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainer) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.


(39)

Menurut Hamalik (2001 : 16-17), secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya atau professional yang mendukung aspek kemampuan keahlian dalam pekerjaan, kemasyarakatan dan kepribadian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan berdisiplin yang baik.

Secara khusus pelaksanaan pelatihan menurut Hamalik (2001 : 16) bertujuan untuk :

1. Mendidik, melatih, serta membina tenaga kerja yang memiliki keterampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi dilapangan.

2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenaga kerjaan yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus menerus untuk meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, professional, ber etos kerja yang tinggi dan produktif.

3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat, dan pengalamannya masing-masing.

4. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pengembangan.

Menurut Hamalik (2001 : 16) Tujuan Pelatihan erat kaitannya dengan Jenis Pelatihan antara lain :


(40)

1. Pelatihan Induksi

Bertujuan untuk membantu tenaga kerja baru untuk melaksanakan pekerjaannya; kepadanya diberikan informasi selengkapnya tentang seluk beluk organisasi bersangkutan.

2. Pelatihan Kerja

Bertujuan untuk memberikan instruksi khusus dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas sesuai dengan jawatan dan jenis pekerjaannya.

3. Pelatihan Pengawas

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai pemeriksaan, pengawasan, dan pelatihan tenaga lainnya.

4. Pelatihan Manajemen

Bertujuan untuk memberikan yang diperlukan dalam jabatan manajemen puncak (Top Management).

5. Pengembangan Pemimpin

Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memimpin bagi tenaga unsur pimpinan dalam suatu organisasi lembaga.

2. Aspek Permodalan

Dengan adanya pembinaan, dalam arti pemberian modal kerja dari pemerintah yang berupa sarana dan prasarana merupakan salah satu bagi para pengusaha kecil untuk melangkah lebih maju. Dalam pemberian bantuan permodalan diberikan melalui :

1. Pemberian sistem simpan pinjam dengan pembayaran kembali dengan tenggang waktu.


(41)

2. Penyediaan barang-barang modal dengan cara kredit dan hibah.

Aspek permodalan ini memberikan informasi tentang sumber-sumber pembiayaan, bimbingan tata cara pengajuan kredit atau simpan pinjam atau membantu permodalan secara langsung kepada pengusaha kecil.

3.Aspek Pemasaran.

Yaitu dengan mengadakan pengarahan pemasaran misalnya dengan memberikan informasi pasar, sebab dalam pengembangannya para pengusaha kecil , masih mengalami kesulitan dalam pemasaran produksinya. Pembinaan dalam hal pemasaran dilakukan dengan cara :

1. Menyediakan sarana serta dukungan promosi.atau uji coba. 2. Perluasan jaringan pasar.

2.2.3.3.Karakteristik Pembinaan

Sifat dan karakteristik pembinaan yang amat menonjol French dan Bell dalam Thoha (2003 : 17), antara lain :

1. Lebih memberikan penekanan walaupun tidak eksklusif pada proses kelompok dan organisasi dibandingkan dengan isi yang subtantif.

2. Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai sebagai suatu kunci untuk mempelajari lebih efektif berbagai macam perilaku organisasi. 3. Memberikan penekanan pada manajemen yang kolaboratif dari budaya

kerja tim.

4. Memberikan penekanan pada manajemen yang berbudaya sistem keseluruhan.


(42)

5. Mempergunakan model action research.

6. Mempergunakan ahli-ahli perilaku sebagai agen pembaharuan atau katalisator.

7. Suatu pemikiran dari usaha perubahan tersebut haruslah ditunjukkan bagi proses-proses yang sedang berlangsung.

2.2.4. Konsep Kewirausahaan

Menurut Harimurti (2001 : 10), kewirausahaan adalah segala hal yang menyangkut teknik, metode, sistem serta berbagai strategi bisnis umum yang dapat dipelajari tentang sukses atau mundurnya seorang wirausaha.

Menurut Suparman yang dikutip oleh Soesarsono dalam Prijambodo (2000 : 14), kewirausahaan adalah sifat-sifat keberanian, kemampuan, dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.

Sedangkan menurut Hisrich dan Peters dalam Prijambodo (2000 : 16), kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang memiliki nilai beda, dilakukan dengan mengerahkan waktu dan upaya disertai dengan resiko sosial, keuangan maupun psikologis untuk meraih imbalan dalam wujud uang maupun kepuasan pribadi.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah kegiatan seseorang untuk mencapai hasil yang lebih baik yang dilakukan dengan berani, pantang menyerah, ulet, rajin, disiplin, dan berbagai sikap mental yang memperlihatkan dorongan dari dalam untuk meraih sesuatu yang lebih baik atau lebih tinggi.


(43)

Kewirausahaan meliputi tiga komponen utama dari seorang wirausaha Harimurti (2001 : 14), yakni :

1. Kepribadian yang meliputi : a. Sikap dan tingkah laku. b. Latar belakang pendidikan. c. Kondisi lingkungan. d. Bakat dan bawaan. e. Iman seseorang.

f. Ditambah faktor-faktor lainnya. 2. Motivasi dan kemampuan meliputi :

a. Tingkat Pendidikan.

b. Tingkat kemampuan ekonomi.

c. Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut. d. Tekanan dari pihak-pihak eksternal. e. Persepsi individu.

f. Dan faktor lain.

3. Fasilitas dan pertumbuhan meliputi : a. Tingkat kemajuan kehidupan. b. Trend kebutuhan yang ada. c. Peluang dan keterbatasan. d. Kepercayaan pihak eksternal. e. Subsidi pemerintah.


(44)

2.2.4.1. Manfaat Kewirausahaan

Menurut Prijono (2000 : 18), dilihat dari bentuk yang diciptakan kewirausahaan, maka dapat diidentifikasikan ada beberapa wujud manfaat. Secara garis besar kewirausahaan menghasilkan karya-karya baru yang memiliki nilai beda atau nilai-nilai lebih dibandingkan dengan yang telah ada. Bentuk nyata karya-karya baru tersebut ada bermacam-macam tidak selalu berupa produk atau jasa.

Dalam lingkup mikro, karya-karya baru tersebut dapat berupa prosedur, metode dan teknologi sehingga diperoleh produk dan jasa yang memiliki nilai beda atau lebih tinggi dibandingkan produk atau jasa yang sudah ada.

Sedangkan manfaat kewirausahaan dalam sekala makro yaitu terciptanya kemakmuran rakyat. Aktifitas ekonomi yang terus berdenyut, kelahiran perusahaan-perusahaan baru maupun usaha baru akan menghasilkan keuntungan lebih tinggi terhadap penggunaan sumber daya yang ada

2.2.5. Konsep Usaha Kecil dan Menengah.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian dari Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.


(45)

Sedangkan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pengertian dari Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, ada beberapa kriteria dari Usaha Kecil, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sedangkan Kriteria Usaha Menengah menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.


(46)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan defenisi serta kriteria dari Usaha Kecil dan Menengah yang diungkapkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Usaha Kecil dan Menengah merupakan usaha yang dimiliki oleh perorangan dan dikelola secara bersama-sama serta mempunyai kemampuan terbatas dalam bidang modal, manajemen tenaga kerja berproduksi secara terbatas sesuai dengan kemampuan dari Usaha Kecil, dan Menengah itu sendiri.

2.3. Kerangka Berpikir

Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam melaksanakan pembinaan usaha kecil yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini dengan diberikannya kegiatan pendidikan dan pelatihan serta di dukung dengan aspek prmodalan dan pemasaran, hal tersebut merupakan beberapa upaya untuk dapat mengembangkan kegiatan usaha serta mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan dari uraian tersebut maka dapat disusun suatu alur kerangka berpikir sebagai berikut :


(47)

Gambar I Kerangka berpikir Kebijakan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Tentang

Pembinaan Usaha Kecil yang Tertuang Dalam UU No. 20 Tahun

2008 tentang UMKM

Renstra Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe di Kelurahan

Tenggilis Mejoyo

Pelatihan Pemasaran

Usaha Kecil Berkembang


(48)

3.1. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka diperlukan teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering disebut dengan metode penelitian. Untuk kepentingan itu maka perlu diketahui dan dipelajari hingga tercapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sangat penting karena dengan metode penelitian akan dapat diperoleh data yang valid dan relevan dengan tujuan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Melalui metode kualitatif, peneliti mendengar dan melihat narasumber berbicara yang sesungguhnya tentang dirinya sendiri sesuai dengan perspektif masing-masing dan mengamati mereka berperilaku seadanya sesuai dengan posisi dan peran di dalam sistem sosial masing-masing pula.

Sedangkan defenisi lain penelitian kualitatif menurut (Kirk dan Miler dalam Moleong, 2007 : 4) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut, dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.


(49)

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah. Masalah dalam hal ini adalah keadaan yang membingungkan akibat adanya dua faktor atau lebih faktor (Moleong, 2007 : 386). Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang penulis dalam melaksanakan penelitian, dengan merumuskan masalah sebagai fokus penelitian untuk mencari pemecahannya.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe di Kelurahan Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota Surabaya, yang dilaksanakan melalui :

1. Pelatihan.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya memberikan pelatihan dalam bentuk Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Teknologi Produksi (Bintek), dengan sasaran kajian sebagai berikut :

a. Memberikan penyuluhan.

b. Memberikan bantuan mesin produksi. c. Tenaga instruktur sebagai pemberi materi. d. Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan.


(50)

Tujuan dari pelatihan tersebut agar pengusaha kecil dapat mengembangkan usahanya, karena kebanyakan dari pengusaha kecil belum bisa menerapkan manajemen atau mengatur usaha yang dimiliki. Serta para pengusaha kecil kebanyakan menggunakan mesin yang masih tradisional. Diharapkan dengan penyuluhan serta pemberian metode-metode pelatihan dan penggunaan mesin produksi yang lebih modern dapat memberikan arahan tentang bagaimana cara mengelola usaha supaya lebih berkembang serta dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

2. Pemasaran.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam hal pemasaran berfungsi sebagai pengawasan atau monitoring. Pada sistem pemasaran sasaran kajian yaitu sebagai berikut : a. Mengadakan survey tiap tiga bulan sekali.

b. Mengadakan pertemuan serta memberikan kiat-kiat.

diharapkan dengan diadakanya survey tiap 3 bulan sekali serta pertemuan kepada seluruh para pengusaha kecil serta memberikan kiat-kiat dalam hal pengembangan usaha. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat Tenggilis Mejoyo.

3.3. Situs Penelitian

Situs Penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh


(51)

data. Agar memperoleh data yang akurat dan mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti menetapkan situs penelitian ini dilakukan di :

1. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai instansi yang bertanggung jawab dan mempunyai peranan penting dalam pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 2. Usaha Kecil produksi tempe di daerah Tenggilis Mejoyo Kecamatan

Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya yang merupakan Sentra Usaha Kecil pendukung perekonomian daerah yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah dan perlu diberikan pembinaan.

3.4. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Loftland dalam Moleong, 2007 : 157). Berkaitan dengan hal itu sumber data adalah tempat dimana peneliti dapat menemukan data dan informasi yang menjadi sumber data dari penelitian ini adalah :

1. Informan kunci ( Key Person), yang memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar-benar relevan, kompeten, serta menguasai permasalahan, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah. a. Bapak Dwi Widjojo Soewarno, SE selaku Staf Bidang Usaha Kecil dan Menengah.


(52)

b. Ketua PRIMKOPTI dan beberapa pengusaha kecil produksi tempe di Tenggilis Mejoyo.

2. Dokumen sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain data dokumentasi, bisa berupa peraturan-praturan, aturan-aturan formal, arsip, berita surat kabar yang relevan dengan permasalahan penelitian. 3.5. Jenis Data

Jenis Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam jenis data yaitu :

1. Data primer, adalah data utama yang diperoleh langsung dari informan pada saat dilakukan penelitian melalui wawancara mendalam yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang berkaitan dengan kegiatan pembinaan Sumber Daya Manusia yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dalam pembinaan usaha kecil.

2. Data Sekunder, adalah merupakan data pelengkap yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian seperti melalui media dan instansi yang bersangkutan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena hakekat dari penelitian adalah Pencarian data yang nantinya diinterprestasikan dan dianalisa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk memudahkan dalam upaya-upaya mengumpulkan data di lapangan.


(53)

Teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi (pengamatan)

Pengamatan bisa digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan penulis dari motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia, membuat peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek, dan pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama. Peneliti melakukan observasi di Sentra usaha kecil Produksi Tempe di Daerah Tenggilis Mejoyo.

b. Wawancara

Pada teknik ini peneliti mengadakan tatap muka dan Tanya jawab langsung dengan pihak responden untuk memperoleh data. Wawancara dalam penelitian ini khususnya dalam tahap awal, belum begitu terstruktur, tujuannya ialah memperoleh keterangan yang lengkap dan mendalam mengenai pendapat orang lain. Di dalam melaksanakan wawancara ini penulis belum dapat menyajikan pertanyaan yang spesifik kepada informan, dalam hal ini dapat memberikan kelonggaran dan kebebasan bagi informan, kelonggaran semacam ini mampu mendapatkan kejujuran responden untuk memberikan informasi yang sebenarnya. Pada tahap ini wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa pengusaha kecil produksi tempe.


(54)

c. Penggunaan Dokumen

Pada teknik ini penelitian menggunakan dokumen sebagai sumber data karena dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan, dengan cara mengumpulkan data yang terdapat pada situs penelitian.

3.7. Analisis Data

Analisa data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri catatan lapangan dan komentar penulis gambar foto, dokumen berupa laporan, Biografi, artikel dan sebagainya. Pekerjaan analisa data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya. Pengrorganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moleong, 2007 : 280).

Dalam penelitian kualitatif digunakan analisa data yang telah dikembangkan oleh (Miles dan Huberman, 1992 : 18-20), dengan menggunakan Analisa Model Interaktif melalui empat prosedur yaitu :

1. Pengumpulan data

Data tersebut yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.


(55)

2. Reduksi data

Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.

3. Penyajian data

Sebagai sekumpulan informasi tersusun yang diberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dengan melihat penyajian-penyajian, kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukakan. Hal ini dilakukakn untuk memudahkan peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

4.Verifikasi atau menarik kesimpulan.

Merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran, dengan kata lain makna yang terkandung dalam kata harus diuji kebenarannya dan kecocokannya (validitasnya).

Dari data diatas yang diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka melainkan berupa uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang telah dianalisis.


(56)

Gambar 2

Analisis Interaksi Menurut Miles dan Huberman Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Kesimpulan / Verifikasi

Sumber : Data Analisis kualitatif Miles dan Huberman (1992 : 20)

3.8. Keabsahan Data

Setiap penelitian memerlukan standart untuk melihat derajat kepercayaan atau kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatatif, standart tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007 : 324), untuk menjamin keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sifat kriteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep validitas dari penelitian non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melakukan penyelidikan sedemikian rupa, sehingga tingkat


(57)

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah sebagai berikut :

a. Memperpanjang Masa Observasi

Dengan memperpanjang masa observasi sehingga dihrapkan data dapat diedit dan kemudian diadakan pengecekan kembali ke lapangan.

b. Pengamatan Terus-menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus, peneliti dapat memperhatikan seseuatu lebih mendalam.

c. Membicarakan dengan orang lain

Sebagai langkah untuk berdiskusi dengan orang lain yang memiliki pengetahuan tentang pokok penelitian yang ditetapkan, hal ini sebagai usaha untuk memenuhi derajat kepercayaan.

d. Melakukan Triangulasi

Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari narasumber lain, pada berbagai fase penelitian dilapangan, pada waktu yang berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen yang ada.

e. Mengadakan Pemeriksaan Ulang

Berarti memeriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan para informan peneliti.


(58)

2. Keteralihan (Transferability)

Adalah sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk proses ini peneliti mencari dan mengumpulkan data kejadian dan empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Untuk memenuhi kriteria ini maka peneliti berusaha untuk menyajikan hasil penelitian dengan memperbanyak wacana ilmiah melalui penjelasan secara terperinci.

3. Standar Ketergantungan (Dependability)

Dalam hal ini yang dilakukan adalah memeriksa proses penelitian dan taraf kebenaran data serta tafsirannya. Untuk itu peneliti perlu menyediakan data sebagai berikut :

a. Data mentah, seperti catatan pada saat observasi dan wawancara, hasil rekaman (jika ada), dokumen dan lain sebagainya yang disajikan dalam bentuk laporan lapangan.

b. Hasil analisis data, berupa rangkuman, konsep-konsep.

c. Hasil sintesis data, seperti tafsiran kesimpulan, defenisi, tema, pola, hubungan literature dan laporan akhir.

d. Catatan mengenai proses data yang digunakan, yakni mengenai metodologi, desain, strategi, prosedur, rasional, usaha-usaha agar penelitian tercapai, serta upaya untuk melakukan pemeriksaan dan pelacakan dari suatu kebenaran.


(59)

4. Kepastian (Confirmability)

Dalam upaya mewujudkan kepastian penelitian, maka peneliti mendiskusikan dengan dosen pembimbing, setiap rencana dan tahap penelitian dan konsep yang dihasilkan dari lapangan. Dengan demikian diperoleh masukan untuk menambah kepastian dari hasil penelitian, dan disamping untuk menguji penelitian ini memenuhi syarat kepastian


(60)

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Surabaya. Berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dan Keputusan Walikota Surabaya Nomor 188.45/103/435.1.2.1/2006 tentang Kegiatan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diberi tugas untuk melaksanakan kewenangan dibidang Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam ruang geraknya harus tetap mengacu pada perkembangan ekonomi kerakyatan khususnya yang berkaitan dengan perkembangan perkoperasian dan Sektor Informal yang keberadaanya dapat mempengaruhi pertumbuhan Perekonomian Kota Surabaya.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada dibawah dan


(61)

bertanggungjawab langsung kepada Kepala Daerah, melalui Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Surabaya.

4.1.2. Letak Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Letak Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya terletak dijalan Gayungsari No. 1 Surabaya.

4.1.3. Visi dan Misi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Untuk melaksanakan kewenangan dibidang Koperasi dan sektor informal tersebut Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menetapkan visi sebagai berikut :

Visi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya

“ Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berkualitas dan Peduli ”

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan tersebut diatas Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya perlu menetapkan misi guna menentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, sehingga dapat diambil langkah kegiatan yang harus dilaksanakan dan bagaimana cara untuk melaksanakannya.

Misi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya

a. Mewujudkan Koperasi yang berkualitas.

b. Mewujudkan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang Berkualitas.


(62)

c. Mewujudkan pengembangan dan peningkatan akses UMKM dan Kewirausahaan terhadap sumber daya produktif dan keunggulan kompetitif.

d. Mewujudkan terbinanya Sektor Informal (PKL) diwilayah Surabaya. Dengan ditetapkannya visi dan misi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tersebut diharapkan pelaksanaan kewenangan dibidang Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang lebih terarah.

4.1.4. Tujuan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

1. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat Koperasi dan UMKM serta Sektor informal.

2. Mengatasi dan mengurangi tingkat penganguran dan kemiskinan.

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat (masyarakat Koperasi, UMKM serta Sektor Informal).

4.1.5. Strategi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 1. Peningkatan Sumber Daya Manusia Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Sektor Informal (PKL).

2. Pembinaan Kelembagaan Koperasi dan Usaha Koperasi. 3. Pembinaan UMKM dan penataan Sektor Informal (PKL).

4. Penyuluhan, Bintek, Diklat, Seminar, Sarasehan tentang perkoperasian dan UMKM.


(63)

4.1.6. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sesuai Peraturan Walikota No. 91 Tahun 2008. Dinas Mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dinas dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi yaitu : a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya. d. Pengelolaan ketatausahaan Dinas

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.1.7. Struktur Organisasi

Struktur organisasi bagi setiap organisasi keberadaannya sangat penting sekali demi kelancaran aktifitasnya. Oleh karenanya struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan setiap tugas seseorang di dalam suatu organisasi sehingga jelas batas-batasnya, hubungannya, wewenangnya, dan tanggung jawabnya dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Struktur organisasi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi Dinas, karena dengan adanya struktur organisasi maka kegiatan-kegiatan yang ada pada Dinas dapat dilaksanakan secara teratur dan terarah.


(64)

Berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Kota Surabaya Nomor 14 Tahun 2005 tentang penjabaran tugas dan fungsi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :


(65)

4.1.8. Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Daerah, melalui Sekretaris Daerah Kota Surabaya.

Jabatan ini dipegang oleh Drs. Hadi Mulyono, MM Kepala Dinas mempunyai tugas :

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang Koperasi dan Sektor Informal. 2. Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum.

3. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). 4. Pengelolaan ketatausahaan Dinas.

5. Pelaksanaan Tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Bagian Sekretariat

Bagian Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di bidang Kesekretariatan Jabatan ini dipegang oleh Ir. Indati Kusuma Wardhani, MT.

Bagian Kesekretariatan mempunyai fungsi :

1. Pelaksanaan koordinasi perencanaan program, anggaran dan laporan dinas.

2. Pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan. 3. Pengelolaan administrasi kepegawaian.


(66)

4. Pengelolaan surat menyurat, dokumentasi, rumah tangga dinas, kearsipan dan perpustakaan.

5. Pemeliharaan rutin gedung dan perlengkapan / peralatan kantor. 6. Pelaksanaan hubungan masyarakat dan keprotokolan.

7. Pelaksanaan administrasi perizinan / pemberian rekomendasi. a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Kesekretariatan.

Jabatan ini dipegang oleh M. Syahroel Sulaiman, SH, MM Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas :

1. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang umum dan kepegawaian

2. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang umum dan kepegawaian.

3. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang umum dan kepegawaian.

4. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian di bidang umum dan kepegawaian.

5. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(67)

b. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Kesekretariatan.

Jabatab ini dipegang oleh Drs. Endro Bintoro Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas :

1. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang keuangan.

2. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk di bidang keuangan.

3. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang keuangan.

4. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang keuangan. 5. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia

Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di bidang kelembagaan dan sumber daya manusia.

Jabatan ini dipegang oleh Drs. Rudi Haryono, MM


(68)

1. Pelaksanaan kebijakan pembentukan, penggabungan dan peleburan, serta pembubaran koperasi.

2. Pengesahan pembentukan, penggabungan, dan peleburan, serta pembubaran serta pembubaran koperasi dalam wilayah kota. 3. Pemberian fasilitas pelaksanaan pengesahan dan pengumuman

akta pendirian koperasi dalam wilayah kota.

4. Pemberian fasilitas pelaksanaan pengesahan perubahan AD atau ART yang menyangkut penggabungan, pembagian dan perubahan bidang usaha koperasi dalam wilayah kota.

5. Pemberian fasilitas pelaksanaan pembubaran koperasi di tingkat kota sesuai dengan pedoman pmerintah ditingkat kota.

6. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan koperasi dalam pembuatan laporan tahunan KSP dan USP dalam wilayah kota. 7. Pemberian fasilitas pelaksanaan pembubaran dan penyelesaian

akibat pembubaran KSP dan USP dalam wilayah kota.

8. Pemberian sanksi administratif kepada KSP dan USP dalam wilayah kota yang tidak melaksanakan kewajibannya.

9. Pengembangan iklim serta kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi dalam wilayah kota. 10.Pemberian bimbingan dan kemudahan koperasi dalam wilayah

kota.


(69)

12.Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di tingkat kota.

a. Seksi Kelembagaan Koperasi

Seksi kelembagaan koperasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia.

Jabatan ini dipegang oleh Dahliana Lubis, SP Seksi Kelembagaan Koperasi mempunyai tugas :

1. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang kelembagaan koperasi.

2. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang kelembagaan koperasi.

3. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang kelembagaan koperasi.

4. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian di bidang kelembagaan koperasi.

5. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(1)

5.1.3. Pemasaran

a. Mengadakan survey tiap 3 bulan sekali.

bahwa bentuk pemasaran produksi tempe di Tenggilis Mejoyo yaitu dalam bentuk personal atau individu. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam segi pemasaran berfungsi sebagai monitoring. Dalam hal monitoring Dinas Koperasi UMKM Pemerintah Kota Surabaya bekerja sama dengan PRIMKOPTI atau Koperasi pengusaha kecil produksi tempe di Kelurahan Tenggilis Mejoyo. Dan bentuk monitoringnya yaitu tiap tiga bulan sekali Dinas Koperasi UMKM pemerintah Kota Surabaya mengadakan survey guna mengetahui perkembangan pemasaran produksi tempe di Tenggilis Mejoyo. Selain itu Dinas Koperasi UMKM Pemerintah Kota Surabaya juga mengadakan pertemuan untuk membahas kendala-kendala yang dihadapai oleh pengusaha kecil serta memberikan kiat-kiat tentang bagaimana mengembang usaha agar lebih bisa berkembang sehingga dapat meningkatkan produksi dan dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Dengan cara pemasaran hasil produksi secara personal atau individu, setiap pengusaha tempe berhasil memasarkan hasil produksinya secara individu yaitu pemasaranya melalui akses pasar-pasar di seluruh Kota Surabaya. Dengan melihat keberhasilan yang dicapai pengusaha kecil dalam memasarkan hasil produksinya melalui akses pasar. Dalam hal ini Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pemerintah Kota Surabaya dalam melakukan pengawasan atau monitoring


(2)

109

dalam bentuk melakukan survey tiap tiga bulan sekali dan mengadakan pertemuan guna membahas kendala-kendala yang dihadapi pengusaha kecil telah mencapai sasaran. Hal tersebut didukung dengan adanya beberapa pernyataan dari sumber (pengusaha kecil) yang menyatakan bahwa pemasaran hasil produksi secara personal atau individu dapat memberikan dampak yang positif baik dalam segi financial (keuangan) maupun dalam akses pemasaran yang dapat memperluas akses pemasaran hasil produksi pengusaha kecil produksi tempe di seluruh Kota Surabaya, yang pada akhirnya nanti dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan pendapatan pengusaha kecil tersebut.

b. Mengadakan pertemuan serta memberikan kiat-kiat.

bahwa bentuk pemasaran produksi tempe di Tenggilis Mejoyo yaitu dalam bentuk personal atau individu. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam segi pemasaran berfungsi sebagai monitoring. Dalam hal monitoring Dinas Koperasi UMKM Pemerintah Kota Surabaya bekerja sama dengan PRIMKOPTI atau Koperasi pengusaha kecil produksi tempe di Kelurahan Tenggilis Mejoyo. Dan bentuk monitoringnya yaitu mengadakan survey guna mengetahui perkembangan pemasaran produksi tempe di Tenggilis Mejoyo.

Dengan cara pemasaran hasil produksi secara personal atau individu, setiap pengusaha tempe berhasil memasarkan hasil produksinya secara individu yaitu pemasaranya melalui akses pasar-pasar di seluruh Kota Surabaya. Dengan melihat keberhasilan yang dicapai pengusaha kecil dalam memasarkan hasil produksinya


(3)

melalui akses pasar. Dalam hal ini Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pemerintah Kota Surabaya dalam melakukan pengawasan atau monitoring dalam bentuk pertemuan guna membahas kendala-kendala yang dihadapi pengusaha kecil telah mencapai sasaran. Hal tersebut didukung dengan adanya beberapa pernyataan dari sumber (pengusaha kecil) yang menyatakan bahwa pemasaran hasil produksi secara personal atau individu dapat memberikan dampak yang positif baik dalam segi financial (keuangan) maupun dalam akses pemasaran yang dapat memperluas akses pemasaran hasil produksi pengusaha kecil produksi tempe di seluruh Kota Surabaya, yang pada akhirnya nanti dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan pendapatan pengusaha kecil tersebut

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka penulis menyampaikan saran yang berhubungan dengan pelaksanaan pembinaan usaha kecil produksi tempe di Tenggilis Mejoyo yaitu :

5.2.1. Pelatihan

Saran yang peneliti berikan sebagai masukan kepada Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya dalam menumbuhkan kesadaran para pengusaha kecil untuk mengikuti kegiatan pelatihan kewirausahaan yaitu dengan cara pemberian materi atau metode


(4)

111

pelatihan kewirausahaan dan pelatihan teknologi produksi (bintek) yang terbaru sehingga pengusaha kecil tidak merasa bosan dengan materi yang bersifat monoton.

Selain itu kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya dalam memberikan bantuan mesin produksi yang merata kepada seluruh pengusaha kecil dan jangan hanya bersifat hibah.

5.2.3. Pemasaran

Saran yang peneliti berikan sebagai masukan kepada Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya yang berfungsi sebagai monitoring dalam hal pemasaran bentuk monitoring seperti halnya mengadakan pertemuan guna membahas kendala-kendala yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan juga pemberian kiat-kiat dalam mengembangkan usaha serta pengadaan survey tiap tiga bulan sekali harus dipertahankan dan kalau bisa ditingkatkan.


(5)

Aksara.

Jamasy, Owin, 2004, Keadilan, Pemberdayaan dan penanggulangan Kemiskinan, Bandung : Belantika.

Kartasasmita, Ginandjar, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta : PT Pustaka Upesindo.

Mangkunegara, Prabu Anwar, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Miles, Matthew B, dan Huberman, A Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy, J, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Prijambodo, 2000, Kewirausahaan Teori dan Penerapannya dalam Dunia Usaha dan Organisasi Pemerintah, Jakarta : STIA-LAN Press.

Subanar, Harimurti, 2001, Manajemen Usaha Kecil, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.

Thoha, Miftah, 2003, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Koperasi dan UKM, Tentang Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok Usaha Pada Tahun 2007 dan 2009.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya, Tentang Data Banyaknya Usaha Kecil, Tenaga Kerja, Produksi, Investasi dan Rata-rata Investasi Per Unit di Kota Surabaya.

Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Jatim dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya, Tentang Data Perkembangan UKM Perdagangan di Kota Surabaya.

Rencana Strategi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2006 – 2010.


(6)

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33, Tentang Perkoperasian.

Undang-undang No. 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian di Indonesia. Undang-undang No. 9 Tahun 1995, Tentang Usaha Kecil.

Undang-undang No.20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

http : //www.surya-online.com.