Tujuan Keluaran yang Diharapkan Perkiraan Manfaat dan Dampak Manfaat

4 telah selesai dan tidak membeli bibit lagi, terbatasnya pendampingan teknologi dari sumber teknologi, keberlanjutan pendampingan kurang berjalan. Minimnya pengetahuan petani tentang teknis budidaya serta pengolahan hasil memerlukan dukungan dan pendampingan yang berkelanjutan. Hasil kegiatan M-KRPL yang dilaksanakan oleh BPTP menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang teknologi budidaya tanaman di pekarangan masih rendah, minat petani untuk memilih jenis sayuran yang akan ditanam beralasan bahwa komoditas tersebut setiap hari dikonsumsi Cabe, laku dijual, dapat diolah menjadi bahan olahan Kripik bayam, pisang, manisan terung, tomat, dll Tingkat adopsi teknologi pemanfataatan pekarangan di Provinsi Bengkulu relatif masih rendah yang diindikasikan oleh masih kurangnya pemanfaatan pekarangan. Tingkat pemahaman masyarakat dan penyuluh dalam pemanfaatan pekarangan dalam upaya peningkatan ketahanan pangan masih rendah dan perlu ditingkatkan.Melalui Pendampingan KRPL dalam bentuk kegiatan sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi serta penyebaran bahan informasi diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani serta keberlanjutan kegiatan KRPL di Provinsi Bengkulu.

1.3. Tujuan

Secara umum pendampingan KRPL bertujuan untuk mendampingi kegiatan KRPL di Provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP kabupaten kota di Provinsi Bengkulu. Secara khusus tujuan pendampingan KRPL di tahun 2015 adalah : 1. Meningkatkan produktivitas lahan dengan pemanfat an lahan pekarangan 2. Meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan pendapatan petani dan mengurangi pengeluaran rumah tangga 3. Peningkatan gizi keluarga melalui percepatan penganekaragaman konsumsi pangan pola pangan harapan

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Secara umum keluaran yang diharapkan adalah terdampinginya Kegiatan KRPL di Provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP kabupaten kota di Provinsi Bengkulu. Keluaran khusus yang diharapkan pada tahun 2015 adalah: 5 1. Meningkatnya produktivitas lahan dengan pemanfaat an lahan pekarangan 2. Meningkatnya kesejahteraan melalui peningkatan pendapatan petani dan mengurangi pengeluaran rumah tangga 3. Peningkatan gizi keluarga melalui percepatan penganekaragaman konsumsi pangan pola pangan harapan

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak Manfaat

1. Tersedianya sumber pangan yang sehat dengan memanfaatkan pekarangan. 2. Berkembangnya KBD dengan pengelolaan yang mandiri serta terjaganya kontinyuitas ketersediaan bibit. 3. Terbentuknya industri rumah tangga yang bergerak dibidang pengolahan hasil pekarangan 4. Meningkatnyakualitas konsumsi keluarga dan pendapatan keluarga Dampak 1. Terciptanya lingkungan hijau, bersih dan konsumsi yang sehat bagi masyarakat 2. Terciptanya pelaku bisnis pembibitan sayuran dan buah-buahan di perdesaan dan perkotaan 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat 6 I I . TI NJAUAN PUSTAKA Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Rumah Pangan Lestari merupakan rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. Penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. Pengelompokan lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan,masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam,besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan. a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu: 1 Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m 2 ; 2 Perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m 2 ; 3 Perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90 m 2 ; dan 4 Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m 2 . b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaandikelompkkan menjadi 4, yaitu 1 pekarangan sangat sempit tanpa halaman, 2 pekarangan sempit 120 m 2 , 3 pekarangan sedang 120-400 m 2 , dan 4 pekarangan luas 400 m 2 . Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah pepaya, jeruk kalamansi,mangga Bengkulu, sirsak. Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Model KRPL, diwujudkan dalam satu dusun kampung yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya sekolah, rumah ibadah, dll, lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus 7 menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit. Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai.Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini.Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi.Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya.Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan. I novasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila t eknologi yang diintroduksikan memiliki sifat -sifat sebagai berikut: 1. Bermanfaat bagi petani secara nyata. 2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada. 3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi tersedia. 4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi. 5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi. 6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian Kartono, 2009. Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa faktor sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh petani diantaranya adalah: 1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta keuntungan yang baik. 2. Kepastian diperolehnya hasil dengan resiko kegagalan yang minimal. 3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani. 4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi. 5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani. 8 Dalam proses adopsi inovasi teknologi kepada pengguna, akan mengalami proses dan tahapan yaitu kesadaran awareness, tumbuhnya minat interest, evaluasi evaluation, mencoba trial dan adopsi adoption Rogers, 1983. Pada dasarnya pendampingan merupakan bagian dari kegiatan diseminasi. Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku menyediakan, menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh kesepahaman dan kesepakatan bersama. Kegiatan diseminasi dalam pendekatan Spectrum Diseminasi Multi Chanels SDMC, dilakukan dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi dan pemangku kepentingan stakeholders terkait. I lustrasi pada Gambar 1 menunjukkan pola-pola yang merupakan spectrum diseminasi beserta beragam channelyang dapat digunakan dalam proses distribusi informasi inovasi teknologi tersebut. Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel SDMC. Sumber: Badan Litbang Pertanian 2011 Masyarakat akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat. Proses pembelajaran bagi masyarakat haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi membuat penilaian menemukan, menentukan 9 pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Dengan cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh. 10 I I I . PROSEDUR

3.1. Pendekatan Konsep dan Tahapan Pendampingan KRPL