Unsur-Unsur Tindak Pidana TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

a. Pengertian menurut teori, bahwa yang dimaksud dengan straafbaar feit yaitu suatu pelanggaran terhadap norma atau aturan yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar, diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum. b. Pengertian menurut hukum positif, bahwa yang dimaksud dengan straafbaar feit yaitu suatu kejadian feit yang oleh peraturan perundang- undangan dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan merupakan tindak pidana yang merupakan perilaku melanggar ketentuan pidana, yang berlaku ketika perilaku itu dilakukan, baik perilaku tersebut berupa melakukan perbuatan tertentu yang dilarang oleh ketentuan pidana maupun tidak melakukan perbuatan tertentu yang diwajibkan oleh ketentuan pidana.

B. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Adapun unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari dua sudut pandang, yakni : 1 sudut pandang teoritis; dan 2 sudut pandang Undang-Undang. 4 Teoritis artinya berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang tercermin pada bunyi rumusannya. Sementara itu, sudut undang-undang adalah bagaimana kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang ada. 1. Unsur Tindak Pidana Menurut Beberapa Teoritisi : 4 Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h. 78. a. Menurut Moeljanto, unsur tindak pidana adalah : 1 Perbuatan; 2 Yang dilarang; 3 Ancaman pidana bagi yang melanggar larangan . b. Menurut R. Tresna, tindak pidana terdiri dari unsur, yakni : 1 Perbuatan atau rangkaian perbuatan; 2 Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; 3 Diadakan tindakan penghukuman; 5 c. Menurut Jonkers penganut paham monisme dapat dirinci unsur-unsur tindak pidana, yaitu : 1 Perbuatan yang; 2 Melawan hukum yang berhubungan dengan; 3 Kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat ; 4 Dipertanggungjawabkan. Walaupun rincian dari rumusan di atas tampak berbeda, namun pada hakekatnya ada persamaannya, ialah tidak memisahkan antara unsur-unsurnya mengenai perbuatan dengan unsur yang mengenai diri orangnya. 2. Unsur Rumusan Tindak Pidana dalam Undang-Undang Adapun rumusan tindak pidana dalam Undang-Undang , yaitu : a. Unsur tingkah laku; b. Unsur melawan hukum; 5 Ibid., h.79. c. Unsur akibat konstitutif; d. Unsur keadaan yang menyertai; e. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya di tuntut pidana; f. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana. Dari delapan unsur itu, diantaranya dua unsur, yakni kesalahan dan melawan hukum adalah termasuk unsur subyektif. Sedangkan selebihya adalah beberapa unsur obyektif. Adapun unsur yang bersifat obyektif adalah semua unsur yang berada di luar keadaan batin manusia atau si pembuat, yakni semua unsur mengenai perbuatannya, akibat perbuatan dan keadaan-keadaan tertentu yang melekat sekitar pada perbuatan dan obyek tindak pidana. Misalnya melawan hukumnya perbuatan mengambil pada pencurian pasal 362 adalah terletak bahwa dalam mengambil itu diluar persetujuan atau kehendak pemilik. Sedangkan unsur subyektif adalah semua unsur yang mengenai batin atau melekat pada keadaan batin orangnya. Misalnya dalam pasal 362 KUHP, disini dirumuskan sebagai pencurian, pengambilan barang orang lain dengan maksud untuk memiliki barang tersebut secara melawan hukum, sifat melawan hukumnya perbuatan tidak dinyatakan dari hal-hal lahir, tetapi digantungkan pada niat orang yang diambil barang tadi, kalau niatnya baik, misalnya barang diambil untuk diberikan kepada pemiliknya, maka perbuatan itu tidak dilarang, karena pencurian. Sebaliknya kalau niat hatinya itu jelek, yakni barang akan dimiliki sendiri dengan tidak mengacuhkan pemiliknya menurut hukum, maka hal itu dilarang dan termasuk rumusan pencurian. 6 Begitu juga unsur memiliki dalam penggelapan pasal 372 KUHP, bahwa terdapatnya kesadaran bahwa memiliki benda orang lain yang ada dalam kekuasaannya itu adalah merupakan celaan masyarakat. 7 Kemudian yang dijadikan sebagai titik utama dari unsur obyektif adalah tindakannya. Sedangkan unsur subyektif adalah pelakunya, baik seseorang ataupun beberapa orang. Dari kedua unsur tersebut dapat diketahui apabila seseorang telah memenuhi syarat melakukan tindak pidana atau belum. Adapun syarat-syarat tindak pidana adalah : 1. Harus ada perbuatan; 2. Perbuatan tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam ketentuan umum; 3. Adanya bukti tentang kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan; 4. Harus tersedianya ancaman hukuman. Menurut Apeldoorn, elemen atau unsur delik itu terdiri dari elemen objektif yang berupa adanya suatu tindakan yang bertentangan dengan hukum onrechttinatingwedrrechttelijk dan elemen subyektif yang berupa adanya seseorang pembuat dader yang mampu bertanggungjawab atau dipersalahkan 6 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT.Rineka Cipta, h.62. 7 Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h.82. toerekeningsyat baarheid terhadap kelakuan yang bertentangan dengan hukum. 8 Jadi, unsur-unsur tindak pidana dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut Undang-Undang dan dari sudut para teoritisi yang mempunyai unsur yang berbeda-beda. Sedangkan menurut undang-undang yaitu terdiri dari delapan unsur.dan dari delapan unsur tersebut terbagi ke dalam unsur subyektif yang mengenai pelakunya atau keadaan batin seseorang. Sedangkan unsur obyektif yaitu unsur mengenai tindakannya yang bertentangan dengan hukum

C. Jenis-Jenis Tindak Pidana

Dokumen yang terkait

Hukum Tidak Tertulis Sebagai Sumber Hukum untuk Putusan Pengadilan Perkara Pidana

7 92 392

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas (vrijspraak) terhadap Terdakwa dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.51/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn)

2 101 101

Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

1 57 110

Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan)

3 130 140

Analisis Yuridis Normatif Terhadap Putusan Hakim Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg Dalam Perkara Tindak Pidana Perjudian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg)

1 8 31

Disparitas pemidanaan kasus korupsi dalam pandangan hukum islam dan hukum positif Indonesia : studi pemidanaan terhadap kasus korupsi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

1 9 91

Perjudian dalam pendangan hukum pidana Islam dan KUHP (kajian dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)

2 20 102

Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Mahkamah Agung Tentang Illegal Logging : Perkara No.761 K/Pid.Sus/2007

1 19 77

Analisis hukum islam terhadap Putusan Majelis Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Tentang Perkara Pidana Penghinaan oleh Pers : Putusan No.1426/PID.B/2003/PN.Jkt.Pst

0 7 86

Tinjauan Viktimologis terhadap Korban Pemerkosaan dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Negeri Bandung pada Perkara Nomor 624/PID.B/2006/PN.BDG

4 39 98