Budidaya tanaman jagung TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A.

Pendampingan kelompok tani dalam rangka sosialisasi dan pelaksanaan Program FPPED dilakukan dengan menempatkan mahasiswa sebagai pendamping lapangan. Tupoksi pendamping lapangan, antara lain : 1. Mensosialisasikan Program Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah FPPED kepada masyarakat sasaran dengan harapan mereka mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat program tersebut bagi sasaran. 2. Pembentukan dan penguatan kelembagaan kelompok tani. 3. Mendampingi anggota kelompok tani dalam pembuatan administrasi kelompok. 4. Membantu memperlancar proses penyaluran kredit kelompok tani kepada anggota. 5. Membantu distribusi sarana produksi usahatani dalam kelompok tani.

4. Budidaya tanaman jagung

Tanaman jagung Zea mays L dapat tumbuh dengan baik hampir pada semua jenis tanah, tetapi tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus. Jagung akan tumbuh baik pada derajat kemasaman pH tanah 5,5 – 7,6 dan optimal pada pH 6,8. Kemiringan tanah tidak lebih dari 8 persen dan lokasi lahan terbuka. Keadaan lahan bebas dari genangan air atau tidak mudah terendam air dan dapat diairi bila diperlukan. Iklim yang cocok untuk bertanam jagung adalah yang memiliki curah hujan 100 – 200 mmbulan dengan penyerapan merata, intensitas sinar 100 persen, temperatur 13 o C – 38 o C, dan suhu optimal 24 o C – 30 o C. Tinggi tempat 0 – 1.300 m di atas permukaan laut Martodireso dan Suryanto, 2002. Jarak antara tanaman diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimum yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa varietas yang telah beredar di pasaran sekitar 50.000 tanamanha. Dengan populasi 50.000 tanamanha, jagung dapat ditanam dengan menggunakan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman perlubang atau 100 cm x 20 cm dengan satu tanaman per lubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman perlubang. Lubang dibuat sedalam 3 – 5 cm menggunakan tugal, setiap lubang diisi 2 – 3 biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah Suprapto dan Marzuki, 1999. Dosis pupuk per hektar untuk jagung hibrida adalah 250 kg Urea, 100 kg SP- 36, 100 kg ZA, dan 100 kg KCL, sedangkan dosis pupuk per hektar untuk tanaman jagung non-hibrida adalah 250 kg Urea, 75 – 100 kg SP-36, dan 50 kg KCL. Pemupukan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pada saat tanam, pada saat tiga minggu setelah tanam, dan empat minggu setelah tanam Martodireso dan Suryanto, 2002. Pemberantasan hama dan penyakit menggunakan fungisida, pestisida, insektisida serta dengan pengolahan tanah sempurna, pergiliran tanaman, dan tanaman serempak. Pada saat timbul serangan hama dan penyakit, pestisida memegang peranan yang cukup penting karena dapat membunuh hama dalam waktu singkat dan mudah diaplikasikan. Apabila tanaman perlu pencegahan dapat disemprot dengan fungisida dan diusahakan persemaian jagung jangan menjadi pusat penyebaran penyakit Najiyati, 2000. Panen dan pasca panen yang tidak tepat dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan dan kerusakan produksi jagung. Tanaman jagung pada umumnya sudah cukup masak dan siap dipanen pada umur tujuh minggu setelah berbunga. Pemanenan dilakukan apabila jagung sudah tua, yang ditandai dengan kulit jagung kelobot sudah menguning. Pemeriksaan di kebun dapat dilakukan dengan menekan kuku ibu jari pada bijinya, bila tidak membekas jagung dapat segera dipanen Suprapto dan Marzuki, 1999. Pengeringan merupakan kegiatan penanganan pasca panen. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau memakai alat pengering dryer. Tongkol jagung dikeringkan sehingga kadar air dalam biji tinggal 18 persen. Pada kadar air tersebut, biji jagung akan mudah untuk dipipil. Selanjutnya jagung pipilan dikeringkan kembali sehingga kadar airnya tinggal 13 – 14 persen. Pemipilan jagung dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin alat pemipil jagung. Pemipilan tongkol dengan mesin pemimpil tidak memerlukan tenaga dan waktu yang bayak. Mesin pemimpil jagung dapat memipil jagung hampir 1.300 kg per jam Martodireso dan Suryanto, 2002. Penanaman jagung di daerah penelitian pada umumnya menggunakan 2 pola tanam, dimana musim tanam I jatuh pada bulan Oktober hingga bulan Januari. Pada musim tanam II dimulai pada awal bulan Februari sampai bulan Mei. Lahan yang digunakan untuk menanam jagung adalah lahan kering, dimana kebutuhan air untuk tanaman jagung tergantung pada curah hujan. Pola tanam usahatani jagung di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pola tanam usahatani jagung di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. No Bulan tanam jagung Keterangan 1 2 3 Oktober – Januari Februari – Mei Juni – September Musim Tanam I Musim Tanam II - Sumber : Gapoktan Harapan Jaya, 2008.

6. Pendapatan Usahatani