KUHP yang berlaku di negeri Belanda sendiri merupakan turunan dari code penal perancis. Code penal menjadi inspirasi pembentukan peraturan
pidana di Belanda. Hal ini dikarenakan Belanda berdasarkan perjalanan sejarah merupakan wilayah yang berada dalam kekuasaan kekaisaran
perancis.
C. PEMBAGIAN HUKUM PIDANA INDONESIA
Hukum pidana dapat dibagidibedakan dari berbagai segi, antara lain sebagai berikut:
1. Hukum Pidana Objektif dan Subjektif
Hukum pidana objektif ius poenale adalah hukum pidana yang dilihat dari aspek larangan-larangan berbuat, yaitu larangan yang disertai dengan
ancaman pidana bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Jadi hukum pidana objektif memili arti yang sama dengan hukum pidana materiil.
Sebagaimana dirumuskan oleh Hazewinkel Suringa, ius poenale adalah sejumlah peraturan hukum yang mengandung larangan dan perintah dan
keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana bagi si pelanggarnya. Sementara hukum pidana subjektif ius poeniendi sebagai
aspek subjektifnya hukum pidana, merupakan aturan yang berisi atau mengenai hak atau kewenangan negara :
1.Untuk menentukan larangan-larangan dalam upaya mencapai ketertiban umum.
2.Untuk memberlakukan sifat memaksanya hukum pidana yang wujudnya denagan menjatuhkan pidana kepada si pelanggar larangan tersebut, serta
3. Untuk menjalankan sanksi pidana yang telah dijatuhkan oleh negara pada si pelanggar hukum pidana tadi.
Jadi dari segi subjektif negara memiliki dan memegang tiga kekuasaanhak fundamental yakni :
1. Hak untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana yang dilarang dan menentukan bentuk serta berat ringannya ancaman pidana sanksi pidana
bagi pelanggarnya.
2.Hak untuk menjalankan hukum pidana dengan menuntut dan menjatuhkan pidana pada si pelanggar aturan hukum pidana yang telah dibentuk tadi, dan
3.Hak untuk menjalankan sanksi pidana yang telah dijatuhkan pada pembuatnyapetindaknya.
Walaupun negara mempunyai kewenangankekuasaan diatas namun tetap dibatasi jika tidak maka negara akan melakukan kesewenangan-
wenangan sehingga menimbulkan ketidakadilan, ketidaktentraman dan ketidaktenangan warga diantara negara. Pembatasan tersebut melalui
koridor-koridor hukum yang ditetap dalam hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.
Juga dibatasi oleh hukum formil artinya tindakan-tindakan nyata negara sebelum, pada saat dan setelah menjatuhkan pidana serta
menjalankannya itu diatur dan ditentukan secara rinci dan cermat, yang pada garis besarnya berupa tindakan penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
persidangan dengan pembuktian dan pemutusan vonis dan barulah vonis dijalankan eksekusi. Perlakuan-perlakuan negara terhadap pesakitanpelaku
pelanggaran harus menurut aturan yang sudah ditetapkan dalam hukum pidan formil.
2. Hukum Pidana Materiil dan Formil