Hubungan Anemia Dengan Produktivitas Kerja Pada Penjahit Di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PENJAHIT DI PASAR SORE PADANG BULAN KOTA MEDAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH

JHON MARTUA MALAU

NIM: 101000105

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

SKRIPSI PENELITIAN

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PENJAHIT DI PASAR SORE PADANG BULAN KOTA MEDAN

TAHUN 2014

OLEH :

JHON MARTUA MALAU

NIM: 101000105

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN

ANEMIA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PENJAHIT DI PASAR

SORE PADANG BULAN KOTA MEDAN TAHUN 2014” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.


(4)

(5)

ABSTRAK

Anemia merupakan masalah dunia dengan prevalensi tertinggi di negara berkembang. Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari nilai normal yang menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin berkurang sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Anemia pada pekerja wanita masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja termasuk pada penjahit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara anemia dengan produktivitas kerja pada penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Medan.

Jenis penelitian menggunakan metode penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, dan didapat sampel sebanyak 20 penjahit, yaitu yang melakukan reparasi pakaian di Pasar Sore Padang Bulan Medan. Penelitian dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan. Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan metoda chi-square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

Jumlah sampel yang kurang dalam penelitian ini, yaitu hanya 20 responden (syarat minimum 30 responden), menyebabkan penelitian dilanjutkan dengan metode penelitian deskriptif, dan hanya menjelaskan gambaran Anemia dan produktivitas kerja penjahit saja. Hasil penelitian menunjukkan adanya 15 orang penjahit (75%) yang mengalami anemia dan tidak produktif. Dan 5 orang penjahit (25%) yang tidak mengalami anemia merupakan pekerja yang produktif. Ada kemungkinan, pekerja tidak produktif akibat anemia yang diderita.

Disarankan kepada PEMKO Medan agar bekerjasama dengan Puskesmas Padang Bulan untuk melaksanakan program pemberian tablet penambah darah kepada penjahit dan dilakukan penyuluhan kepada penjahit terkait pentingnya kebiasaan sarapan pagi, mengkonsumsi kudapan, air minum >2 liter per hari, dan makanan yang mengandung zat besi agar meningkatkan kadar Hb darah.


(6)

ABSTRACT

Anemia is a major problem in the world with the highest prevalence in developing countries. Anemia is a condition when hemoglobin levels lower than normal value, which causes the amount of oxygen that is tied up and carried by hemoglobin reduced, and can not fulfil the needs of the body’s network. Anemia in female workers still be a health problem that can reduce working productivity including the tailors.

This study aims to determine a relationship between anemia with working productivity at Traditional Market “Pasar Sore” Padang Bulan Medan tailor.

This research is using analytic survey research method with cross sectional design. This research used purposive sampling technique, and 20 tailors who do clothes repairment in Traditional Market “Pasar Sore” Padang Bulan Medan as sample. This research was carried out by direct measurements in the field. Data obtained were analyzed using Chi-square method (X 2)with a 95% confidence level (α = 0.05).

The less number of this samples in this study, which is only 20 respondents(minimum requirement 30 respondents) lead research to continue with descriptive research method, and just show the characteristics of anemia and tailor working productivity only. Result shows that 15 tailors (75%) were anemic and unproductive. And 5 tailors (25%) who did not have anemia are productive workers. There is a possibility that unproductive workers suffered from anemia.

It is suggested to PEMKO Medan cooporate with Padang Bulan Health Center to implement blood booster tablets program to tailors and do outreach to tailors about the importance of breakfast, eating snacks, and drink water > 2 liters each day, and foods that contain Iron nutririon in order to increase the levels of hemoglobin.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Kuasa, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Anemia dengan Produktivitas Kerja pada Penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014”

Skripsi ini diselesaikan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM) dari fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara. Skripsi ini didedikasikan untuk orang tua tercinta, Ayahanda, Jafar Malau, M.Pd dan terutama kepada Ibunda Berliana Sirait, S.Pd yang selalu menjadi motivator dan sekaligus menjadi inspirasi saya dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas doa, nasehat, motivasi, kasih sayang, serta dukungan moril dan materil yang telah Ayah dan Ibunda berikan setiap saat.

Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan , dorongan, semnangat dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. DRS. Surya Utama, MS. Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Gery Silaban, MKes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sekaligus penguji II yang banyak memberikan masukan dalam perbaikan skripsi ini.


(8)

3. Eka Lestari Mahyuni, Mkes, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus ketua penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan masukan, serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Umi Salmah, SKM, Mkes, selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan banyak saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. dr. Arifin Siregar, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi saran dan masukan selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Seluruh dosen di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Ibu Ros serta seluruh staf dan pegawai di FKM USU untuk bantuannya. 8. Ibu Riah Sitepu, selaku Kepala Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan yang

telah memberikan izin penelitian dalam penulisan skripsi ini.

9. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Abang Timbul Malau S.Si dan keluarga, Abang Franky Malau S.H. dan keluarga, Kakak dr.Lidya Malau, Kakak Ratna Jessyka Malau, S.Psi, Kakak Fitri Teresia Situmorang, SKM, serta saudara-saudariku yang tidak dapat saya sebut satu per satu. Terima kasih untuk dukungan doa, kasih sayang, serta semangat yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah menjadi seperti keluarga sendiri (Raja Lingga, Palma Rosari Grace Marpaung, Imerlyn Andryani Silitonga,


(9)

Erna Veronika, Wanda Purba, Meithyra Simatupang, Ira Putri Lan Lubis, Isri Rumahorbo) yang sangat banyak membantu dan memberi motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini serta waktu kualitas selama ini. 11.Sahabat sekaligus rekan dalam menjalani hidup, Kiky Berty Apriana Saragi,

yang banyak membantu dan memberi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk dukungan doa, kasih sayang, serta semangat yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Adik-adik angkatan yang sudah saya anggap sebagai Adik kandung saya sendiri (Roma, Nanda, Danil, Riska, Erista, Erdianta, Johanis, Melfa, Lusiyanti, Ruth, Lisandy, Ratna, Hotmian, Marcella) yang memberi semangat dalam berbagai cara dan upaya untuk memberi motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Sahabat-sahabat di Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Armanda, Marcel, Sandro, Riska, Andi, Alfonso, Dian, Imam, Indra, Roni, Frans, Nurzannah, Eva, Bang Alex, Bang Khoirul, Kak Dina, Kak Alvira, Kak Astri, dan yang lainnya) yang tanpa henti memberi dukungan doa dan semangat untuk berjuang bersama dalam penyelesaian skripsi ini.

14.Sahabat-sahabat dan rekan kerja di Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) yang senantiasa memberi semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.


(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kesehatan masyarakat.

Medan, April 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia ... 7

2.2 Penyebab Anemia ... 8

2.3 Tanda dan Gejala Anemia ... 9

2.4 Diagnosis ... 10

2.5 Pencegahan Anemia... 11

2.6 Pengertian Hemoglobin ... 13

2.6.1. Kadar Hemoglobin ... 14

2.6.2. Guna Hemoglobin ... 15

2.7 Produktivitas ... 16

2.8 Produktivitas Kerja ... 19

2.9 Faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja ... 22

2.10 Anemia pada pekerja ... 24

2.11 Hubungan Anemia dengan produktivitas kerja ... 25

2.12 Kerangka konsep ... 27

2.13 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.2.1. Lokasi Peneliitian ... 28

3.2.2.Waktu Penelitian ... 28

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1. Populasi ... 28


(12)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4.1. Data Primer ... 29

3.4.2. Data Sekunder ... 29

3.5 Defenisi Operasional ... 29

3.6 Pelaksanaan Penelitian... 30

3.7 Aspek Pengukuran ... 30

3.8 Teknik Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.1.2 Jam Kerja Penjahit ... 34

4.2 Gambaran Umum Responden ... 34

4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 34

4.3 Kadar Hemoglobin (Hb) Responden ... 35

4.4 Produktivitas Kerja Responden ... 35

4.5 Hubungan Anemia dengan Produktivitas Kerja Responden ... 37

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Responden ... 39

5.1.1.Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 39

5.2 Anemia ... 39

5.3 Produktivitas Kerja Responden ... 46

5.4 Hubungan Anemia dengan Produktivitas Kerja Responden ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 52


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Batas Kadar Hemoglobin... 15 Tabel 2.2 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap Kelompok Umur ... 15 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Penjahit

Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2015 ... 34 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin Penjahit

Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2015 ... 35 Tabel 4.3 Produktivitas Kerja Penjahit Pasar Sore Padang Bulan Kota

Medan Tahun 2015 ... 36 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Penjahit

Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2015 ... 37 Tabel 4.5 Gambaran Anemia dan Produktivitas Kerja di Pasar Sore Padang


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat-surat Penelitian 2. Master Data

3. Hasil Analisa Data 4. Dokumentasi Penelitian


(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jhon Martua Malau

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar/ 12 September 1992

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 5 (lima) Bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Gaharu No.9, Pematangsiantar Riwayat Pendidikan :

1. TK Swasta Kalam Kudus Pematangsiantar : 1997-1998 2. SD Swasta Cinta Rakyat 2 Pematangsiantar : 1998-1999 3. SD Swasta GKPS 3 Pematangsiantar : 1999-2004

4. SMP Negeri 7 Pematangsiantar : 2004-2007

5. SMA Negeri 2 Pematangsiantar : 2007-2010

6. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : 2010-2015

Riwayat Organisasi :

1. UKM POMK FKM USU : 2012-2013

2. Himpunan Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja FKM USU : 2012-2013

3. Passion of Public Health (World No Tobacco Day) : 2012-2014

4. Komunitas UNIVERSE : 2014-2015

5. Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia: 2014-2015


(16)

ABSTRAK

Anemia merupakan masalah dunia dengan prevalensi tertinggi di negara berkembang. Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari nilai normal yang menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin berkurang sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Anemia pada pekerja wanita masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja termasuk pada penjahit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara anemia dengan produktivitas kerja pada penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Medan.

Jenis penelitian menggunakan metode penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, dan didapat sampel sebanyak 20 penjahit, yaitu yang melakukan reparasi pakaian di Pasar Sore Padang Bulan Medan. Penelitian dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan. Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan metoda chi-square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

Jumlah sampel yang kurang dalam penelitian ini, yaitu hanya 20 responden (syarat minimum 30 responden), menyebabkan penelitian dilanjutkan dengan metode penelitian deskriptif, dan hanya menjelaskan gambaran Anemia dan produktivitas kerja penjahit saja. Hasil penelitian menunjukkan adanya 15 orang penjahit (75%) yang mengalami anemia dan tidak produktif. Dan 5 orang penjahit (25%) yang tidak mengalami anemia merupakan pekerja yang produktif. Ada kemungkinan, pekerja tidak produktif akibat anemia yang diderita.

Disarankan kepada PEMKO Medan agar bekerjasama dengan Puskesmas Padang Bulan untuk melaksanakan program pemberian tablet penambah darah kepada penjahit dan dilakukan penyuluhan kepada penjahit terkait pentingnya kebiasaan sarapan pagi, mengkonsumsi kudapan, air minum >2 liter per hari, dan makanan yang mengandung zat besi agar meningkatkan kadar Hb darah.


(17)

ABSTRACT

Anemia is a major problem in the world with the highest prevalence in developing countries. Anemia is a condition when hemoglobin levels lower than normal value, which causes the amount of oxygen that is tied up and carried by hemoglobin reduced, and can not fulfil the needs of the body’s network. Anemia in female workers still be a health problem that can reduce working productivity including the tailors.

This study aims to determine a relationship between anemia with working productivity at Traditional Market “Pasar Sore” Padang Bulan Medan tailor.

This research is using analytic survey research method with cross sectional design. This research used purposive sampling technique, and 20 tailors who do clothes repairment in Traditional Market “Pasar Sore” Padang Bulan Medan as sample. This research was carried out by direct measurements in the field. Data obtained were analyzed using Chi-square method (X 2)with a 95% confidence level (α = 0.05).

The less number of this samples in this study, which is only 20 respondents(minimum requirement 30 respondents) lead research to continue with descriptive research method, and just show the characteristics of anemia and tailor working productivity only. Result shows that 15 tailors (75%) were anemic and unproductive. And 5 tailors (25%) who did not have anemia are productive workers. There is a possibility that unproductive workers suffered from anemia.

It is suggested to PEMKO Medan cooporate with Padang Bulan Health Center to implement blood booster tablets program to tailors and do outreach to tailors about the importance of breakfast, eating snacks, and drink water > 2 liters each day, and foods that contain Iron nutririon in order to increase the levels of hemoglobin.


(18)

1.1. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah dunia, dengan prevalensi tertinggi di negara sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia diantaranya adalah anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Anemia menimbulkan gejala letih, lesu dan cepat lelah yang akibatnya dapat menurunkan produktivitas kerja (Tarwoto dkk, 2007).

Anemia menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin berkurang, sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Beberapa organ dan proses memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen yang dipasok berkurang, maka kinerja organ yang bersangkutan akan menurun, sedangkan kelancaran proses tertentu akan terganggu (Almatsier, 2003).

Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dari nilai normal. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Batasan hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena anemia atau tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Untuk anak – anak umur 6 bulan – 5 tahun, dapat dikatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl, umur 6 - 14 tahun kurang dari 12 g/dl, dewasa laki –laki kurang dari 13 g/dl, dewasa perempuan tidak hamil kurang dari 12 g/dl, dan dewasa perempuan hamil kurang dari 11 g/dl (Arisman, 2004).


(19)

Prevalensi anemia masih tinggi di Indonesia. Pekerja yang menderita anemia produktivitas kerja 20% lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang sehat dengan gizi yang baik. Anemia menyebabkan turunnya daya tahan tubuh juga membuat penderita rentan terhadap penyakit, sehingga frekuensi tidak masuk kerja meningkat (Sediaoetama, 2005).

Menurut WHO (2008) dalam Dinkes Provsu (2011), prevalensi anemia pada wanita sebesar 30,2%. Data pada 8 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 1997 prevalensi anemia sebesar 78,4% dan tahun 2002 menurun menjadi 53,8%. Survei mengenai penyakit anemia juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Survei anemia yang dilaksanakan pada tahun 2005 di 4 kabupaten/kota menunjukkan bahwa 40,5% pekerja wanita menderita anemia. Data Riskesdas pada Tahun 2007, prevalensi anemia sebesar 25%, dan pada perempuan dewasa, proporsi anemia 59,9%.

Penanggulangan anemia di Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan dengan berbagai intervensi seperti kegiatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang diarahkan pada dukungan sosial dan membuka jalan dan mendukung kegiatan penanggulangan yang bersifat langsung seperti suplemen zat besi, fortifikasi dan KIE juga diarahkan untuk peningkatan penggunaan menu seimbang. Kenyataan yang ada, prevalensi anemia di Indonesia maupun di Provinsi Sumatera Utara masih tetap tinggi, sehingga program penanggulangan anemia gizi bagi pekerja wanita tetap dikembangkan yang bertujuan menurunkan prevalensi anemia agar pekerja menjadi produktif (Oppusunggu, 2009).


(20)

Produktivitas dalam Tarwaka (2004), adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan tenaga kerja menghasilkan barang atau jasa dalam satuan waktu, sehingga jika semakin banyak dan bermutu barang atau jasa yang dihasilkan tersebut, maka semakin tinggi produktivitas tenaga kerja yang dimaksud.

Produktivitas tenaga kerja menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja yang mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat atau memakai sumber daya yang lebih sedikit menunjukkan tingkat produktivitas yang tinggi (Ravianto, 1990).

Kondisi kesehatan sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Nugroho (2007) menyebutkan bila keadaan kesehatan yang optimal tercapai, maka pekerja dapat mewujudkan produktivitas yang tinggi.

Masalah anemia yang menjadi perhatian selama ini adalah anemia pada pekerja wanita, wanita hamil dan remaja putri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan. Anemia pada pekerja wanita, masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Selain sebagai tenaga kerja, wanita juga memiliki peran ganda yaitu sebagai wanita yang akan melahirkan anak dan menyusui dan secara alamiah setiap bulannya mengalami haid. Tenaga kerja yang menderita anemia, akan berkurang kemampuan untuk melaksanakan


(21)

pekerjaannya dan badan menjadi cepat lelah, lemah, lesu sehingga produktivitas kerja menjadi kurang baik.

Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan merupakan salah satu Pasar di Kecamatan Medan Baru yang mempunyai beragam Usaha Dagang, baik yang menjual barang, maupun jasa. Salah satu jenis jasa yang ditawakan di Pasar ini adalah reparasi pakaian.

Dari hasil survei yang dilakukan pada bulan September 2014, di Pasar Sore Padang Bulan terdapat 36 orang penjahit. Kios yang digunakan oleh penjahit terletak berdampingan dan berukuran cukup sempit, dan di dalam 1 kios terdapat 2 sampai 4 orang penjahit. Namun, ada juga kios yang di dalamnya terdapat 5 sampai 8 orang penjahit. Kios yang digunakan penjahit sudah berkonstruksi beton, dan memiliki atap. Ventilasi ruangan sudah cukup baik. Lantai yang digunakan juga sudah keramik dan semen. Pencahayaan yang digunakan penjahit untuk bekerja di dalam kios juga terlihat cukup baik dan mendukung proses kerja penjahit. Proses pekerjaan yang dilakukan dalam menjahit adalah menghasilkan pakaian dari bahan kain dan memperbaiki kerusakan pada pakaian yang dibawa oleh konsumen.

Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Pasar Sore Padang Bulan pada 5 orang pekerja wanita, dinyatakan bahwa penjahit di pasar sore bekerja selama 6 hari dalam 1 minggu dan rata - rata bekerja selama 9 – 10 jam dalam sehari, dimulai dari pukul 09.00 – 18.30 WIB. Selama bekerja, penjahit memiliki praktik kebiasaan makan dan minum yang kurang baik, seperti mengabaikan waktu makan, mengkonsumsi air minum < 2 Liter / hari, dan tidak ada mengkonsumsi makanan dan minuman tambahan. Para pekerja disana juga sering mengeluhkan masalah


(22)

kesehatannya yaitu mata berkunang-kunang, gampang lelah, kurang konsentrasi, pucat dan pusing. Saat dilakukan wawancara, terlihat bahwa penjahit tersebut terlihat pucat, dan kurang berkonsentrasi dalam menjawab pertanyaan. Dua dari lima orang pekerja yang diwawancarai saat survei awal menyatakan memiliki gejala anemia. Pekerja tersebut sempat mengalami pusing selama berhari-hari, dan mengkonsumsi suplemen penambah darah agar dapat bekerja tiap harinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis hubungan anemia terhadap produktivas kerja pada penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini, adalah Bagaimana Hubungan Anemia dan produktivitas kerja pada penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan anemia dan produktivitas kerja pada penjahit di Pasar Sore Padang Bulan tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran anemia pada penjahit di Pasar Sore Padang Bulan.

b. Untuk mengetahui gambaran produktivitas kerja penjahit di Pasar Sore Padang Bulan.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Adapun manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi bahan referensi yang menambah pengetahuan kita tentang kesehatan, secara khusus mengenai anemia.

1.4.2. Bagi penjahit, agar dapat menambah wawasan mengenai anemia dan khususnya mengenai gejala anemia dan penanggulangannya.

1.4.3. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai permasalahan pada Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

1.4.4. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan Penyakit Anemia kaitannya dengan Produktivitas Kerja di tempat lain.


(24)

2.1. Anemia

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007).

Menurut Nursalam dalam Murgiyanta (2006), Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik, penurunan daya tahan tubuh.

Menurut Wirakusumah dalam Oppusungu (2009), Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah atau hemoglobin dibawah normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12.


(25)

2.2. Penyebab Anemia

Menurut Arisman (2008), ada tiga penyebab anemia, yaitu : a. Kehilangan darah secara kronis

Pada pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses perdarahan akibat penyakit atau akibat pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama haid sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi.

Selain itu, anemia dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit, seperti cacing tambang, schistosoma dan trichuris trichiura. Hal ini sering terjadi di negara tropis, lembab dan keadaan sanitasi lingkungan yang buruk.

Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100 cc/hari, tergantung pada beratnya infestasi. Jika jumlah zat besi dihitung berdasarkan banyaknya telur cacing yang terdapat dalam tinja, jumlah zat besi yang hilang per seribu adalah sekitar 0,8 mg untuk necator americanus sampai 1,2 mg untuk ancylostoma duodenale.

b. Asupan dan serapan tidak adekuat

Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%. Sebagian besar penduduk di negara yang sedang berkembang tidak mampu menghadirkan bahan makanan tersebut. Kebiasaan konsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.


(26)

c. Peningkatan kebutuhan

Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air seni dan kulit. Berdasarkan jenis kelamin, kehilangan zat besi untuk pria dewasa mendekati 0,9 mg dan 0,8 untuk wanita.

Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan zat besi, serta peningkatan adaptif jumlah persentase zat besi yang terserap melalui saluran cerna. Namun, jika cadangan zat besi sangat sedikit sedangkan kandungan dan serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian suplementasi pada masa-masa ini menjadi sangat penting.

2.3. Tanda dan Gejala Anemia

Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palbera. Tanda yang khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia, hipokloridia, koilonikia dan pafofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja intelektual serta kemampuan kerja menurun (Arisman, 2008).

Indikator anemia berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang – terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita


(27)

tampak pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas bahkan lemah jantung (Zarianis, 2006).

Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. Gejala lemah, letih, lesu, lelah, lunglai atau yang biasa disebut 5L juga merupakan salah satu gejala Anemia. Tanda lainnya adalah kelopak mata, wajah, ujung jari dan bibir biasanya tampak pucat (Syafitri, 2008)

2.4. Diagnosis

Menegakkan diagnosis anemia tidaklah sulit, tetapi menentukan penyebab anemia tersebut jelas tidak mudah. Menurut Jika anemia terjadi pada laki-laki yang asupan pangannya cukup mengandung zat besi, perkiraan penyebabnya ialah pendarahan. Sementara, pemeriksaan klinis dan laboratorium selayaknya ditujukan untuk mencari penyebab pendarahan tersebut. Tetapi jika yang menderita anemia tersebut adalah wanita dan jika diasumsikan bahwa asupan zat besinya adekuat, pemeriksaan klinis tidak hanya diarahkan pada pendarahan yang abnormal selama dan diluar menstruasi, tetapi memungkinkan pendarahan di tempat lain.

Sedangkan penentuan anemia secara klinis (kecuali anemia berat) sangat dipengaruhi oleh banyak variabel seperti ketebalan kulit dan pigmentasi. Karena itu, pemeriksaan laboratorium sebaiknya digunakan dalam mendiagnosis serta menentukan berat atau ringannya anemia. Pemeriksaan tersebut akan sangat bermanfaat terutama terhadap kelompok yang beresiko tinggi.


(28)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah penentuan derajat anemia dan pengujian defisiensi zat besi. Penentuan derajat anemia dapat dilakukan melalui pemeriksaan darah rutin, seperti pemeriksaan haemoglobin, hematokrit, hitung jumlah RBC (Red Blood Cells, bentuk RBC, jumlah retikulosit sementara uji defisiensi besi melalui pemeriksaan feritin serum, kejenuhan transferin, dan protoporfirin eritrosit.

2.5. Pencegahan Anemia

Menurut Arisman (2008), sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia, yaitu :

a. Pemberian tablet atau suntikan zat besi

Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3- 4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting dilakukan.

Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian, anemia di Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi.

b. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan


(29)

Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi.

Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara :

1. Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi.

2. Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.

c. Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya infeksi.

Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan.

Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang menjadi penyebabnya. Sementara peran parasit usus yang lain terbukti sangat kecil. Ada banyak bukti tertulis, bahwa


(30)

parasit parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin.

Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi dengan langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan parasit, tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun fortifikasi makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi.

4. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara.

Di negara industri, produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras dan saus ikan.

2.6. Pengertian Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan


(31)

sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi carboxy hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).

Menurut William dalam Shinta (2005), Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin.

2.6.1. Kadar Hemoglobin (Hb)

Menurut Costill dalam Brunner (2001), Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah. Kadar Hemoglobin sangat mempengaruhi jumlah kadar oksigen di dalam tubuh.

Jumlah hemoglobin dalam darah setiap orang berbeda – beda. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009).


(32)

Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).

Tabel 2.1. Batas Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)

Pria dewasa 13,0

Wanita dewasa 12,0

Sumber : WHO dalam Arisman, 2002

Tabel 2.2. Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap kelompok Umur

Kelompok Umur Hb (gr/100ml)

Dewasa 1. Laki-laki

2. Wanita

13 12 Sumber : Depkes RI, 1999 dalam Zarianis, 2006

2.6.2 Guna Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).


(33)

Menurut Depkes RI dalam Widayanti (2008), adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia.

2.7. Produktivitas

Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran (output) dan masukan (input). Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai (Muchdarsyah, 2008).

Menurut L. Greenberg dalam Muchdarsyah (2008), produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.

Produktivitas juga diartikan sebagai:


(34)

b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum.

Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit (Konferensi Oslo dalam Muchdarsyah, 2008).

Menurut Kussrianto dalam Sutrisno (2009), produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja. Peran serta yang dimaksud adalah penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.

Menurut Aigner dalam Sutrisno (2009), bahwa filsafat mengenai produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia, karena makna produktivitas adalah keinginan untuk dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang. Dengan kata lain, filsafat produktivitas adalah keinginan manusia untuk membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin dan membuat hari esok lebih baik dari hari ini.

Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang dan jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai (Sutrisno, 2009).

Menurut Webster dalam Sutrisno (2009), memberikan batasan tentang produktivitas yaitu:


(35)

b. Tingkat keefektifan dari manajer industri di dalam penggunaan aktivitas untuk produksi

c. Keefektifan dalam menggunakan tenaga kerja dan peralatan.

Menurut Dewan Produktivitas Nasional RI dalam Oppusungu (2009), secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan atau rasio antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.

Menurut Suprihanto dalam Pajar (2008), produktivitas diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan sesuatu atau diartikan juga sebagai perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output).

Menurut Simanjuntak dalam Pajar (2008), produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu.

Peter F. Drucker dalam Pajar (2008), mendefinisikan produktivitas adalah keseimbangan antara seluruh faktor-faktor produksi yang memberikan keluaran yang lebih banyak melalui penggunaan sumber daya yang lebih sedikit.

Menurut Ravianto dalam Gautama (2006), produktivitas dapat dianggap sebagai keluaran atau sebagai masukan dari suatu sistem. Sebagai masukan maka produktivitas dapat disebut sebagai suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari sekarang dan hari esok lebih baik dari hari ini. Produktivitas sebagai hasil keluaran biasanya dirumuskan sebagai rasio dari apa yang dihasilkan terhadap keseluruhan masukan. Dapat dikatakan bahwa produktivitas merupakan ukuran dari kemampuan (baik


(36)

individu, kelompok maupun dari organisasi perusahaan) untuk menghasilkan suatu produk barang dan jasa dalam kondisi dan situasi tertentu.

Berdasarkan pengertian produktivitas sebagai keluaran, maka produktivitas dapat dibedakan kedalam berbagai tingkatan yaitu produktivitas tingkat individu (tenaga kerja), tingkat satuan (kelompok kerja) dan tingkat organisasi perusahaan (produktivitas sub sistem, sistem maupun supra sistem) (Murgiyanta, 2006).

2.8. Produktivitas Kerja

Menurut Sutrisno (2009), Produktivitas kerja adalah rasio dari hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja sebenarnya hanya sebagian dari seluruh produktivitas suatu usaha.

Menurut Tohardi dalam Sutrisno (2009), produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini dari pada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

Produktivitas kerja menurut Cascio dalam Almigo (2004), sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan.

Menurut Sedarmayanti dalam Almigo (2004), produktivitas kerja menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja


(37)

adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi

Menurut ILO dalam Elviana (2001), produktivitas tenaga kerja adalah sebagai suatu konsep. Konsep yang dimaksud menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkannya untuk menghasilkan suatu produk.

Menurut Ravianto dalam Gautama (2006), produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Seorang tenaga kerja dianggap produktif jika seorang tenaga kerja menghasilkan keluaran(output) yang lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja lain dalam satuan waktu yang sama. Bila seorang tenaga kerja menghasilkan keluaran yang sama dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain.

Tingkat produktivitas setiap orang berbeda. Seorang tenaga kerja menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi bila ia mampu menghasilkan produk yang sesuai standar yang telah ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat atau menggunakan sumber daya yang lebih sedikit (Elviana, 2001).

Menurut Schermerharn dalam Daryatmi (2002), produktivitas diartikan sebagai hasil pengukuran suatu kinerja dengan memperhitungkan sumber daya yang digunakan, termasuk sumber daya manusia. Produktivitas dapat diukur pada tingkat individual, kelompok maupun organisasi. Produktivitas juga mencerminkan


(38)

keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai efektivitas dan efisiensi kinerja dalam kaitannya dengan penggunaan sumber daya. Orang sebagai sumber daya manusia di tempat kerja termasuk sumber daya yang sangat penting dan perlu diperhitungkan.

Menurut Sinungan dalam Daryatmi (2002), menyatakan bahwa produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Sikap seperti ini akan mendorong munculnya suatu kerja yang efektif dan produktif, yang sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produktivitas kerja.

Menurut Putra dalam Pajar (2008), produktivitas kerja adalah jumlah output atau keluaran yang dihasilkan seseorang secara utuh dalam satuan waktu kerja yang meliputi kegiatan dalam mencapai hasil atau prestasi kerja bersumber dari penggunaan bahan secara effisien.

Menurut L. Greenberg dalam Muchdarsyah Sinungan (2005), produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode waktu tersebut.

Menurut Sritomo dalam Wahyu (2009), produktivitas seringkali juga diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan (input). Produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dari setiap jumlah sumber daya yang dipergunakan selama proses berlangsung, dimana hasilnya relatif, mengacu pada kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan output.


(39)

2.9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Menurut Putra dalam Elviana (2001), produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari tenaga kerja itu sendiri maupun yang berasal dari lingkungan perusahaan. Faktor tersebut antara lain:

a. Gizi dan Kesehatan

Bagi manusia dalam bekerja, zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak berperan sebagai sumber tenaga dan vitamin, mineral dan zat besi berperan sebagai pelindung. Aktivitas yang boleh dilakukan manusia adalah sangat dipengaruhi zat gizi yang dikonsumsinya serta kesehatannya. Gizi yang cukup dan badan yang sehat merupakan syarat bagi produktivitas kerja yang tinggi.

Bagi pekerja fisik yang berat, gizi dengan kalori yang memadai menjadi syarat utama yang menentukan produktivitas kerja. Antara kesehatan, ketahan fisik dan produktivitas kerja terdapat korelasi yang sangat nyata.

b. Pendidikan dan Pelatihan

Kemampuan seseorang untuk bekerja berawal dari pendidikan dan pelatihan yang dialaminya. Pendidikan dan pelatihan yang ditambah dengan praktek yang terus menerus akan menambah kecakapan seseorang, pekerjaannya akan semakin bermutu dan cepat selesai, dengan kata lain produktivitas meningkat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memberi peluang penghasilan yang lebih tinggi serta produktivitas yang lebih tinggi. Hal ini terbukti dari tingginya rata-rata pendidikan di negara maju dan produktivitas yang tinggi.


(40)

c. Penghasilan dan Jaminan Sosial

Upah yang dapat diartikan sebagai imbalan yang diterima tenaga kerja dalam hubungan kerja berupa uang. Imbalan yang diperuntukkan bagi pemenuhan sebagian besar kebutuhan dirinya beserta keluarganya. Upah yang minimal hanya untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Pada tingkat upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang layak, produktivitas kerja memperoleh peluang untuk meningkat.

d. Kesempatan

Kesempatan yang terbuka untuk seseorang untuk berbuat yang lebih baik, kreatif dan inovatif juga merupakan persyaratan untuk perbaikan produktivitas kerja. Kesempatan dalam hal ini sekaligus mencakup kesempatan kerja, yaitu pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan ketrampilan serta minat dan kesemapatan untuk berprestasi serta mengembangkan potensi diri.

e. Manajemen

Produktivitas kerja juga dipengaruhi oleh manajemen dari kepemimpinan organisasi perusahaan. Faktor manajerial ini berpengaruh pada semangat kerja tenaga kerja melalui gaya kepemimpinan, kebijaksanaan dan peraturan-peraturan perusahaan.


(41)

f. Kebijakan Pemerintah

Upaya perbaikan produktivitas dapat didorong oleh kebijakan penanaman modal, investasi, teknologi, ketatalaksanaan, moneter dan perkreditan serta dorongan eksport yang menciptakan iklim berusaha yang merangsang perbaikan produktivitas.

2.10. Anemia Pada Pekerja

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah akibat kekurangan kadar Hemoglobin (Hb) dalam tubuh, sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan (Tarwoto dkk, 2007).

Penelitian oleh Haggard dan Greberg tahun 1935 dalam Husaini (1979), terhadap buruh pabrik sepatu menunjukkan bahwa buruh yang makan tiga kali sehari produktivitas kerjanya lebih tinggi dibandingkan dengan yang makan dua kali sehari. Dari buruh-buruh bangunan maupun perkebunan karet ditemukan bahwa ada korelasi positif antara kadar hemoglobin dengan kemampuan fisik. Tingkat produktivitas pada penyadap karet dengan status gizi kurang (anemia gizi) ternyata 20% lebih rendah daripada yang tidak kekurangan gizi. Penurunan produktivitas dan kemampuan jasmani terjadi pada tingkat anemia sedang sampai berat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Barnawi, dkk (1984) pengaruh anemia pada produktivitas kerja baru dapat terlihat jika status gizi kurang yang dialami oleh pekerja sudah berlangsung lama sehingga mempengaruhi faal tubuh dan tidak ada penanggulangannya.


(42)

2.11. Hubungan Anemia Dengan Produktivitas Kerja

Menurut De Maeyer dalam Oppusungu (2009), untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, maka faktor alat, cara dan lingkungan kerja harus betul-betul serasi kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja. Apabila tenaga kerja kekurangan kadar hemoglobin, maka tenaga yang dihasilkan oleh tubuh akan berkurang dan badan menjadi cepat lelah sehingga produktivitas kerja juga rendah.

Menurut Mahdin dalam Oppusungu (2009), salah satu faktor yang menentukan produktivitas adalah status gizi tenaga pekerja yang baik yang salah satunya adalah ferum (zat besi) didalam tubuh jumlahnya harus mencukupi. Ferum (zat besi) adalah salah satu unsur untuk pembentukan hemoglobin, bila tubuh kekurangan zat ini, maka pembentukan hemoglobin akan berkurang yang dapat menyebabkan anemia. Kadar hemoglobin yang rendah akan mengganggu proses metabolisme dalam tubuh.

Menurunnya produktivitas kerja pada anemia disebabkan oleh dua hal yaitu (Almatsier, 2003) :

a. Berkurangnya enzim mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi.

b. Menurunnya hemoglobin darah, akibatnya metabolisme energi didalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah.

Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, menurunkan produktivitas kerja, menurunkan sumber daya manusia dan menurunkan kebugaran. Pekerja yang membutuhkan tenaga besar merasa cepat lelah karena anemia menyebabkan tenaga berkurang. Dengan demikian hasil kerjanya akan rendah


(43)

sehingga produktivitas kerja menurun. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu yang tidak anemia (Wirakusumah, 1999).

Menurut Soekirman dalam Wulansari (2006), Anemia erat kaitannya dengan penurunan kemampuan motorik (dampak fisik) yang dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa cepat lelah terjadi karena metabolisme energi oleh otot tidak berjalan dengan sempurna karena otot kekurangan oksigen, dimana oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel otot ini diangkut oleh zat besi dalam darah yaitu hemoglobin.

Kesehatan pekerja sangat berdampak pada produktivitas. Pada kondisi anemia, kesanggupan dan daya kerja menurun secara bermakna (Sediaoetama, 1993). Menurut Husaini dalam Oppusungu (2009), di Indonesia ditemukan bahwa dengan pemberian tablet tambah darah dapat meningkatkan hemoglobin sehingga pekerja tidak anemia. Hasil ini juga diikuti dengan meningkatnya produktivitas kerja yang lebih baik.

Menurut Guyton dan Hall dalam Syafitri (2008), zat besi berkaitan dengan pembentukan hemoglobin. Dua pertiga besi dalam tubuh terdapat dalam bentuk hemoglobin. Dalam hal ini zat besi memiliki peranan penting dalam produktivitas kerja dengan peranan sebagai kofaktor enzim dalam metabolisme energi, besi dapat mempercepat metabolisme energi sehingga dapat mengganti secara cepat kekurangan energi untuk beraktivitas secara fit.

Wardani dalam Rosyida (2010), mengemukakan bahwa anemia dapat ditimbulkan akibat terjadinya defisiensi zat pembentuk Hemoglobin (Hb). Salah satu gejala fisik yang terjadi pada anemia adalah penurunan kemampuan kerja. Efek fisik


(44)

lainnya adalah peningkatan sensitivitas terhadap penyakit flu, gangguan gastrointestinal, konstipasi dan diare.

Menurut Wirakusumah dalam Rosyida (2010), anemia dapat menyebabkan tenaga berkurang, sehingga pekerja yang membutuhkan tenaga besar akan merasa cepat lelah. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil kerja yang rendah karena produktivitas kerjanya menurun.

2.12. Kerangka Konsep

Variabel X Variabel Y

2.13. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan anemia dengan produktivitas kerja Penjahit Pakaian di Pasar Sore Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Sumatera Utara Ha : Ada hubungan anemia dengan produktivitas kerja Penjahit Pakaian di Pasar Sore

Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Sumatera Utara


(45)

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan metode penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional (Notoatmodjo, 2005) yaitu untuk menganalisis hubungan antara faktor resiko dengan faktor efek data penelitian yaitu hubungan anemia dengan produktivitas kerja pada penjahit.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada kios penjahit pakaian di Pasar Sore Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung pada bulan Desember 2014 – Februari 2015.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh penjahit pakaian yang bekerja di Pasar Sore Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Propinsi Sumatera Utara. sebanyak 36 orang.

3.3.2. Sampel

Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling.dengan kriteria yaitu sampel yang diambil adalah penjahit yang melakukan reparasi pada pakaian yang dibawa konsumen, yaitu sebanyak 20 orang penjahit.


(46)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

a. Anemia diperoleh dengan metode Penggunaan alat Hb Meter, yaitu Kadar Hemoglobin (Hb) penjahit melalui pengambilan sampel darah pekerja dan hasilnya diperiksa menggunakan alat Hb Meter .

b. Produktivitas kerja diperoleh dengan metode perhitungan antara keluaran(output) atau produk yang dihasilkan dan masukan (input) atau produk yang dipesan dan sumber daya lainnya berdasarkan aktivitas kerja dengan standa.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak Direksi PD Pasar Sore Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Kota Medan, yaitu data-data mengenai profil atau gambaran umum pekerja di Pasar Sore Kelurahan Padang Bulan.

3.5. Definisi Operasional

3.5.1. Tenaga kerja adalah penjahit yang pekerjaannya melakukan reparasi pada pakaian konsumen seperti baju, celana, rok dengan menggunakan mesin jahit goyang dan bekerja setiap hari di Pasar Sore Kelurahan Padang Bulan, Medan.

3.5.2. Anemia adalah kadar Hemoglobin darah yang kurang dari 12.0 gr/dl pada wanita dewasa yang diukur dengan menggunakan metode penggunaan alat Hb Meter.


(47)

3.5.3. Produktivitas kerja adalah hasil dari perhitungan keluaran (output) dengan masukan (input) yang dilakukan penjahit selama 12 hari bekerja berdasarkan standar waktu masing-masing aktivitas kerja.

3.6. Pelaksanaan Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran Anemia pada penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014, dilakukan pengujian kadar Hemoglobin pada Penjahit dengan menggunakan alat ukur Hb Meter. Untuk mengetahui apakah penjahit produktif atau tidak, dilakukan observasi langsung jumlah pakaian yang direparasi oleh penjahit di lapangan selama 12 hari.

3.7. Aspek Pengukuran

a. Anemia

Untuk menentukan gambaran anemia pada penjahit, maka dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin yang dilakukan pada siang hari saat penjahit istirahat yaitu pukul 12.00 - 14.00 WIB. Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan oleh Petugas kesehatan yang memiliki sertifikat kerja. Setelah dilakukan pemeriksaan, kemudian dicatat hasil pemeriksaan kadar hemoglobin.

Untuk kadar hemoglobin dikategorikan menurut Depkes RI (2003) menjadi 2, yaitu :

1. Kadar hemoglobin ≥ 12,0 gr/dl dikelompokkan tidak anemia,

2. Kadar hemoglobin < 12,0 gr/dl dikelompokkan anemia Data yang didapat berupa data nominal.


(48)

b. Produktivitas Kerja

Menurut Sritomo dalam Wahyu (2009), Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (Output dibagi dengan Input). Untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja dihitung dari hasil kerja masing-masing penjahit selama 12 hari bekerja dibagi jumlah hasil yang harus dicapai dengan total jam kerja yang dialokasikan selama 12 hari bekerja, dengan satuan waktu. Data yang didapat berupa data nominal.

Untuk jenis produk dimana tenaga kerja mencapai jumlah target produk tertentu selama jam kerja, maka produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan jumlah produk yang dihasilkan selama jam kerja dengan jumlah target produk yang seharusnya diperoleh selama jam kerja (Ravianto, 1990).

Produktivitas = Output Input

Keterangan:

Output = Pakaian yang diselesaikan penjahit selama 12 hari bekerja (menit)

Input = Jumlah pakaian yang harus diselesaikan selama 12 hari bekerja, dengan standar waktu yang harus dipenuhi berdasarkan aktivitas kerja, yaitu: reparasi resleting membutuhkan waktu 15 menit, reparasi kancing baju membutuhkan waktu 5 menit, potong bahan membutuhkan waktu 5 menit, mengecilkan pakaian membutuhkan waktu 10 menit, membesarkan pakaian membutuhkan waktu 30 menit.


(49)

Hasil perhitungan produktivitas akan dikategorikan dalam:

a. Produktif : apabila hasil yang diperoleh dari perbandingan antara output dan input ≤1(menit)

b. Tidak produktif : apabila hasil yang diperoleh dari perbandingan antara output dan input >1(menit)

3.8. Teknik Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan adalah uji univariat untuk mendapatkan frekuensi serta distribusi data usia, kadar Hb dan produktivitas kerja.


(50)

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pasar Tradisional (Pajak Sore) Padang Bulan adalah salah satu dari 54 (lima puluh empat) pasar tradisional yang ada di kota Medan. Pada tahap awal Pajak Sore tersebut berada di tanah yang berdataran rendah namun sekarang tanah tersebut telah ditinggikan oleh PEMDA sejak 13 tahun lalu, sementara pasar tradisional (pajak sore) ini sendiri telah berdiri sekitar tahun 1970 an.

Pasar Tradisional Padang Bulan yang berada di Jalan Jamin Ginting ini terdiri dari 2 pengelola pasar, satu dikelola oleh PEMDA sedangkan yang satu lagi oleh pihak swasta. Jumlah pedagang yang berada di bawah naungan PEMDA berjumlah 334, hal tersebut dapat dilihat dari 21 ruko, 167 kios, 90 stand, 8 bangunan baru belakang serta 48 bangunan baru depan. Pasar Sore ini dapat menampung 334 pedagang dengan luas lahan sebesar 1000m2 dan luas bangunan sebesar 800 m2. Di lokasi ini juga ada sekitar 36 penjahit yang bekerja setiap harinya.

Pasar tradisional berlokasi di tempat-tempat yang padat penduduk, strategi dan aksebilitasnya tinggi (mudah dijangkau). Adapun batas wilayah disekitar Pasar tradisional (Pajak Sore) Padang Bulan ini adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Jln Patimura

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Jln Djamin Ginting - Sebelah Barat berbatasan dengan Jln Dr mansur


(51)

4.1.2 Jam Kerja Penjahit

Penjahit Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan bekerja selama 6 hari dalam 1 minggu. Jam Kerja Penjahit Pasar Sore Padang Bulan dimulai dari pukul 09.00 - 18.00 WIB, dengan waktu istirahat di jam kerja. Maka total jam kerja yaitu 9 jam per hari.

4.2 Gambaran Umum Responden

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Usia penjahit wanita yang peneliti jadikan sampel dalam penelitian ini cukup beragam. Usia termuda 19 tahun, sedangkan usia tertua 50 tahun. Seluruh sampel yang peneliti ambil berada dalam umur yang produktif untuk bekerja, yaitu diatas 15 tahun dan dibawah 64 tahun (BAPPENAS). Hasil penelitian yang berhubungan dengan umur responden dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada Penjahit Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014

No Umur Frekuensi %

1 15-24 5 25

2 25-34 5 25

3 35-44 6 30

4 45-54 4 20

Jumlah 20 100

Dari tabel di atas menunjukkan di Penjahit Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan, jumlah responden terbanyak berdasarkan umur pada umur 25-34 tahun yaitu 6 orang (30 %). Mean responden berdasarkan umur dari penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014 adalah 34,4 tahun.


(52)

4.3. Kadar Hemoglobin (Hb) Responden

Pengambilan sampel darah dalam penelitian ini dibantu oleh Tenaga kesehatan. Hasil pengukuran kadar Hb penjahit wanita yang peneliti jadikan sampel dalam penelitian ini cukup beragam. Kadar Hb terendah 9,3 gr/dl, sedangkan kadar Hb tertinggi 12,6 gr/dl. Mean kadar Hb dari penjahit reparasi pakaian di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014 adalah 11,1 gr/dl. Kadar Hb yang Normal digolongkan tidak anemia, sedangkan Kadar Hb tidak normal digolongkan anemia. Hasil penelitian yang berhubungan dengan umur responden dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin Penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014

No Kadar Hemoglobin Frekuensi %

1 Normal (Tidak Anemia) 5 25

2 Tidak Normal (Anemia) 15 75

Jumlah 20 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kadar Hb tidak normal sebanyak 15 orang (75,0%) dan responden terkecil mempunyai kadar Hb normal sebanyak 5 orang (25,0%). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa Penjahit wanita yang mengalami anemia adalah sebanyak 15 orang (75%) dan tidak Anemia sebanyak 5 orang (25%).

4.4. Produktivitas Kerja Responden

Produktivitas penjahit wanita yang peneliti jadikan sampel cukup beragam. Produktivitas dikatakan sesuai apabila berada dalam angka produktif, yaitu ≤1 dan produktivitas kerja dikatakan tidak sesuai apabila berada pada angka >1. Daftar lembar produktivitas kerja Penjahit di Pasar Sore akan ditampilkan di bawah ini:


(53)

Tabel 4.3 Produktivitas Kerja Penjahit Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014

No Nama Hari

1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Rata-rata Produktivitas

1 Nur Padang 1.24 0.99 1.25 0.95 1.01 1.01 1.21 1.03 1.03 1.01 1.23 1.24 1.1

2 Anna 0.99 0.96 0.99 0.95 0.97 0.99 0.77 0.96 0.99 0.99 0.79 0.99 0.91

3 Morina 0.75 0.75 0.74 0.95 0.97 0.95 0.93 0.73 0.75 0.74 0.94 0.75 0.83 4 Tiur Sagala 0.92 0.92 0.91 0.88 0.9 0.92 0.91 0.92 0.88 0.87 0.92 0.88 0.85 5 R.Saragi 1.17 1.19 1.17 1.16 1.17 1.19 1.17 1.21 1.17 1.16 1.27 1.17 1.1 6 R.Sembiring 1.13 1.17 1.17 1.13 1.21 1.15 1.13 1.13 1.19 1.13 1.12 1.13 1.01 7 Masriani 1.2 1.22 1.22 1.18 1.22 1.14 1.22 1.2 1.22 1.22 1.19 1.22 1.09 8 Ratna 1.27 1.05 1.28 1.29 1.05 1.05 1.25 1.29 1.29 1.27 1.29 1.28 1.2 9 Pinta 1.15 1.16 1.18 1.17 1.22 1.21 1.18 1.16 1.15 1.16 1.17 1.18 1.1 10 Indah 1.21 1.08 1.21 1.39 1.16 1.18 1.2 1.29 1.31 1.44 1.23 1.07 1.22 11 Lusi 1.26 1.25 1.67 1.31 1.67 1.67 1.65 1.67 1.67 1.65 1.27 1.67 1.47

12 Ria 1.27 1.27 1.31 1.23 1.27 1.29 1.31 1.23 1.29 1.33 1.27 1.28 1.17

13 Yani 1.27 1.03 1.27 1.24 1.27 1.33 1.27 1.24 1.27 1.24 1.27 1.27 1.19

14 Cika 1.17 1.19 1.23 1.2 1.19 1.17 1.19 1.17 1.19 1.23 1.17 1.19 1.09

15 Erbina 1.21 1.13 1.13 1.11 1.13 1.15 1.15 1.13 1.13 1.21 1.13 1.13 1.05 16 Linda 1.25 1.23 1.25 1.23 1.27 1.19 1.23 1.25 1.17 1.23 1.01 1.23 1.18

17 Mira 1.23 1.26 1.26 1.25 1.26 1.03 1.26 1.26 1.3 1.26 1.26 1.25 1.16

18 Esra 0.98 0.96 0.96 0.95 0.99 0.93 0.99 1 0.97 1 0.91 0.95 0.9

19 Nisa 1.23 1.21 1.01 1.21 1.21 1.19 1.21 1.23 1.21 1.21 1.23 1.21 1.15


(54)

Dari daftar lembar produktivitas kerja penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014, maka penulis mengkategorikan produktivitas kerja menjadi dua, yaitu sesuai, dan tidak sesuai, yang ditampilkan dalam tabel 4.4. berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Penjahit Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2014

No Produktivitas Kerja Frekuensi %

1 Produktif 5 25

2 Tidak Produktif 15 75

Jumlah 20 100

Dari tabel di atas menunjukkan di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara jumlah responden terbanyak berdasarkan produktivitas kerja yaitu pada pekerja tidak produktif yaitu 15 orang (75 %), dan jumlah responden terkecil yaitu pada pekerja yang produktif yaitu 5 orang (25%).

4.5. Hubungan Anemia Dengan Produktivitas Kerja Responden

Jumlah sampel yang kurang dalam penelitian ini, yaitu hanya 20 responden (syarat minimum 30 responden), menyebabkan penelitian dianjutkan dengan metode penelitian deskriptif, dan hanya menjelaskan gambaran Anemia dan produktivitas kerja penjahit saja. Variasi distribusi responden antara Anemia dengan Produktivitas kerja pada penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.5. di bawah ini:


(55)

Tabel 4.5. Gambaran Anemia Dan Produktivitas Kerja di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014

No Kadar Hb

Produktivitas Kerja

Total

Produktif % Tidak

Produktif %

1 Anemia 0 0 15 75 75

2 Tidak Anemia 5 25 0 0 25

Jumlah 5 25 15 75 100

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kadar hemoglobin normal ada 5 orang (25 %), produktivitas kerja sesuai ada 5 orang (25 %) dan produktivitas kerja tidak sesuai ada 15 orang (75 %). Kadar hemoglobin tidak normal ada 15 orang (75 %), produktivitas kerja sesuai ada 5 orang (25 %) dan produktivitas kerja tidak sesuai ada 15 orang (75%).

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji univariat, untuk mengetahui frekuensi dan distribusi usia, kadar Hemoglobin darah, serta produktivitas kerja penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014.


(56)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Responden

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Responden penelitian berjumlah 20 orang wanita dengan rentang usia 19 – 50 tahun. Hasil penelitian menunjukan rata-rata responden berusia 34,4 tahun. Responden dengan umur termuda yaitu 19 tahun, dan responden dengan umur tertua yaitu 50 tahun. Rata-rata umur responden yang menderita anemia yaitu 33,8 tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh status gizi yang kurang, tingkat pengetahuan yang rendah, tingkat pendapatan yang rendah, konsumsi vitamin C, dan konsumsi zat besi yang rendah.

5.2. Anemia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 orang penjahit menderita Anemia (75%) dan terdapat 5 orang penjahit tidak menderita Anemia. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden, didapatkan asupan makanan yang dikonsumsi responden tidak mengandung zat besi yang adekuat. Responden memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi sebelum bekerja, dan tidak mengkonsumsi makanan tambahan sebagai asupan tambahan saat bekerja. Penjahit juga tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi air minum >2 liter per hari.

Kebiasaan konsumsi makan dinilai dari 6 aspek kebiasaan makan sehari-hari, yaitu kebiasaan makan beranekaragam makanan (nasi, lauk nabati, lauk hewani, sayuran dan buah-buahan), kebiasaan makan lebih sering dan lebih banyak dari biasanya, kebiaaan mengkonsumsi makanan sumber zat besi, kebiasaan sarapan pagi,


(57)

dan kebiasaan minum air >2 liter/ hari. Berdasarkan enam aspek kebiasaan konsumsi makanan dan minuman, hal tersebut tidak dilakukan oleh penjahit Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan. Penjahit mengalami kekurangan zat besi, dan menyebabkan terhambatnya pasokan hemoglobin dalam darah. Dari hasil wawancara yang dilakukan, penjahit juga menyatakan mengalami gejala Anemia biasa ditandai dengan kurang bergairah, mudah lelah dan lemas, pucat serta sering pusing,. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran kadar Hemoglobin penjahit Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan, dimana terdapat 15 orang (75%) penjahit menderita anemia. Kekurangan zat besi bisa diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti bayam, kentang, daging sapi, hati ayam, oncom, udang, tempe, daun ubi rambat, dan kangkung.

Kadar Hb pada masa produktif tidak stabil karena disebabkan oleh banyak faktor antara lain, ketidaktahuan responden, tingkat pendidikan yang rendah, kehilangan darah setiap bulannya karena mengalami menstruasi dan status gizi yang kurang akibat nutrisi yang masuk kedalam tubuh tidak adekuat karena kebiasaan kualitas konsumsi pangan yang rendah. Kekurangan konsumsi energi dapat menyebabkan anemia, hal ini terjadi karena pemecahan protein tidak lagi ditujukan untuk pembentukan sel darah merah melainkan untuk menghasilkan energi atau membentuk glukosa. Pemecahan protein untuk energi dan glukosa dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh dan melemahnya otot-otot (Nursari, 2010).

Menurut Zarianis (2006), banyak faktor yang mempengaruhi nilai hemoglobin. Pengambilan alkohol dapat menyebabkan perdarahan internal yang bisa


(58)

memicu ke arah anemia. Penyakit kronis atau penyakit kritikal yang berhubungan dengan proses inflamasi meningkatkan risiko anemia. Selain itu, antara faktor yang paling sering menyebabkan penurunan nilai hemoglobin adalah kekurangan zat besi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap penjahit di Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2015. Penjahit mengatakan bahwa mereka sering makan tidak teratur, mengkonsumsi air minum <2 liter/hari, dan tidak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat besi yang sebagian besar biasanya berasal dari daging hewan.

Anemia dapat terjadi karena defisiensi besi, hal ini sumsum tulang membutuhkan zat besi dan vitamin yang diperoleh dari makanan sehari-hari untuk memproduksi hemoglobin darah (Koury dan Ponka, 2004). Sebetulnya darah mengandung zat besi yang dapat di daur ulang kembali namun kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat menstruasi dapat menghilangkan zat besi dari dalam tubuh.

Kadar hemoglobin yang rendah akan sangat mempengaruhi kualitas hidup pada wanita antara lain akan menyebabkan daya konsentrasi menurun, sering mengeluh pusing karena otak kurang mendapatkan suplai oksigen yang di bawa oleh hemoglobin dalam darah. Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan


(59)

peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).

Menurut Zarianis (2006), kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membrane masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampun, mekanisme pembekuan darah menjadi menurun sehingga jika terjadi luka maka darah yang keluar akan lebih lama.

Kadar Hb dapat digunakan untuk menentukan status gizi seseorang dan juga digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan keadaan anemia seseorang.. Wanita mempunyai risiko tinggi untuk menderita anemia, karena terjadi peningkatan kebutuhan terhadap zat besi akibat adanya menstruasi (Widiastuti,2011).

Zat besi merupakan salah satu mineral penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Fungsi dari zat besi adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Zat besi bergabung dengan oksigen di dalam paru-paru dan melepaskan oksigen dalam darah yang memerlukan. Zat besi digunakan dalam pembuatan haemoglobin dan berperan penting dalam fungsi normal daya tahan tubuh (Depkes, 2005).


(60)

Zat besi (Fe) memberikan kontribusi terhadap perbaikan produktivitas kerja, selain ketiga unsur gizi, yaitu Karbohidrat, Protein dan Lemak. Hasil penelitian Baliwati et al. (2004) yang diacu dalam Wardani (2008) mengemukakan bahwa produktivitas pekerja yang kekurangan zat besi menurun10-30% dari pada pekerja yang sehat. Dipertegas oleh Husaini (1997) bahwa jumlah zat besi di dalam badan manusia yang mempunyai berat badan 70 kg adalah 3,5 g, 70% di antaranya dalam bentuk haemoglobin. Oleh karena zat besi besar peranannya dalam kegiatan oksidasi menghasilkan energi dan transportasi oksigen, maka tidak diragukan lagi apabila kekurangan zat besi akan terjadi perubahan tingkah laku dan penurunan kemampuan bekerja.

Zat besi dalam metabolisme tubuh terutama berperan pada proses penalaran serta daya konsentrasi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Defisiensi zat besi dapat berakibat menurunkan produktivitas dan kapasitas fisik saat bekerja, selain itu juga menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Zat besi adalah mineral penting bagi tubuh. Manfaat zat besi terutama untuk membawa oksigen ke sel-sel darah. Sekitar 2/3 zat besi dalam tubuh terdapat dalam hemoglobin. Zat besi berfungsi sebagai pembawa oksigen dan berperan dalam mentransfer oksigen antar sel sehingga oksigen dapat didistribusikan ke seluruh tubuh untuk menjamin fungsi-fungsi organ berlangsung dengan semestinya. Zat besi berperan penting dalam membentuk hemoglobin. Zat besi merupakan komponen pembentuk hemoglobin dan memberikan warna merah tua pada sel darah serta membantu membawa oksigen ke sel-sel tubuh. Zat besi merupakan unsur penting bagi kesehatan otot. Zat besi terdapat dalam jaringan otot dan membantu suplai oksigen yang diperlukan untuk kontraksi


(61)

otot. Pengembangan otak adalah salah satu manfaat zat besi. Karena suplai oksigen ke darah dibantu oleh zat besi dan otak menggunakan sekitar 20% oksigen darah, zat besi secara langsung berkaitan dengan kesehatan otak dan fungsi otak. Zat besi adalah fasilitator bagi pengaturan suhu tubuh. Semakin baik kapasitas serapan tubuh terhadap zat besi, semakin baik tubuh mengendalikan suhu badan. Zat besi berperan penting dalam pembentukan beberapa neurotransmitter esensial seperti dopamine, norepinephrine, dan serotonin. Neurotransmitter adalah bahan kimia yang mengolah dan mengirim pesan ke syaraf. Zat-zat kimia ini berperan penting dalam berbagai aktivitas yang melibatkan fungsi syaraf dan otak. Zat besi berperan penting dalam pembentukan sistem kekebalan tubuh. Kekurangan zat besi menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Zat besi juga berperan dalam metabolisma energi dalam tubuh, dimana energi yang diekstrak dari makanan yang dikonsumsi akan didistribusikan ke seluruh tubuh. Kekurangan asupan zat besi dari makanan dapat menyebabkan anemia (kurang darah). Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit anemia. Kurangnya mengkonsumsi bahan makanan sumber protein dan sebagian besar mengkonsumsi protein nabati juga mempengaruhi daya serap zat gizi lain dalam tubuh. Sumber protein hewani, selain merupakan sumber zat Fe juga sebagai promotor absorbsi Fe non hem (Cook, 1984).

Konsumsi protein yang cukup terutama yang berasal dari hewan akan dapat meningkatkan absorbsi dan ketersediaan zat Fe dalam tubuh. Zat Gizi makro juga bisa mempengaruhi seperti konsumsi protein yang rendah terutama yang berasal dari hewani juga dapat menghambat absorbsi Fe (Berdaniar, 1998). Konsumsi Fe yang


(1)

POTONG BAHAN 5 9 45 5 1.00

MENGECILKAN 10 8 80 10 1.00

MEMBESARKAN 30 1 30 30 1.00

6

RESLETING 15 11 154 14 0.93

0.75

KANCING BAJU 5 9 45 5 1.00

POTONG BAHAN 5 12 60 5 1.00

MENGECILKAN 10 11 88 8 0.80

MEMBESARKAN 30 0 0 0 0.00

7

RESLETING 15 8 104 13 0.87

0.77

KANCING BAJU 5 9 45 5 1.00

POTONG BAHAN 5 7 35 5 1.00

MENGECILKAN 10 6 60 10 1.00

MEMBESARKAN 30 0 0 0 0.00

8

RESLETING 15 9 117 13 0.87

0.97

KANCING BAJU 5 13 65 5 1.00

POTONG BAHAN 5 7 35 5 1.00

MENGECILKAN 10 9 90 10 1.00

MEMBESARKAN 30 1 30 30 1.00

9

RESLETING 15 9 135 15 1.00

1.00

KANCING BAJU 5 11 55 5 1.00

POTONG BAHAN 5 12 60 5 1.00

MENGECILKAN 10 7 70 10 1.00

MEMBESARKAN 30 3 90 30 1.00

10

RESLETING 15 13 169 13 0.87

0.97

KANCING BAJU 5 11 55 5 1.00


(2)

MENGECILKAN 10 8 80 10 1.00

MEMBESARKAN 30 1 30 30 1.00

11

RESLETING 15 11 154 14 0.93

0.79

KANCING BAJU 5 13 65 5 1.00

POTONG BAHAN 5 12 60 5 1.00

MENGECILKAN 10 8 80 10 1.00

MEMBESARKAN 30 0 0 0 0.00

12

RESLETING 15 11 132 12 0.80

0.95

KANCING BAJU 5 11 55 5 1.00

POTONG BAHAN 5 9 45 5 1.00

MENGECILKAN 10 8 80 10 1.00


(3)

Lampiran 3

Produktivitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Produktif 5 25.0 25.0 25.0

Tidak Produktif 15 75.0 75.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

KadarHB

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9.3 1 5.0 5.0 5.0

9.6 1 5.0 5.0 10.0

9.9 1 5.0 5.0 15.0

10 1 5.0 5.0 20.0

10.5 2 10.0 10.0 30.0

10.6 2 10.0 10.0 40.0

10.8 1 5.0 5.0 45.0

11.1 2 10.0 10.0 55.0

11.3 2 10.0 10.0 65.0

11.6 1 5.0 5.0 70.0

11.9 1 5.0 5.0 75.0

12 1 5.0 5.0 80.0

12.4 1 5.0 5.0 85.0

12.5 2 10.0 10.0 95.0

12.6 1 5.0 5.0 100.0


(4)

Anemia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Anemia (Hb<12) 15 75.0 75.0 75.0

Tidak anemia (Hb>=12) 5 25.0 25.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Anemia * Produktivitas Crosstabulation

Produktivitas

Total Produktif Tidak Produktif

Anemia Anemia (Hb<12) Count 0 15 15

Expected Count 3.8 11.2 15.0

% within Anemia .0% 100.0% 100.0%

% within Produktivitas .0% 100.0% 75.0%

% of Total .0% 75.0% 75.0%

Tidak anemia (Hb>=12) Count 5 0 5

Expected Count 1.2 3.8 5.0

% within Anemia 100.0% .0% 100.0%

% within Produktivitas 100.0% .0% 25.0%

% of Total 25.0% .0% 25.0%

Total Count 5 15 20

Expected Count 5.0 15.0 20.0

% within Anemia 25.0% 75.0% 100.0%

% within Produktivitas 100.0% 100.0% 100.0%


(5)

Lampiran 4

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1.1 Pengukuran Kadar Hemoglobin pada Penjahit Pasar Sore Padang

Bulan Kota Medan Tahun 2014

Gambar 1.2 Pengukuran Kadar Hemoglobin pada Penjahit Pasar Sore Padang

Bulan Kota Medan Tahun 2014


(6)

Gambar 1.3 Pengukuran Kadar Hb dan Observasi Hasil Produktivitas Kerja

Penjahit Pasar Sore Padang Bulan Kota Medan Tahun 2014