3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melakukan pengamatan secara langsung pada karikatur Surat Kabar Kompas “Kontroversi Kasus
Mafia Pajak Gayus Halomoan Tambunan” edisi Rabu, 12 Januari 2011. Pengumpulan data dalam penelitian ini, melalui bahan studi kepustakaan,
bahan - bahan yang dapat dijadikan referensi serta penggunaan internet. Selanjutnya data - data akan dianalisis berdasarkan landasan teori semiotik
Peirce dan data dari penelitian ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui penafsiran makna karikatur Surat Kabar Kompas “Kontroversi
Kasus Mafia Pajak Gayus Halomoan Tambunan” edisi Rabu, 12 Januari 2011.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata - kata dan gambar.
Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban terhadap objek yang
diteliti. Analisis data dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan model semiotik dari Charles Sanders Peirce, yaitu sistem Tanda sign dalam
karikatur yang dijadikan Korpus sample dalam penelitian, dikategorikan kedalam tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sanders Peirce
terbagi dalam tiga kategori yaitu ikon icon, indeks index, dan simbol symbol.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dengan studi semiotik penelitian dapat memaknai gambar dan pesan yang terdapat dalam karikatur Surat Kabar Kompas “Kontroversi
Kasus Mafia Pajak Gayus Halomoan Tambunan” edisi Rabu, 12 Januari 2011, serta membentuk berbagai pemaknaan terhadap karikatur ini.
Karikatur Surat Kabar Kompas “Kontroversi Kasus Mafia Pajak Gayus Halomoan Tambunan” edisi Rabu, 12 Januari 2011 akan diinterpretasikan
dengan cara mengindentifikasi tanda - tanda yang terdapat dalam setiap penggambaran karikatur, untuk mengetahui makna yang ada dalam
karikatur tersebut. Untuk mengetahui hubungan antara tanda, penggunaan tanda dan
realitas eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan model semiotik dari Charles Sanders Peirce. Sistem tanda gambar, warna, perilaku non verbal
dan atribut pendukung yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif karikatur
Surat Kabar Kompas “Kontroversi Kasus Mafia Pajak Gayus Halomoan Tambunan” edisi Rabu, 12 Januari 2011. Yang dikupas oleh teori segitiga
makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan oleh sesorang ketika akan berkomunikasi.
Konsekuensinya, tanda sign representamen selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar
hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi Qualisign, Sinsign, dan Legsign.
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata - kata kasar,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
keras, lemah, lembut, dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruhada pada
urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legsign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-
rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Berdasarkan pada Interpretant, tanda sign
representamen dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan
pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang tersebut mengalami iritasi, atau menderita penyakit mata,
bahkan dapat disebut juga orang tersebut sedang menangis. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai dengan kenyataan. Misalnya, apabila di suatu
jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan harus dipasang rambu - rambu yang menunjukkan di area tersebut sering terjadi kecelakaan.
Argument adalah tanda yang langsug memberi alasan tertentu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Harian Kompas
Kompas adalah nama surat kabar yang berkantor pusat di Jakarta. Kompas adalah bagian dari Kelompok Kompas Gramedia. Selain edisi
cetak, Kompas juga memiliki edisi online yang berisi berita - berita yang diperbaharui secara aktual.
Ide awal penerbitan harian ini datang dari Jendral Ahmad Yani yang mengutarakan keinginannya kepada Frans Seda untuk menerbitkan
surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans Seda kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya Petrus
Kanisius Ojong dan Jakob Oetama. Ojong langsung menyetujui ide itu dan menjadikan tokoh Oetama sebagai editor in-chief pertamanya. Awalnya
harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat, tetapi atas usul Presiden Soekarno, namanya diubah menjadi Kompas, sebagai media
pencari fakta dari segala penjuru. Kompas mulai terbit pada tanggal 28 Juni 1965 berkantor di
Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara Nasional. Pada tahun 2004, tiras
hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi Minggunya mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.