BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pajak merupakan iuran wajib yang diberlakukan pada setiap wajib pajak atas objek pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Jenis pajak yang
diberlakukan di Indonesia diantaranya adalah Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Hadiah dan lain-lain.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha
yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak yang berlaku bagi pegawaikaryawan adalah pajak penghasilan pasal 21. Undang-undang yang dipakai untuk tata cara
pembayaran dan pelaporan pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80PMK.032010 . Undang-undang pajak penghasilan telah menetapkan
sistem pemungutan pajak penghasilan secara self assessment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab penuh dari pemerintah untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang. Dengan sistem ini pemerintah berharap agar pelaksanaan pemungutan pajak penghasilan dapat berjalan dengan lebih mudah dan
lancar.
Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, jasa
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri. Adapun
jenis-jenis pajak penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 diantaranya adalah penghasilan pegawai atau penerimaan pension secara teratur, mantan pegawai secara tidak teratur, upah
harian,upah mingguan, upah satuan, upah borongan, uang tebusan pension, jaminan hari tua, uang pesangon, honorarium, uang saku, hadiah, komisi, bea siswa, imbalan yang
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang terdiri dari tenaga ahli serta gaji.
Pemotong Pajak Penghasilan PPh pasal 21 adalah pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, bendahara atau Pemegang Kas Pemerintah termasuk Bendahara
atau Pemegang Kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI dan POLRI, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya dan Kedutaan
Besar Republik Indonesia di luar negeri. Yang mempunyai kewajiban untuk menghitung pajak yang terutang, memotong pajak yang sehubungan dengan penghasilan yang diterima
oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang sehubungana dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan, serta melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang.
Pemotong PPh Pasal 21 wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT Masa PPh Pasal 21. Batas waktu penyetoran PPh Pasal 21 adalah tanggal 10 bulan berikutnya,
namun apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur maka penyetoran dapat dilakukan pada hari berikutnya. Sedangkan batas waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 adalah 20 hari
setelah berakhirnya masa pajak tanggal 20 bulan berikutnya, apabila tanggal 20 jatuh pada hari libur, maka penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 harus dilakukan pada hari kerja
sebelumnya. Apabila wajib pajak tidak menyampaikan SPT Masa PPh pasal 21 atau terlambat menyampaikan SPT Masa PPh pasal 21, maka dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sebesar Rp. 100.000,- sesuai dengan Pasal 7 ayat 1 Undang- Undang Nomor
28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Untuk menagih denda dikenakan akibat tidak atau terlambat meyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 kantor pajak
tempat wajib pajak terdaftar mengeluarkan Surat Tagihan Pajak STP.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan praktik kerja
lapangan mandiri dengan judul “ TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK STP SANKSI ADMINISTRASI DENDA TERLAMBAT ATAU TIDAK
MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PPh PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK KPP
PRATAMA MEDAN TIMUR”.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI