Korelari body mass index dan body fat percentage terhadap kadar HsCRP pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman DIY.

(1)

ABSTRACT

Anthropometric method is easy measurement, inexpensive, which can be used as an indicator of a person’s health and nutritional status. Body Mass Index (BMI) and Body Fat Percentage (BFP) are the most anthropometric measurment that had been used. BMI and BFP results can be used as indicator of risk factor for any illness, especially cardiovascular disease. Obesity is one of the cardiovascular disease risk factor. This study aimed to determine the correlation of BMI and BFP on HsCRP in healthy adult women at Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY.

This research includes observational analytic cross-sectional design. Respondents are adult women who lives in Kepuharjo Cangkringan 40-60 years old, total respondents who used in this reasearch is 48 who meet the inclusion and exclusion criteria. The research data were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk normality test, Kruskall-Wallis and Mann-Whitney comparative test, Spearman and Pearson correlation test with a level of 95%

The results shows there is correlation in average stage that have significant positive correlation between Body mass index (r=0,469; p=0,001) and Body fat percentage (r=0,452; p=0,001) on HsCRP in healtyh adult women at Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY.


(2)

INTISARI

Metode Antropometri adalah metode pengukuran tubuh manusia yang mudah, murah dan dapat dijadikan sebagai indikator kesehatan dan status nutrisi seseorang. Body Mass Index (BMI) dan Body Fat Percentage (BFP) merupakan bagian yang sering diukur. Hasil pengukuran BMI dan BFP tersebut dapat dijadikan indikator peningkatan faktor resiko beberapa penyakit, khususnya penyakit kardiovaskular. Faktor resiko penyakit kardiovaskular adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi BMI dan BFP terhadap kadar HsCRP pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY.

Penilitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang (cross-sectional). Subyek penelitian adalah penduduk Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan yang berumur 40-60 tahun dengan jumlah responden adalah 48 yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, uji komparatif Kruskall-Wallis dan Mann-Whitney dan uji korelasi Spearman dan Pearson dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi berkekuatan sedang dengan arah korelasi positif yang bermakna antara Body mass index (r=0,469; p=0,001) dan Body fat percentage (r=0,452; p=0,001) terhadap kadar HsCRP pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY.


(3)

KORELASI BODY MASS INDEX DAN BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP KADAR HsCRP PADA WANITA DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN DIY

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Risanuri Mardiyana

NIM: 128114113

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

KORELASI BODY MASS INDEX DAN BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP KADAR HsCRP PADA WANITA DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN DIY

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Risanuri Mardiyana

NIM: 128114113

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Kupersembahkan karya ini untuk: Allah SWT sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

Bapak dan Mama yang selalu mendukungku Adik yang senantiasa menghibur Seluruh keluarga besar, teman seperjuangan serta Almamaterku


(8)

(9)

(10)

vii PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena segala berkat, limpahan kasih, dan tuntunan-Nya yang luar biasa diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Korelasi Body Mass Index dan Body Fat Percentage terhadap kadar HsCrp pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman DIY.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis melalui dukungan tenaga, pikiran, waktu, dan memberikan banyak nasihat agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Rasa terima kasih tersebut, penulis sampaikan kepada:

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK, selaku dosen pembimbing skripsi dan juga dosen pengampu akademik yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, ilmu dan wawasan selama masa kuliah serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini

2. Kepala dusun Pagerjurang, Kepuh, Kaliadem, Petung, dan Batur yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Desa Kepuharjo

3. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

5. Laboratorium Pramita Yogyakarta yang telah membantu melakukan analisis darah untuk kepentingan penelitian


(11)

viii

6. Ibu-ibu desa Kepuharjo kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta yang telah berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian

7. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan

8. Ayah dan Ibuku, Bapak Mardiono dan Ibu Pandan Wangi, yang tak berhenti memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, perhatian dan kesabaran dalam membimbingku hingga saat ini

9. Dik Anggi, yang setia mendengar curhatan dan memberi semangat untukku 10. Mas Dhimas, yang setia mendampingi selama masa penelitian dan

memberikan dukungan serta motivasi untukku

11. Sahabat ‘SuperFriend’ Nanda, Nadia, Saras, Rizqi, Listi, Kristina, Shofie, Teti, Vanessa, keluarga keduaku, yang memberi arti dalam setiap langkah perjalanan hidupku

12. Para sahabat, Tika, Dewi, Tiwi, Tata yang bersedia berbagi keluh kesah, canda tawa, serta ilmu dan wawasan

13. Teman-teman FKK B 2012, FSM C 2012, dan semua angkatan 2012 yang telah bersama berbagi suka dan duka di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

14. Teman-teman seperjuanganku “Skripsi Payung 10”, Novena, Kristi, Lisa, Mitha, Vena, Ida, Atik dan Vani yang telah bersama-sama berjuang dalam menyelesaikan penelitian


(12)

(13)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 7

B. Tujuan ... 8

1. Tujuan umum ... 8

2. Tujuan khusus ... 8

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 9

A. Antropometri ... 9

1. Body Mass Index (BMI) ... 9

2. Skinfold Thickness ... 10

3. Body Fat Percentage (BFP) ... 12

B. Obesitas ... 13

C. HsCRP ... 14

D. Penyakit Kardiovaskular ... 15


(14)

xi

F. Hipotesis ... 17

BAB III. METODE PENELITIAN... 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Definisi Operasional ... 19

D. Responden Penelitian ... 20

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

G. Teknik Sampling ... 24

H. Instrumen Penelitian ... 24

I. Tata Cara Penelitian ... 25

1. Observasi Awal ... 25

2. Permohonan Izin dan Kerjasama ... 25

3. Pembuatan Informed Consent dan Leaflet ... 26

4. Pencarian Responden ... 26

5. Validasi, Reabilitas, dan Instrumen Alat Penelitian ... 28

6. Pengukuran Parameter Antropometri, Pengambilan Darah, dan Pengukuran Kadar HsCRP ... 29

7. Penyerahan Hasil Pemeriksaan kepada Responden ... 29

8. Pengolahan Data ... 30

J. Analisis Data ... 30

K. Kesulitan Penelitian ... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Karakteristik Responden ... 32

1. Usia ... 33

2. Body Mass Index ... 35

3. Skinfold Thickness ... 36

4. Body Fat Percentage ... 39


(15)

xii

B. Perbandingan Rerata HsCRP pada Kelompok Body Mass Index <25 kg/m2, Body Mass Index 25-29,99 kg/m2 dan Body Mass Index ≥30

kg/m2 ... 42

C. Perbandingan Rerata HsCRP pada Kelompok Body Fat Percentage <20,0%, Body Fat Percentage 20,0-30,0% dan Body Fat Percentage ≥30,1% ... 45

D. Korelasi BMI, AST, TST, dan BFP terhadap Kadar HsCRP ... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 63


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Body mass index Penduduk Asia Dewasa ... 10

Tabel II. Klasifikasi Body fat percentage pada Wanita ... 13

Tabel III. Kategori Kadar HsCRP ... 15

Tabel IV. Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi ... 31

Tabel V. Profil Karakteristik Responden ... 33

Tabel VI. Hasil perbandingan rerata HsCRP pada kelompok dengan BMI <25 kg/m2, BMI 25-29,99 kg/m2 dan BMI 30 kg/m2 ... 42

Tabel VII. Hasil analisis post hoc perbedaan rerata HsCRP antara 2 kelompok BMI ... 43

Tabel VII. Hasil perbandingan rerata HsCRP pada Kelompok BFP <20,0%, BFP 20,0-30,0% dan BFP ≥30,1% ... 45

Tabel IX. Hasil analisis post hoc perbedaan rerata HsCRP antara 2 kelompok BFP ... 46

Tabel VIII. Hasil uji korelasi BMI, AST, SST, TST, dan BFP terhadap kadar HsCRP ... 48


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Letak Skinfold untuk Perhitungan Body Fat Percentage ... 12

Gambar 2. Skema Responden Penelitian ... 22

Gambar 3. Grafik Distribusi Usia Responden... 34

Gambar 4. Grafik Distribusi Body Mass Index ... 35

Gambar 5. Grafik Distribusi Abdominal Skinfold Thickness ... 37

Gambar 6.Grafik Distribusi Suprailiac Skinfold Thickness ... 38

Gambar 7. Grafik Distribusi Triceps Skinfold Thickness ... 39

Gambar 8.Grafik Distribusi Body Fat Percentage ... 40

Gambar 9.Grafik Distribusi HsCRP ... 41

Gambar 10.Perbandingan rerata HsCRP ketiga kelompok BMI ... 44

Gambar 11.Perbandingan rerata HsCRP ketiga kelompok BFP ... 47

Gambar 12. Diagram sebaran korelasi antara BMI dengan kadar HsCRP ... 50

Gambar 13. Diagram sebaran korelasi antara AST dengan kadar HsCRP ... 52

Gambar 14.Diagram sebaran korelasi antara SST dengan kadar HsCRP ... 53

Gambar 15.Diagram sebaran korelasi antara TST dengan kadar HsCRP ... 54


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 64

Lampiran 2. Ethical Clearance ... 65

Lampiran 3. Surat izin peminjaman tempat penelitian ... 66

Lampiran 4. Hasil validasi timbangan berat badan Idealife® ... 67

Lampiran 5. Hasil validasi pengukuran tinggi badan Height® ... 68

Lampiran 6. Hasil pemeriksaan laboratorium responden wanita ... 69

Lampiran 7. Leaflet ... 70

Lampiran 8. Informed concent ... 71

Lampiran 9. Pedoman wawancara ... 72

Lampiran 10. Undangan pemeriksaan kesehatan ... 73

Lampiran 11. Form pengukuran antropometri ... 74

Lampiran12. Uji reliabilitas instrumen penelitian ... 75

Lampiran 13. SOP Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan ... 77

Lampiran 14. Dokumetasi pengukuran skinfold thickness ... 78

Lampiran 15. Dokumetasi pengukuran body mass index... 79

Lampiran 16. Deskripsi dan uji normalitas AST, SST,TST, BMI, BFP, HsCRP dan usia pada responden wanita ... 80

Lampiran 17. Deskripsi dan uji normalitas HsCRP pada responden wanita BMI <25 kg/m2, BMI 25-29,99 kg/m2 dan BMI ≥30 kg/m2 .... 84

Lampiran 18. Uji komparatif HsCRP pada responden wanita BMI <25 kg/m2, BMI 25-29,99 kg/m2 dan BMI ≥30 kg/m2 ... 86

Lampiran 19. Deskripsi dan uji normalitas HsCRP pada responden wanita BFP <20,0%, BFP 20,0-30,0% dan BFP≥30,1% ... 88

Lampiran 20. Uji komparatif HsCRP pada responden wanita BFP <20,0%, BFP 20,0-30,0% dan BFP ≥30,1% ... 90

Lampiran 21. Uji Korelasi Spearman BMI terhadap kadar HsCRP pada responden wanita ... 93

Lampiran 22. Uji Korelasi Spearman AST terhadap kadar HsCRP pada responden wanita ... 94


(19)

xvi

Lampiran 23. Uji Korelasi Pearson SST terhadap kadar HsCRP pada responden wanita ... 95 Lampiran 24. Uji Korelasi Spearman TST terhadap kadar HsCRP pada

responden wanita ... 96 Lampiran 25. Uji Korelasi Pearson BFP terhadap kadar HsCRP pada


(20)

xvii INTISARI

Metode Antropometri adalah metode pengukuran tubuh manusia yang mudah, murah dan dapat dijadikan sebagai indikator kesehatan dan status nutrisi seseorang. Body Mass Index (BMI) dan Body Fat Percentage (BFP) merupakan bagian yang sering diukur. Hasil pengukuran BMI dan BFP tersebut dapat dijadikan indikator peningkatan faktor resiko beberapa penyakit, khususnya penyakit kardiovaskular. Faktor resiko penyakit kardiovaskular adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi BMI dan BFP terhadap kadar HsCRP pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY.

Penilitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang (cross-sectional). Subyek penelitian adalah penduduk Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan yang berumur 40-60 tahun dengan jumlah responden adalah 48 yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, uji komparatif Kruskall-Wallis dan Mann-Whitney dan uji korelasi Spearman dan Pearson dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi berkekuatan sedang dengan arah korelasi positif yang bermakna antara Body mass index (r=0,469; p=0,001) dan Body fat percentage (r=0,452; p=0,001) terhadap kadar HsCRP pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY.


(21)

xviii ABSTRACT

Anthropometric method is easy measurement, inexpensive, which can be used as an indicator of a person’s health and nutritional status. Body Mass Index (BMI) and Body Fat Percentage (BFP) are the most anthropometric measurment that had been used. BMI and BFP results can be used as indicator of risk factor for any illness, especially cardiovascular disease. Obesity is one of the cardiovascular disease risk factor. This study aimed to determine the correlation of BMI and BFP on HsCRP in healthy adult women at Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY.

This research includes observational analytic cross-sectional design. Respondents are adult women who lives in Kepuharjo Cangkringan 40-60 years old, total respondents who used in this reasearch is 48 who meet the inclusion and exclusion criteria. The research data were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk normality test, Kruskall-Wallis and Mann-Whitney comparative test, Spearman and Pearson correlation test with a level of 95%

The results shows there is correlation in average stage that have significant positive correlation between Body mass index (r=0,469; p=0,001) and Body fat percentage (r=0,452; p=0,001) on HsCRP in healtyh adult women at Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY.


(22)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

High Sensitif C-Reactive Protein (HsCRP) adalah metode pengukuran tingkat tinggi untuk mengetahui nilai C-Reactive Protein. Menurut Thompson, Pepys, and Wood SP (1999), definisi dari C-Reactive Protein adalah protein fase akut yang berasal dari hati, ditemukan di plasma darah, kadar yang meningkat merupakan respon terjadinya peradangan (inflamasi).

C-Reactive Protein merupakan penanda terjadinya inflamasi, dan peningkatan kadar CRP dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular. American Heart Association, 2001, mengkatagorikan kadar CRP berdasarkan resiko nya, adalah: risiko rendah kurang dari 1.0 mg/L, risiko sedang 1.0 mg/L sampai 3.0 mg/L dan risiko tinggi di atas 3.0 mg/L, tetapi pengukuran HsCRP tidak dapat digunakan sendiri untuk memprediksikan terjadinya penyakit kardiovaskular, harus dikombinasikan dengan peningkatan kadar kolesterol, LDL-C, trigliserida, dankadar glukosa. Merokok, hipertensi,diabetes, dan obesitas juga meningkatkan tingkat risiko penyakit kardiovaskular.

Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah penyakit nomor satu penyebab kematian di dunia, lebih banyak orang meninggalkan setiap tahunnya karena CVDs daripada penyebab lainnya. Pada bulan Januari tahun 2015 didapatkan data yang menyatakan bahwa sekitar 17,5 juta orang meninggal akibat cardiovaskular disease pada tahun 2012, yang mana mewakili sekitar 31% dari semua jenis


(23)

kematian di dunia. Menurut WHO, 2015, Dari kematian ini diperkirakan 7,4 juta meninggal disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan sekitar 6,7 juta disebabkan oleh stroke. Pada tahun 2013, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sekitar 0,5%, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter gejala yang terjadi sebebsar 1,5%. Penyakit gagal jantung di indonesia pada tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter didapatkan data sebesar 0,13% ( Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah istilah umum yang menggambarkan penyakit jantung atau pembuluh darah. Aliran darah ke jantung, otak atau badan dapat berkurang sebagai akibat dari bekuan darah (trombosis), atau oleh penumpukan deposit lemak di dalam arteri yang menyebabkan arteri mengeras dan sempit (aterosklerosis) (NHS, 2013). Beberapa faktor risiko terjadinya cardiovaskulr disease (CVDs) adalah diabetes mellitus, dan obesitas.

Pengukuran BMI merupakan salah satu metode untuk mengetahui apakah responden mengalami obesitas atau tidak. Seseorang dikatakan kegemukan apabilai nilai BMI 25,00-29,99 kg/m2 dan dapat dikatakan obesitas apabila nilai BMI ≥ 30 kg/m2 (WHO, 2006).

Salah satu metode umum untuk menentukan komposisi tubuh dan presentase lemak seseorang adalah menggunakan pengukuran skinfold thickness. Metode ini memperkirakan presentase lemak tubuh dengan mengukur ketebalan lipatan kulit di lokasi tertentu pada tubuh. Hasil ketebalan lipatan kulit bergantung pada formula yang mengkonversi angka-angka dalam perkiraan presentase lemak


(24)

tubuh seseorang sesuai usia dan jenis kelamin (Quinn, 2010). Untuk meningkatkan akurasi tingkat obesitas juga dapat menggunakan pengukuran skinfold thickness. Pengukuran ini membutuhkan skinfold caliper yang digunakan untuk menentukan jumlah jaringan adiposa. Pengukuran skinfold thickness banyak digunakan karena menyajikan data mengenai body fat secara langsung (Moyad, 2004).

Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang dilakukan untuk melihat status gizi dari seseorang. Pengukuran ini sederhana, dimana data dapat dikumpulkan dengan mudah dan hasilnya tidak akan menyimpang jauh dari yang sebenarnya. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar pinggang , panjang tungkai, dan tinggi badan, body mass index (BMI) dan sebagainya (Perhimpunan Ergonomi Indonesia, 2013).

Masyarakat pedesaan memiliki akses yang rendah dengan fasilitas kesehatan. Kecamatan Cangkringan merupakan salah satu desa yang menjadi korban letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010, faktor lokasi dan ekonomi menjadikan masyarakat tidak terlalu peduli dengan status kesehatan mereka. Peneliti ingin melihat status kesehatan warga Desa Kepuharjo di Kecamatan Cangkringan dan meneliti apakah pengukuran antropometri yang murah dan efisien dapat dijadikan prediktor kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi Body Mass Index (BMI) dan Body Fat Percentage (BFP) terhadap kadar HsCRP pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta,


(25)

sehingga dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memperbaiki risiko diabetes tipe 2 yang dapat memicu terjadinya cardiovascular disease (CVDs) dengan melakukan pengukuran body mass index (BMI) dan body fat percentage (BFP).

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Apakah terdapat korelasi pengukuran Body Mass Index (BMI) dan Body Fat Percentage (BFP) terhadap kadar HsCRP pada wanita dewasa di desa Kepuharjo kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta

2. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait penelitian mengenai korelasi Body Mass Index (BMI) dan Body Fat Percentage (BFP) terhadap kadar HsCRP, penelitian sejenis pernah dilakukan sebelumnya. Hal yang membedakannya dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang terletak pada variabel yang akan diuji, kriteria inklusi dan eksklusi responden Penelitian – penelitian yang dilakukan adalah:

a. “Obesitas dan HsCRP pada Mahasiswa Baru di Universitas Hasanuddin” (Iriani Harun, Veni Hadju, Nurpudji A Taslim, 2013).

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012 sampai 2013 di Universitas Hasanuddin dengan total 62 sampel. Hasil penelitian menunjukkan adanya signifikansi berturut-turut p=0,002, p=0,001, dan p=0,002 pada Indeks


(26)

Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, dan persen lemak tubuh terhadap HsCRP. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMT, lingkar pinggang, dan persen lemak tubuh terhadap meningkatnya kadar HsCRP. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah responden usia 17-20 tahun, sedangkan penelitian sekarang responden wanita berusia 40-60 tahun.

b. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dengan Triceps Skinfold Thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL pada staff pria Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” (Christasani, 2009).

Penelitian ini dilakukan oleh Christasani pada tahun 2009 di Universitas Sanata Dharma dengan total 70 sampel. Hasil penelitian menunjukkan adanya signifikansi berturut-turut p=0,000 dan p=0,009 pada body mass index (BMI) dan triceps skinfold thickness terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam darah, dan korelasi menunjukkan hasil yang positif. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah variabel tergantungnya, pada penelitian tersebut adalah rasio kadar LDL/HDL dalam darah dan penelitian sekarang adalah HsCRP.

c. “Hubungan Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah pada Pedagang Pusat Pasar Medan” (Theresia, 2012).

Penelitian ini dilakukan oleh Theresia pada tahun 2012. Hasil penelitian ini adalah terdapat korelasi yang tidak bermakana antara overweight dengan peningkatan kadar gula darah (p=0,99).Indeks Massa Tubuh (IMT0 sebagai indikator yang digunakan untuk menentukan overweight,


(27)

pada penelitian tidak mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah variabel tergantung dan kriteria respondennya. Variabel tergantung pada penelitian tersebut adalah kadar gula darah, sedangkan pada penelitian sekarang adalah HsCRP. Kriteria responden pada penelitian tersebut berusia 20-59 tahun, sedangkan penelitian sekarang 40-60 tahun.

d. “Korelasi kolesterol-HDL dengan IMT pada Penderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Moewardi Surakarta” (Gardjito, 2009).

Penelitian ini dilakukuan oleh Garditi di RSUD Moewardi Surakarta pada tahun 2009. Hasil dari penelitian ini adalah korelasi yang negatif dengan p=0,0395 dan signifikan dengan p=0,031. Disimpulkan bahwa, IMT pada pasien dengan PJK signifikan mempengaruhi perubahan HDL dengan korelasi negatif yaitu semakin tinggi IMT, maka semakin rendah nilai kolesterol-HDL. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah variabel tergantung dan karakteristik pasien. Variabel tergantung pada penelitian tersebut adalah kolesterol-HDL, sedangkan pada penelitian sekarang adalah HsCRP. Karakteristik pasien pada penelitian tersebut adalah pasien yang rutin melakukan general-checkup di Lab/SMF Jantung RSUD Mooewardi Surakarta, sedangkan penelitian sekarang adalah responden wanita yang sehat.

e. “Relation of Body Mass Index and Skinfold Thickness to Cardiovascular Disease Risk Factor in Children: The Bogahisa Heart Study”(Freedman, Katzmarzyk, Dietz, Srinivasan, Berenson, 2009).


(28)

Hasil dari penelitian ini adalah p<0,001 dengan nilai r=0,05 yang berarti kekuatan korelasi yang sedang. Disimpulkan bahawa terdapat korelasi yang bermakna antara skinfold thickness dengan resiko penyakit kardiovaskular pada subyek penelitian anak-anak. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah usia responden. Pada penelitian tersebut usia responden 5-17 tahun dan sampel yang digunakan adalah mahasiswa dan mahasiswi, sedangkan penelitian sekarang responden berusia 40-60 tahun.

f. “High Sensitivity C-Reactive Protein (Hs-CRP) in Adolescents with Central Obesity” (Fenty, 2013).

Hasil dari penelitian ini adalah kadar Hs-CRP pada remaja usia 17-25 dengan obesitas sentral lebih tinggi dibanding kadar HsCRP pada remaja tanpa obesitas sentral dengan nilai p=0,0068 pada remaja laki-laki, dan nilai p=0,003 pada remaja perempuan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah pada usia responden dan jenis kelamin. Pada penelitian tersebut responden berusia 17-25 dengan responden laki-laki maupun perempuan. Penelitian sekarang, responden hanya perempuan saja dengan usia 40-60 tahun.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis : penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi tentang ada tidaknya perbedaan kadar HsCRP pada wanita dewasa dengan obesitas dan tanpa obesitas untuk mempridiksi


(29)

penyakit kardiovaskular di masa mendatang di desa Kepuharjo kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta

b. Manfaat praktis : pengukuran BMI dan BFP diharapkan dapat menjadi salah satu metode dalam menentukan obesitas bagi segala lapisan masyarakat dan dalam mendeteksi kadar HsCRP sebagai penanda penyakit kardiovaskular.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi BMI dan BFP terhadap kadar HsCRP pada wanita dewasa sehat di desa Kepuharjo kecamata Cangkringan Sleman DIY.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengkatagorikan wanita dengan obesitas dan tanpa obesitas dengan mengukur BMI, skinfold thickness, menghitung BFP. Mengukur kadar HsCRP, serta mengetahui korelasi BMI dan BFP terhadap kadar HsCRP pada wanita dewasa sehat Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman DIY.


(30)

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Antropometri

Antropometri merupakan studi tentang pengukuran tubuh manusia meliputi bagian tulang, otot, dan jaringan adiposa. Antropometri meliputi berbagai bidang pengukuran tubuh manusia, misalnya : Berat badan, tinggi, ukuran tubuh, termasuk ketebalan kulit, lingkar (kepala, pinggang, dan tungkai), panjang tungkai, dan breadth(bahu, pergelangan tangan) (NHANES, 2013).

Menurut Celada, et al (2015) pengukuran antropometri dapat digunakan untuk memprediksi resiko terjadinya penyakit kardiovaskular di masa yang akan datang. Pada pengukuran body mass index dan body fat percentage berpengaruh terhadap sensitifitas insulin yang dihubungkan dengan resiko diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular pada percobaannya di Madrid.

1. Body Mass Index (BMI)

Body mass Index adalah parameter yang digunakan untuk

menunjukkan status berat badan pada orang dewasa. Parameter yang diukur adalah berat badan (kg) dan tinggi badan (m2). Pada orang dewasa dengan usia ≥18 tahun, BMI yang normal adalah antara 18 dan 25 kg/m2.

Range tersebut merupakan rekomendasi dari National Institutes of Health

and World Health Organization (Ferrera, et al, 2006). Rumus perhitungan


(31)

BMI = � ��� �� �� �� ������ �� �� m2

BMI telah diakui sebagai metode paling praktis dalam menentukan tingkat overweight dan obesitas pada orang dewasa di bawah umur 70 tahun (Astawan dan Leomitro, 2009). Berikut klasifikasi Body Mass Index terlihat pada tabel I.

Tabel I. Klasifikasi Body Mass Index Penduduk Asia Dewasa

(WHO, 2006)

BMI (Kg/m2) Kategori

<18,5 Rendah

18,5-24,99 Normal

25,00-29,99 Overweight/Pre Obesitas

30,00-34,99 Obesitas kelas 1

35,00-39,99 Obesitas kelas 2

≥40,00 Obesitas kelas 3

2. Skinfold Thickness

Skinfold thickness adalah pengukuran yang dilakukan untuk

mengetahui ketebalan lemak tubuh (presentese nilai lemak tubuh). pengukuran skinfold thickness menggunakan alat yaitu skinfold caliper dengan satuan milimeter (Hall, G.Judith., et al, 2007). Bagian yang seringkali diukur ketebalannya adalah pada biceps, triceps, subscapula,

abdomen, suprailiaca (Wicaksono., et al, 2008). Menurut Sudibyo, (2012)

Cara pengukuran berdasarkan lokasi lemak adalah sebagai berikut:

a. Biceps skinfold. Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri pada mid acromiale-radiale line sehingga arah cubitan vertikal dan paralel dengan aksis lengan atas. Subyek berdiri dengan lengan relaksasi serta sendi siku ekstensi dan sendi bahu sedikit


(32)

eksorotasi. Cubitan dilakukan pada aspek paling anterior dari permukaan depan lengan atas pada penampakan dari samping.

b. Triceps skinfold. Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri pada sisi posterior mid acromiale-radiale line. Cubitan dilakukan pada permukaan paling posterior dari lengan atas pada daerah m.triceps brachii pada penampakan dari samping. Saat pengukuran, lengan pada keadaan relaksasidengan sendi bahu sedikit eksorotasi dan sendi siku ekstensi di samping badan.

c. Subscapula skinfold. Subyek dalam posisi berdiri tegak dengan kedua

lengan di samping badan. Ibu jari meraba bagian bawah angulus

inferior scapulae untuk mengetahui tepi bagian tersebut. Cubitan

dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri diambil tepat di inferior angulus inferior scapulae. Cubitan pada kulit dilakukan dengan arah miring ke lateral bawah dengan membentuk sudut 45º terhadap garis horisontal.

d. Abdomen skinfold. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal, kurang

lebih 5 cm lateral umbilikus (setinggi umbilikus).

e. Suprailiac skinfold. Cubitan dilakukan pada daerah titik perpotongan

antara garis yang terbentang dari spina iliaca anterior superior (SIAS) ke batas anterior axilla dan garis horisontal yang melalui tepi atas

crista iliaca. Titik ini terletak sekitar 5-7 cm di atas SIAS tergantung


(33)

sekitar 2 cm. Arah cubitan membentuk sudut 45º terhadap garis horisontal. Letak skinfold pada Gambar 1.

Gambar 1. Letak Skinfold untuk perhitungan Body Fat

Percentage (Hansen, 2005).

Pada penelitian ini yang dilakukan pengukuran adalah pada bagian

triceps skinfold, abdomen skinfold dan suprailiac skinfold yang kemudian

akan dikonversi menjadi body fat percentage. Pengukuran triceps skinfold

thickness selanjutnya disingkat menjadi TST, suprailiac skinfold thickness

disingkat menjadi SST, dan abdominal skinfold thickness disingkat menjadi AST.

3. Body Fat Percentage (BFP)

Presentase lemak tubuh manusia adalah total massa lemak dibagi dengan total massa tubuh. Lemak tubuh termasuk lemak tubuh essential dan lemak tubuh penyimpanan. Lemak tubuh essential diperlukan untuk mempertahankan hidup dan fungsi reproduksi. Presentase lemak essential pada wanita lebih besar dibandingkan pada pria, karena tuntutan melahirkan dan fungsi hormonal lainnya. Presentase lemak essential 3-5% pada pria, dan 8-12% pada wanita (Digate, 2009).


(34)

Body fat percentage, menurut Fahey, et al. (2005) didapat dengan rumus sebagai berikut:

BFP (%)= (041563 x sum of three skinfold) – (0,00112 x [sum of three skinfolds]2) + (0,03661 x age) + 4,03653

Menurut Gou., et al (2015) penurunan body fat percentage yang didapat dengan melakukan olahraga aerobic secara rutin, dapat menurunkan faktor resiko terkena penyakit kardiometabolik. Berikut nilai klasifikasi body fat percentage menurut Hoeger and Hoeger (2014):

Tabel II. Klasifikasi Body Fat Percentage pada Wanita

(Hoeger and Hoeger, 2014).

Klasifikasi Wanita≥40 Tahun (%)

Underweight <12,0

Normal 20,0-30,0

Overweight 30,1-35,0

Obess ≥35,1

B. Obesitas

Obesitas dan overweight didefinisikan sebagai keadaan yang abnormal atau akumulasi lemak yang berlebih yang dapat berpengaruh pada kesehatan (WHO, 2015). WHO mengklasifikasikan obesitas berdasarkan nilai BMI, dimana berat normal jika nilai BMI seseorang 18,5-24,99 kg/m2, overweight 25,0-34,99 kg/m2, dan obesitas 35,0-39,99 kg/m2. Pengklasifikasian ini, berdasarkan study epidemiologi memberikan perkiraan yang baik terhadap hubungan antara massa tubuh dan penyakit. Salah satu kriteria diagnosis untuk sindrom metabolik adalah berat badan (James & Linton, 2009).


(35)

Obesitas dihubungkan dengan banyak kondisi medis kronis dan mortalitas. Obesitas terkait kondisi medis antara lain gangguan kardiovaskular, diabetes tipe 2, arthritis, asma, gangguan tidur, dan depresi. Obesitas menurunkan fungsi fisik, dan mempengaruhi kualitas hidup menjadi lebih buruk. Pengatasan obesitas dapat dilakukan dengan diet, olahraga, penggunaan obat, perubahan gaya hidup menjadi lebih baik, dan kombinasi dari yang telah disebutkan (James & Linton, 2009).

C. High Sensitif C-Reactif Protein

High sensitif C-Reactif Protein (HsCRP) adalah tes analisis kuantitatif

dari protein C-reaktif (CRP) dengan tingkat yang sangat rendah dalam darah. Tes HsCRP sedang sering digunakan sebagai penanda untuk penilaian risiko jantung dan sebagai alat prognostik dalam penyakit jantung. Tes CRP, selain evaluasi lipid dan sistem penilaian risiko global, membantu dalam evaluasi risiko penyakit kardiovaskular pada individu. Protein C-reaktif merupakan protein fase akut yang muncul beredar dalam menanggapi sitokin inflamasi, seperti interleukin-6, dan berfungsi sebagai biomarker untuk inflamasi sistemik (American Heart

Association, 2001). Sensitivitas alat ada pada rentang 3-8 mg/l, responden

dengan kadar HsCRP >10 mg/l menunjukkan adanya infeksi, proses inflamasi atau trauma sehingga tidak termasuk dalam definisi sehat pada penelitian (Ridker, 2001). Penyebab utama penyakit kardiovaskular adalah ateroklerosis yang merupakan multi faktor. Ateroklerosis adalah suatu proses yang mendasari terbentuknya penyempitan pembuluh darah setempat oleh plak aterosklerotik. Ateroklerosis pada dasarnya merupakan gabungan tiga komponen penting yaitu ateroma, sklerosis yang merupakan ekspansi jaringan fibrosa dan inflamasi yang


(36)

melibatkan aktivitas monosit, limfosit T dan sel mast. Dari pemahaman tersebut penyakit kardiovaskular juga merupakan penyakit inflamasi yang dipengaruhi oleh kadar fibrinogen dan HsCRP (Setiawan, 2011). Dari empat tanda peradangan yaitu HsCRP, serum amiloid A, interleukin 6 dan soluble-ICAM-1 didapatkan bahwa HsCRP adalah prediktor yang paling signifikan dari risiko kejadian kardiovaskular (Purba, 2012).

Tabel III. Kategori kadar HsCRP (mg/l) (American Heart, Association, 2001)

Kadar (mg/l) Kategori

<1,00 Low

1,00-3,00 Mild

>3,00 High

D. Penyakit Kardiovaskular (CVDs)

Penyakit kardiovaskular (CVDs) adalah penyakit yang menyerang organ jantung dan pembuluh darah (Mendis, Shanthi; Puska,, Pekka; Norrving, Bo, 2011). Penyakit kardiovaskular umumnya meliputi: penyakit jantung iskemik (IHD), stroke, penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung rematik (RHD), aneurisma aorta, kardiomiopati, fibrilasi atrium, penyakit jantung bawaan, endokarditis, dan penyakit arteri perifer (PAD). Mayoritas penyakit kardiovaskular disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dikendalikan, diperlakukan atau diubah seperti darah tinggi, kolesterol, kegemukan atau obesitas, dan diabetes (World Heart Federation,2012).

E. Landasan Teori

Antropometri adalah metode pengukuran tubuh manusia. Antropometri meliputi berbagai bidang pengukuran, misalnya: Berat badan, tinggi, ukuran


(37)

tubuh, termasuk ketebalan kulit, lingkar (kepala, pinggang, dan tungkai), panjang tungkai, dan breadth (bahu, pergelangan tangan) (NHANES, 2013). Body mass

index dan body fat percentage merupakan contoh parameter yang dapat digunakan

sebagai indikator kesehatan seseorang. Body mass index merupakan salah satu metode paling praktis untuk menunjukkan status berat badan pada orang dewasa. Nilai BMI didapatkan dari berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2). Seseorang dikatan overweight, apabila nilai BMI nya 25,0-29,99 kg/m2 dan obesitas apabila nilai BMI nya 30,0-34,99 kg/m2 (WHO, 2006).

Skinfold thickness merupakan salah satu pengukuran antropometri yang

dapat menunjukkan ketebalan lemak tubuh seseorang. Bagian yang seringkali diukur ketebalannya adalah pada biceps, triceps, subscapula, abdomen,

suprailiaca (Wicaksono., et al, 2008). Pengukuran skinfold thickness

menggunakan alat yaitu skinfold caliper, hasil yang didapat digunakan untuk mengetahui nilai body fat percentage seseorang. Persen lemak tubuh seseorang dikatakan normal apabila nilai BFP nya 20,0-30,0% dan obesitas bila milai BFP ≥35,1% (Hoeger and Hoeger, 2014).

Obesitas dihubungkan dengan banyak kondisi medis kronis dan mortalitas. Obesitas terkait kondisi medis antara lain gangguan kardiovaskular, diabetes tipe 2, arthritis, asma, gangguan tidur, dan depresi (James, L., Linton, J., 2009). Mayoritas penyakit kardiovaskular disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dikendalikan, diperlakukan atau diubah seperti darah tinggi, kolesterol, kegemukan atau obesitas, dan diabetes (World Heart Federation,2012).


(38)

Untuk mengetahui resiko terjadinya penyakit kardiovaskular dapat dilakukan tes HsCRP. Tes HsCRP merupakan penanda spesifik terjadinya inflamasi dan sebagai alat prognostik dalam penyakit jantung, seseorang memiliki resiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular di masa yang akan datang apabila kadar HsCRP nya 0,20-0,38 mg/dl. Pada tahun 2011, resiko kardiovaskular di pedesaan di China yang disebabkan oleh obesitas meningkat tajam dibanding tahun 1991 yaitu sebanyak 148% (Sizer and Whitney, 2013; World Heart

Federation,2012; American Heart Association,2001, Bai, et al, 2011).

F. Hipotesis

Terdapat korelasi positif yang bermakna antara BMI dan BFP terhadap kadar HsCRP pada Wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY.


(39)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang (cross sectional).Penelitian observasional analitik digunakan untuk mencari korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek. Rancangan penelitian potong lintang yaitu penelitian dimana korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek dilakukan dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus atau pada suatu saat. Analisis korelasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara BMI dan BFP sebagai faktor risiko, terhadap kadar HsCRP sebagai faktor efek pada wanita dewasa di Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dalam tiga tahap, namun penelitian terhadap masing-masing responden dilakukan sekali saja tanpa adanya tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Body mass index dan body fat percentage (AST, SST, TST)

2. Variabel tergantung : HsCRP 3. Variabel pengacau :

a. Terkendali : usia (40-60), jenis kelamin dan keadaan puasa. b. Tidak terkendali: keadaan patologis, gaya hidup dan aktivitas


(40)

C. Definisi Operasional

1. Responden penelitian adalah wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta yang masih aktif dan bersedia ikut serta dalam penelitian ini, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan

2. Definisi sehat menurut WHO, keadaan sejahtera secara fisik, memtal dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Mengetahui responden sehat berdasarkan hasil wawancara dan hasil uji kadar HsCRP tidak > 10 mg/l. HsCRP > 10 mg/l menunjukka adanya infeksi, inflamasi dan atau trauma yang sedang terjadi pada responden. 3. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil

pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran Body mass index (BMI) dan abdomen, triceps and suprailiac skinfold serta hasil pemeriksaan laboratorium yaitu HsCRP.

4. Pengukuran body mass index (BMI) adalah perhitungan berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m2).

5. Pengukuran body fat percentage (BFP) merupakan hasil dari pengukuran tiga jenis skinfold thickness, lalu dihitung dengan rumus:

BFP (%)= (041563 x sum of three skinfold) – (0,00112 x [sum of three skinfolds]2) + (0,03661 x age) + 4,03653

6. Skinfold thickness adalah ketebalan lemak tubuh yang diukur dengan alat skinfold caliper, tiga skinfold thickness yang diukur adalah: abdominal


(41)

skinfold thickness, suprailiac skinfold thickness dan triceps skinfold thickness.

7. Standar yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu BMI normal adalah 18,5-24,99 kg/m2 (WHO,2006) dan BFP normal 20,0-30,0% menurut Hoeger and Hoeger (2014). HsCRP normal menurut American Heart Association (2001) adalah 1,0-3,0 mg/l.

D. Responden Penelitian

Responden penelitian adalah wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY yang masih aktif, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan di dalam penelitian. Pemilihan wanita dewasa di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY sebagai responden, didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu kemudahan dalam berinteraksi dengan responden, dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan akan pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat pedesaan.

Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah wanita dengan rentang usia 40-60 tahun dan bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah responden yang tidak hadir saat pengambilan data, terdiagnosa penyakit degeneratif (diabetes mellitus, hipertensi, kardiovaskular, dan dislipidemia), mengalami inflamasi atau sakit ringan (flu, batuk, pilek, demam), mengkonsumsi obat-obatan rutin, menggunakan alat kontrasepsi (kecuali IUD), menopause, haid, hamil dan responden yang kadar HsCRP >10,0 mg/l.

Jumlah calon responden penelitian diperoleh dengan mengetahui data jumlah secara keseluruhan warga wanita di Desa Kepuharjo. Desa Kepuharjo


(42)

terdiri dari Pedukuhan Kepuh, Kaliadem, Pager Jurang, Batur, Kopeng, Petung, dan Pedukuhan Manggong. Pedukuhan yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kepuh, Pager Jurang, Kaliadem, Petung, dan Batur, sementara untuk Pedukuhan Manggong dan Kopeng tidak diikutsertakan dalam pengambilan data ini, dikarenakan responden dari kedua Pedukuhan tersebut digunakan untuk subyek validasi kuisioner. Data warga pada Pedukuhan yang digunakan diperoleh dari Kantor Balai Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY dengan hasil adalah 2209 penduduk. Data warga yang berusia 40-60 tahun dan sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 120 responden, namun hanya 100 responden yang bersedia menandatangani informed consent dan bersedia dilakukan pengambilan darah.

Pengambilan data sampel dilakukan sebanyak tiga kali. Pengambilan data pertama dilakukan pada tanggal 30 Mei 2015 di balai Desa Kepuharjo dengan total responden yang terdata adalah 44 orang, dengan jumlah responden wanita yang terdata adalah 27 orang dan 1 orang drop out dikarenakan responden takut untuk diambil darahnya. Pengambilan data yang kedua dilakukan di Balai Desa Kepuharjo pada tanggal 18 Juni 2015. Total data yang terkumpul adalah 36 orang, dengan jumlah data wanita yang terkumpul adalah 12 orang. Pengambilan data yang ketiga dilakukan di Gedung Serba Guna Huntap Pagerjurang pada tanggal 19 Juni 2015. Total data responden yang diperoleh sebanyak 21 responden, dengan jumlah responden wanita yang terdata adalah 11 orang. Total responden yang terdata 100 orang, dengan total responden wanita sebanyak 50 orang. Skema responden penelitian dapat dilihat pada gambar 2.


(43)

Gambar 2. Skema responden penelitian

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Balai Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta dan Gedung Serba Guna Huntap Pager Jurang. Pengambilan data di

Jumlah penduduk 2209

warga

120 responden berdasar usia

40-60 tahun

100 responden (inklusi & eksklusi) & menandatangani

inform consent

50 responden wanita

2 responden HsCRP > 10 mg/l dieksklusi

48 responden sehat 50 responden


(44)

Balai Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DIY dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2015 dan 18 Juni 2015. Pengambilan data di Gedung Serba Guna Huntap Pager Jurang pada tanggal 19 Juni 2015.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Antropometri dan Faktor

Risiko Penyakit Kardiovaskular pada Masyarakat Pedesaan”, dan telah memperoleh ijin dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor Ref: KE/FK/502/EC. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 10 orang dengan kajian yang berbeda – beda. Penelitian payung ini bertujuan unutk mengkaji korelasi antara pengukuran antropometri terhadap faktor risiko penyakit Kardiovaskular. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya mengkaji korelasi Body Mass Index dan Body Fat Percentage terhadap HsCRP pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Kajian yang diteliti dalam penelitian payung ini sebagai berikut:

1. Korelasi Body Mass Index terhadap HbA1c pada pria. 2. Korelasi Body Mass Index terhadap HbA1c pada wanita

3. Korelasi Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) terhadap HbA1c pada pria

4. Korelasi Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) terhadap HbA1c pada wanita


(45)

6. Korelasi Body Fat Percentage terhadap HbA1c pada wanita

7. Korelasi Body Mass Index dan Body Fat Percentage terhadap HsCRP pada wanita

8. Korelasi Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) terhadap HsCRP pada wanita

9. Korelasi Body Mass Index dan Body Fat Percentage terhadap Lipoprotein(a) pada wanita

10.Korelasi Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) terhadap Lipoprotein(a) pada wanita

G. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Teknik non-random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana tidak semua anggota populasi memiliki kesempata yang sama untuk terpilih menjadi sampel, dalam penentuan responden juga terdapat kriteria inklusi dan eksklusi. Jenis purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Mulanya peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi, kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangan dari anggota populasi yang dapat digunakan sebagai sampel penelitian. Ciri/sifat yang spesifik dalam populasi digunakan sebagai kunci untuk pengambilan sampel (Notoatmodjo, 2010).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa alat timbangan berat badan dengan merk Idealife® dan pengukur tinggi badan dengan merk Height®


(46)

digunakan untuk mengukur body mass index. Penentuan body fat percentage menggunakan skinfold caliper dengan merk phi zhi hou du fi®. Pengukuran kadar HsCRP menggunakan Architecht CI8200®.

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi mengenai jumlah penduduk di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta, serta mencari tempat atau lokasi yang cocok untuk melakukan pengukuran antropometri. Pencarian laboratorium klinik juga dilakukan, hasil dari observasi awal dipilih Laboratorium Klinik Pramitha Yogyakarta untuk menganalisis sampel darah responden karena laboratorium tersebut telah terakreditasi

2. Permohonan izin dan kerjasama

Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Ethical clearance dibutuhkan karena di dalam penelitian ini menggunakan sampel darah manusia. Ethical clerance diperoleh pada tanggal 18 Mei 2015 dengan nomor Ref: KE/FK/502/EC. Permohonan izin kedua ditujukan kepada Kecamatan Cangkringan, Desa Kepuharjo, Sleman Yogyakarta agar dapat memperoleh izin untuk melibatkan penduduk yaitu pria dan wanita dalam melakukan penelitian.

Permohonan kerjasama diajukan ke bagian Laboratorium Pramita Yogyakarta untuk pengambilan dan analisis darah. Permohonan kerjasama kedua diajukan kepada responden penelitian dengan menggunakan informed consent,


(47)

sebagai bukti dari kesepakatan antara peneliti dengan calon responden mengenai kesediaan calon responden mengikuti penelitian.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

a. Informed consent. Merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon responden untuk ikut terlibat di dalam penelitian. Informed consent disusun berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Seluruh calaon responden penelitian yang bersedia terlibat dalam penelitian ini kemudian mengisi data pada informed consent berupa nama lengkap, usia, tanggal lahir dan alamat kemudian calon responden menandatangani informed consent sebagai bukti kesediaan dan kerjasama. b. Leaflet. Digunakan untuk membantu responden dalam memahami

gambaran penelitian ini. Konten dari leaflet yaitu tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi responden, pengukuran antropometri meliputi pengukuran body mass index, body fat percentage, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul; serta penjelasan singkat mengenai HbA1c, HsCRP, dan Lipoprotein(a).

4. Pencarian responden

Pencarian responden dilakukan dengan mendapatkan izin dari Camat Cangkringan untuk memperoleh informasi mengenai penduduk Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta. Data setiap Desa yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Cangkringan kemudian dipilih Desa Kepuharjo untuk dilakukan


(48)

pencarian calon responden yang berada di Kecamatan Cangkringan. Pencarian responden selanjutnya dilakukan di Desa Kepuharjo yang telah ditentukan oleh peneliti. Data yang diperoleh dari kantor Desa Kepuharjo kemudian dipilih sesuai dengan kriteria umur 40-60 tahun (kriteria inklusi) untuk menentukan jumlah populasi/sampel yang akan digunakan sebagai responden penelitian. Peneliti mencari seluruh warga Desa, tetapi tidak semua dapat ditemui dengan beberapa alasan sedang melakukan pekerjaan seperti mencari rumput, bertani, buruh batu, dan ada sebagian warga yang menolak untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Calon responden diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian, manfaat yang diperoleh dari penelitian, gambaran penelitan yang akan dilakukan, penjelasan mengenai kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan peneliti, serta menanyakan kesediaan calon responden untuk terlibat dalam penelitian ini. Calon responden yang bersedia untuk berpatisipasi dalam penelitian ini dan telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, diberikan informed consent, kemudian diisi dan ditandatangani oleh responden sebagai bukti kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini.

Responden wanita yang dipilih, diberikan informasi mengenai tempat dan waktu pelaksanaan penelitian. Responden dihubungi melalui Bapak Dukuh dimana responden tinggal melalui pengumuman di Masjid dan melalui SMS secara personal sehari sebelum melakukan pengambilan data untuk mengingatkan responden bahwa akan diadakan pengukuran antropometri, pengambilan darah pada jam dan tempat yang telah ditentukan sebelumnya serta mengingatkan


(49)

responden untuk berpuasa minimal 8 jam atau 10-12 jam. Ada beberapa responden yang tidak dapat terlibat dalam penelitian ini karena beberapa alasan, meliputi: sudah menopause, menggunakan kontrasepsi selain IUD, takut jarum suntik, menderita penyakit kardiometabolik, kadar HsCRP > 10,0 mg/l serta berhalangan hadir saat pengambilan darah.

5. Validasi, reabilitas, dan kalibrasi instrumen penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yang divalidasi adalah timbangan berat badan merk Idealife® dan alat pengukur tinggi badan merk Height® di Balai Metrologi Yogyakarta. Suatu instrumen dikatakan valid dan reliabel, apabila nilai CV atau koefisien varansi ≤5%, nilai CV ini diperoleh dengan melakukan pengukuran reliabilitas sebanyak 5 kali berturut-turut (Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, 2011).

Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada alat timbangan berat serta alat pengukur tinggi badan dilakukan dengan replikasi pengukuran sebanyak lima kali. Pada pengukuran berat badan, tinggi badan dilakuan pengukuran sebanyak 5 kali berturut-turut oleh subyek yang sama wanita berusia 49 tahun, sedangkan untuk skinfold thickness dilakukan pengukuran 5 kali berturut-turut pada wanita berusia 55 tahun. Nilai CV pada alat timbangan berat badan adalah 0.044%, nilai CV pada alat pengukur tinggi badan adalah 0.155%, dan nilai CV pada skinfold caliper pada pengukuran triceps sebesar 1,22%, suprailiac sebesar 1,47%, dan abdomen sebesar 1,81%. Alat timbangan berat badan, alat pengukur tinggi badan dan skinfold caliper dikatakan valid dan reliabel karena nilai CV sebesar ≤5%. Alat timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan yang


(50)

digunakan dalam penelitian telah dikalibrasi oleh Balai Metrologi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 15 Mei 2015 dengan nomer sertifikat peneraan: 2607/TE-295/V/2015 untuk timbangan berat badan dan nomer sertifikat peneraan: 2606/UP-208/V/2015. Alat Cobas 501® yang digunakan untuk mengukur kadar HbA1c; dan Architecht CI8200® untuk mengukur kadar HsCRP di dalam darah, telah divalidasi oleh pihak Laboratorium Pramita Yogyakarta.

6. Pengukuran Parameter antropometri, pengambilan darah, dan

pengukuran kadar HsCRP

Hasil antropometri body mass index (BMI) diperoleh dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Antropometri body fat percentage (BFP) diperoleh dengan melakukan pengukuran skinfold thickness pada bagian triceps, abdomen, dan suprailiac. Pengambilan darah responden untuk melihat kadar HsCRP dilakukan yang mana sebelumnya responden berpuasa minimal 8 jam atau 10-12 jam. Pengambilan darah dilakukan oleh analis dari Laboratorium Pramita Yogyakarta.

7. Penyerahan hasil pemeriksaan kepada responden

Hasil pengukuran antropometri serta hasil analisis sampel darah dari Laboratorium Pramita Yogyakarta diberikan kepada responden. Peneliti memberikan penjelasan mengenai hasil pengukuran antropometri dan analisis darah responden serta memberikan saran untuk menjaga kesehatan, pola makan jika ditemukan hasil pemeriksaan yang tidak normal.


(51)

8. Pengolahan Data

Data yang diperoleh disusun yang sejenis untuk kemudian digolongkan ke dalam kategori yang ditetapkan, yaitu BMI, BFP, HsCRP, usia. Proses selanjutnya dilakukan analisis data.

J. Analisis Data

Data dihitung secara statistik dengan taraf keperayaan 95 % menggunakan program SPSS versi 17. Proses yang pertama kali dilakukan adalah uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui distribusi data. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, karena jumlah sampel <50. Suatu data dikatakan terdistribusi normal apabila nilai p> 0,05. Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah uji normalitas adalah uji komparatif. Pada penelitian ini, uji komparatif yang dilakukan adalah uji normalitas pada kelompok BMI <25 kg/m2, 25-29,99 kg/m2 dan ≥30 kg/m2; serta uji normalitas pada kelompok BFP 20-30%, <20% dan >30%. Pada uji normalitas apabila terdapat kelompok yang tidak terdistribusi normal, maka uji komparatif yang dilakukan menggunakan uji Kruskal-Wallis, yang selanjutnya dilakukan analisa post-hoc menggunakan uji Mann-Whitney. Kelompok dikatakan tidak berbeda bermakna jika hasil uji komparatif memiliki nilai p > 0,05. Tahap terakhir yang dilakukan adalah uji korelasi, suatu korelasi dikatakan bermakna jika nilai p< 0,05. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Pearson dan juga uji Spearman (Dahlan, 2014).


(52)

Tabel IV. Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi (Dahlan, 2014).

Parameter Nilai Interpretasi

Kekuatan korelasi (r) 0,00-<0,2 Sangat lemah

0,20-<0,4 Lemah

0,40-<0,6 Sedang 0,60-<0,8 Kuat 0,80-1,000 Sangat kuat Nilai (p) p<0,05 terdapat korelasi

bermakna antara dua variabel

p>0,05 tidak terdapat korelasi bermakna antar dua variabel

Arah Korelasi + (positif) Searah, semakin besar nilai suatu variabel, semakin besar pula variabel lainnya

-(negatif) Berlawan arah, semakin besar suatu variabel, semakin kecil variabel lainnya

K. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dialami peneliti adalah dalam mencari responden yang sesuai dengan kriteria penelitian. Responden yang sudah sesuai dengan kriteria penelitian beberapa tidak hadir saat pengambilan data, sehingga peneliti harus melakukan pencarian responden lagi. Kesulitan lain yang dialami peneliti adalah terdapat beberapa responden yang tidak berpuasa 8-12 jam sebelum penelitian, sehingga tidak dapat dilakukan pengambilan darah, dan juga responden yang takut untuk dilakukan pengambilan darah.


(53)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini melibatkan responden wanita dewasa sehat yang berusia 40-60 tahun di di desa Kepuharjo, kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Terdapat 50 responden yang bersedia terlibat dalam pengambilan data yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, namun berdasarkan kriteria HsCRP oleh American Heart Association (2001) terdapat 2 responden yang memiliki kadar HsCRP yang tinggi yaitu >10 mg/l sehingga harus dieksklusi. Total 48 responden yang mengikuti penelitian hingga akhir. Jumlah minimal sampel yang digunakan untuk penelitian korelasional adalah 30 sampel (Lodico, Spaulding, and Voegtle, 2010).

Dilakukan uji normalitas untuk mengetahui karakteristik responden, pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel <50 (Dahlan, 2014). Profil karakteristik yang dianalisa meliputi usia, body mass index,

abdominal skinfold thickness, suprailiac skinfold thickness, triceps skinfold

thickness, body fat percentage, dan HsCRP. Profil karakteristik responden dapat


(54)

Tabel V. Profil Karakteristik Responden

NO Karakteristik Profil (n=48) p

1 Usia 45,00(40,00-53,00)** 0,016

2 Body mass index 24,72(17,37-39,30)** 0,046

3 Abdominal skinfold thickness 20,10(9,80-35,30)** 0,016

4 Suprailiac skinfold thickness 19,83±6,39* 0,227

5 Triceps skinfold thickness 17,85(6,00-40,00)** 0,010

6 Body fat percentage 25,58±5,28* 0,457

7 HsCRP 2,80(1,20-6,40)** 0,001

* Nilai signifikansi >0,05 menggambarkan data yang terdistribusi normal (mean±SD)

** Nilai signifikansi <0,05 menggambarkan data yang tidak terdistribusi normal [median(minimum-maksimum)]

1. Usia

Responden wanita pada penelitian ini memiliki rentang usia 40-60 tahun. Uji normalitas usia responden menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan nilai p 0,016 yang menunjukkan bahwa data usia responden tidak terdistribusi normal. Distribusi data yang tidak normal menggunakan median sebagai pemusatannya yaitu 45,00 dan penyebaran dinyatakan dalam minimum-maximum yaitu 40,00-53,00. Distribusi data yang tidak normal menggambarkan usia responden 40-60 tahun tidak tersebar merata karena nilai p<0,05. Distribusi usia responden dapat dilihat pada Gambar 3.


(55)

Gambar 3. Grafik distribusi usia responden

Faktor risiko penyakit jantung koroner antara lain adalah faktor risiko lipida, faktor risiko non lipida, dan faktor risiko alami. Usia merupakan faktor risiko alami dari penyakit jantung koroner (Soeharto, 2004). Pada penelitian ini menggunakan responden berusia 40-60 tahun, sehingga usia tersebut dikategorikan dalam middle adulthood (Santrock, 2004). Pada periode middle

adulthood ini mulai terjadi penurunan ketrampilan fisik serta penurunan fungsi

organ. Middle adulthood merupakan periode transisi antara usia dewasa dini dengan usia lanjut. Pada wanita usia lanjut dan ada pada masa perimenopause, peningkatan berat badan sering terjadi. Peningkatan body fat percentage biasanya banyak ditunjukkan terutama pada bagian abdominal. Menopause juga dihubungkan dengan peningkatan trigliserida, total kolesterol dan LDL-C yang


(56)

merupakan prediktor penyakit kardiovaskular (Papalia, Olds, and Feldman, 2008; Santrock, 2004; Panay, et al, 2015).

2. Body mass index

Nilai body mass index didapat dari perhitungan berat badan dan tinggi badan responden. Uji normalitas body mass index responden menggunakan uji

Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan nilai p 0,046 yang

menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Distribusi data yang tidak normal menggunakan median sebagai pemusatannya yaitu 24,72 dan penyebaran dinyatakan dalam minimum-maximum yaitu 17,37-39,30. Distribusi nilai body

mass index responden dapat dilihat pada Gambar 4.


(57)

Menurut Centers for Disease Control and Prevention of United States (2011), nilai BMI berkorelasi dengan lemak tubuh dan resiko pada beberapa penyakit di kemudian hari. Seseorang yang memiliki nilai BMI tinggi (≥25 kg/m2

) lebih berisiko mengalami obesitas yang merupakan faktor resiko terjadinya gangguan kesehatan. Kebiasaan pola makan sehari-hari yang banyak mengandung lemak dapat menyebabkan obesitas. Obesitas dapat menyebabkan beberapa penyakit antara lain hipertensi dan dislipidemia. Peningkatan BMI merupakan salah satu faktor resiko terjadinya CVD (Uranga and Keller, 2010).

3. Skinfold Thickness

a. Abdominal skinfold thickness

Abdominal skinfold thickness didapat dengan mengukur ketebalan

lemak responden pada bagian abdomen menggunakan alat skinfold caliper. Pengukuran pada masing-masing responden dilakukan sebanyak tiga kali kemudian diambil rata-ratanya. Menurut Demura and Sato (2007), pengukuran

skinfold thickness pada daerah abdominal mengurangi pengukuran yang error

disebabkan karena adanya level obesitas. Uji normalitas responden menggunakan

uji Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan AST responden

memiliki nilai signifikansi 0,016. Nilai signifikansi <0,05 menunjukkan data yang terdistribusi tidak normal. Distribusi data yang tidak normal menggunakan median sebagai pemusatannya yaitu 20,10 dan penyebaran dinyatakan dalam minimum-maximum yaitu 9,80-35,30. Data persebaran AST ditunjukkan pada Gambar 5.


(58)

Gambar 5. Grafik distribusi Abdominal skinfold thicknes b. Suprailiac skinfold thickness

Suprailiac skinfold thickness didapat dengan mengukur ketebalan

lemak responden pada bagian suprailiac menggunakan alat skinfold caliper. Pengukuran pada masing-masing responden dilakukan sebanyak tiga kali kemudian diambil rata-ratanya. Uji normalitas responden menggunakan uji

Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan AST responden

memiliki nilai signifikansi 0,227. Nilai signifikansi >0,05 menunjukkan data yang terdistribusi normal. Distribusi data yang normal menggunakan mean sebagai pemusatannya yaitu 19,83 (termasuk dalam kategori normal) serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam standar deviasi yaitu 6,39. Standar nilai untuk

suprailiac skinfold thickness yaitu 17,9 mm untuk pria dan 19,8 mm untuk wanita


(59)

Gambar 6. Grafik distribusi Suprailiac skinfold thickness

c. Triceps skinfold thickness

Triceps skinfold thickness didapat dengan mengukur ketebalan lemak

responden pada bagian triceps menggunakan alat skinfold caliper. Pengukuran pada masing-masing responden dilakukan sebanyak tiga kali kemudian diambil rata-ratanya. Uji normalitas responden menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan TST responden memiliki nilai signifikansi 0,010. Nilai signifikansi <0,05 menunjukkan data yang terdistribusi tidak normal. Distribusi data yang tidak normal menggunakan median sebagai pemusatannya yaitu 17,85, standar nilai triceps skinfold thickness yaitu 12,5 mm untuk pria dan 16,5 mm untuk wanita(Schilling, 2006). Penyebaran dinyatakan dalam minimum-maximum yaitu 6,00-40,00. Data persebaran TST ditunjukkan pada Gambar 7.


(60)

Gambar 7. Grafik distribusi Triceps skinfold thickness

4. Body fat percentage

Nilai body fat percentage didapat dari perhitungan skinfold thickness responden. Metode skinfold thickness merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai body fat percentage (Fahey, 2005). Ada tiga bagian yang dapat mempermudah pengambilan data dalam penelitian ini yaitu bagian abdominal skinfold thickness, suprailiac skinfold thickness, dan triceps

skinfold thickness. Pemilihan pengukuran pada bagian tersebut didasarkan atas

beberapa pertimbangan diantaranya yaitu terkait dengan kenyamanan dari responden, kemudahan dalam melakukan pengukuran skinfold thickness, dan dapat dengan mudah diaplikasikan pada semua responden.


(61)

Uji normalitas body fat percentage responden menggunakan uji

Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan nilai p 0,457 yang

menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Data yang terdistibusi normal menunjukkan bahwa data BFP tersebar merata. Distribusi data yang normal menggunakan mean sebagai pemusatannya yaitu 25,58 serta penyebaran dinyatakan menggunakan standar deviasi yaitu 5,28. Distribusi nilai body fat

percentage responden dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik distribusi Body fat percentage

5. HsCRP

Kadar HsCRP responden diukur oleh Laboratorium Pramitha Yogyakarta. Uji normalitas HsCRP responden menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan nilai p=0,001 yang menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Distribusi data yang tidak normal menggunakan median


(62)

sebagai pemusatannya yaitu 2,80 dan penyebaran dinyatakan dalam minimum-maximum yaitu 1,20-6,40.

Penelitian terkait HsCRP dilakukan oleh Mohamed, Kazem and Naser (2014) di Arab, dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan HsCRP berhubungan dengan kondisi metabolic syndroms seseorang yang merupakan salah satu faktor resiko penyakit kardiovaskular. Hasil penelitian tersebut menyimpulan bahwa HsCRP sebagai prediktor yang baik untuk mengetahui kondisi kardiovaskular seseorang di masa yang akan datang. Distribusi nilai HsCRPresponden dapat dilihat pada Gambar 9.


(63)

B. Perbandingan Rerata HsCRP pada Kelompok Body Mass Index <25 kg/m2, Body Mass Index 25-29,99 kg/m2 dan Body

Mass Index ≥30 kg/m2

Tujuan dari uji komparatif atau perbandingan adalah untuk mengetahui perbandingan antara tiga kelompok yaitu HsCRP pada kelompok BMI<25 kg/m2, HsCRP pada kelompok BMI 25-29,99 kg/m2 dan HsCRP pada kelompok BMI 30 kg/m2. Pada penelitian ini, klasifikasi nilai BMI berdasarkan WHO (2006). Jumlah responden yang memiliki nilai BMI <25 kg/m2 sebanyak 25 responden, jumlah responden yang memiliki nilai BMI 25-29,99 kg/m2 sebanyak 17 responden, dan pada kelompok BMI ≥30 kg/m2

sebanyak 6 responden.

Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan pada kedua kelompok BMI, uji yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah data dari masing-masing kelompok ≤50. Hasil dari uji normalitas pada kelompok BMI <25 kg/m2

(p=0,021), pada kelompok BMI 25-29,99 kg/m2 (p=0,127) dan pada kelompok BMI ≥30 kg/m2

(p=0,062) . Terdapat salah satu kelompok yang tidak terdistribusi normal, yaitu kelompok dengan BMI <25 kg/m2, sehingga uji komparatif yang digunakan adalah uji Kruskall-Wallis. Hasil uji komparatif menunjukkan perbedaan bermakna apabila nilai p<0,05 (Dahlan, 2014). Berikut tabel hasil komparatif rerata HsCRP pada tiga kelompok BMI:

Tabel VI. Hasil Perbandingan rerata pada kelompok dengan body

mass index <25kg/m2, 25-29,99 kg/m2 dan ≥30 kg/m2

BMI <25kg/m2 BMI25-29,99 kg/m2 BMI≥30 kg/m2 p

(n=25) (n=17) (n=6)

HsCRP 2,52 ±1,08 3,13±1,42 5,08±1,29 0,002


(64)

Hasil uji komparatif ketiga kelompok dengan menggunakan uji

Kruskal-Wallis menunjukkan signifikasi 0,002. Pada uji ini nilai signifikansi <0,05

menunjukkan paling tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok, untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan dilakukan analisis post hoc. Analisis post hoc untuk uji Kruskal-Wallis adalah uji Mann-Whitney (Dahlan, 2014). Berikut tabel hasil analisis post hoc perbedaan rerata HsCRP antara 2 kelompok BMI:

Tabel VII. Hasil analisis post hoc perbedaan rerata HsCRP antar 2 kelompok

BMI

Kelompok BMI P BMI <25 kg/m2 BMI25-29,99 kg/m2 0,147 BMI <25 kg/m2 BMI≥30 kg/m2 0,001 BMI25-29,99 kg/m2 BMI≥30 kg/m2 0,002

Hasil uji komparatif pada kelompok BMI <25 kg/m2 dengan kelompok BMI 25-29,99 kg/m2 menunjukkan signifikansi 0,147. Nilai signifikansi >0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada kelompok BMI <25 kg/m2 dengan kelompok BMI 25-29,99 kg/m2. Uji komparatif selanjutnya pada kelompok BMI <25 kg/m2 dengan BMI 30 kg/m2 menunjukkan nilai signifikansi 0,001 berarti terdapat perbedaan bermakna pada kelompok BMI<25 kg/m2 dengan BMI ≥30 kg/m2. Uji komparatif yang ketiga dilakukan pada kelompok BMI 25-29,99 kg/m2dengan kelompok BMI ≥30 kg/m2 menunjukkan nilai signifikansi 0,002 berarti terdapat perbedaan bermakna pada kelompok BMI 25-29,99 kg/m2 dengan kelompok BMI 30 kg/m2.Kesimpulan dari uji yang dilakukan adalah terdapat perbedaan bermakna nilai HsCRP pada kelompok BMI normal dibanding dengan


(65)

kelompok BMI obesitas, dan juga pada kelompok BFP overweight dibanding dengan kelompok BMI obesitas. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok BMI normal dibanding dengan kelompok BMI overweight. Berikut

boxplot perbandingan rerata kada HsCRP pada ketiga kelompok dapat dilihat pada

Gambar 10.

Gambar 10. Perbandingan rerata HsCRP ketiga kelompok BMI

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Aleksandra, Nadja, Tatjana, Milos, and Marija (2014) di Monterego dengan subyek wanita dewasa, dimana hasil perbandingan pada peneltian ini antara HsCRP pada kelompok BMI <25 kg/m2 , kelompok BMI 25-29,99 kg/m2 dan kelompok BMI 30 kg/m2 adalah terdapat perbedan yang bermakna (p< 0,001).


(66)

C. Perbandingan Rerata HsCRP pada Kelompok Body Fat Percentage <20,0%, Body Fat Percentage 20,0-30,0% dan Body

Fat Percentage≥30,1%

Tujuan analisis komparatif yaitu untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna antara body fat percentage rendah, normal dan overweight dengan kadar HsCRP. Pada bagian ini uji komparatif terlebih dahulu dilakukan pada kelompok body fat percentage rendah dan normal, kemudian kelompok body fat

percentage normal dengan overweight, terakhir pada kelompok body fat

percentageoverweight dengan rendah.

Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan pada ketiga kelompok BFP, uji yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah data dari masing-masing kelompok ≤50. Hasil dari uji normalitas pada kelompok BFP <20,0% (p=0,531), pada kelompok BFP 20,0-30,0% (p=0,015), dan pada kelompok BFP ≥30,1% (p=0,183). Terdapat satu kelompok yang tidak terdistribusi normal, yaitu kelompok dengan BFP20,0-30,0% sehingga uji komparatif yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis. Hasil uji komparatif ketiga kelompok dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukkan signifikasi 0,022. Berikut ini tabel hasil dari uji komparatif rerata HsCRP pada ketiga kelompok BFP:

Tabel VIII. Hasil Perbandingan rerata HsCRP pada kelompok

dengan body fat percentage >20,0%, 20,0-30,0% dan ≥30,1%

BFP <20,0% BFP20,0-30,0% BFP≥30,1% p

(n=9) (n=28) (n=11)

HsCRP 2,29±0,88 2,85±1,26 4,19±1,76 0,022


(67)

Pada uji ini nilai signifikansi <0,05 menunjukkan paling tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok, untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan dilakukan analisis post hoc. Analisis post hoc untuk uji

Kruskal-Wallis adalah uji Mann-Whitney (Dahlan, 2014). Berikut tabel hasil

analisis post hoc perbedaan rerata HsCRP antara 2 kelompok BMI:

Tabel IX. Hasil analisis post hoc perbedaan rerata HsCRP antar 2 kelompok

BFP

Kelompok BFP P

BFP <20% BFP 20-30% 0,280

BFP <20% BFP >30,1% 0,020

BFP 20-30% BFP >30,1% 0,020

Hasil uji komparatif pada kelompok BFP <20,0% dengan kelompok BPF 20,0-30,0% menunjukkan signifikansi 0,280. Nilai signifikansi >0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada kelompok BFP <20,0% dengan kelompok BPF 20,0-30,0%. Uji komparatif selanjutnya pada kelompok BFP <20,0% dengan ≥30,1% menunjukkan nilai signifikansi 0,020 berarti terdapat perbedaan bermakna pada kelompok BFP <20,0% dengan ≥30,1%. Uji komparatif yang ketiga dilakukan pada kelompok BFP 20,0-30,0% dengan kelompok BFP ≥30,1% menunjukkan nilai signifikansi 0,020 berarti terdapat perbedaan bermakna pada kelompok BFP 20,0-30,0% dengan kelompok BFP ≥30,1%. Kesimpulan dari uji yang dilakukan adalah terdapat perbedaan bermakna nilai HsCRP pada kelompok BFP rendah dibanding dengan kelompok BFP di atas normal, dan juga pada kelompok BFP normal dibanding dengan kelompok BFP di


(68)

atas normal. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok BFP rendah dibanding dengan kelompok BFP normal.

Berikut boxplot perbandingan rerata kada HsCRP pada ketiga kelompok dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Perbandingan rerata HsCRP pada ketiga kelompok BFP Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Shea, King, Gulliver,Sun (2010) di Canada. Subyek pada penelitian tersebut adalah laki-laki dan wanita dewasa, dimana hasil uji pada penelitian tersebut antara kadar HsCRP pada kelompok responden dengan BFP <20,0%, kelompok dengan BFP 20,0-30,0% dan kelompok dengan BFP ≥30,1% adalah terdapat perbedaan bermakna (p<0,05).


(69)

D. Korelasi Body Mass Index, Abdominal Skinfold Thickness, Suprailiac Skinfold Thickness, Triceps Skinfold Thickness dan

Body Fat Percentage terhadap kadar HsCRP

Uji korelasi pada penelitian ini dilakukan antara Body Mass Index yang selanjutnya disebut BMI, Abdominal Skinfold Thickness selanjutnya disebut AST,

Suprailiac Skinfold Thickness selanjutnya disebut SST, Triceps Skinfold Thickness

selanjutnya disebut TST dan Body Fat Percentage selanjutnya disebut BFP terhadap kadar HsCRP. Dilakukan uji korelasi AST, SST, dan TST terhadap kadar HsCRP bertujuan untuk mengetahui skinfold thickness yang paling menggambarkan BFP. Pada penelitian ini digunakan Uji korelasi Spearman dan

Pearson, uji korelasi menggunakan pearson dapat dilakukan apabila paling tidak

terdapat salah satu variabel yang terdistribusi normal, dan menggunakan uji spearman apabila tidak terdapat variabel yang terdistribusi normal. Berdasarkan panduan interpretasi hasil uji hipotesis, hasil uji hipotesis dikatakan memiliki korelasi postif apabila nilai r bernilai positif dan mempunyai nilai korelasi bermakna apabila nilai p<0,05 (Dahlan, 2014). Berikut ini tabel hasil dari uji korelasi:

Tabel X. Hasil Uji Korelasi BMI, AST, SST, TST dan BFP terhadap kadar HsCRP

Variabel Korelasi (r) Signifikansi (p) r2

BMI 0,469 0,001 0,325

AST 0,298 0,040 0,142

SST 0,384 0,007 0,147

TST 0,360 0,012 0,192

BFP 0,452 0,001 0,204


(1)

Lampiran 21. Uji Korelasi

Spearman

BMI terhadap kadar HsCRP pada

responden wanita

Correlations

hscrp BMI

Spearman's rho Hscrp Correlation Coefficient 1.000 .469**

Sig. (2-tailed) . .001

N 48 48

BMI Correlation Coefficient .469** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 48 48


(2)

Lampiran 22. Uji Korelasi Spearman AST terhadap kadar Hs CRP

pada

responden wanita

Correlations

abdomen hscrp

Spearman's rho abdomen Correlation Coefficient 1.000 .298*

Sig. (2-tailed) . .040

N 48 48

hscrp Correlation Coefficient .298* 1.000

Sig. (2-tailed) .040 .

N 48 48


(3)

Lampiran 23. Uji Korelasi

Pearson

SST terhadap kadar HsCRP pada

responden wanita

Correlations

hscrp suprailiac

hscrp Pearson Correlation 1 .384**

Sig. (2-tailed) .007

N 48 48

suprailiac Pearson Correlation .384** 1

Sig. (2-tailed) .007

N 48 48


(4)

Lampiran 24. Uji Korelasi

Spearman

TST terhadap kadar HsCRP pada

responden wanita

Correlations

hscrp triceps

Spearman's rho hscrp Correlation Coefficient 1.000 .360*

Sig. (2-tailed) . .012

N 48 48

triceps Correlation Coefficient .360* 1.000

Sig. (2-tailed) .012 .

N 48 48


(5)

Lampiran 25. Uji Korelasi

Pearson

BFP terhadap kadar HsCRP pada

responden wanita

Correlations

hscrp BFP

hscrp Pearson Correlation 1 .452**

Sig. (2-tailed) .001

N 48 48

BFP Pearson Correlation .452** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 48 48


(6)

BIOGRAFI

Risanuri Mardiyana lahir di Sleman, 3 Nopember 1994.

Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara

dari pasangan Mardiono dan Pandan Wangi. Penulis

memulai pendidikan di SD Djama’atul Ichwan

Surakarta pada tahun 2000-2006. Pada tahun 2006-2009

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 9

Surakarta. Sekolah menengah atas ditempuh di SMK

Farmasi Nasional Surakarta tahun 2009-2012. Pada

tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan di

perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.Selama masa perkuliahan penulis

aktif dalam kegiatan kepanitiaan baik di dalam maupun

di luar kampus seperti Koordinator Dekorasi dan Dokumentasi donor darah di

Fakultas Famasi,

sie

administrasi dalam kejuaran Karate tingkat nasional yang di

adakan di kota Surakarta,

sie

konsumsi dalam kejuaraan Karate tingkat Asia

Tenggara di Universitas Sebelas Maret. Penulis juga aktif dalam berbagai

seminar di kampus maupun luar kampus.