49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Harian Kompas
Kompas adalah nama surat kabar yang berkantor pusat di Jakarta. Kompas adalah bagian dari Kelompok Kompas Gramedia. Selain edisi
cetak, Kompas juga memiliki edisi online yang berisi berita - berita yang diperbaharui secara aktual.
Ide awal penerbitan harian ini datang dari Jendral Ahmad Yani yang mengutarakan keinginannya kepada Frans Seda untuk menerbitkan
surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans Seda kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya Petrus
Kanisius Ojong dan Jakob Oetama. Ojong langsung menyetujui ide itu dan menjadikan tokoh Oetama sebagai editor in-chief pertamanya. Awalnya
harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat, tetapi atas usul Presiden Soekarno, namanya diubah menjadi Kompas, sebagai media
pencari fakta dari segala penjuru. Kompas mulai terbit pada tanggal 28 Juni 1965 berkantor di
Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara Nasional. Pada tahun 2004, tiras
hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi Minggunya mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
di seluruh Indonesia. Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas dibagi menjadi tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang
memuat berita Nasional dan Internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian berita olahraga.
4.1.2 Sejarah Harian Kompas
Sebuah buku telah lahir, buku Sejarah Pers, khususnya Kompas, sebuah harian yang terbit untuk pertama kalinya 28 Juni 1965. Pendirinya
adalah dwitunggal Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama. Buku ini diterbitkan Penerbit Buku Kompas PBK, orang menyebutnya penerbit
“Kebo” karena merujuk pada logo perusahaan penerbitan yang berlambang seekor kerbau dimana diatasnya bertengger seorang “bocah angon”
penggembala yang sedang meniup seruling. Kantor PBK berada di samping kiri Gedung Kompas Gramedia lama yang bebaur dengan rumah -
rumah penduduk. Ada beberapa rekan yang meplesetkan PBK menjadi Penerbit
Buku Kliping. Ada benarnya, karena beberapa buku merupakan dokumentasi dari ribuan artikel yang pernah dimuat di Harian Kompas,
khususnya yang memberi inspirasi dan memompa semangat dan gairah berkiprah. Tetapi tidak semuanya berupa kliping, ada juga buku - buku
yang murni ditulis memang untuk menjadi sebuah buku. Buku tersebut ditulis dengan serius dan bukan dari hasil sebuah kliping. Salah satu
bukunya adalah buku “Kompas dari Belakang ke Depan : menulis dari dalam”.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Buku “Kompas dari Belakang ke Depan : menulis dari dalam” adalah buku tentang sejarah Kompas terlengkap yang pernah terbit. Buku
ini juga menceritakan jatuh - bangun, kisah sukses, dan strategi bertahannya yang unik. Frans M. Parera, salah seorang penyumbang
tulisan tidak malu dalam menceritakan dan mengatakan “Jurnalisme Kepiting” untuk strategi bertahan Kompas yang menjadikan surat kabar ini
tetap eksis bertahan. August Parengkuan, seorang sesepuh Kompas mengatakan dalam
biku tersebut “Bagi Pak Jakob, Kompas harus terbit kembali, bukan saja para karyawan dapat terus bekerja tetapi yang penting tetap mempunyai
medium untuk menyampaikan gagasan, pemikiran, dan ide - ide baik kepada pemerintah”. Tetapi satu minggu sesudahnya semua orang lupa
pernah ada surat kabar bernama Kompas. Sejumlah penulis memberi kontribusi dalam penulisan buku ini,
antara lain : Sularto, Mamak Sutamat, Ninok Leksono, Suryopratomo, Agung Adiprasetyo, dan Arbain Rambey. Jakob memberi sambutan dalam
buku ini, buku ini dihiasi foto - foto lawas dari dokumentasi foto yang tidak atau belum pernah dipublikasikan. Unsur mengejutkan dan
mencengangkan sudah pasti ada saat melihat foto - foto yang disunting Arbain Rambey. Buku ini memuat pula kartun GM Sudarta yang dikenal
sangat “menyentil dan mengena” itu. Buku ini tentu saja memberi inspirasi bagi siapapun, dari
wartawan, mahasiswa, dan seluruh masyarakat yang ingin lebih kenal
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dekat dengan Kompas. Dari buku ini kita dapat belajar bagaimana cara mempertahankan dari, penanaman karkater yang baik, integritas dan
loyalitas. Selain itu kita dapat mengerti bahwa membangun sebuah kerajaan bisnis seperti yang dapat dilihat saat ini tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan, perlu waktu 42 tahun untuk membangunnya. Sedangkan seseorang yang ingin menjatuhkan bahkan menghancurkan
Kompas, mungkin tidak memerlukan waktu selama itu. Buku ini tidak hanya wajib dibaca oleh 246 wartawan Kompas
atau seluruh karyawan yang berjumlah 953 orang sumber : Graha Kompas Jemursari, tetapi juga oleh seluruh karyawan yang bernaung di
bahwa bendera Kelompok Kompas Gramedia. Tujuannya agar mereka dapat mendalami nilai - nilai sebuah perjuangan dan semangat bertahan
dari sebuah surat kabar bernama Kompas.
4.2 Penyajian Data