Analisis Manajemen Kredit Pada PT BPR Bumiasih Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA-1 MEDAN

ANALISIS MANAJEMEN KREDIT PADA PT BPR BUMIASIH

NUSANTARA BONA PASOGIT 24 TARUTUNG

DRAFT SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Jonris M Sitompul 030502133 Manajemen

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Jonris M Sitompul (2007), Analisis Manajemen Kredit pada PT BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung. Dibawah bimbingan Drs. Syahyunan, M.Si, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME (penguji I) dan Dra. Ramona R.I. Hasibuan, MP (penguji II).

PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan yang tugasnya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, yang dalam melakukan kegiatannya memerlukan pelaksanaan manajemen yang baik agar bank dapat tetap bertahan (survive) dan mengembangkan usahanya. PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung menghadapi masalah dalam penerapan manajemen kreditnya.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan manajemen kredit pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan manajemen kredit yang dilakukan pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 tarutung.

Metode penelitian yang digunakan mencakup batasan operasional, definisi operasional variabel, tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

Metode analisis data yang digunakan peneliti untuk menganalisis penerapan manajemen kredit pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis deduktif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa penerapan manajemen kredit yang diterapkan oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 tarutung belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari tidak tercapainya realisasi penyaluran kredit yang diberikan kepada debitur dengan jumlah dana yang dianggarkan. Hal tesebut juga dapat dilihat dari tingginya NPL (Non Performing Loan) dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih, berkat dan bimbingan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Terlaksananya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.

4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Dra. Ramona R.I Hasibuan, MP selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Pegawai pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk segala pengajaran, bimbingan dan pengarahan yang diberikan selama masa perkuliahan.

6. Kedua Orangtua penulis yang tercinta, H. Sitompul dan D. br. Siahaan serta namboru saya R. Sitompul, yang telah membesarkan, mengasuh, mendidik, serta memberikan semangat dan doa tanpa henti, yang selalu terus-menerus


(4)

melimpahkan kasih sayangnya hingga akhirnya penulis menyelesaikan perkuliahan ini.

7. Kakak dan Abangku yang terkasih Yati R. Sitompul, SE dan Sardi G. Sitompul, untuk kasih dan doa serta bantuan materil yang diberikan.

8. Adik-adikku Roi H. Sitompul dan Rudi M. Sitompul untuk kasih dan doa yang diberikan.

9. Teman-teman di Manajemen 2003 : Toga, Pesta, Ricky, Lafranto, David, Dearbin, Indra, Berdian, Evan, Edward, Erikson, Beny, Dedy, Sahat, J. Gea, Kalam, David, Daniel, Moi, Rizky, Iman, Ian, Rudi, Vina, dan Siska atas dorongan, semangat, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada penulis. Juga adik-adik junior : Selamat, Heri, serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Terima Kasih atas persahabatan dan bantuan selama perkuliahan.

10.Teman-teman anak kost Rebab 63, terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan bagi penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, September 2007 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah...5

C. Kerangka Konseptual ...5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

1. Tujuan Penelitian ...6

2. Manfaat Penelitian ...6

E. Metode Penelitian ...7

1. Batasan Operasional...7

2. Definisi Operasional Variabel...7

3. Tempat dan Waktu Penelitian ...9

4. Jenis dan Sumber Data ...9

5. Teknik Pengumpulan Data...9

6. Metode Analisis Data...10

BAB II. URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ...11


(6)

C. Permohonan Kredit...13

D. Analisis Pemberian Kredit ...14

E. Persetujuan Kredit ...21

F. Perjanjian Kredit ...22

G. Pencairan Kredit...24

H. Pengawasan Kredit ...25

BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung ...28

B. Visi dan Misi PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung...29

C. Struktur Organisasi PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung ...29

D. Perkembangan BPR di Indonesia...31

E. Permohonan Kredit...35

F. Analisis Pemberian Kredit ...37

G. Persetujuan Kredit ...43

H. Perjanjian Kredit ...43

I. Pencairan Kredit ...46

J. Pengawasan kredit ...47

BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI A. Permohonan Kredit ...50

B. Analisis Pemberian Kredit...51

C. Persetujuan Kredit ...52

D. Perjanjian Kredit ...54

E. Pencairan Kredit ...55


(7)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...59 B. Saran ...60 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Realisasi Penyaluran Kredit PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung...3

1.2 Realisasi Penyaluran Kredit PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung...3

1.3 Kolektibilitas PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung ...4

4.1 Jumlah Debitur Kredit PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung ...50

4.2 Jumlah Dana Kredit PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung ...53


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman 3.1 Struktur organisasi PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung..………..31


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Pandia, Oppusunggu, Abror 2004:10). Sementara itu, bank juga dapat didefenisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir 2000:12). Bank juga diartikan sebagai badan yang usaha utamanya menciptakan kredit. Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran.

Dengan Undang-Undang Perbankan yang diubah yaitu Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, kembali kelembagaan bank ditata dalam struktur yang lebih sederhana, menjadi dua jenis bank saja, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Dendawijaya 2005:5).


(11)

Dengan sendirinya Bank Perkreditan Rakyat adalah bukan bank pencipta uang giral, sebab Bank Perkreditan Rakyat tidak ikut memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung adalah salah satu jenis bank yang tergolong kedalam Bank Perkreditan Rakyat yang bergerak dalam kegiatan simpan pinjam dengan 3 jenis produk, yaitu tabungan, deposito, dan kredit untuk melayani masyarakat Tarutung dan sekitarnya. Visi yang diterapkan perusahaan perbankan tersebut yaitu terutama untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam meminjam uang untuk pendanaan usaha mereka. Mengingat bahwa daerah Tarutung merupakan daerah yang cukup sulit untuk menghimpun dana masyarakat, untuk itu PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung melakukan berbagai upaya seperti mengirimi pengusaha dan masyarakat potensial brosur perusahaan serta mengunjungi secara door to door, mengunjungi berbagai instansi seperti sekolah-sekolah guna memperkenalkan produk perusahaan dan memasang iklan di radio setempat secara berkala. Akan tetapi hal itu belum menunjukkan hasil yang optimal walaupun melihat animo masyarakat Tarutung dan sekitarnya untuk meminjam cukup besar. Ini dikarenakan adanya masalah yang dihadapi dalam menyalurkan kredit sehingga realisasi penyaluran kredit belum mencapai target, yaitu faktor kehati-hatian, menjaga liquiditas, serta bunga yang tinggi dibandingkan dengan Bank Umum.

Dari hasil pra survey yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung, diketahui bahwa realisasi penyaluran kredit selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 belum mencapai target dari dana yang dianggarkan.


(12)

Tabel 1.1

Realisasi Penyaluran Kredit PT. BPR BUMIASI NBP 24 Tarutung

Tahun Anggaran/Target Realisasi Persentase 2002 Rp. 1.094.000.000 Rp. 603.777.000 55,19%

2003 Rp. 1.276.213.000 Rp. 807.458.000 63,26% 2004 Rp. 1.598.156.000 Rp. 1.118.686.000 70,00% 2005 Rp. 2.132.486.000 Rp. 1.504.712.000 70,56% 2006 Rp. 2.414.204.000 Rp. 1.949.179.000 80,74%

Sumber : Laporan Keuangan PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa anggaran dan realisasi kredit yang disalurkan oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 dari tahun 2002 sampai tahun 2006 mengalami peningkatan, namun masih belum mencapai target yang direncanakan. Jumlah kredit yang disalurkan tersebut ditujukan untuk membiayai sejumlah sektor seperti pertanian, perindustrian, perdagangan, jasa-jasa, dan lain-lain.

Tabel 1.2

Realisasi Penyaluran Kredit PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung (dalam ribuan rupiah)

Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Sektor

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Perdagangan 522.000 493.260

(94,49%) 728.715 557.646 (76,52%) 992.057 682.013 (68,75%) 1.279.492 806.441 (63,03%) 1.332.569 996.036 (74,75%)

Pertanian 73.080 2.500

(3,42%) 50.900 11.000 (21,61%) 15.000 28.579 (190,53%) 127.949 15.798 (12,35%) 29.496 26.632 (70,29%)

Industri 114.840 2.380

(2,07%) 107.228 16.024 (14,94%) 45.245 14.840 (32,8%) 85.299 8.330 (9,77%) 23.811 5.950 (29,99%)

Jasa 115.280 24.877

(16,02%) 112.130 92.460 (82,45%) 226.223 265.812 (117,50%) 426.497 300.181 (70,38%) 538.648 412.615 (76.60%) Lain-lain 228.800 80.760

(35,30%) 277.240 130.148 (46,94%) 319.631 127.442 (39,87%) 213.249 373.962 (175,36%) 489.680 507.946 (103,73%)


(13)

Selain permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung juga mengalami masalah di dalam penagihan kredit dari debiturnya, ini dibuktikan dengan tingginya NPL (Non Performing Loan) selama lima tahun, yaitu tahun 2002 sebesar Rp. 203.100.000 (18,56%),tahun 2003 sebesar Rp. 173.571.000 (13,60%),tahun 2004 sebesar Rp. 328.431.000 (29,36%), tahun 2005 sebesar Rp. 372.715.000 (25%), dan tahun 2006 sebesar Rp. 383.502.000 (19,67%).

Tabel 1.3

Kolektibilitas PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung (dalam ribuan rupiah)

No Keterangan 2002 2003 2004 2005 2006

1 Lancar 400.677 633.914 790.225 1.131.997 1.565.677 2 Kurang Lancar 102.272 27.557 38.319 99.047 117.442 3 Diragukan 67.182 111.718 194.908 124.750 64.154 4 Macet 33.646 34.269 95.204 148.918 201.906 Sumber : Laporan Keuangan PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung (diolah)

Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis tertarik untuk membahas manajemen kredit pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian dengan judul “Analisis manajemen Kredit Pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.”


(14)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis merumuskan masalah yaitu “Bagaimana penerapan manajemen kredit pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung tahun 2002 sampai tahun 2006.”

C. Kerangka Konseptual

Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi dan bahkan dapat dikatakan popular (dan merakyat), sehingga dalam bahasa sehari-hari sudah dicampur-baurkan begitu saja dengan istilah utang. Bahkan dalam dunia pendidikan dengan sistem kredit semester yang baru, istilah kredit sudah memiliki konotasi khusus tersendiri dibanding asalnya (Gandaprawira dalam Tangkilisan 2003:14).

Analisis kredit atau penilaian kredit menurut Dendawijaya (2005:88) adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible).

Manajemen kredit menurut Sastradipoera (2001:5) dalam arti luas adalah berhubungan dengan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pemberian kredit dari bank bagi para nasabahnya. Sedangkan dalam arti yang lebih spesifik, manajemen kredit adalah proses yang berhubungan dengan pembuatan keputusan kepemimpinan perbankan dalam pemberian kredit kepada nasabahnya. Sedangkan menurut Sinungan (1995:3), kredit pada dasarnya


(15)

merupakan suatu proses yang terintegrasi antara sumber-sumber dana, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian, administrasi dan pengamanan kredit.

Gambar : Siklus Perkreditan

Pengawasan kredit Pencairan kredit Perjanjian kredit Persetujuan kredit Analisis kredit Permohonan kredit

Sumber : Dendawijaya

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerapan manajemen kredit yang dilakukan pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

2. Manfaat penelitian a. Bagi penulis.

Penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan dan pola pikir dalam menganalisis manajemen kredit pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

b. Bagi perusahaan.

Memberikan masukan bagi PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung dalam mengelola kredit yang diberikan kepada debiturnya.

c. Bagi peneliti lain.

Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang


(16)

akan datang.

E. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan penelitian yang ditetapkan oleh penulis ini terbatas pada manajemen kredit yang terdiri dari : permohonan kredit, analisis pemberian kredit, persetujuan kredit, perjanjian kredit, pencairan kredit, dan pengawasan kredit. Kredit yang diberikan oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung terdiri dari kredit perdagangan, pertanian, industri, jasa, dan lain-lain.

2. Definisi Operasional Variabel

Manajemen kredit terdiri dari aspek :

a. Permohonan kredit, merupakan permohonan yang diajukan oleh calon nasabah sebelum menerima kredit disertai dengan pengisian berbagai formulir standar yang sudah disusun.

b. Analisis pemberian kredit, merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible).

c. Persetujuan kredit, merupakan pembahasan atau persetujuan kredit yang dilakukan oleh lembaga yang mungkin berbeda pada masing-masing bank. d. Perjanjian kredit, merupakan ketentuan-ketentuan


(17)

yang diambil dari hasil analisis kredit yang dituangkan dalam laporan analisis kredit yang telah disetujui.

e. Pencairan kredit, merupakan pencairan kredit yang diminta oleh debitur dimana debitur yang bersangkutan telah memenuhi berbagai persyaratan yang dituangkan dalam perjanjian kredit.

f. Pengawasan kredit, merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah agar kredit tidak bermasalah.

Jenis kredit yang diberikan PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung adalah :

a. Kredit Perdagangan

Kredit yang diberikan kepada debitur untuk membantu kebutuhan modal dalam bidang usaha perdagangan.

b. Kredit Pertanian

Kredit yang diberikan untuk pembiayaan badan usaha pada sektor pertanian secara luas, seperti : perkebunan, peternakan, dan kehutanan. c. Kredit Industri

Kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor industri, seperti Industri Rumah Tangga (IRT) dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). d. Kredit Jasa-Jasa

Kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor jasa. e. Kredit Lain-lain


(18)

pertanian, industri, dan jasa, seperti kredit konsumsi. 3. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung yang beralamat di Jl. DR. Ferdinan L.Tobing No. 26 Tarutung. Penelitian akan dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan bulan Juli tahun 2007.

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu wawancara dengan kepala bagian operasional pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang telah diolah seperti buku-buku pendukung, internet, majalah untuk mendukung penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini adalah sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, uraian tugas, laporan keuangan tahun 2002 sampai tahun 2006 PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan tulisan dari perusahaan tempat meneliti serta sumber-sumber lain seperti laporan keuangan perusahaan tahun 2002 sampai tahun 2006.

b. Wawancara


(19)

operasional PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

6. Metode Analisis Data

1. Metode Analisis deskriptif yaitu dengan cara menyusun, mengelompokkan, menganalisis, dan menafsirkannya, sehingga diperoleh gambaran umum mengenai keadaan kredit perusahaan.

2. Metode Analisis Deduktif yaitu dengan penarikan kesimpulan khusus berdasarkan teori yang telah diterima sebagai suatu kebenaran umum mengenai keadaan yang diamati, kemudian dari hasil perbandingan tersebut diberikan saran.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Monang (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis kredit pada PT. BPRS Batangkuis Bumiasih Kabupaten Deli Serdang” dengan masalah penelitian adalah analisis atas pemberian kredit yaitu penagihan piutang atas pelunasan pinjaman dari debitur tidak dapat tertagih sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Dalam metode penelitiannya, pengambilan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode deduktif. Hasil dari penelitian ini bahwa penerapan manajemen kredit yang dilakukan oleh PT. BPRS Batangkuis Kabupaten Deli Serdang belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari timbulnya kredit bermasalah akibat tidak optimalnya manajemen credit yang diterapkan seperti pengawasan, kelengkapan dan paket administrasi nasabah.

Toifur (2000) melakukan penelitian dengan judul “Analisis system pemberian kredit pada PT. Bank Danamon Cabang Iskandar Muda Medan”. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa penerapan manajemen pada sistem kredit belum optimal, hal ini ditunjukkan dengan tidak sesuainya penyaluran kredit yang diberikan kepada debitur dengan jumlah dana yang dianggarkan. Pada metode penelitiannya, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan wawancara dengan metode analisis data dengan deskriptif dan deduktif.


(21)

B. Pengertian Manajemen Kredit

Menurut Sinungan dalam Ibrahim (2004:115) manajemen kredit merupakan proses terintegrasi antara sumber-sumber dana, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, analisis pemberian, pelaksanaan pemberian, administrasi, dan pengamanan kredit.

Menurut Untung (2000:1) kredit berasal dari bahasa Yunani, credere, yang berarti kepercayaan. Dengan demikian istilah kredit memiliki arti khusus, yaitu meminjamkan uang (atau penundaan pembayaran). Apabila orang mengatakan membeli secara kredit maka hal itu berarti si pembeli tidak harus membayarnya pada saat itu juga.

Sedangkan menurut Sinungan (1995:3) kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontraprestasi berupa bunga.

Intisari dari kredit adalah unsur kepercayaan. Unsur lainnya adalah mempunyai pertimbangan tolong-menolong. Selain itu, dilihat dari pihak kreditur, unsur penting dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi: sedangkan dipandang dari segi debitur, adalah adanya bantuan dari kreditur untuk menutupi kebutuhan yang berupa prestasi. Hanya saja antara prestasi dengan kontraprestasi tersebut ada suatu masa yang memisahkannya. Kondisi ini mengakibatkan adanya resiko yang berupa ketidaktentuan, oleh karenanya diperlukan suatu jaminan dalam pemberian kredit tersebut.


(22)

Dari uraian yang telah dijelaskan lebih dahulu, maka pengertian manajemen kredit dalam arti luas adalah berhubungan dengan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pemberian kredit dari bank bagi para nasabahnya, sedangkan dalam arti yang lebih spesifik, manajemn kredit adalah proses yang berhubungan dengan pembuatan keputusan kepemimpinan perbankan dalam pemberian kredit kepada para nasabahnya (Sastradipoera 2001:1).

C. Permohonan Kredit

Menurut Dendawijaya (2005:74), permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kepada bank, umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut :

1. Surat permohonan resmi.

2. Akte pendirian perusahaan yang merupakan lembaga yang secara resmi memohon kredit, sekaligus menjelaskan siapa yang berwenang meminta kredit dan lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penerimaan kredit, termasuk bertanggung jawab terhadap kewajiban nasabah kredit seperti melunasi utang (angsuran) beserta bunganya dalam jangka waktu yang telah disepakati.

3. Penjelasan atau uraian singkat tentang rencana proyek atau bisnis yang akan dilaksanakan oleh calon nasabah.

4. Untuk proyek yang cukup besar dan membutuhkan jumlah kredit yang besar, dilengkapi dengan suatu laporan kelayakan proyek (feasibility study) yang disusun oleh suatu lembaga konsultan yang ditunjuk oleh calon nasabah.


(23)

5. Laporan keuangan perusahaan.

6. Informasi-informasi lain yang biasanya selalu diminta oleh bank, seperti : a. Nomor pokok wajib pajak (NPWP),

b. Keterangan domisili dari perusahaan,

c. Izin-izin yang telah diperoleh dalam rangka pembangunan proyek maupun bisnis yang telah berjalan,

d. Rekening perusahaan pada beberapa bank.

Dalam permohonan tersebut, umumnya calon debitur diminta untuk mengisi berbagai formulir standar (baku) yang sudah disusun oleh bank guna melengkapi hal-hal yang disampaikan calon nasabah. Formulir standar ini bentuknya bermacam-macam, tergantung kepada :

1. jenis proyek,

2. sektor industri (atau jasa) dari proyek/bisnis yang akan dibantu bank, 3. jenis kredit yang diminta,

4. besarnya biaya proyek,

5. besarnya jumlah kredit yang diminta,

6. akan dibiayai satu bank atau melalui kerjasama kredit sindikasi.

D. Analisis Pemberian Kredit

Setelah permohonan kredit diterima oleh bank (biasanya yang menerima adalah account officer/wira kredit atau kepala bagian kredit), maka calon debitur diminta untuk memberi keterangan-keterangan tambahan yang dapat menjelaskan isi dari berbagai dokumen yang disampaikannya kepada bank.


(24)

Keterangan-keterangan tersebut biasa disampaikan secara lisan melalui wawancara (interview) maupun tertulis sesuai dengan informasi maupun data yang diminta oleh account officer dari bank.

Selanjutnya, account officer atau wira kredit melakukan analisis kredit berdasarkan pedoman (manual) yang sudah ditentukan dalam bank dan biasanya tergantung kepada jenis kredit yang diminta.

Secara umum, analisis kredit dilakukan berdasarkan dua metode (Dendawijaya 2005: 75), yaitu :

1. Metode penilaian “6C”, yang meliputi character, capital, capacity, conditions of economy, collateral, dan constrains.

a. Character (penilaian watak)

Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon nasabah untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari.

b. Capital (penilaian terhadap modal)

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.

c. Capacity (penilaian kemampuan)

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa


(25)

usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.

d. Conditions of economy (penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur) Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dan hasil proyek atau usaha calon nasabah yang dibiayai bank dapat diketahui. e. Collateral (penilaian terhadap agunan)

Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank wajib meminta agunan tambahan dengan maksud jika calon nasabah tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan guna menutupi pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan yang tersisa.

f. Constrain

Ini merupakan penilaian terhadap faktor hambatan atau rintangan berupa beberapa faktor psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan. Misalnya, pendirian suatu pabrik farmasi yang akan memproduksi obat-obatan antibiotika dan vitamin, tetapi merencanakan pula untuk mengolah ganja dan ekstasi, rasanya sulit untuk diberikan izin oleh instansi yang berwenang.


(26)

2. Metode penilaian “6A”, yang meliputi aspek yuridis (hukum), pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, keuangan, dan social ekonomis.

a. Analisis aspek yuridis (hukum)

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan dari bank.

b. Analisis aspek pasar dan pemasaran

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit bank serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh investor atau pengelola proyek agar perusahaan/proyek dapat memenangkan persaingan yang cukup kompetitif.

c. Analisis aspek teknis

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya kelak sebagai suatu business entity (bisnis yang nyata).

d. Analisis aspek manajemen

Analisis apada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Penilaian


(27)

dilakuakan terhadap jenis serta bentuk manajemen pada saat proyek sedang dibangun (belum beroperasi) dan pada saat perusahaan sudah beroperasi.

e. Analisis aspek keuangan

Analisis apada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidag keuangan. Penilaian dilakukan terhadap proyek yang masih dalam pembangunan dan proyek yang sudah berkembang menjadi perusahaan/bisnis. Analisis yang dilakukan berbeda-beda tergantung kepada jenis proyek, misalnya jenis proyek, proyek perluasan, proyek rehabilitasi, diversifikasi produk, dan lain-lain.

f. Analisis aspek sosial-ekonomi

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai dengan kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun makro ekonomis, terutama dilihat dari pandangan pihak pemerintah dan masyarakat, seperti kesempatan kerja, penerimaan devisa, penghematan devisa, penggunaan bahan baku lokal, pendapatan negara dari segi pajak, kelestarian alam, dan lain sebagainya.

Selain itu, menurut Munir Fuadi dalam Tangkilisan (2003:45), bank dalam memberikan kredit selain menerapkan “6C”, juga menerapkan apa yang dinamakan dengan prinsip 5P, yaitu :


(28)

Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Untuk itu para pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu “kepercayaan” terhadap para pihak, dalam hal ini nasabah. Bagaimana karakternya, kemampuannya, dan lain sebagainya.

2. Purpose (tujuan)

Tujuan dan pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditur. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang positif yang benar-benar dapat menaikkan income perusahaan, dan harus pula diawasi agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan seperti perjanjian dalam suatu perjanjian kredit.

3. Payment (pembayaran)

Harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit dan calon nasabah cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan. Jadi harus dilihat dan dianalisis apakah setelah pemberian kredit nanti, nasabah punya sumber pendapatan, dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kreditnya.

4. Profitability (perolehan laba)

Unsur perolehan laba oleh debitur tidak kurang pula pentingnya dalam satu pemberian kredit. Untuk itu, kreditur harus berantisipasi apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutup pembayaran kembali kredit, cash flow, dan sebagainya.


(29)

Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit oleh perusahaan nasabah. Untuk itu, perlindungan dan kelompok perusahaan, atau jaminan dan holding, atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penting diperhatikan. Terutama untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi hal-hal diluar skenario atau diluar prediksi semula.

Menurut Untung (2000:127), resiko terbesar yang dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian kredit, bentuknya bermacam-macam, seperti berikut ini.

a. Resiko spread, yang timbul sebagai akibat hasil negatif antara selisih biaya bunga (yang harus dibayarkan kepada nasabah penyimpan dana) dan tingkat bunga kredit (yang diterima dari nasabah kredit).

b. Resiko kredit bermasalah, yang timbul sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban nasabah kredit untuk membayar angsuran pinjaman maupun bunga kredit pada waktu yang sudah disepakati antara pihak bank dan nasabah kredit.

c. Resiko nilai jaminan, yang timbul sebagai akibat turunnya niali jaminan (agunan) yang dipegang bank dibandingkan dengan jumlah sisa pinjaman (outstanding) yang masih harus dilunasi oleh nasabah kredit.

d. Resiko kurs valuta asing, yang timbul sebagai akibat kenaikan nilai kurs valuta asing terhadap mata uang lokal (rupiah), sehingga nasabah kredit tidak memiliki dana (dalam valuta asing) yang cukup memadai yang disebabkan oleh pendapatan nasabah dalam valuta lokal.


(30)

E. Persetujuan Kredit

Persetujuan pemberian kredit dapat dikatakan sehat bilamana diberikan berdasarkan hasil dari penilaian total atas permintaan kredit dan atas diri debitur. Yang dimaksud dengan penilaian total adalah penilaian atas kelayakan permintaan kredit yang diajukan dan mutu kredit yang pernah diberikan kepada calon debitur. Dengan demikian apabila calon debitur pernah atau sedang menikmati fasilitas kredit dari bank kreditur, maka fokus penelitian analisis kredit tidak terbatas pada pelayakan permintaan kredit yang sedang diajukan, melainkan juga pada prestasi calon debitur di dalam memenuhi isi perjanjian kredit pada masa yang lalu.

Menurut Untung (2000:148), sebagai catatan dapat dinyatakan bahwa dalam jenjang manapun persetujuan pemberian kredit itu diberikan, para pejabat pengambil keputusan untuk menyetujui pemberian kredit harus dapat mempertanggungjawabkan kepada bank bahwa :

1. Keputusan pemberian kredit tersebut didasarkan pada hasil analisis kredit yang proporsional.

2. Kredit tersebut dapat diharapkan tidak akan berkembang menjadi kredit bermasalah.

3. Kredit tersebut telah memenuhi ketentuan kebijaksanaan pokok penyaluran kredit yang telah digariskan oleh bank.

4. Keputusan pemberian kredit tadi bebas dari pengaruh pihak ketiga yang ikut berkepentingan dalam pemberian kredit tersebut.


(31)

kredit dilakukan oleh lembaga yang mungkin berbeda-beda, tergantung pada sistem dan prosedur yang berlaku pada masing-masing bank. Lembaga-lembaga itu antara lain sebagai berikut :

1. Kepala cabang, misalnya untuk kredit sampai dengan Rp. 500 juta. 2. Kepala wilayah, misalnya untuk kredit sampai dengan RP. 750 juta. 3. Direktur kredit, misalnya untuk kredit sampai dengan Rp. 1 miliar. 4. Direksi bank, misalnya untuk kredit sampai dengan Rp. 5 miliar. 5. Dewan komisaris, misalnya untuk kredit diatas Rp. 5 miliar.

Pada beberapa bank umum, pembahasan dan persetujuan kredit dilakukan oleh suatu komite yang dibentuk direksi yang disebut “komite kredit”. Tugas komite ini adalah :

1. memeriksa laporan analisis kredit,

2. menyetujui permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah,

3. menetapkan syarat-syarat pemberian kredit, seperti tingkat bunga, jangka waktu pinjaman, jenis dan besarnya agunan, dan persyaratan lain yang akan menjadi dasar bagi penyusunan perjanjian kredit yang dibuat dihadapan notaris publik.

F. Perjanjian Kredit

Suatu perjanjian menurut Subekti dalam Ibrahim (2004:5) adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Perjanjian kredit (akad kredit) dipersiapkan oleh seorang notaris publik yang ditunjuk bank atau dipilih oleh calon nasabah (atau atas dasar kesepakatan bersama antara bank dan calon


(32)

nasabah). Bank mengirimkan ahli hukumnya (lawyer atau legal officer) untuk mendampingi wirakredit dalam membahas berbagai ketentuan yang harus dimuat dalam perjanjian kredit.

Menurut Tangkilisan (2003:64), Perjanjian kredit yang baik seyogianya sekurang-kurangnya berisi klausula-klausula sebagai berikut :

1. Klausula-klausula tentang maksimum kredit, jangka waktu kredit, tujuan kredit, bentuk kredit dan batas izin tarik.

2. Klausula-klausula tentang bunga, commitment fee, dan denda kelebihan tarik 3. Klausula yang berisi pernyataan-pernyataan nasabah debitur mengenai

fakta-fakta yang menyangkut status hukum, keadaan keuangan, dan harta kekayaan nasabah debitur pada waktu kredit diberikan, yaitu yang menjadi asumsi-asumsi bagi bank dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit tersebut.

4. Klausula tentang agunan kredit dan asuransi barang-barang jaminan.

5. Klausula yang berisi janji-janji nasabah debitur untuk melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian kredit masih berlaku.

6. Klausula yang berisi janji-janji nasabah debitur untuk tidak melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian kredit masih berlaku.

7. Klausula yang berisi nasabah debitur untuk menyampaikan laporan keuangannya kepada bank dan memelihara posisi keuangannya pada minimal taraf tertentu.

8. Klausula tentang tindakan yang dapat diambil oleh bank dalam rangka pengawasan, pengamanan, penyelamatan, dan penyelesaian kredit.


(33)

peristiwa atau peristiwa-peristiwa yang apabila terjadi memberikan hak kepada bank untuk secara sepihak mengakhiri perjanjian kredit dan untuk seketika dan sekaligus menagih seluruh out-standing kredit.

10.Klausula tentang arbitrase, yaitu klausula yang mengatur mengenai penyelesaian perbedaan pendapat atau perselisihan diantara para pihak melalui suatu badan arbitrase.

11.Klausula-klausula yang berisi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang belum tertampung secara khusus di dalam klausula-klausula lain, termasuk di dalamnya klausula yang disebut dengan Pasal Tambahan.

Perjanjian kredit yang dibuat dihadapan notaris publik tersebut ditandatangani tiga pihak (bank, nasabah, notaris publik) serta dicatatkan dan didaftarkan oleh notaris publik pada pengadilan negeri yang sesuai dengan domisili dari bank pemberi kredit sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat semua pihak.

G. Pencairan Kredit

Pencairan kredit yang diminta nasabah kredit hanya dapat dilakukan bank setelah debitur yang bersangkutan memenuhi berbagai persyaratan seperti dituangkan dalam perjanjian kredit yang ditandatangani kedua pihak (bank dan nasabah) serta dicatat dihadapan notaris publik.

Menurut Dendawijaya (2005:78), persyaratan untuk pencairan kredit tersebut umunya meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Perjanjian kredit sudah ditandatangani.


(34)

membayar kontraktor yang membangun pabrik, memenuhi kewajiban L/C dalam rangka pembelian mesin-mesin ataupun bahan baku, pembelian bahan baku lokal, survai pasar, dan sebagainya.

3. Penarikan kredit sudah sesuai dengan jadwal pembangunan proyek.

4. Permohonan pencairan kredit didukung oleh dokumen-dokumen yang sesuai dengan kebutuhan pencairan kredit. Beberapa bank menggunakan system/prosedur ini dan menyebutnya dengan istilah payment agains document.

5. Besarnya kredit harus sesuai dengan perbandingan/rasio yang disepakati antara dana yang bersumber dari nasabah/debitur (equity) dan pembiayaan dari bank (loan atau debt).

Pencairan kredit/pembayaran oleh bank dilakukan dengan berbagai cara, ada yang langsung dikirimkan ke rekening nasabah dan ada pula yang dialamatkan ke rekening perusahaan-perusahaan yang menjadi rekanan nasabah, misalnya kontraktor bangunan, supplier mesin dan peralatan, pemasok bahan baku, kantor akuntan, kantor notaris publik, bank lain, dan sebagainya.

H. Pengawasan Kredit

Dalam rangka pengamanan fasilitas kredit, bank melakukan pengawasan yang seksama atas perjalanan kredit, baik secara keseluruhan maupun secara individual per nasabah/debitur, apakah pelaksanaan pemberian kredit sesuai dengan rencana yang disusun atau tidak.


(35)

dapat bersifat aktif dan dapat pula bersifat pasif. Pengawasan aktif dilakukan ditempat usaha para debitur, sehingga secara langsung akan dapat diketahui segala masalah yang timbul. Sedangkan pengawasan pasif dilakukan melalui penelitian laporan-laporan tertulis yang dilakukan debitur seperti laporan keadaan keuangan, laporan penyaluran keuangan, laporan aktiva, dan sebagainya.

Pengawasan (monitoring) kredit meliputi berbagai aspek kehidupan, yakni sebagai berikut :

1. Adanya administrasi kredit yang memadai dan menggunakan cara-cara mutakhir, seperti penggunaan komputer, on line system, dan sebagainya.

2. Keharusan bagi nasabah kredit untuk menyampaikan laporan secara berkala atas jenis-jenis laporan yang telah disepakati dan dituangkan dalam perjanjian kredit, seperti :

a. Laporan produksi, b. Laporan penjualan,

c. Laporan utang dan piutang perusahaan,

d. Laporan keuangan (neraca, perhitungan laba/rugi, dan lain-lain), e. Laporan tenaga kerja,

f. Laporan asuransi aktiva tetap,

g. Laporan perubahan izin yang diterima dari instansi terkait.

3. Keharusan bagi wirakredit (account officer) untuk melakukan kunjungan (visit) ke perusahaan ataupun proyek yang dibiayai bank, baik selama berlangsungnya pembangunan proyek maupun setelah proyek tersebut berjalan sebagai suatu usaha bisnis.


(36)

terutama jika nasabah mengalami kesulitan dalam bisnisnya atau telah menunjukkan tanda-tanda kemungkinan terjadinya kemacetan. Kesulitan tersebut mungkin terjadi pada berbagai masalah, seperti masalah produksi, pemasaran, tenaga kerja, keuangan, perpajakan, dan lain sebagainya. Konsultasi yang dilakukan secara dini pada umumnya dapat mengurangi atau menekan kemungkinan terjadinya kegagalan proyek atau kredit macet.

5. Adanya suatu “sistem peringatan” (warning system) pada administrasi bank (umumnya dikelola wirakredit yang menangani nasabah yang bersangkutan). Peringatan dini tersebut dapat memperlihatkan kepada wirakredit berbagai informasi tentang nasabah kredit yang berkaitan dengan kepatuhan kepada ketentuan yang telah dibuat dalam perjanjian kredit, misalnya :

a. Pengasuransian berbagai aktiva tetap yang dimiliki nasabah, terutama aktiva tetap yang dijadikan agunan (jaminan kredit) yang diserahkan kepada bank;

b. Besarnya nilai agunan yang masih ada dibandingkan dengan nilai sisa pinjaman;

c. Posisi nasabah berdasarkan kolektibilitas kreditnya pada setiap waktu, apakah nasabah masih tergolong kredit lancar ataukah sudah menjadi kredit kurang lancar, kredit diragukan ataukah (bahkan) kredit macet. Posisi nasabah ini erat kaitannya dengan sistem pelaporan ke Bank Indonesia dan sangat menentukan dalam penilaian terhadap tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.


(37)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung

PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung berdiri sejak 01 Maret 1996 dengan nama PT. BPR Onan Hasang Nusantara Bona Pasogit. Pada tanggal 22 November 2004 berubah nama menjadi PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung berdasarkan surat Bank Indonesia No. 6/17/KEP. PBI MDN/2004. Didirikan dengan Anggaran Dasar No. Akta 559 SK Menteri Kehakiman RI No. M-41HT.03.05-TH.1988, Persetujuan Prinsip Depkeu RI No. S-432/MK.17/1992 tanggal 3 November 1992 dan keputusan Menteri Keuangan tentang Izin Usaha No. Kep-001/KM.17/1996 tanggal 08 Januari 1996.

PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung beralamat di JL. Dr. Ferdinand Lumban Tobing No. 26 Tarutung. PT BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung dipimpin oleh seorang Komisaris yaitu Endo Yunarto, SE dan dua orang Direksi yaitu Pintor Sopardo Simatupang dan Parlagutan Manalu.

PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung adalah salah satu anak perusahaan dibawah naungan ASIH Group (Holding Company) yang memiliki berbagai usaha di bidang Asuransi, Perbankan, Perhotelan dan lain-lain. PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung merupakan satu dari 32 anak perusahaan di bidang perbankan yang berada di wilayah Jawa Barat dan Sumatera Utara. PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung


(38)

didirikan dengan modal disetor sebesar Rp. 500.000.000, dengan kepemilikan saham PT. Nusantara Bona pasogit (69,49%), Ricardo simatupang (9,51%), DR. Hamonangan Hutabarat (6,0%), Drs. Yan Walter Lumban Gaol, MM (5,0%), dan DP BAS (10,0%).

B. Visi dan Misi PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung Adapun Visi dan Misi PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung yang menjadi pedoman untuk mendayagunakan sumberdaya yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan laba yang cukup untuk dapat tetap mempertahankan kesinambungannya adalah sebagai berikut :

1. Visi

Dalam 5 tahun ke depan, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung akan menjadi andalan utama masyarakat Tarutung dan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal menabung, terutama dalam meminjam uang untuk pendanaan usaha mereka.

2. Misi

PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung adalah perusahaan perbankan yang bergerak dalam kegiatan simpan pinjam dengan 3 jenis produk, yaitu tabungan, deposito dan kredit untuk melayani masyarakat Tarutung dan sekitarnya.


(39)

Seperti kita ketahui bahwa organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Semakin maju peradaban manusia maka tujuan dari organisasi semakin kompleks sesuai dengan kebutuhan manusia di zaman modern ini. Maka dalam hal ini, harus ada kerjasama yang baik dan terorganisir antar individu dengan individu maupun antar kelompok dengan kelompok. Organisasi dapat didefenisikan sebagai struktur dari hubungan-hubungan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, yang tujuan utama organisasi adalah mempermudah pelaksanaan tugas atau pimpinan tugas disamping menghasilkan spesialisasi setiap tugas ataupun pekerjaan.

Setiap organisasi baik itu berbentuk perkumpulan atau perusahaan, atau organisasi biasa pasti mempunyai struktur organisasi. Salah satu tujuannya adalah menggambarkan batas-batas tujuan, wewenang dan tanggung jawab, serta hubungan antara satu bagian dengan bagian lain dalam organisasi tersebut guna mencapai tujuan bersama.

Untuk menggerakkan organisasi, dibutuhkan personil yang memegang jabatan tertentu dalam organisasi sesuai dengan jabatannya. Hubungan dan kerjasama dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi. Dengan adannya hubungan kerjasama yang baik antara atasan dengan bawahan dan antara sesame pegawai, maka terbentuklah suatu mata rantai tugas yang harmonis mulai dari atasan sampai bawahan. Berikut adalah struktur organisasi PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung :


(40)

CUST. SERVICE ADM KREDIT

KASIR PEMBUKU

INTERNAL CONTROL KABAG

OPERASIONAL

ASS. PEMASARAN ACCOUNT OFFICER KABAG.PEMASARAN

DEWAN DIREKSI DEWAN KOMISARIS

RUPS

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung Sumber : PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung

D. Perkembangan BPR di Indonesia

Akhir-akhir ini, berita tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan topik yang menghiasi beberapa media massa, terutama setelah Bank Indonesia meluncurkan program sertifikasi profesional bagi direksi BPR dan adanya rencana ketentuan baru BPR yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat.


(41)

penyumbang utama dalam penghimpunan dana dan pemberian kredit masing-masing sebesar 95 persen dan 78 persen dibandingkan seluruh LKM yang ada.

Dari sisi industri BPR, kinerja selama tiga tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, seperti tercermin pada peningkatan rata- rata beberapa indikator: volume usaha meningkat 39 persen, kredit yang diberikan meningkat 35 persen, dan dana masyarakat yang dihimpun meningkat 42 persen.

Pesatnya perkembangan BPR di atas tidak terlepas dari kunci sukses dalam memberikan pelayanan kepada usaha mikro dan kecil (UMK) seperti lokasi yang dekat dengan masyarakat, prosedur pelayanan kepada nasabah yang lebih sederhana, serta lebih mengutamakan pendekatan personal serta fleksibilitas pola dan model pinjaman. Selain itu, kinerja di atas didukung oleh kelembagaan BPR yang pada akhir Maret 2004 mencapai 2.148 BPR (di antaranya sebanyak 85 BPR beroperasi berdasarkan prinsip syariah), 140 kantor cabang, dan 1.018 kantor pelayanan kas.

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sangat dipengaruhi oleh perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang keberadaannya semakin lama semakin banyak tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dapat dimengerti karena pangsa pasar utama dari BPR adalah masyarakat menengah bawah. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa kehadiran dan perkembangan BPR kemudian tidak layak untuk diperhitungkan. Walau bagaimanapun sudah sewajarnya kita mengangkat topi kepada para pengusaha UMKM, karena merekalah yang mampu bertahan dalam menghadapi badai krisis moneter di Indonesia pada tahun 1998. Selain itu bukankah banyak


(42)

para pengusaha besar yang merintis bisnisnya dari skala rumahan yang akhirnya berkembang menjadi bisnis dengan skala nasional bahkan internasional. Ditambah lagi ternyata devisa ekspor kita tidak sedikit yang merupakan kontribusi dari eksportir berskala UMKM. Perjalanan bisnis para pengusaha UMKM ini tentunya juga merupakan cerita sukses BPR sebagai lembaga keuangan mikro yang mengiringinya.

Menyadari perannya yang demikian, kehadiran BPR secara ideal di masyarakat seharusnya tidak dibatasi oleh ruang, waktu dan juga jarak. Kondisi seperti ini seharusnya menjadi kesadaran bersama para pelaku BPR. Kesadaran yang demikian akan memunculkan semangat baru bagi pelaku BPR dalam menjalankan dan mengembangkan bisnisnya, sehingga mereka tidak perlu merasa cemas dan pesimis terhadap perkembangan usaha BPR-nya. Kesadaran ini pada akhirnya akan menumbuhkan komitmen bersama bahwa mereka (BPR dan pengusaha) harus mampu untuk maju bersama-sama dalam meraih keberhasilan dan kesuksesan.

Sudah seperti menjadi fitrah dari BPR bahwa mereka mempunyai keunikan dalam hal pelayanan kepada para nasabahnya. Keunikan tersebut terletak pada fleksibilitas mereka dalam menggarap masyarakat ekonomi menengah bawah. Di tengah perkembangan dunia perbankan yang saling adu teknologi canggih dimana peran manusia lebih banyak digantikan oleh mesin, BPR justru memiliki potensi untuk lebih berkembang tanpa mengandalkan canggihnya suatu teknologi. Para pelaku BPR harus mampu mengoptimalkan kelebihan dan keunikan yang ada pada diri mereka. Kelebihan dan keunikan


(43)

tersebut lebih banyak berada pada hal-hal yang berhubungan dengan sisi kemanusiaan. Contoh berikut akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Kehadiran pelaku BPR untuk mau secara langsung datang menemui para nasabahnya tanpa disadari telah menegaskan arti penting keberadaan konsumen. BPR tidak memandang nasabah dengan ukuran berapa uang yang akan mereka pinjam atau simpan, sehingga transaksi yang terjadi bukan sekedar transaksi keuangan tetapi lebih dari itu yaitu interaksi antar dua insan yang saling membantu dan membutuhkan. Kemauan pelaku BPR untuk berbincang sejenak bersama nasabah ketika melayani akan memberikan kesan yang mendalam, sehingga tidak ada jarak antara penerima dan pemberi uang yang tanpa disadari akan menggiring kedua pihak kepada suatu ikatan seperti layaknya sebuah keluarga yang saling memberikan perhatian.

Keunikan di atas hanya akan dapat dilakukan jika BPR mampu melepaskan dirinya dari batasan ruang, waktu dan jarak. Dalam dunia bisnis ketiga hal tersebut merupakan simbolisasi dari kantor, jam kerja dan wilayah operasional. Tidak berarti bahwa pelaku BPR harus bekerja di mana pun, kapan pun dan ke mana pun tanpa menggunakan sistem dan prosedur yang disusun secara sistematis. Kantor, jam kerja serta wilayah operasional harus dipahami secara utuh sebagai suatu sarana yang digunakan untuk mewujudkan misi yang diemban oleh BPR, yaitu berpartisipasi secara aktif dalam mengembangkan ekonomi masyarakat menengah bawah. Kantor haruslah dipahami sebagai tempat pelaku BPR menyiapkan segala sesuatunya dalam melayani kebutuhan masyarakat, bukan untuk membatasi interaksi kedua pihak. Jam kerja tidak membatasi pelaku BPR dalam berkarya tetapi mengatur irama pekerjaannya.


(44)

Sedangkan wilayah operasional seharusnya tidak membuat pelaku BPR berpikiran sempit dalam melihat peluang pasar yang dapat digarap. Seandainya pelaku BPR mau dan mampu melepaskan dirinya dari batasan ruang, waktu dan jarak dapat dipastikan bahwa bisnis BPR akan berkembang lebih optimal dan membawa kemaslahatan tidak saja bagi masyarakat sekitar tetapi juga masyarakat secara luas.

Perlu disadari bahwa kemajuan dan perkembangan BPR tidak hanya bertumpu pada faktor-faktor seperti dikemukakan sebelumnya. Keunikan dan keunggulan yang dimiliki BPR harus diimbangi oleh para pelaku BPR dengan sikap profesional dan kehati-hatian dalam mengelola bank. Hal ini mendorong pelaku BPR untuk memperkuat manajemen pengelolaan dan meningkatkan efisiensi sehingga akan menghasilkan kinerja BPR yang lebih baik. Pada akhirnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada BPR akan menjadi semakin tinggi dan secara otomatis berimbas pada perkembangan dan kemajuan BPR sendiri. Dengan demikian para pelaku BPR tidak akan pernah lagi merasa gamang menatap masa depan BPR yang dimiliki atau dikelolanya. Misi utama BPR untuk ikut andil menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi kerakyatan di tengah-tengah masyarakat dengan sendirinya akan dapat terwujud.

E. Permohonan Kredit

Untuk memperoleh fasilitas kredit dari PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung, maka tahap yang pertama pemohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam satu proposal. Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Seluruh


(45)

kelengkapan dokumen-dokumen tersebut diperiksa oleh Account Officer dan dicatat pada register permohonan yang kemudian formulir tersebut diserahkan kepada Direksi untuk dianalisis ringkas (disposisi). Kemudian setelah disposisi formulir tersebut diserahkan pada Account Officer dan Credit Support untuk diproses lebih lanjut. Proposal yang diajukan tersebut berisi keterangan tentang :

1) Riwayat perusahaan seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, nama pengurus berikut latar belakang pendidikannya, perkembangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya.

2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. Kemudian juga yang perlu mendapat perhatian adalah kegunaan kredit apakah modal kerja atau investasi.

3) Besarnya kredit dan jangka waktu.

Dalam proposal pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan jangka waktunya.

4. Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya.

5. Jaminan kredit.

Jaminan kredit yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.


(46)

Selanjutnya proposal tersebut dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :

a) Akte pendirian perusahaan.

Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk P.T. (Perseroan Terbatas) atau Yayasan yang dikeluarkan oleh Notaris dan disahkan oleh Departemen Kehakiman.

b). Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit (suami dan istri). c) T.D.P (Tanda Daftar Perusahaan)

Tanda Daftar Perusahaan ada selembar sertifikat yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan biasanya berlaku 5 tahun dan jika masa berlakunya habis dapat diperpanjang kembali.

d) N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Nomor Pokok Wajib Pajak, merupakan surat tentang wajib Pajak yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan.

e) Fotocopy bukti pembayaran rekening listrik/air. f) Fotocopy sertifikat yang dijadikan jaminan. g) Daftar penghasilan bagi perseorangan. h) Kartu Keluarga (K.K) bagi perseorangan.

F. Analisis Pemberian Kredit.

Dalam analisis pemberian kredit ini, yang harus diperhatikan dengan lebih sungguh-sungguh adalah : aspek karakter, aspek kemampuan membayar, dan aspek pengawasan. Analisis yang dilakukan adalah analisis kualitatif (karakter)


(47)

dan analisis kuantitatif (analisis keuangan, data usaha, dan lain-lain) yang dapat diperoleh dari nasabah, pihak ketiga maupun intern PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung. Proses analisis harus benar-benar akurat sehingga keperluan bank dapat terpenuhi dan penyaluran kredit dapat bermanfaat bagi debitur. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah bahwa jaminan yang diberikan debitur harus dapat mengcover kredit yang diberikan serta aman bagi PT. BPRBUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung dapat dilakukan dengan berbagai analisis untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya. Analisis tersebut adalah analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan.

Analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Character

Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Character merupakan ukuran untuk menilai “kemauan” nasabah membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. 2. Capacity (capability)


(48)

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit.

3. Capital

Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan dating sesuai sector masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi


(49)

diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.

Sedangkan penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut : 1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

3. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau untuk tujuan perdagangan.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.


(50)

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Disamping penilaian dengan 5C dan 7P, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung melaksanakan penilaian kredit dengan studi kelayakan, terutama untuk kredit dalam jumlah yang relatif besar. Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan meliputi :


(51)

Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen atau surat-surat yang dimiliki oleh calon debitur, seperti akte notaris, izin usaha atau sertifikat tanah dan dokumen atau surat lainnya. 2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha nasabah sekarang dan masa yang akan datang.

3. Aspek Keuangan

Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan mengelola usahanya. Dari aspek ini akan tergambar berapa besar biaya dan pendapatan yang akan dikeluarkan dan diperolehnya. Penilaian aspek ini dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

4. Aspek Operasi/Teknis

Merupakan aspek untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya.

5. Aspek Manajemen

Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan (pengusaha), baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. 6. Aspek Ekonomi/Sosial

Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak benefit atau cost atau sebaliknya.


(52)

Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya suatu usaha, kemudian cara-cara pencegahan terhadap dampak tersebut.

G. Persetujuan Kredit

Setelah analisis pemberian kredit dilakukan oleh Account Officer, maka hasil analisis pemberian kredit tersebut disampaikan dalam rapat komite. Account Officer harus dapat menjelaskan keseluruhan pemeriksaan atau analisis secara ringkas dan jelas sehingga seluruh anggota komite dapat mempelajari serta membuat tanggapan dan keputusan. Hal-hal yang perlu dipelajari komite kredit disini adalah kelengkapan, keabsahan, dan keaslian dokumen serta penilaian yang meliputi seluruh aspek studi kelayakan kredit. Dalam hal ini komite kredit juga harus benar-benar melaksanakan fungsinya sehingga penyaluran maupun keputusan kredit dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak.

H. Perjanjian Kredit

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari disetujuinya kredit. Sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, kemudian mengikat jaminan kredit dengan hipotik atau surat perjanjian yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan :

a. Antara bank dengan debitur secara langsung atau b. Melalui notaris.


(53)

Hal-hal yang tertera dalam akad/perjanjian kredit tersebut adalah sebagai berikut :

1. Maksimum kredit

Jumlah yang tertera dalam maksimum kredit ini adalah jumlah tertinggi yang diizinkan kepada si penerima kredit. Jumlah ini berdasarkan perhitungan kalkulasi kredit dalam aspek financial. Maksimum kredit ini sering juga disebut sebagai line of credit.

2. Jangka waktu.

Untuk kredit jangka pendek, jangka waktu diberikan paling lama untuk pemakaian 1 tahun. Berarti kredit dapat juga diberikan untuk selama 3 bulan, 6 bulan atau 9 bulan atau beberapa bulan saja asal tidak melebihi 1 tahun. Untuk jangka panjang, jangka waktu maksimal kredit adalah 3 tahun.

3. Keperluan kredit.

Keperluan kredit harus sesuai dengan bidang usaha debitur, berdasarkan target produktivitas yang akan dicapainya. Tentang target ini harus dijelaskan secara terperinci. Misalnya keperluan kredit untuk peningkatan produksi padi dari kapasitas 10 ton menjadi 15 ton dalam kurun waktu enam bulan.

4. Bunga/propisi.

Suku bunga yang ditetapkan oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung berbeda-beda untuk setiap jangka waktu kredit. Misalnya untuk pensiunan sebesar 2%/bulan, umum 2,75%/bulan, dan pegawai dengan sistem potong gaji sebesar 2,5%/bulan. Propisi kredit


(54)

yang ditetapkan sebesar 0,5 % dari jumlah maksimum kredit dan adminitrasi sebesar 3%. Propisi tersebut harus dibayar secara kontan oleh debitur pada saat perjanjian ditandatangani, demikian pula apabila oleh karena sesuatu dan hal lain kredit tersebut diperpanjang jangka waktunya.

5. Bea materai.

Sesuai dengan aturan Bea Materai Tahun 1921, maka setiap pemberian kredit dikenakan bea sebesar 0,50% dari maksimum kredit yang diberikan/diterima. Jumlah tersebut kemudian disetorkan ke kas Negara. 6. Bentuk kredit.

PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung mencairkan kredit dengan cara pembukaan rekening terlebih dahulu, karena akan memperlonggar debitur dalam mempergunakan/memanfaatkan kredit baik dalam bentuk uang kartal.

7. Jaminan kredit.

Dalam jaminan/agunan harus dijelaskan secara terperinci, seperti jumlah jaminan, nilai jaminan, jenis jaminan dan status pemiliknya. Nilai agunan harus sesuai dengan penetapan taksasi bank.

8. Asuransi.

Setiap jaminan kredit sebaiknya diasuransikan sesuai dengan sifat jaminan tersebut, hal ini dimaksudkan untuk mengamankan risiko bilamana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran dan sebagainya.

9. Ketentuan-ketentuan tambahan.


(55)

b) Persyaratan tentang keharusan menyalurkan aktivitas keuangan melalui bank,

c) Laporan-laporan tentang keadaan keuangan seperti, Neraca dan Rugi/Laba perusahaan, laporan tentang perkembangan usaha (produksi, penjualan dan stok) secara bulanan, laporan tentang piutang (Nama, Jumlah dan cara pembayarannya).

Isi perjanjian kredit harus dijelaskan kepada debitur sehingga tercapai kesepakatan bersama dalam hal prosedur yang berlaku, biaya yang akan dikeluarkan. Direksi juga harus memberitahukan 5 (lima) hal pokok berikut ini dalam realisasi kredit :

1. Ucapan terima kasih kepada debitur atas kepercayaan pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

2. Bahwa dana yang diserahkan pada debitur adalah dana masyarakat yang harus diberi bunga, sehingga harus ada kesepahaman bahwa pinjaman yang diberikan juga memiliki bunga yang harus dibayar tepat pada waktunya.

3. Petugas yang akan menangani kredit dalam hal pembayaran maupun monitoring harus diberitahukan kepada debitur.

4. Menunjukkan contoh slip setoran pinjaman sebagai bukti pembayaran angsuran kredit yang sah.

5. Bahwa debitur tidak diperkenankan memberikan dana (uang) selain dari biaya-biaya yang sudah disepakati dalam perjanjian kepada seluruh petugas bank sebagai ucapan terima kasih.


(56)

I. Pencairan Kredit

Setelah perjanjian kredit ditandatangani maka langkah selanjutnya adalah merealisasikan atau mencairkan kredit. Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening di PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung. Dengan demikian penarikan dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka. Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit. Pencairan dana kredit tergantung dari kesepakatan PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung dengan debitur dan dapat dilaksanakan dengan pengambilan :

a. Sekaligus

b. Atau secara bertahap.

J. Pengawasan Kredit

Dalam rangka pengamanan fasilitas kredit, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung melakukan pengawasan yang seksama atas perjanjian kredit, baik secara keseluruhan maupun secara individual per nasabah/debitur. Pengawasan tersebut dilakukan oleh Account Officer. Oleh karena itu Account Officer harus mengetahui kondisi debitur, sehingga bank dapat mengambil tindakan antisipasi sedini mungkin terhadap berbagai hal yang tidak diinginkan. Pengawasan kredit perlu dilakukan untuk :

1. Menilai sampai sejauh mana syarat-syarat kredit maupun kewajiban pembayaran lainnya telah dipenuhi oleh debitur.


(57)

2. Menilai kelayakan usaha debitur dari waktu yang dikaitkan dengan resiko yang dihadapi bank.

3. Membantu bank dalam mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan.

Pengawasan kredit yang dilakukan PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung bersifat aktif dan bersifat pasif. Pengawasan yang dilakukan secara aktif adalah dengan mengunjungi tempat usaha debitur (on the spot) dan mengadakan konsultasi dengan debitur tersebut untuk mengetahui bagaimana perkembangan usaha debitur dan masalah apa yang mungkin dihadapi. Sedangkan pengawasan pasif yang dilakukan adalah dengan meneliti laporan-laporan tertulis dari perusahaan debitur seperti Neraca, Laporan Rugi/Laba, laporan penyaluran keuangan dan lain sebagainya.

Untuk menghindari kekeliruan diantara debitur dengan PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung juga selalu berusaha untuk menghubungi debitur atau mencari informasi tentang perkembangan usaha debitur tersebut. Hal ini dirasa perlu karena sebagian besar pejabat bank merasa bahwa nasabah-lah yang harus selalu menghubungi bank dan bukan sebaliknya.

Dalam hal melakukan pengawasan, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung juga selalu berusaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan para debiturnya yang dilandasi dengan pemikiran dan sikap yang saling menghormati, saling membutuhkan satu sama lain mempunyai saling ketergantungan. Debitur selaku pengusaha membutuhkan kredit untuk


(58)

peningkatan usahanya, demikian pula PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 tarutung, membutuhkan pengusaha untuk memutar uangnya.

Hal lain yang selalu diterapkan oleh pejabat-pejabat PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung yang melakukan pengawasan adalah menguasai seni pengawasan. Artinya adalah melakukan pengawasan dengan sikap dan perilaku yang sopan, bukan momok yang menyeramkan. Dengan demikian akan tercipta hubungan yang harmonis dan bahkan saling ketergantungan diantara kedua belah pihak. Bilamana nasabah mengalami kesulitan dalam usahanya, maka kesulitan itu tidak hanya ditanggulangi oleh nasabah yang bersangkutan saja, akan tetapi PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung sebagai partner harus dapat pula ikut berusaha membantu nasabah menyelesaikan berbagai masalahnya.


(59)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Berdasarkan data dan keterangan yang penulis peroleh dari PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung, maka dapat diketahui bahwa PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung melaksanakan manajemen kredit dalam pemberian kredit kepada debiturnya.

A. Permohonan Kredit

Dalam hal permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung telah menerapkan prosedur-prosedur standar (baku) yang sudah disusun oleh bank tersebut guna melengkapi hal-hal yang disampaikan oleh calon debitur diantaranya dengan menerima pengajuan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal (dokumen) dan meminta calon debitur untuk mengisi formulir standar (baku).

Tabel 4.1

Jumlah Debitur Kredit PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung Tahun 2002-2006

No. Tahun Jumlah Debitur Peningkatan Debitur Kredit (%)


(60)

2 2003 232 0%

3 2004 282 21,55%

4 2005 351 24,46%

5 2006 509 45,01%

Sumber : PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung (diolah)

Dari tabel jumlah debitur kredit tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah debitur kredit dari tahun 2004-2006 mengalami peningkatan yaitu tahun 2004 meningkat sebesar 21,55% (50 orang debitur), tahun 2005 meningkat sebesar 24,46% (69 orang debitur), dan tahun 2006 meningkat sebesar 45,01% (158 orang debitur). Namun untuk tahun 2002-2003 tidak terjadi peningkatan jumlah debitur kredit, karena pada tahun tersebut PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung sedang melaksanakan relokasi.

B. Analisis Pemberian Kredit

Setelah permohonan kredit, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung meminta keterangan-keterangan tambahan yang dapat menjelaskan isi dari dokumen yang disampaikan oleh calon debitur. Keterangan-keterangan tersebut bisa disampaikan secara lisan melalui wawancara maupun secara tertulis sesuai dengan informasi maupun data yang diminta.

Dalam hal pemberian kredit, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung telah berusaha menerapkan sikap kehati-hatian (prudent) dalam memberikan kredit kepada calon nasabahnya dan juga berusaha untuk menjaga liquiditas dan solvabilitasnya. Yang dimaksud dengan liquiditas disini adalah kemampuan bank tersebut di dalam menjamin terbayarnya hutang-hutang


(61)

jangka pendeknya, sedangkan solvabilitas adalah kemampuan bank untuk melunasi hutang jangka pendek maupun jangka panjangnya.

Cara yang sampai saat ini masih digunakan oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit untuk menganalisis apakah calon debitur tersebut dapat dipercaya atau diandalkan adalah apa yang disebut dengan 5C, yang meliputi :

1. Character (sifat-sifat si calon nasabah). 2. Capital (modal dasar si calon nasabah). 3. Capacity (Kemampuan si calon nasabah).

4. Collateral (jaminan yang disediakan calon nasabah). 5. Conditions of economy (kondisi perekonomian).

Namun pada kenyataannya analisis 5C tersebut kadang kala diterapkan/dilaksanakan dengan kurang optimal. Oleh sebab itu setelah kredit dicairkan kepada debitur, maka terjadi kesulitan-kesulitan. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet sehingga NPL (Non Performing Loan) tinggi pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

C. Persetujuan Kredit

Analisis kredit yang dibuat oleh Account Officer diperiksa (review) dahulu oleh atasannya, Direksi bank, sebelum disampaikan ke Komite Kredit. Selanjutnya pembahasan dan persetujuan kredit diputuskan oleh Komite Kredit. Hal-hal yang dibahas dalam komite kredit adalah kelengkapan, keabsahan, dan


(62)

keaslian dokumen serta penilaian yang meliputi seluruh aspek studi kelayakan proyek.

Tabel 4.2

Jumlah Dana Kredit PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung Tahun 2002-2006

No Tahun Kredit yang

dianggarkan

Realisasi Jumlah dana

kredit yang direalisasikan (%)

Jumlah kenaika n dana kredit (%) 1 2002 Rp. 1.094.000.000 Rp. 603.777.000 55,19% 0% 2 2003 Rp. 1.276.213.000 Rp. 807.458.000 63,26% 25,22% 3 2004 Rp. 1.598.156.000 Rp. 1.118.686.000 70,00% 27,82% 4 2005 Rp. 2.132.486.000 Rp. 1.504.712.000 70,56% 25,65% 5 2006 Rp. 2.414.204.000 Rp. 1.949.179.000 80,74% 22,80%

Sumber : PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung (diolah)

Berdasarkan tabel jumlah dana kredit tersebut dapat dilihat bahwa jumlah dana yang dianggarkan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun jumlah dana tersebut tidak semuanya terealisasi . Jumlah dana yang dianggarkan pada tahun 2002 yang terealisasi sebesar 55,19% (Rp. 603.777.000), tahun 2003 sebesar 63,26% (Rp. 807.458.000), tahun 2004 sebesar 70,00% (Rp. 1.118.686.000), tahun 2005 sebesar 70,56% (Rp. 1.504.712.000) dan tahun 2006 sebesar 80,74% (Rp. 1.949.179.000). Sementara itu peningkatan jumlah dana


(63)

yang terealisasi pada tahun 2002-2003 adalah sebesar 25,22% (Rp. 203.681.000), tahun 2003-2004 sebesar 27,82% (Rp. 311.228.000), tahun 2004-2005 sebesar 25,65%(Rp. 386.026.000), dan tahun 2005-2006 sebesar 22,80% (Rp. 444.467.000).

D. Perjanjian Kredit

Hal yang selanjutnya dilakukan oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung setelah kredit disetujui adalah dengan membuat perjanjian kredit. Perjanjian kredit yang dibuat dihadapan notaris publik, baik yang ditunjuk bank atau dipilih oleh calon nasabah (berdasarkan kesepakatan bersama), ditandatangani tiga pihak yaitu bank, nasabah dan notaris publik serta dicatatkan dan didaftarkan oleh notaris publik pada pengadilan negeri di Tarutung sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat semua pihak.

Pada perjanjian kredit ini berisi ketentuan-ketentuan yang sebagian besar diambil dari hasil analisis kredit yang dituangkan dalam laporan analisis kredit yang telah disetujui.

Secara umum, isi perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris publik berdasarkan masukan dari pihak bank pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung adalah sebagai berikut :

1. Tujuan pemberian kredit kepada nasabah.

2. Besarnya kredit yang akan diberikan PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.


(64)

5. Jangka waktu pengembalian kredit.

6. Jadwal pembayaran angsuran kredit dan bunga kredit. 7. Jaminan kredit.

8. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum kredit dicairkan.

9. Kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh nasabah kredit sebelum dilunasi, misalnya menyampaikan laporan produksi, penjualan dan lain-lain serta kewajiban mengasuransikan semua aktiva tetap pada proyek yang dibiayai bank.

10.Hak-hak yang dimiliki PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 tarutung selama kredit belum dilunasi, misalnya memeriksa secara fisik keadaan proyek yang dibiayai bank tersebut, memeriksa buku-buku dan laporan keuangan debitur, dan lain-lain.

E. Pencairan Kredit

Setelah selesai diadakan perjanjian kredit antara debitur dan bank yang dibuat oleh notaris publik, maka kredit dicairkan. PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung menetapkan bahwa kredit yang dicairkan kepada debitur boleh diambil sekaligus maupun secara bertahap, sesuai dengan keinginan debitur. Kredit tersebut ditujukan untuk membiayai sejumlah sektor, yaitu : sektor perdagangan, pertanian, industri, jasa dan sektor lain.

Tabel 4.3

Realisasi Penyaluran kredit PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung Tahun 2002-2006

(dalam ribuan rupiah)

Sektor/Tahun 2002 2003 2004 2005 2006


(65)

Pertanian 2.500 11.000 28.579 15.798 26.632

Industri 2.380 16.204 14.840 8.330 5.950

Jasa 24.877 92.460 265.812 300.181 412.615

Lain-lain 80.760 130.148 127.442 373.962 507.946

Sumber : PT. BPR BUMIASIH NBP 24 Tarutung (diolah)

Dari tabel realisasi penyaluran kredit tersebut dapat kita lihat bahwa realisasi penyaluran kredit untuk sektor perdagangan, jasa, dan lain-lain cenderung mengalami peningkatan. Untuk sektor perdagangan tahun 2002-2003 meningkat sebesar Rp. 64.386.000 (11,54%), tahun 2003-2004 meningkat sebesar Rp. 124.367.000 (18,23%), tahun 2004-2005 meningkat sebesar Rp. 124.428.000 (15,42%), dan tahun 2005-2006 meningkat sebesar Rp. 189.595.000 (19,03%). Untuk sektor jasa, tahun 2002-2003 meningkat sebesar Rp. 67.583.000 (73,09%), tahun 2003-2004 meningkat sebesar Rp. 173.352.000 (65,12%), tahun 2004-2005 meningkat sebesar Rp. 34.369.000 (11,44%), dan tahun 2005-2006 meningkat sebesar Rp. 112.434.000 (27,24&). Untuk sektor lain-lain, tahun 2002-2003 meningkat sebesar Rp. 49.388.000 (37,90%), tahun 2003-2004 turun sebesar Rp. 2.706.000 (2,12%), tahun 2004-2005 meningkat sebesar Rp. 246.520.000 (65,92%), dan tahun 2005-2006 meningkat sebesar Rp. 133.984.000 (26,37%). Sedangkan untuk sektor pertanian dan industri mengalami fluktuasi. Dan kedua sektor ini pun kurang diminati, baik oleh masyarakat maupun bank yang bersangkutan, karena perputaran uang pada kedua sektor ini sulit. Misalnya pertanian yang hanya panen dua kali dalam setahun. Begitu juga dengan industri tenun, dimana hasil produksi hanya bisa dijual dua kali dalam setahun. Berkenaan dengan hal tersebut, PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung menetapkan kredit fokus pada sektor perdagangan, jasa dan lain-lain (konsumtif)


(1)

1. Menetapkan kredit fokus yang akan ditangani. 2. Pemberian kredit yang selektif dan hati-hati.

3. Pelaksanaan sistem dan prosedur kredit dengan benar. 4. Monitoring usaha dan agunan debitur secara berkala. 5. Penagihan kredit yang efektif.

6. Membagi wilayah Account Officer dan Assisten Pemasaran dan merotasi wilayah kerja secara berkala.

7. Pemberian target penyelesaian kredit bermasalah pada setiap Account Officer dan Assisten Pemasaran.

8. Pemberian fee pada bagian pemasaran yang berhasil menyelesaikan kredit bermasalah.

9. Membuat surat-surat peringatan kepada debitur yang menunggak.

10.Melakukan pendekatan secara kekeluargaan pada debitur yang menunggak. 11.Membuat daftar tagihan setiap hari.

12.Merestrukturing atau merescheduling kredit non lancar yang masih layak diperbaiki.

13.Penyitaan agunan dan penyelesaian secara hukum.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data yang diperoleh baik melalui studi pustaka maupun dari penelitian langsung yang dilakukan pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yang perlu dikemukakan agar dapat lebih dimengerti akan maksud dan tujuan dari penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis Manajemen Kredit pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung”, sehingga dapat dilihat hubungan antara teori dan praktek yang dilakukan pada perusahaan.

A. Kesimpulan

1. Penerapan manajemen kredit pada PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan tidak tercapainya realisasi penyaluran kredit yang diberikan kepada debitur dengan jumlah dana yang dianggarkan. Hal tersebut juga dapat dilihat dari tingginya NPL (Non Performing Loan) dari tahun ke tahun.

2. PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung lebih fokus dalam pemberian kredit pada sektor perdagangan, konsumtif (lain-lain), dan jasa, mengingat ketiga sektor inilah yang paling berhasil mereka tangani. Namun tetap memberikan peluang kepada sektor lain asalkan


(3)

sesuai dengan sistem dan prosedur perkreditan yang berlaku di PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung.

3. PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung menerapkan analisis 5C yaitu Character, Capital, Capacity, Conditions of economy, dan Collateral dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, namun analisis ini belum diterapkan secara optimal.

4. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung tergolong ketat. Karena pengawasan yang dilakukan bersifat aktif dan pasif oleh Account Officer.

B. Saran

1. PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung diharapkan dapat menerapkan manajemen kredit dengan optimal. Dengan demikian realisasi penyaluran kredit dapat mencapai target dari jumlah dana yang dianggarkan dan NPL (Non Performing Loan) dapat diturunkan sampai batas tertentu, sehingga nantinya visi dan misi perusahaan dapat tercapai. 2. Untuk meningkatkan pemberian/permintaan kredit pada sektor pertanian

dan industri (Industri Rumah Tangga dan Usaha Kecil Menengah), PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung maupun calon debitur itu sendiri diharapkan dapat memunculkan ide-ide baru yang menguntungkan kedua belah pihak. Hal ini penting mengingat sebagian besar masyarakat Tarutung dan sekitarnya hidup dari kedua sektor tersebut dan didukung dengan animo masyarakat yang cukup besar untuk


(4)

meminjam.

3. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 Tarutung baik secara aktif maupun pasif tidak akan banyak memberikan dampak yang positif apabila penerapan analisis 5C yang dilakukan perusahaan tersebut kurang optimal. Untuk itu PT. BPR BUMIASIH Nusantara Bona Pasogit 24 tarutung diharapkan dapat menerapkan analisis 5C secara optimal demi tercapainya tujuan perusahaan.

4. Pengawasan aktif yang dilakukan oleh Account Officer lebih ditingkatkan terutama kepada nasabah yang tergolong tidak lancar, demi amannya fasilitas kredit. Dan pengawasan ini hendaknya dilakukan secara terus-menerus bukan hanya oleh bagian kredit saja, tetapi seluruh petugas bank baik secara administratif maupun on the spot.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Ghali Indonesia, Bogor

Fuady, Munir, 1999, Hukum Perbankan Modern, Buku Kesatu, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Ibrahim, Johannes, 2004, Cross Default & Cross Collateral, Cetakan Pertama, PT Refika Aditama, Bandung

Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Monang, 2005, Analisis Kredit pada PT. BPRS Batangkuis Bumiasih Kabupaten Deli Serdang, Skripsi (Tidak dipublikasikan), USU, Medan

Pandia, Ompusunggu, et all, 2004, Lembaga keuangan, Cetakan Pertama, PT Rineka Cipta , Jakarta

Sastradipoera, Komaruddin, 2004, Strategi Manajemen Bisnis Perbankan, Edisi Pertama, Kappa-Sigma, Bandung

, 2001, Manajemen Perbankan, Kappa-Sigma, Bandung.

Sinungan, Muchdarsyah, 1995, Dasar-Dasar Teknik Manajemen Kredit, Bumi Aksara, Jakarta

______________________, 1992, Manajemen Dana Bank, Edisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta

Suyatno, Thomas, 1996, Kelembagaan Perbankan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tangkilisan, Hessel Nogi, 2003, Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance, Balairung & Co., Yogyakarta


(6)

Iskandar Muda Medan, Skripsi (Tidak dipublikasikan), USU, Medan. Untung, Budi, 2000, Kredit Perbankan di Indonesia, Edisi Kedua, Penerbit Andi,

Yogyakarta www.google.com