Pengelompokkan Pajak Pengertian Surat Tagihan Pajak STP

2. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu : a. Fungsi Penerimaan budgetair Pajak mempunyai fungsi budgetair,artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Contoh : dimasukkannya pajak dalam APBN seabagi penerimaan dalam Negara. b. Fungsi Mengatur Reguler Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Contoh : 1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman kera untuk mengurangi konsumsi minuman keras. 2. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

3. Pengelompokkan Pajak

3.1 Menurut Golongannya : a. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajakdan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan PPh b. Pajak Tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai PPN 3.2 Menurut Sifatnya : a. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperlihatkan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperlihatkan diri wajib pajak. Contoh : PPN 3.3 Menurut Lembaga Pemungutannya: a. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunkan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : PPh, PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, PBB, Bea Materai b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayi rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri dari : 1. Pajak Daerah Tingkat I Provinsi Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 2. Pajak Daerah Tingkat II KotamadyaKabupaten Contoh : Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame

4. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21, selanjutnya disingkat PPh Pasal 21 , merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. Pembayaran PPh ini dilakukan dalam tahun berjalan melalui pemotongan pihak- pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pension, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan. Jumlah pajak yang telah dipotong dn disetorkan dengan benar oleh pemberi kerja dan pemotong lainnya dpat digunakan oleh Wajib Pajak untuk dijadikan kredit pajak atas PPh yang terutang pada akhir tahun.

4.1 Pemotong PPh Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 adalah setap orang pribadi atau badan yangdiwajibkan oleh UU No. 7 tahun 1983 tentang PPh sebagaiman telah diubah terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2000 untuk memotong PPh Pasal 21. Termasuk pemotong PPh Pasal 21 adalah : a. Pemberi kerja yang terdiri atas orang pribadi dan badan termasuk bentuk usaha tetap BUT, baik meruoakan pusat maupun cabang, perwakikan atau unit, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apa pun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai. b. Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan. c. Dana pensiun, badan penyelengara Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek dan badan-badan lain yang membayar uang pensiunan dan Tabungan Hari Tua THT atau Jaminan Hari Tua JHT. d. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya. e. Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak luar negeri. f. Yayasan termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan, lembaga, kepanitian, asosiasi, perkumpulan organisasi massa, organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya dalam bentuk apa pun dalam segala bidang kegiatan sebagai pembayar gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan nama apa pun sehubungan denga pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. g. Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan. h. Penyelenggara kegiatan termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internasional, perkumpulan,orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apa pun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

4.2 Yang Dipotong PPh Pasal 21

Yang penghasilannya dipotong PPh Pasal 21 adalah : a. Pejabat Negara, yaitu : 1. Presiden dan Wakil Preseiden, 2. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPRMPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupatenkota, 3. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, 4. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung, 5. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung, 6. Menteri, Menteri Negara, dan Menteri Muda, 7. Jaksa Agung, 8. Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Provinsi, 9. Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten, 10. Walikota dan Wakil Walikota. b. Pegawai Negeri Sipil PNS adalah PNS-Pusat, PNS-Daerah, dan PNS lainnyayang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dalam UU No. 8 Tahun1974. c. Pegawai adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja, baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau BUMN atau BUMD. d. Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus- menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung. e. Tenaga Lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima atau memperoleh imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan. f. Penerima Pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabunngan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua. g. Penerima Honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya. h. Penerima Upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan. i. Orang Pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari Pemotong Pajak.

5. Pengertian Surat Tagihan Pajak STP

Pengertian Surat Tagihan Pajak berdasarkan Pasal 1 angka 20 UU KUP, Surat Tagihan Pajak disingkat STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak danatau sanksi administrasi berupa bunga danatau denda . Yang menerbitkan STP adaalah Kantor Pelayanan Pajak KPP tempat seseorang atau badan terdaftar sebagai Wajib Pajak. Terbitnya STP ini biasanya disebabkan Wajib Pajak tidak melakukan satu atau beberapa kewajiban pajak yag dinamakan oleh Undang- Undang. STP digunakan untuk menagih pajak tetapi bukan utang pajak yang tercantum dalam SKPKBSKPKBT, melainkan utang pajak yang belum dikeluarkan ketetapannya, sehingga tidak akan terjadi ketetapan pajak ganda untuk satu utang pajak. Oleh karena itu, disebutkan bahwa STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan SKPKBSKPKBT sehingga dalam hal penagihan juga dapat dilakukan dengan Surat Paksa.

6. Penyebab Terbitnya Surat Tagihan Pajak STP

Dokumen yang terkait

Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

4 144 113

Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1 59 110

Penyelasaian Keberatan Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I

7 82 67

Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 56 66

Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan Badan Dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Dikantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

22 163 61

Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPH OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat

0 48 61

Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 31 50

Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan (PPH) Badan Dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

8 119 63

Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 57 56

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur - Tatacara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat Atau Tidak Menyampaika

0 0 11