26. Spektrofotometer UV-Visible 27. Spektrometer
1
H-NMR JeolDelta2NMR 500MHz
3.2 Bahan-bahan
1. Daun tumbuhan Balik Angin M.recurvata Gage. 2. Metanol
Destilasai 3. N-heksana
Teknis 4. Etil asetat
Teknis 5. Aquadest
6. Kloroforom Teknis
7. Benzena p. a. E. Merck
8. Eter p. a. E. Merck
9. Silika gel 40 70-230 mesh ASTM E.Merck. KGaA
10. FeCl
3
5 11. NaOH 10
12. Mg-HCl 13. H
2
SO
4P
14. HCl 2N 15. Plat KLT
Merck Kieselgel 60 F
254
16. Plat KLT Preparatif Merck Kieselgel 60 F
254
17. Pereaksi Benedict
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah daun tumbuhan balik angin M.recurvata Gage. yang diperoleh dari daerah Sunggal, Sumatera Utara. Daun tumbuhan balik angin
dikeringkan di udara terbuka, lalu dihaluskan sampai diperoleh serbuk daun balik angin sebanyak 1400 g.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Daun Tumbuhan Balik Angin
Serbuk daun tumbuhan balik angin diidentifikasikan dengan menggunakan cara: 1. Skrining Fitokimia
2. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
3.3.2.1 Skrining Fitokimia
Untuk mengetahui adanya senyawa flavonoida pada daun tumbuhan balik angin maka dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif sebagai berikut:
- Dimasukkan ± 10 gram serbuk daun tumbuhan balik angin M.recurvata Gage. yang telah dikeringkan dan dipotong kecil-kecil ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan metanol ± 100 mL - Didiamkan
- Disaring - Dibagi ekstrak metanol kedalam 4 tabung reaksi
- Ditambahkan masing-masing pereaksi: a. Tabung I : dengan FeCl
3
5 menghasilkan larutan berwarna hitam b. Tabung II : dengan Mg-HCl menghasilkan larutan berwarna merah muda
c. Tabung III : dengan NaOH 10 menghasilkan larutan biru violet d. Tabung IV : dengan H
2
SO
4p
menghasilkan larutan orange kekuningan
3.3.2.2 Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Analisis Kromatografi Lapis Tipis dilakukan terhadap ekstrak metanol dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 F
254
Merck. Analisis ini dimaksudkan untuk mencari pelarut yang sesuai didalam analisis kromatografi kolom. Pelarut yang
digunakan adalah campuran n-heksana:etil asetat. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran n-heksana:etil asetat dengan perbandingan 90:10
v v ⁄
, 80:20
v v ⁄
, 70:30
v v ⁄
dan 60:40
v v
⁄
.
Universitas Sumatera Utara
Dimasukkan 10 mL larutan fase gerak n-heksana:etil asetat 90:10
v v
⁄
kedalam bejana kromatografi, kemudian dijenuhkan. Ditotolkan ekstrak pekat metanol pada plat KLT yang telah diaktifkan. Dimasukkan plat kedalam bejana
yang telah berisi pelarut yang telah dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi. Plat yang telah dielusi dikeluarkan dari bejana, lalu dikeringkan dan difiksasi dengan
pereaksi FeCl
3
5. Diamati warna bercak yang timbul dan dihitung harga Rf yang diperoleh. Perlakuan yang sama dilakukan untuk perbandingan pelarut n-
heksan: etil asetat dengan perbandingan 80:20
v v ⁄
, 70:30
v v ⁄
dan 60:40
v v
⁄
.
3.3.3 Memperoleh Ekstrak Pekat Metanol dari Daun Tumbuhan Balik Angin M.recurvata Gage.
Serbuk daun tumbuhan balik angin ditimbang sebanyak 1400 g, kemudian dimaserasi dengan metanol sebanyak ± 3 L sampai semua sampel terendam dan
dibiarkan selama ± 48 jam dan diulangi sebanyak 4 kali. Maserat ditampung dan dipekatkan dengan menggunakan alat rotarievaporator sehingga diperoleh ekstrak
pekat metanol. Kemudian diuapkan hingga semua pelarut menguap. Lalu dilakukan pemblokan tanin dengan cara melarutkan fraksi metanol dengan etil
asetat dan disaring. Filtrat kemuadian dirotarievaporator lalu diuapkan hingga semua pelarut etil asetat menguap. Lalu fraksi etil asetat dilarutkan dengan
metanol dan dipartisi berulang-ulang dengan n-heksana. Lapisan metanol dipisahkan dari lapisan n-heksana lalu diuapkan hingga pekat sehingga diperoleh
ekstrak pekat metanol sebanyak 12,06 g.
3.3.4 Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom
Isolasi senyawa flavonoida secara kromatografi kolom dilakukan terhadap ekstrak pekat metanol yang telah diperoleh. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel
dan fasa gerak yaitu n-heksana 100, campuran pelarut n-heksana:etil asetat dengan perbandingan 90:10
v v ⁄
, 80:20
v v ⁄
, 70:30
v v ⁄
dan 60:40
v v
⁄
.
Universitas Sumatera Utara
Kolom I : Dirangkai alat kolom kromatografi. Terlebih dahulu dibuburkan 370 g silika gel
dengan menggunakan n-heksana, diaduk hingga homogen lalu dimasukkan kedalam kolom kromatografi. Kemudian dielusi dengan menggunakan n-heksana
100 hingga silika gel padat dan homogen. Dimasukkan 12,06 g ekstrak pekat metanol daun tumbuhan balik angin kedalam kolom kromatografi yang telah
berisi bubur silika gel, lalu ditambahkan fasa gerak n-heksana : etil asetat 90:10
v v
⁄
secara perlahan-lahan dan diatur sehingga aliran fasa yang keluar dari kolom sama banyaknya dengan penambahan fasa gerak dari atas. Ditingkatkan
kepolaran dengan menambahkan fase gerak n-heksana : etil asetat dengan perbandingan 80:20
v v
⁄
, 70:30
v v
⁄
dan 60:40
v v
⁄
. Hasil yang diperoleh ditampung dalam botol vial setiap 12 mL lalu di KLT dan digabung fraksi dengan
harga Rf yang sama.
Kolom II: Dirangkai alat kolom kromatografi. Terlebih dahulu dibuburkan 70 g silika gel
dengan menggunakan kloroform, diaduk-aduk hingga homogen lalu dimasukkan kedalam kolom kromatografi. Kemudian dielusi dengan menggunakan kloroform
100 hingga silika gel padat dan homogen. Dimasukkan 2,48 g fraksi hasil penggabungan kolom I kedalam kolom kromatografi yang telah berisi bubur
silika gel lalu ditambahkan fasa gerak kloroform : metanol 90:10
v v
⁄
secara perlahan-lahan dan diatur sehingga aliran fasa yang keluar dari kolom sama
banyaknya dengan penambahan fasa gerak dari atas. Hasil yang diperoleh ditampung dalam botol vial sebanyak 5 mL lalu di KLT dan digabung fraksi
dengan harga Rf yang sama. Diuapkan sampai terbentuk kristal.
3.3.5 Pemutusan Gula dari Senyawa Flavonoida