3
Mengingat laju pembangunan pertanian yang semakin dinamis menuntut percepatan adopsi teknologi oleh pelaku utama maupun pelaku usaha di sektor
pertanian. Dalam merespon tuntutan tersebut dipanddang perlu dilakukannya pendampingan berkelanjutan. Pendampingan merupakan salah satu aspek
penting dalam mensukseskan program Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat
diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan secara berkesinambungan
1.2. Dasar Pertimbangan
Kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep KRPL, selain bertujuan untuk peningkatan pengetahuan teknis budidaya tanaman pekarangan juga
diarahkan untuk pemberdayaan kemampuan kelompok wanita membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman B2SA, serta peningkatan
ketrampilan dalam pengolahan pangan rumah tangga. Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan
wanita untuk mengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai sumber pangan keluarga. Upaya ini dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan
keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah, serta budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk ketersediaan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi
keluarga pada suatu lokasi kawasan perumahan warga yang saling berdekatan. Dengan demikian akan dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang
diproduksi sendiri dalam kawasan tersebut dari optimalisasi pekarangan. Pendekatan pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan
sustainable agriculture, antara
lain dengan
membangun kebun
bibit dan
mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal local
wisdom sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga
Kegiatan KRPL yang dilaksanakan oleh P2KP di Bengkulu tahun 2014 telah dilaksanakan di 10 Kabupaten dan Kota. Perkembangan KRPL yang telah
dibangun sebagian besar hanya berjalan 1 musim tanam, pada musim tanam berikutnya sebagian besar kawasan tidak terbentuk lagi yang tersisa adalah
rumah tangga RPL yang merasakan manfaat dan mau melanjutkan kegiatannya.
Permasalahan yang timbul mengapa kawasan yang ditumbuhkan tidak berkesinambungan antara lain : tidak tersedianya benih yang baik, bantuannya
4
telah selesai dan tidak membeli bibit lagi, terbatasnya pendampingan teknologi dari sumber teknologi, keberlanjutan pendampingan kurang berjalan. Minimnya
pengetahuan petani tentang teknis budidaya serta pengolahan hasil memerlukan dukungan dan pendampingan yang berkelanjutan. Hasil kegiatan M-KRPL yang
dilaksanakan oleh BPTP menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang teknologi budidaya tanaman di pekarangan masih rendah, minat petani untuk
memilih jenis sayuran yang akan ditanam beralasan bahwa komoditas tersebut setiap hari dikonsumsi Cabe, laku dijual, dapat diolah menjadi bahan olahan
Kripik bayam, pisang, manisan terung, tomat, dll Tingkat adopsi teknologi pemanfataatan pekarangan di Provinsi Bengkulu
relatif masih rendah yang diindikasikan oleh masih kurangnya pemanfaatan pekarangan. Tingkat pemahaman masyarakat dan penyuluh dalam pemanfaatan
pekarangan dalam upaya peningkatan ketahanan pangan masih rendah dan perlu ditingkatkan.Melalui Pendampingan KRPL dalam bentuk kegiatan sosialisasi,
apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi serta penyebaran bahan informasi diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani
serta keberlanjutan kegiatan KRPL di Provinsi Bengkulu.
1.3. Tujuan