3. PEWARNA ALAMI MERAH DAN KUNING 3. PEWARNA MERAH ALAMI ANGKAK

11 Tabel 3. Bahan Pewarna Pangan yang Diij inkan di Indonesia Warna Nama Nomor Indeks Nama I. Zat warna alam Merah Alkanat 75520 Merah Cochineal red karmin 75470 Kuning Annato 75120 Kuning Karoten 75130 Kuning Kurkumin 75300 Kuning Safron 75100 Hijau Klorofil 75810 Biru Ultramarin 77007 Coklat Karamel - Hitam Carbon black 77266 Hitam Besi oksida 77499 Putih Titanium dioksida 77891 II. Zat warna sintetik Merah Carmoisine 14720 Merah Amaranth 16185 Merah Erytrosim 45430 Oranye Sunsetyellow FCF 15985 Kuning Tatrazine 19140 Kuning Quineline yellow 47005 Hijau Fast Green FCF 42053 Biru Brilliant blue FCF 42090 Biru Indigocarmine indigotine 42090 Ungu Violet GB 42640 Perat uran mengenai pemakaian zat warna di Indonesia, Negara-negara Masyrakat Ekonomi Eropah EEC dan Amerika Serikat unt uk zat warna al ami dapat dilihat pada Tabel 2. Dan zat pewarna baik alami maupun sint et ik bagi makanan dan minuman yang diij inkan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

1. 3. PEWARNA ALAMI MERAH DAN KUNING

1. 3. 1. PEWARNA MERAH ALAMI ANGKAK Angkak adalah hasil f erment asi dari beras dengan Monascus pur pur eus unt uk menghasilkan warna merah. Produk yang dihasilkan t idak t ermasuk dalam kat egori 12 makanan, t et api digunakan unt uk memberi daya t arik berupa warna merah pada produk-produk olahan, sepert i ikan, kedelai , dan minuman-minuman beralkohol. Pigmen angkak dapat dibuat dengan cara f erment asi media padat . Pigmen angkak dapat j uga dibuat dengan f erment asi media cair. Pembuat an angkak lebih banyak menggunakan f erment asi media padat , karena t ekniknya sederhana, disamping it u karena indust ri baru dikerj akan pada t araf indust ri rumah t angga. Fungsi dari Monascus pur pur eus selama f erment asi angkak adalah unt uk menghasilkan warna merah yang t erdiri dari monaskorubrin dan pigmen kuning monasko- f lavin dalam beras yang direndam. Angkak t elah digunakan sej ak 600 t ahun yang lalu sebagai pewarna bahan pangan di negara-negara sepert i Taiwan, Philippina, China, Thailand, dan beberapa negara orient al. Di China dan Pliphina, angkak merupakan produk komersial, selain penghasil pigmen, angkak j uga dapat digunakan unt uk menambah aroma. Suhu opt imum unt uk produksi angkak adalah 27 ° C dengan kisaran ant ara 20 ° C sampai 37 ° C. Pert umbuhan kapang dan produksi pigmen berlangsung pada pH 3. 0 – 7, 5 sedangkan dengan cara kult ur t erendam media cair pada pH 6, 0 suhu opt imum adalah 30 ° C. Sebagaimana diket ahui, hampir semua kapang adalah organisme aerob obligat yang memerlukan oksigen dalam j umlah yang cukup banyak. Pada f erment asi angkak dengan medium beras, aerasi kapang Monascus diperoleh dengan cara mengocok medium. Hal ini dimaksudkan selain 13 menj ami aerasi, j uga agar t idak t erj adi pert umbuhan miselium yang berlebihan. Tipe pigmen yang t erbent uk dipengaruhi oleh j enis sumber nit rogen yang dit ambahkan. Dilaporkan bahwa bila menggunakan ekst rak khamir at au nit rat akan t erbent uk pigmen berwarna merah, sedangkan ekst rak malt t idak cocok unt uk pert umbuhan sel dan pembent ukan pigmen. Produksi angkak dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai variet ad beras. Variet as beras di Thailand yang cocok unt uk produksi angka, dimana beras dist erilisasi dan diinokulasi dengan suspensi askospora dari M. Purpureus dalam air. Inkubasi dilakukan pada suhu 27 ° C. Selama inkubasi dapat dit ambahkan 40 air st eril dan kult ur dikocok secara t erat ur agar pert umbuhan miselia merat a dan t ekst urnya lebih baik. Produksi angkak di Taiwan meliput i proses sebagai beikut : kult ur M. purpureus dit umbuhkan pada subst rat beras dan j uga pada pot ongan-pot ongan rot i yang berukuran sat u cm 3 , dist erilisasi dan diinkubasi pada suhu 33 ° C selama 10 hari. Inokulum unt uk produksi angkak dikenal dengan sebut yan chu kong t saw dan chu chong Tsaw” . Chu kong t saw t idak hanya t erdiri dari M. anka saj a, t et api j uga mengandung Saccharomyces f or mosensi s, keduanya dit umbuhkan pada campuran ket an dan anggur beras kemudian diinkubasi pada suhu 33 ° C selama 12 - 15 hari. Set elah it u digiling unt uk digunakan sebagai st art er produk angkak dan produk yang dihasilkan disebut chu chong. Chu chong dihasilkan dari beras yang t idak lengket , dicuci dan dipanaskan selama 60 menit , kemudian 14 didinginkan dengan disemprot air 20 air, dipanaskan lagi, dan didinginkan pada suhu 38 ° C selanj ut nya dicampur diinokulasi dengan Chu kong t saw. Beras kemudian diperam dan dif erment asi pada 35 ° C RH 90 selama sat u hari, selanj ut nya suhu dinaikkan sampa 42 ° C. Ferment asi berlangsung selama 6 - 7 hari , kemudian beras dikeringkan pada suhu 45 ° C selama sat u hari. Inokulum beras merah lainnya disebut Chu chong t saw. Jenis inokulum ini hanya t erdiri dari M. pur pur eus yang dit ambahkan pada suasana asam. Inokulum ini dit umbuhkan pada beras Tsai Lai yang t elah dicuci dan dipanaskan selama 60 menit , kemudian didinginkan. Campuran digoyang dan diinkubasi selama empat hari pada suhu di bawah 42 ° C. Produk yang dihasilkan kemudian digiling dan dihasilkan angkak dengan t ipe yang khusus. Hasil penelit ian lain j uga menyebut kan bahwa j agung dapat menghasilkan pigmen merah sebaik beras. Konsumsi maksimum 18 gram angkak per 1 kg berat badan yang digunakan secara oral pada t ikus, t idak menyebabkan kemat ian. Gej ala t idak keracunan j uga diperlihat kan pada penguj ian kecepat an pert umbuhan, ef isiensi prot ein hat i, RNA DNA. Penguj ian LD 50 Let hal Dose 50 bert uj uan unt uk menget ahui dosis angkak yang dapat menyebabkan set engah dari hewan percobaan mat i. Nilai LD 50 dari angka t erhadap t ikus sebesar 7 gram per kg berat badan pada inj eksi perit oneal, demikian pula pada saat t es keracunan sub-akut , t idak menimbulkan gej ala yang abnormal. 15

1. 3. 2. PEWARNA KUNING ALAMI PIGMEN KURKUMIN