D. Body Mass Index
Body mass index BMI merupakan pengukuran antropometri yang berkaitan dengan tinggi badan dan berat badan manusia. BMI dapat digunakan
untuk mengevaluasi angka kejadian obesitas Lebiedowska and Stanhope, 2012. Pemantauan berat badan dan tinggi badan merupakan metode yang mudah dan
cepat untuk evaluasi kelebihan berat badan dan obesitas pada masyarakat Tokmakidis, Christodoulos, and Douda, 2012. BMI yang tinggi dapat berisiko
pengembangan penyakit kardiovaskular Mizrahi, Cepeda, and Romero, 2012. Menurut Ricardo and Araujo 2002, rumus perhitungan Body Mass Index BMI
yaitu :
BMI = Pengukuran BMI pada orang dewasa merupakan pengukuran yang tepat
untuk menentukan obesitas atau tidak obesitas karena pada usia dewasa terjadi peningkatan massa tubuh Lebiedowska and Stanhope, 2012. Nilai body mass
index pada penduduk usia dewasa dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Klasifikasi internasional BMI penduduk dewasa WHO, 2006
E. Obesitas
Menurut WHO 2015, obesitas didefinisikan sebagai penimbunan lemak tubuh secara berlebihan yang dapat berisiko bagi kesehatan. Obesitas dapat
Kategori BMI kgm
2
Rendah 18,5
Normal 18,50
– 24,99 Overweight
≥25,00 Obesitas
≥30,00
menyebabkan sindrom metabolik yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular Bray and Bouchard, 2004. Berbagai penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara
kelebihan berat badan dan obesitas terhadap perkembangan penyakit kardiovaskular seperti aterosklerosis, tekanan darah
tinggi, dan peningkatan rasio lipid terutama terjadi pada orang dewasa Australian Institute of Health and Welfare, 2004.
Penyebab kelebihan berat badan dan obesitas antara lain karena ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang
dikeluarkan, kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak sehat WHO, 2015. Risiko obesitas dipengaruhi oleh lemak viseral dan lemak subkutan.
Perbedaannya adalah jaringan lemak viseral berada pada internal abdominal atau disebut intraabdominal. Lemak subkutan berada di bawah permukaan kulit seperti
daerah abdomen, paha, dan panggul. Obesitas memliki risiko yang besar terkait sindrom metabolik Sizer and Whitney, 2013.
F. Lipoprotein a
Lipoprotein a merupakan suatu bentuk molekul LDL yang tersusun atas 2 komponen glikoprotein yaitu apolipoprotein a dan apolipoprotein B-100 yang
dihubungkan secara kovalen oleh ikatan disulfida. Struktur Apo B-100 memiliki sifat aterogenik, sehingga lipoprotein a dianggap memiliki kemampuan
aterogenik Suryaatmadja, 2010. Apo a merupakan karakteristik dari lipoprotein a karena memiliki struktur yang unik Kostner, Marz, and Kostner,
2013. Lipoprotein a dianggap mempunyai daya anti fibrinolitik, karena struktur molekul apo a menyerupai plasminogen Suryaatmadja, 2010. Plasminogen
melepaskan enzim plasmin ketika diaktifkan oleh aktivator plasminogen. Struktur lipoprotein a menyerupai plasminogen sehingga lipoprotein a bersaing untuk
berikatan dengan plasminogen-binding site pada sel endotelial, menyebabkan lipoprotein a menghambat aktivitas plasminogen untuk fibrinolisis. Akumulasi
kadar lipoprotein a dapat menyebabkan pembentukkan plak yang disebut aterosklerosis. Peningkatan kadar lipoprotein a menyebabkan terbentuknya plak
yang semakin banyak sehingga aliran darah melalui arteri menjadi sempit. Hal ini membuktikan kadar lipoprotein a dapat berpengaruh terhadap risiko penyakit
kardiovaskular. Kadar lipoprotein a dipengaruhi oleh faktor genetik Aminoff, 2008.
Lipoprotein a sebagai salah satu prediktor risiko penyakit kardiovaskular Shlipak, Fried, Cushman, Manolio, Peterson, and Stehman, 2005. Perbandingan
lipoprotein a dengan prediktor penyakit kardiovaskular lain seperti Hs-CRP adalah lipoprotein a direkomendasikan sebagai prediktor dini risiko penyakit
kardiovaskular, sedangkan hs-CRP berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hs-CRP sebagai prediktor tunggal yang kuat untuk memprediksi risiko penyakit
kardiovaskular Ridker, 2001. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan kadar Lp a dapat menjadi faktor risiko untuk penyakit
kardiovaskular. Mekanisme Lp a dapat meningkatkan risiko terjadinya pernyakit kardiovaskular adalah dengan membentuk lesi aterosklerosis pada arteri dan
menghambat aktivasi plasminogen Malaguarnera, Vacante, Malaguarnera, Russo, Antic, Malaguarnera, et al., 2013. Peningkatan lipoprotein a dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke, utamanya pada individu yang mengalami peningkatan LDL-C Saeedi, Li, and Frohlich, 2014.
Pemeriksaan lipoprotein a dilakukan sebagai pemeriksaan tahap kedua atau pemeriksaan yang tidak rutin. Pada tahap awal pemeriksaan lipid dianjurkan
pemeriksaan kolesterol total, trigliserida, kolesterol-HDL dan kolesterol-LDL Suryaatmadja, 2010. Secara umum struktur lipoprotein a dapat dilihat pada
Gambar 7. Apo a ditunjukkan dengan warna hijau, apo B-100 berwarna biru, fosfolipid berwarna kuning, kolesterol bebas berwarna orange, dan core lipid
berwarna merah Kostner, et al., 2013. Nilai kadar lipoprotein a dapat dilihat pada Tabel III.
Gambar 7. Struktur Lipoprotein a Kostner, Marz, and Kostner, 2013
Tabel III. Klasifikasi Lipoprotein a Suryaatmadja, 2010
Kategori Lp a mgdL
Normal 20
Stroke 20
Penyakit Jantung Koroner 30
G. Penyakit Kardiovaskular