Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham pada Sub Sektor Industri Semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN

ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM

PADA SUB SEKTOR INDUSTRI SEMEN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh

ANGGITA MUGI RAHAYU H24104100

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN

ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM

PADA SUB SEKTOR INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR


(2)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan

Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ANGGITA MUGI RAHAYU

H24104100

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(3)

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham pada Sub Sektor Industri Semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Nama : Anggita Mugi Rahayu

NIM : H24104100

Disetujui Oleh

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Yusrina Permanasari, S.Sos,ME

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui Oleh

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen


(4)

RINGKASAN

ANGGITA MUGI RAHAYU. H24104100. Analisis Pengaruh Rasio

Profitabilitas dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham pada Sub Sektor Industri Semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dibawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto dan Yusrina Permanasari

Nilai perusahaan yang baik akan berdampak pada harga saham perusahaan. Penilaian harga saham dilakukan melalui berbagai perhitungan analisis terhadap laporan keuangan. Analisis laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan dilakukan melalui berbagai perhitungan rasio. Penilaian laba dapat dilakukan melalui perhitungan rasio profitabilitas, karena rasio profitabilitas menunjukkan gambaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Menurut Kamaludin dan Rini (2012), perhitungan yang biasa digunakan adalah Ratio On Asset (ROA), Ratio On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),

Earning Per Share (EPS). Tetapi penggunaan rasio keuangan sebagai alat pengukuran akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Maka dikembangkannya konsep baru yaitu Economic Value Added (EVA). EVA merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi penyandang dana dan memberikan tolak ukur seberapa jauh perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham dalam suatu periode tertentu (Kamaludin dan Rini, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA terhadap harga saham. Sampel yang digunakan adalah perusahaan sub sektor industri semen yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Variabel independen yang digunakan adalah ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA dengan variabel dependennya adalah harga saham. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel yang meliputi data cross section dan time series.

Hasil analisis regresi data panel menunjukkan bahwa secara simultan variabel ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA berpengaruh secara signifikan terhadapa harga saham karena nilai p-value (0,000) < alpha (0,05). Sedangkan secara parsial variabel EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham karena nilai p-value pada EVA (0,0683) > alpha (0,05) dan variabel ROA, ROE, NPM dan EPS berpengaruh secara parsial terhadap harga saham dengan nilai p-value berturut-turut sebesar (0,0002; 0,0013; 0,0008; 0,000). Hasil uji analisis koefisien determinasi adalah sebesar 95,51% hal ini bahwa variabel independen yang ada pada regresi ini mampu menjelaskan sebesar 95,51% dan sisanya 4,49% kemungkinan dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan ke dalam model ini.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara dari pasangan Sumkana, S.IP M.SI. (Alm) dan Hj. Yayah supriati, S.IP. Penulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 13 September 1989.

Penulis mengawali pendidikan formal pada SD Pasireungit 1995 hingga 2001. Penulis memulai pendidikan menengah pertama pada SMP Negeri 1 Cicurug pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004-2007, penulis menempuh pendidikan menengah atas pada SMA PGRI Cibadak.

Tahun 2007 penulis diterima di Program Diploma Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Padjadjaran melalui jalur seleksi masuk. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 (S1) pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala kalimat puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan kemudahan tiada batasnya. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhhamad SAW sebagai tauladan sampai akhir zaman.

Tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham pada Sub Sektor

Industri Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juni 2013


(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M. Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME selaku dosen pembimbing skripsi kedua yang telah begitu banyak membantu penulis dalam menyelesaikan permasalahan, meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Kepada Ibu Hardiana selaku moderator seminar yang bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Kepada ibu Farida selaku penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya dan memberikan arahan dan saran kepada penulis.

5. Dr. Ir Jono M. Munandar, M.Sc.. selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, FEM IPB.

7. Keluarga tercinta Mamah, Papah, teh riska dan raafi yang mencurahkan kasih sayangnya, yang memberikan motivasi dan selalu mendoakan penulis.

8. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan di kampus Program Sarjana Alih Manajemen terutama ardhi dian, dela (hug), yuni, egi, dheput, ida dan semuanya yang tidak disebutkan yang selalu memberikan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP………...ii

KATA PENGANTAR……….. iii

UCAPAN TERIMAKASIH……….iv

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………..viii

DAFTAR LAMPIRAN……….ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Sub Sektor Industri Semen ... 5

2.1.1. Perkembangan Industri Semen Indonesia………..5

2.2. Saham………..6

2.2.1. Keuntungan Membeli Saham……….7

2.2.2. Risiko Membeli Saham………...7

2.2.3. Kondisi yang Menentukan Saham Naik dan Turun………...8

2.3. Rasio keuangan…..………...8

2.4. Economic Value Added……….…………9

2.4.1. Perhitungan EVA………...9

2.4.2. KelebihanEVA……….………10

2.4.3. Kekurangan EVA……….11

2.5. Penelitian Terdahulu ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 13

3.1. Kerangka Pemikiran ... 13

3.2. Lokasi dan Wakti Penelitian ... 14

3.3. Jenis Data dan Sumber Data ... 15

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 15

3.4.1. Analisis Rasio Keuangan………15

3.4.2. Analisis Economic Value Added………...16

3.5. Metode Analisis Data………...………18

3.5.1. Pengujian Hipotesis……….18


(9)

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 21

4.1.1. PT Semen Gresik Tbk ... 21

4.1.2. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ... 22

4.1.3. PT Holcim Tbk ... 24

4.2. Analisis Rasio rofitabilitas ... 26

4.2.1. Return On Asset(ROA)………...26

4.2.2. Return On Equity(ROE)………..28

4.2.3. Net Profit Margin(NPM)……….29

4.2.4. Earning Per Share(EPS)………...………30

4.3. Analisis Economic Value Added (EVA) ... 32

4.4. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan EVA Terhadap Harga Saham………..33

4.4.1. Analisis Regresi Data Panel……….33

4.4.2. Uji F (Simultan)………34

4.4.3. Uji T (Parsial)………...35

4.4.4. Uji R2………35

4.5. Variabel yang Paling Dominan Mempengaruhi Harga Saham ... 36

4.6. Peramalan (Forecasting)………37

4.6.1 PT Semen Gresik Tbk………...37

4.6.2 PT Indocement Tbk………...41

4.6.3 PT Holcim Tbk………..44

4.7. Implikasi Manajerial ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

Kesimpulan ... 49

Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(10)

DAFTAR TABEL

No

Halaman

1. Hasil uji analisis regresi data panel………...33

2. Uji F (Simultan)………34

3. Uji T (Parsial)……… .. 35

4. Uji Koefisien Determinasi ... 35


(11)

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman

1. Petumbuhan penjualan semen periode 2007-2011………..2

2. Kerangka pemikiran………...14

3. Grafik Return On Asset (ROA)………..26

4. Grafik Return On Equity (ROE)………....28

5. Grafik Net Profit Margin (NPM)………...29

6. Grafik Earning Per Share (EPS)………30


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Halaman

1. Alur pikir penelitian ... 52

2. Perhitungan rasio profitabilitas PT Semen Gresik Tbk ... 53

3. Perhitungan rasio profitabilitas PT Indocement Tbk ... 54

4. Perhitungan rasio profitabilitas PT Holcim Tbk ... 56

5. Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT Semen Gresik Tbk ... 58

6. Perhitungan Economic Value Added(EVA) PT Indocement Tbk………….. 60

7. Perhitungan Economic Value Added(EVA) PT Holcim Tbk……..

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tujuan utama yang ingin dicapai oleh manajer keuangan secara normatif adalah memaksimalkan nilai perusahaan sebagai sasaran akhir. Untuk mencapai nilai tersebut maka perusahaan berupaya untuk meningkatkan laba dan arus kas yang diperoleh dimasa depan. Sehingga peningkatan performa atau kinerja perusahaan sangat penting. Evaluasi kinerja perusahaan biasanya digambarkan dalam laporan keuangan perusahaan.

Indikator kinerja akan dicerminkan oleh rasio-rasio, bagi perusahaan publik indikator rasio-rasio ini akan menjadi salah satu titik fokus dalam pengembalian keputusan, terutama dalam menilai harga saham. Dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio profitabilitas karena secara umum investor yang menanamkan dananya di pasar modal adalah untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin. Keuntungan yang diperoleh investor atas dananya yang diinvestasikan pada saham berupa laba (dividen) dan selisih harga jual saham dengan harga belinya (capital gain).

Menurut Kamaludin dan Rini (2012) rasio profitabilitas digunakan untuk menunjukkan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba. Ukuran yang biasa digunakan adalah Return On Asset (ROA),


(13)

(EPS). Tetapi penggunaan rasio keuangan sebagai alat pengukuran akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak.Maka dikembangkannya konsep baru yaitu Economic Value Added

(EVA).

EVA merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi penyandang dana dan memberikan tolak ukur seberapa jauh perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham dalam suatu periode tertentu (Kamaludin dan Rini, 2012).

Industri semen diyakini akan mengalami pertumbuhan positif dengan seakin menggeliatnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia dalam skala besar dan dalam waktu yang bersamaan, berdampak langsung pada paermintaan semen dalam negeri. Dengan melihat perkembangan data-data yang ada, sampai dengan kuartal III tahun 2012 penjualan semen di dalam negeri masih terus menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Grafik 1.

Gambar 1. Penjualan pada tahun 2010-2012 triwulan I, II dan III Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Dari Grafik 1, jelas bahwa angka penjualan semen selama tahun 2012 yang digambarkan pertiga bulan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Persentase peningkatan dari masing-masing triwulan dibandingkan dengan periode 2011 adalah sebagai berikut: triwulan I meningkat sebesar 18%, triwulan II 12% dan triwulan III 15%. Tingginya angka penjualan semen tersebut tidak lepas proyek


(14)

yang dicanangkan pemerintah, sehingga semakin banyaknya proyek-proyek besar yang dilakukan secara bersamaan seperti proyek pembangunan beberapa ruas jalan tol dna pembangunan perumahan.

Masterplan ini memiliki dua kata kunci, yaitu percepatan dan perluasan. Dengan adanya Masterplan ini diharapkan Indonesia mampu mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan energy, serta pembangunan SDM dan Iptek. Percepetan pembangunan ini diharapkan akan ekonomi Indonesia dapat dirasakan tidak saja disemua daerah di Indonesia tetapi juga oleh seluruh komponen masyarakat diseluruh wilayah nusantara.

1.2. Perumusan Masalah

Informasi Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit

Margin (NPM), merupakan rasio yang menggambarkan sejauhmana kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham.

Earning Per Share (EPS) merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna bagi investor karena bisa menggambarkan prospek earning

perusahaan dimasa depan. Rasio tersebut dapat kita gunakan untuk menilai harga suatu saham perusahaan.

Pendekatan pengukuran kinerja keuangan yang baru dalam penilaian saham adalah dengan menghitung Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik dapat dilihat dari besarnya nilai tambah yang dberikan, maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Nilai EVA yang positif akan memberikan nilai tambah kepada pemegang saham, namun EVA yang negatif tidak memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) dan Economic Value Added (EVA) pada sub sektor industri semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?


(15)

2. Apakah rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) dan Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada sub sektor industri semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham pada sub sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ditetapkan lebih dahulu agar dalam pelaksanaan nanti dapat dijadikan pedoman guna melangkah selanjutnya. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kondisi rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) dan

Economic Value Added (EVA) pada sub sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) dan

Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham pada sub sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia.

3. Menganalisis variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham pada sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi : 1. Perusahaan

Penelitian ini memberikan informasi bagi perusahaan sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam jangka panjang yang dapat mempengaruhi harga saham terus meningkat, sehingga banyak investor yang percaya menanamkan modalnya.

2. Investor

Dapat mengetahui rasio keuangan yang mempengaruhi pergerakan harga saham, terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam bentuk dividen atau capital gain.


(16)

Perusahaan yang dijadikan dalam penelitian ini adalah perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2011 yaitu PT Indocement Prakarsa Tbk,PT Semen Gresik Tbk, dan PT Holcim Indonesia Tbk. Data laporan keuangan kuartal yang digunakan adalah data dari periode 2009 sampai 2011.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sub Sektor Industri Semen

Perusahaan semen yang terdaftar di BEI ada tiga perusahaan yaitu Semen Gresik (SMGR), Indocement (INTP), dan Holcim Indonesia (SMCB).

Semen adalah suatu binder, suatu zat yang dapat menetapkan dan mengeraskan dengan bebas, dan dapat mengikat material lain. Abu vulkanis dan batu bata yang dihancurkan yang ditambahkan pada batu kapur yang dibakar sebagai agen pengikat untuk memperoleh suatu pengikat hidrolik yang selanjutnya

disebut sebagai “cementum”. Semen yang digunakan dalam konstruksi

digolongkan kedalam semen hidrolik dan semen non-hidrolik.

2.1.1 Perkembangan Industri Semen Indonesia

Perjalanan industri semen selama 15 tahun terakhir terlihat bahwa pertumbuhan pada tahun 2011 merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi, di bawah pencapaian tertinggi sebelumnya pernah dicapai yaitu pada tahun 2000 yaitu sebesar 18,7% setelah sebelumnya didera krisis ekonomi sejak tahun 1998 hingga 1999. Sedangkan titik terendah dari pertumbuhan industri semen adalah


(17)

pada tahun 1998 dengan presentase hanya sebesar -30,5%. Jika dirata-ratakan angka presentase pertumbuhannya selama 10 tahun tersebut adalah sekitar 6,5% bahkan bila dihitung sejak 20 tahun terakhir angka rata-rata pertumbuhan masih sekitar 6,4%. Dengan dimulainya beberapa proyek infrastruktur secara besar-besaran dan dalam waktu yang bersamaan pada pertengahan tahun 2011 menyebabkan permintaan semen meningkat begitu tajam.

Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011 terjadi di wilayah Jawa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 21%. Hal ini terjadi karena fokus dari pembangunan masih berpusat di Jawa terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, seperti pembangunan beberapa ruas jalan tol yang, properti, serta perumahan yang terus semakin marak. Di beberapa wilayah lainnya juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, seperti di Sumatera 14%, Kalimantan 17%, Sulawesi 16%, serta Bali-Nusa Tenggara 19%. Sementara itu untuk wilayah yang masih mengalami penurunan hanya terjadi di Papua yaitu sekitar 29%, hal disebabkan karena masih sering terkendalanya angkutan semen ke beberapa pasar yang ada di sana akibat dari kurangnya sarana dan prasarana transportasi baik darat maupun laut, sehingga distribusi semen sering terhambat.

2.2. Saham

Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (www.idx.co.id).

Menurut (Irham, 2012) Saham merupakan tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan. Ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik yaitu :


(18)

Common Stock adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk menentukan membeli penjualan saham terbatas (right issue) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen.

b. Saham istimewa (Preferred Stock)

Preferred Stock adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal dimana pemegang sahamnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal.

2.2.1 Keuntungan Memiliki Saham

Menurut Irham (2012) bagi pihak yang memiliki saham akan memperoleh beberapa kuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu :

a. Memproleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun

b. Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang dimiliki tersebut di jual kembali pada harga yang lebih mahal

c. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa (common stock).

2.2.2 Risiko Membeli Saham

Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:

a. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.

b. Rasio Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil


(19)

penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.

2.2.3 Kondisi yang Menentukan Saham Naik dan Turun

Ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham itu akan mengalami fluktuasi yaitu:

a. Kondisi mikro dan makro ekonomi

b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik yang dibuka di domestic maupun luar negeri

c. Pergantian direksi secara tiba-tiba

d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk pengadilan

e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya.

2.3. Rasio Keuangan

Menurut Harmono (2009) analisis rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam lima aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu:

a. Rasio Likuiditas

Rasio yang bertujuan untuk mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo.

b. Rasio Solvabilitas

Rasio yang bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam hal pembayaran kewajiban finansial perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi.

c. Rasio Profitabilitas

Menurut Kamaludin dan rini (2012), rasio profitabilitas menunjukan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan


(20)

laba. Rasio profitabilitas juga dipakai sebagai ukuran apakah pemilik atau pemegang saham dapat memperoleh tingkat pengembalian yang pantas atas investasinya. Ukuran yang biasa digunakan adalah :

1) Return On Asset (ROA)

ROA melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkannya atau ditempatkan. Menurut Irham (2012) ROA dapat dikatakan baik apabila memperoleh angka ROA > 2%.

2) Return On Equity (ROE)

ROE disebut juga dengan laba atas equity. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikian juga sebaliknya. Menurut Irham (2012) angka ROE dapat dikatakan baik apabila angka ROE yang diperoleh > 12% .

3) Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

4) Earning Per Share (EPS)

Rasio laba per lembar merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. EPS yang rendah berarti manajemen belum berhasil memuaskan pemegang saham, sebaliknya EPS yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat.

d. Rasio Aktivitas

Rasio yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan efektivitas perusahaan.

2.4. Economic Value Added (EVA)

Konsep EVA dipopulerkan oleh G. Bennett Stewart, Managing partner dari Stern Steward & Co. dalam bukunya The Quest for Value pada tahun 1991. Buku


(21)

yang terbaru dari Joe M. Stern Managing partner dari Stern Steward & Co

berjudul “The EVA Challenge Implementing Value Added Change in An

Organization”, yang diterbitkan tahun 2001. Sejak itu, lebih dari 300 perusahaan

di dunia mengadopsi disiplin tersebut (Tunggal, 2008).

Menurut Kamaludin dan Rini (2012), Economic Value Added (EVA) merupakan mengukur kinerja manajerial dalam suatu tahun tertentu. EVA tidak lain adalah laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal setelah pajak.

2.4.1Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Langkah–langkah untuk menghitung Economic Value Added (EVA) (Tunggal, 2008)

a. Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT)

NOPAT merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan dan non cash book keeping entries seperti biaya penyusutan. NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba perusahaan yaitu data mengenai pendapatan bersih setelah pajak dan besarnya biaya bunga yang ditanggung perusahaan.

b. Menghitung Invested Capital (IC)

IC merupakan jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga, seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan. IC dapat diperoleh dari neraca laporan perusahaan, yaitu data mengenai total hutang, total ekuitas pinjaman jangka pendek tanpa bunga yang meliputi hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka untuk pelanggan.

c. Menghitung Weight Average Cost Of Capital (WACC)

WACC merupakan jumlah biaya masing-masing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang serta setoran modal saham yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan.

d. Menghitung Capital Charges (CC)

CC adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas risiko usaha dari modal yang ditanamkan. Biaya modal adalah tingkat


(22)

pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya.

e. Menghitung Economic Value Added (EVA)

EVA didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya dan biaya modal. EVA dapat dihitung dari laba sebelum beban bunga dan pajak dikurangi beban pajak dikurangi biaya modal.

2.4.2 Kelebihan Economic Value Added (EVA)

Menurut Mirza dan Imbuh (1999) kelebihan EVA adalah:

a. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan secara mandiri tanpa membutuhkan data pembanding seperti standar industri atau data dari perusahaann lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisis rasio.

b. Economic Value Added (EVA) memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi investasi.

c. Perhitungan Economic Value Added (EVA) relatif mudah dilakukan, hanya yang menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih mendalam.

2.4.3 Kelemahan Economic Value Added (EVA)

Menurut Mirza dan Imbuh (1999) kelemahan EVA adalah :

1. Economic Value Added (EVA) hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktifitas-aktifitas penentu lainnya, seperti loyalitas konsumen. 2. Economic Value Added (EVA) terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa

investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham tertentu.

2.5. Peramalan (Forecasting)

Menurut M. Nafarin (2007), ramalan adalah proses aktivitas meramalkan suatu kejadian yang mungkin terjadi dimasa mendatang dengan cara mengkaji data yang ada. Menurut Darsono (2006), untuk mengadakan peramalan terlebih dahulu dikumpulkan data historis suatu kegiatan bisnis kemudian diolah menjadi informasi relevan untuk mengambil keputusan manajemen dalam membuat


(23)

perencanaan keuangan. Peramalan bisnis itu dituangkan dalam angka-angka keuangan menjadi peramalan keuangan suatu unit organisasi bisnis.

Pada penelitian ini, model peramalan yang dipakai adalah model peramalan

Double Exponential Smoothing menggunakan data historis dalam bentuk time series kuartal dengan menggunaka software Minitab 14. Metode ini dipakai karena data yang diramalkan berbentuk trend yaitu ditandai dengan adanya kecenderungan arah data bergerak menaik atau menurun pada jangka panjang. Menurut Santoso (2009), metode forecasting yang tepat pada data trend adalah metode double exponential smoothing.

2.6. Penelitian Terdahulu

Melinda Haryuningputri (2012) dengan Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan EVA Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Manufaktur Di BEI Tahun 2007-2010. Rasio Profitabilitas yang dipakai adalah ROA, ROE, ROI, EPS dan EVA dan teknik analisis regresi berganda,Uji-F dan Uji-t. Sampel dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2007-2010. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas atas perubahan dari setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi variable terikat. Hasil analisis regresi bahwa dari kelima variabel independen hanya tiga variabel yang tidak berpengaruh signifikan yaitu ROA, ROE dan EVA dengan tingkat signifikan sebesar 0,118, 0,188 dan 0,392, sedangkan dua variabel lainnya yaitu ROE dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham sebesar 0,006 dan 0,001.

Tri Suciyati (2011) dengan Pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan Di BEI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA terhadap harga saham. Sampel yang digunakan ada 16 perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010. Variabel independen yang digunakan adalah ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA dengan variabel devendennya adalah harga saham. Metode analisis yang digunakan adalah data panel yang meliputi data cross section dan time series. Untuk mengestimasi model digunakan model


(24)

random effect. Hasil random effect menunjukan bahwa variabel independen EPS dan EVA yang signifikan dan berpengaruh terhadap harga saham.

Akroman (2009) dengan Pengaruh Rasio Keuangan (ROA dan ROE) dan EVA Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang terdaftar Di JII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari ROA, ROE dan EVA terhadap harga saham. Sampel dari penelitian ini yaitu perusahaan-perusahaan yang masuk di JII selama periode 2004-2006. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan (ROA dan ROE) dan EVA terhadap harga saham, Akroman menggunakan metode analsisi deskriptif dan analisis kuantitatif dengan menggunakan regresi berganda dan anova sebagai alat analisis. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ROA berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham karena nilai probabilitas < 0,5, dan didasarkan pada hasil pengujian regresi diperoleh nilai probabilitas ROA sebesar 0,007. Sedangkan ROE dan EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham karena nilai probabilitas > 0,05, didasarkan pada hasil pengujian regresi diperoleh nilai probabilitas ROE sebesar 0,056 dan nilai probabilitas EVA sebesar 0,053.


(25)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Pada umumnya, investor yang menanamkan modalnya di pasar modal mengharapkan dividen dan capital gain. Dividen akan diberikan pada setiap akhir tahun dan capital gain merupakan keuntungan pada saat saham yang akan dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal (Irham, 2009).

Sub sektor industri semen merupakan bagian dari sektor industri bahan dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang secara periodik wajib menerbitkan laporan keuangannya. Menurut Kamaludin dan rini (2012), evaluasi kinerja perusahaan biasanya dapat digambarkan dalam laporan keuangan perusahaan. Indikator kinerja akan dicerminkan oleh rasio-rasio, bagi perusahaan publik indikator rasio-rasio ini akan menjadi salah satu titik fokus dalam pengambilan keputusan, terutama dalam menilai harga saham.

Penilaian harga saham yang digunakan yaitu analisis fundamental digunakan untuk mengukur tingkat kewajaran suatu saham, biasanya dengan membandingkan rasio-rasio keuangan tertentu dengan saham lainnya yang


(26)

bergerak dalam bisnis yang sama. Saat ini, terdapat cukup banyak rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kewajaran terhadap suatu saham. Analisis rasio keuangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah ROA, ROE, NPM, EPS sebagai pendekatan alternatif yang digunakan sebagai ukuran profitabilitas yang dapat mengukur kinerja manajerial dalam suatu periode tertentu (Kamaludin dan Rini, 2012). Dan dalam penelitian ini menggunakan analisis EVA yang digunakan untuk mengukur seberapa besar investor mendapatkan nilai tambah atas investasi yang disimpannya.

Nilai rasio profitabilitas dan EVA yang diperoleh digunakan untuk menguji apakah berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dengan menggunakan regresi data panel. Sehingga informasi yang di dapat dari analisis tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah rasio profitabilitas dan EVA berpengaruh secara signifikan dan parsial terhadap harga saham, berdasarkan sejumlah masalah, tujuan dan konsep dasar yang dirumuskan dalam penelitian ini, secara garis besar kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Economic Value Added

Rasio Profitabilitas

ROA, ROE, NPM, EPS

Capital Charges

NOPAT Bursa Efek Indonesia

Sub Sektor Industri Semen

Laporan Keuangan

Analisis regresi data panel pengaruh rasio profitabilitas dan EVA terhadap

harga saham perusahaan

Uji F Harga Saham


(27)

---

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Maret 2013 dan Lokasi penelitian pada Bursa Efek Indonesia (Data Sekunder).

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. jenis data sekunder dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan kuartal dari periode 2009-2011 perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, seperti PT Gresik Tbk, PT Indocement Tbk dan PT Holcim Tbk, harga saham pada penutupan setiap akhir kuartal selama 3 periode, jurnal dan sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder tersebut diperoleh dari internet website BEI dan website perusahaan semen

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah balik secara manual maupun menggunakan bantuan software computer Eviews 6 untuk dianalisis kuantitatif ini kemudian diinterprestasikan secara deskriptif. Adapun analisis kinerja keuangan pada sub sektor industri semen dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan dan Economic Value Added (EVA), serta analisis regresi data panel untuk mengetahui pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA terhadap harga saham perusahaan. Sebelum menggunakan regresi data panel penulis menggunakan regresi berganda untuk mengolah data tersebut, tapi hasil yang diperoleh terjadi multikolinearitas dan dalam regresi berganda tidak boleh terjadi multikolienaritas. Salah satu untuk menghilangkan multikolienaritas tersebut yaitu dengan menggabungkan data time series dan cross section yaitu data panel.

3.4.1 Analisis Rasio Keuangan

Hasil

Uji T

R2 Variabel Dominan


(28)

Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan alat ukur yang digunakan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS).

a. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukan seberapa besar tingkat keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Semakin besar profitabilitas maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan.Rasio ini juga digunakan sebagai ukuran apakah pemilik atau pemegang saham dapat memperoleh tingkat pengembalian yang pantas atas investasinya.Profitabilitas diukur dengan menggunakan :

1) Return On Asset (ROA)

ROA digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Adapun rumus ROA adalah :

Laba Bersih

ROA = x 100 %... (1) Total Asset

2) Return On Equity (ROE)

ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Bersih

ROE = x 100%... (2) Modal

3) Net Profit Margin (NPM)

Merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak

NPM = x 100%... (3) Penjualan

4) Earning Per Share (EPS)

Bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimilki.

Laba Bersih

EPS = ……… (4) Jumlah Saham Beredar


(29)

3.4.2. Analisis Economic Value Added (EVA)

EVA merupakan alat analisis untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menghitung laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal. Menurut Tungaal (2008) Langkah-langkah untuk menghitung EVA adalah:

a. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

NOPAT merupakan laba operasi perusahaan dari suatu current operating yang merupakan laba usaha setelah dikurangi beban pajak.Pajak yang digunakan dalam perhitungan EVA adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam penciptaan nilai tersebut.

Rumus : NOPAT = laba bersih + Biaya Bunga………..(5) b. Menghitung Invested Capital (IC)

IC merupakan jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga, seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan, dan sebagainya. IC dapat dirumuskan sebagai berikut :

IC = Kas + working capital requirement+ aktiva tetap………(6)

c. Menghitung Weight Average Cost of Capital (WACC)

WACC merupakan jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang (cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan, dan WACC dirumuskan sebagai beriku :

WACC = {(D x rd) (1 –Tax) + (E x Re)}……….(7)

Keterangan

D = Tingkat modal dari hutang Rd = Biaya hutang

Tax = Pajak

E = Tingkat modal dari ekuitas Re = Biaya ekuitas

d. Menghitung Capital Charges (CC)

CC adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas risiko usaha dari modal yang ditanamkannya. CC dapat dirumuskan sebagai berikut :


(30)

e. Menghitung EVA

EVA merupakan laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal (capital charges) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA dapat dirumuskan sebagai berikut :

EVA = NOPAT –Capital Charges………....(9)

Konsep EVA dijelaskan dari tiga ukuran yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan yaitu:

1) Jika EVA > 0, menunjukan terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja keuangan perusahaan baik.

2) Jika EVA = 0, menunjuakan posisi impas perusahaan.

3) Jika EVA > 0, menunjukan tidak terjadi proses nilai tambah perusahaan, yang mengakibatkan laba yang ada tidak bisa memenuhi harapan investor, sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak baik.

3.5. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan metode panel least square dengan menggunakan pembobot cross section weight, tujuan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section dan menggunakan metode

coefisien covarian white periode untuk mengestimasi covarian yang akan menghasilkan general heterogenitas (Gujarati, 2003).

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel dan E-views 6.

3.5.1 Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas dan economic value added

terhadap harga saham dilakukan analisis regresi data panel dan pengujian hipotesis menggunakan uji F (Simultan), uji T (Parsial) dan R2 (koefisien determinasi)

a. Regresi data panel

Regresi data panel (pooled data) merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu.


(31)

Dalam persamaan garis regresi yang bertindak sebagai variabel dependen adalah harga saham, sedangkan variabel independen diwakili oleh Return on Asset

(ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) dan Economic ValueAdded (EVA).

Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:

Yit = α + ROAit + ROEit + NPMit + EPSit + EVAit + εit………(10)

i = 1,2,……N ; t = 1,2,……T

Dimana:

ROA = Return on Asset

ROE = Return on Equity

NPM = Net Profit Margin

EPS = Earning Per Share

EVA = Economic Value Added α = intercept (konstanta regresi)

ε = error term

N = banyaknya observasi T = banyaknya waktu b. Uji Simultan (Uji-F)

Uji simultan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Rumusan hipotesis untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel independen secara simultan adalah sebagai berikut :

Ho: Model tidak layak (variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas)

Ha: Model layak (variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas)

Pada penelitian ini terdapat nilai P value yang dibandingkan dengan α sebesar

0,05. Kriteria penerimaan menggunakan nilai Ho, Apabila hasil Ho menunjukkan nilai> 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan Ho diterima. Sedangkan apabila hasil Ho menunjukkan nilai < 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak. c. Uji Parsial (Uji-t)

Uji t bertujuan untuk menunjukan seberapa besar pengaruh satu variabel individu secara parsial dalam menerangkan variabel dependen.Bentuk pengujiannya adalah melalui Ho dan Ha.


(32)

Rumusan hipotesis untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel independen secara parsial adalah sebagai berikut :

Ho: Variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas

Ha: Variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas

Pada penelitian ini terdapat nilai P value yang dibandingkan dengan α = 0,05.

Kriteria penerimaan menggunakan nilai Ho apabila hasil Ho menunjukkan nila > 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan Ho diterima. Sedangkan apabila hasil Ho menunjukkan nilai < 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak.

d. Koefisien Determinasi (R Square)

Nilai R2 menunjukkan seberapa besar model mampu menjelaskan variabelitas variabel independen. Dimana R2 adalah koefisien determinasi yang artinya besarnya pengaruh variabel independen X1, X2, X3, X4 dan X5 seacra bersama-sama terhadap variabel dependen (Y).

e. Variabel Dominan

Untuk melihat variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi harga saham pada penelitian ini terlebih dahulu melakukan perhitungan dengan membakukan koefisien, agar hasilnya tidak bias karena satuan koefisien berbeda-beda.

Koefisien X yang paling besar bukan berarti memilki pengaruh yang besar terhadap Y karena satuan koefisien regresi tergantung satuan peubah respon Y dan satuan peubah bebas ke-x. Jadi, untuk mengkaji realtif pentingnya masing-masing peubah bebas, dapat menggunakan koefisien baku (Bambang Juanda, 2009).


(33)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan yang dijadikan dalam penelitian ini adalah perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT Semen Gresik Tbk, dan PT Holcim Indonesia Tbk.

4.1.1 PT Semen Gresik Tbk

PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Pada bulan September 1995, perseroan melakukan penawaran umum terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi Negara RI 65% dan masyarakat 35%, Tanggal 15 September 1995 PT Semen Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan


(34)

Semen Tonasa, yang kemudian dikenal dengan nama Semen Gresik Group (SGG).

Pada tanggal 17 September 1998, Pemerintah melepas kepemilikan sahamnya di SGG sebesar 14% melalui penawaan terbuka yang dimenangkan oleh Cemex S.A. de C.V., perusahaan semen global yang berpusat di Mexico. Komposisi kepemilikan saham kembali menjadi Negara RI 51%, masyarakat 35%, dan cemex 14%. Pada tanggal 30 September 1999, komposisi kepemilikan saham kembali berubah menjadi Negara RI 51%, masyarakat 23.5% dan Cemex 25.5%.

Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex S.A. de C.V. pada Blue Valley Holdings PTE Ltd, sehingga komposisi kepemilikan saham sampai saat ini berubah menjadi Negara RI 51.01%, Blue Valley Holdings PTE Ltd. 24.90% dan masyarakat 24,09%. Kapasitas terpasang riil SGG sebesar 16.92 juta ton semen per tahun, dan menguasai 46% pangsa pasar semen domestik.

a. Visi Perusahaan

Menjadi Perusahaan Persemenan Terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara. b. Misi Perusahaan

1) Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

2) Mewujudkan manajemen perusahaan yang berstandar internasional dengan menjunjung tinggi etika bisnis dan semangat kebersamaan serta bertindak proaktif, efisien dan inovatif dalam setiap karya.

3) Meningkatkan keunggulan bersaing dalam industri semen domestik dan internasional.

4) Memberdayakan dan mensinergikan unit-unit usaha strategik untuk meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.

5) Mengembangkan komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan pemangku kepentingan (stakeholders) terutama pemegang saham, karyawan dan masyarakat sekitar.


(35)

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah produsen semen berkualitas yang terkemuka di Indonesia sejak tahun 1975. Lebih dari satu dekade lalu,

HeidelbergCement Group yang berbasis di Jerman menjadi pemegang saham mayoritas Indocement.

Dua belas pabrik Indocement berada di 3 lokasi yaitu Bogor, Cirebon, dan Kotabaru. Kompleks Pabrik Citeureup Bogor, Jawa Barat, merupakan salah satu pabrik semen terbesar di dunia yang mengoperasikan 9 pabrik dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 11,9 juta ton semen per tahun. Dua kompleks pabrik lainnya berlokasi di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dengan dua pabrik dan Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan dengan satu pabrik. Total kapasitas produksi terpasang Perseroan adalah 18,6 juta ton semen per tahun.

Beberapa jenis produk semen yang dipasarkan dengan merek “Tiga Roda”

adalah Portland Composite Cement, Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement), Semen Putih (White Cement) dan TR30 Acian Putih. Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Berbeda dari OPC, produk PCC yang diperkenalkan pada 2005, memiliki rasio klinker yang lebih rendah. Penggunaan bahan baku alternatif menciptakan daya tahan lebih baik dan memberikan perlindungan optimal terhadap pengaruh erosi akibat cuaca maupun zat kimia. Hal ini efektif mengurangi pemakaian energi serta emisi CO2 seiring dengan komitmen Indocement untuk menjaga kelestarian lingkungan di seluruh wilayah operasinya.

Melalui anak perusahaannya, PT Pionirbeton Industri (Pionir), Indocement menjadi penyedia beton siap-pakai (RMC) terkemuka di Jawa. Untuk mendukung bisnis RMC, Perseroan memiliki dua bisnis agregat dengan estimasi cadangan 100 juta ton. Setelah diselesaikannya beberapa batching plant baru pada 2011, pangsa pasar RMC tumbuh dengan pesat di pasar utama Jakarta dan Jawa Barat.

Indocement tetap mempertahankan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang bertitikberat pada pemberdayaan berkelanjutan. Selain filantrop, kelaparan dan pengentasan kemiskinan, CSR Indocement juga memberikan perhatian terhadap ketersediaan lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, pelestarian satwa langka, memfasilitasi pemberian kredit mikro, budidaya tanaman penghasil energi


(36)

terbarukan dan lainnya. Saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp62.765 miliar, pada 30 Desember 2011. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp58.716 miliar, menandakan peningkatan 6,9%.

Pada akhir 2011 sebanyak 6.316 karyawan bekerja di Indocement dan anak perusahaannya. Selama 2011, Indocement menjual lebih dari 16 juta ton semen dan klinker, atau naik 15,2% dari 2010.

a. Visi Perusahaan

Kami berkecimplung dalam bisnis penyediaan bahan semen dan bahan bangunan yang berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan.

b. Misi Perusahaan

Pemain utama dalam bisnis semen domestic dan pemimpin pasar dibidang beton siap pakai, agregat dan bisnis pasir dijawa.

4.1.3 PT Semen Holcim Tbk.

Holcim dikenal sebagai pelopor dan inovator di sektor industri semen yang tercatat sebagai sektor yang tumbuh pesat seiring pertumbuhan pasar perumahan, bangunan umum dan infrastruktur. Holcim satu-satunya produsen yang menyediakan produk dan layanan terintegrasi yang meliputi 10 jenis semen, beton dan agregat. Kini tengah dikembangkan usaha waralaba yang unik, yakni Solusi Rumah, yang menawarkan solusi perbaikan dan pembangunan rumah dengan biaya terjangkau dengan dukungan lebih dari 9.200 ahli bangunan binaan Holcim, waralaba yang hingga pertengahan 2011 telah mencapai 351 gerai, dan staf penjualan via telepon yang jumlahnya terus bertambah.

Produk semen Holcim dijual di lebih dari 9.000 toko bangunan di seluruh Indonesia. Holcim Beton adalah perusahaan yang pertama memasarkan SpeedCreter, produk beton cepat kering untuk membantu menghemat waktu perbaikan jalan dan proyek pembangunan, sementara layanan pemesanan via telepon MiniMix memudahkan konsumen mendapatkan produk beton jadi pada hari yang sama. Holcim pula perusahaan pertama yang mengembangkan fasilitas


(37)

Kebutuhan untuk pasar utama Holcim, yaitu Pulau Jawa, dipasok dari dua unit produksi utama dan satu stasiun penggilingan, dan semua unit ini mampu berproduksi dengan kapasitas 8.265 juta ton pertahun. Saat ini sedang dibangun unit produksi yang ketiga di Tuban, Jawa Timur, yang berkapasitas tahunan 1,7 juta ton dan direncanakan mulai berjalan pada tahun 2013. Kami mengoperasikan banyak batching plant beton, dua tambang dan jaringan logistik lengkap yang mencakup pula gudang dan silo.

Tim Geocycle kami menyediakan solusi total pembuangan limbah industri, perkotaan dan pertanian bagi konsumen yang tidak ingin terbebani masalah pengumpulan, penyimpanan dan pembuangan limbah berbahaya maupun limbah tidak berbahaya. Reputasi Holcim kian meningkat, dan seiring dengan itu semakin banyak perusahaan besar di sektor industri maupun pemerintah yang memanfaatkan jasa kami. Konsultan Holcim bekerja dengan prinsip kurangi, pakai kembali dan daur ulang dalam membantu perusahaan menekan produksi limbah mereka. Geocycle mempelopori pembangunan instalasi pemusnahan gas perusak ozon, CFC, dengan cara yang aman – fasilitas yang pertama di kawasan Asia Tenggara. Holcim memperoleh kredit karbon dalam program Mekanisme Pembangunan Bersih UNFCCC dengan memanfaatkan biomassa dalam proses produksi semen karena langkah ini dapat mengurangi emisi CO2 yang muncul

dalam proses pembusukan jika limbah pertanian tersebut dibiarkan begitu saja. Pada tahun 2010 pabrik semen Holcim di Cilacap menjadi salah satu dari hanya dua badan usaha di Indonesia yang berhasil meraih penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup – penghargaan tertinggi di bidang manajemen limbah dan lingkungan hidup di Indonesia. Pabrik Holcim di Narogong berhasil memperoleh peringkat PROPER Hijau. Pada tahun itu juga, untuk ketiga kalinya, merek Holcim dianugerahi penghargaan tahunan Superbrand

– merek pilihan konsumen. Semua unit kerja perusahaan pada tahun 2010 mampu membukukan 6 juta jam kerja tanpa satu kali pun kecelakaan menimpa karyawan. Pada tahun 2008 Holcim Indonesia menerima penghargaan tertinggi kategori lingkungan hidup dalam ajang Penghargaan Laporan Pembangunan Berkelanjutan National Corporate Social Responsibility (NCSR). Selain itu perusahaan juga meraih Penghargaan dari Presiden RI untuk bidang keselamatan


(38)

kerja tahun 2008 dan penghargaan dari Du Pont/Warta Ekonomi sebagai

“Perusahaan Paling Peduli tentang keselamatan kerja pada tahun 2008, serta

menjadi satu-satunya perusahaan yang mendapat peringkat Emas bidang manajemen keamanan dari Kepolisian Republik Indonesia.

a. Visi Perusahaan

Menyediakan kondisi berkehidupan yang sehat bagi masa depan masyarakat. b. Misi Perusahaan

Holcim akan tumbuh dengan menyediakan solusi bangunan berkelanjutan untuk segmen pelanggan tertentu, dan dengan mengembangkan potensi personil dan masyarakat, berkat manajemen yang inovatif dan jaringan yang terpadu.

4.2. Analisis Rasio Profitabilitas

Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Alat analisis rasio ini dapat memberikan gambaran baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan jika dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. Rasio keuangan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas letak kekurangan dan kelebihan dari perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya.

Pada umumnya, salah satu pertimbangan penting dalam menilai kinerja perusahaan adalah dengan menilai kinerja perusahaan dengan melihat tingkat keuntungan atau laba yang berhasil dicapai perusahaan. Beberapa alat yang pada umumnya digunakan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan dan juga mencerminkan tingkat kesejahteraan investornya adalah rasio keuangan yang berbasis pendekatan laba diantaranya adalah ROA, ROA, NPM, EPS. Perhitungan rasio profitabilitas (ROA, ROE, NPM, EPS) terdapat pada lampiran 2.

4.2.1 Return On Asset (ROA)

ROA merupakan perbandingan antara laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan terhadap total aset yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atas aset yang dikelola dalam kegiatan operasional sehari-hari. Hasil perhitungan ROA pada ketiga perusahaan semen yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada Gambar 3.


(39)

Gambar 3. Grafik Return On Asset (ROA) Sub Sektor Industri Semen yang Terdaftar di BEI

Sumber: Data diolah

Tingkat ROA yang telah dicapai PT Semen Gresik dan PT Indocement Tunggal Prakarsa rata-rata mengalami penurunan setiap periodenya. Pada kuartal III-2010, laba bersih semen gresik naik sebesar 8,09% dibandingkan periode sama tahun lalu dan aset naik sebesar 0,84%. Laba bersih naik lebih besar dari pada aset sehingga memperoleh penurunan nilai ROA pada kuartal III-2010 tersebut. hal ini terjadi karena laba bersih yang diperoleh meningkat lebih besar dari pada aset sehingga menyebabkan penurunan pada nilai ROA. Walaupun rata-rata nilai ROA yang dihasilkan oleh PT Semen Gresik menurun tetapi secara teori nilai ROA yang baik berada > 2% (Irham, 2012). Dan PT Semen Gresik memperoleh nilai ROA yang baik karena memperoleh angka ROA > 2%.

ROA yang dicapai PT Indocement Tbk pada periode 2010 dari kuartal I-IV mengalami peningkatan nilai ROA dari periode sebelumnya, hal ini terjadi karena total aset yang diperoleh meningkat lebih tinggi dari laba bersih, dalam hal ini perusahaan dapat mengelola aset yang dimilki sehingga perusahaan mampu menghasilkan laba dengan aset yang dimiliki. PT Holcim memperoleh angka ROA yang paling rendah dibandingkan dengan kedua pesaingnya. Dan pada kuartal 1-2009 PT Holcim memperoleh nilai ROA kurang baik yaitu sebesar 1,02% tetapi pada kuartal selanjutnya Holcim dapat memperoleh ROA yang baik sebesar 3,67% artinya Holcim sudah mampu menghasilkan keuntungan atas aset yang dikelola dalam kegiatan operasional sehari-hari.

4.2.2 Return on Equity (ROE)

ROE merupakan salah satu pengukuran rasio keuangan yang berbasiskan laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atau seluruh modal


(40)

yang ada. ROE dicerminkan melalui perbandingan antara laba bersih terhadap ekuitas, semakin tinggi nilai ROE maka semakin baik pula kinerja perusahaan dalam menciptakan keuntungan atas modal yang diserahkan investor. Hasil perhitungan ROE PT Gresik, PT Indocement dan PT Holcim periode 2009-2011 kuartal I-IV dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Return On Equity (ROE) Sub Sektor Industri Semen yang Terdaftar di BEI

Sumber: Data diolah

Tingkat ROE pada PT Gresik Tbk pada periode 2010-2011 kuartal I rata-rata mengalami penurunan dari kuartal periode sebelumnya. Pada kuartal I-2010 sebesar 7,34% dan kuartal I- 2011 sebesar 6,78%. Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih yang diperoleh meningkat lebih besar dari ekuitas. Pada kuartal I-2010 laba bersih yang diperoleh meningkat sebesar 0,85% dan ekuitas meningkat sebesar 0,80%. Tingkat ROE PT Indocement Tbk pada periode 2009 mengalami peningkatan dari kuartal I-IV, angka ROE tertinggi sebesar 25,71% pada kuartal IV. Peningkatan ROE terjadi karena jumlah laba bersih meningkat kecil dibandingkan dengan meningkatnya jumlah ekuitas yang tinggi. Pada tahun 2010 rata-rata terjadi peningkatan angka ROE dari periode sebelumnya tetapi pada kuartal IV angka ROE yang diperoleh menurun dari 25,71 menjadi 24,66% pada periode 2010. Hal ini terjadi karena jumlah ekuitas dari tahun sebelumnya meningkat sebesar 0,81% sedangkan laba bersih meningkat sebesar 0,85% dan untuk periode 2011 ROE PT Indocement rata-rata mengalami penurunan dari periode sebelumnya sebesar 6,21% (kuartal I), 12,47% (kuartal II), 16,46% (kuartal III) dan 22,89% (kuartal IV).

Tingkat ROE pada PT Holcim mengalami penurunan setiap periodenya. Pada akhir periode 2009, tingkat ROE sebesar 27,02%. Pada akhir periode 2010 sebesar


(41)

12,14%, tetapi pada akhir periode 2011 mangalami peningkatan nilai ROE yaitu sebesar 14,12%. Hal ini menunjukkan perusahaan mengalami perbaikan kinerja dalam pengelolaan atas ekuitas yang dimiliki sehingga laba bersih yang dicapai cenderung mengalami peningkatan.

4.2.2 Net Profit Margin (NPM)

Perhitungan NPM perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Hasil perhitungan Net Profit Margin (NPM) PT Gresik, PT Indocement dan PT Holcim periode 2009-2011 kuartal I-IV dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Net Profit Margin (NPM) Sub Sektor Industri Semen yang Terdaftar di BEI

Sumber: Data diolah

Tingkat NPM pada periode 2009-2010 PT Semen Gresik Tbk selalu mengalami peningkatan. Pada akhir kuartal tahun 2009 angka NPM sebesar 23,12% dan pada 2010 meningkat menjadi 25,33%. Hal ini terjadi karena laba bersih yang dihasilkan cenderung meningkat, pada kuartal IV-2010 meningkat 0,90% dan penjualan meningkat sebesar 1,00%. Sedangkan pada periode 2011 kuartal III dan IV tingkat NPM mengalami penurunan dari periode sebelumnya sebesar 24,01% (kuartal III) dan 24,15% (kuartal IV), hal ini terjadi karena laba bersih yang dihasilkan meningkat lebih besar dari pada penjualan, seperti laba bersih yang dihasilkan pada kuartal III-2011 meningkat dari tahun periode sebelumnya sebesar 0,83%, dan penjualan meningkat sebesar 0,79%.


(42)

Pada periode 2009-2010 NPM yang dihasilkan PT Indocement mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena laba bersih meningkat lebih kecil dibandingakan dengan penjualan. Angka NPM tertinggi pada periode 2010 terdapat pada kuartal IV sebesar 30,49%. semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Sedangkan pada periode 2011 dari kuartal I-IV NPM yang dihasilkan oleh PT Indocement Tbk mengalami penurunan dari periode sebelumnya.

Tingkat NPM yang dihasilkan PT Holcim Tbk pada 2009 mengalami peningkatan dari kuartal I-IV, sedangkan pada kuartal IV periode 2010 mengalami penurunan dari 15,07% menjadi 13,89% hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang produktif, tetapi pada kuartal IV periode 2011 nilai NPM PT Holcim Tbk mengalami peningkatan sebesar 14,13% dari kuartal periode sebelumnya, hal ini terjadi karena laba bersih meningkat lebih kecil dibandingakan dengan penjualan. Seperti yang ditunjukkan pada lampiran 2 mengenai perhitungan NPM. Dengan meningkatnya nilai NPM, maka kinerja perusahaan semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan.

4.2.3 Earning Per Share (EPS)

EPS digunakan untuk mengukur seberapa besar tiap lembar saham dapat menghasilkan keuntungan untuk pemiliknya dan dapat juga digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Data EPS PT Semen Gresik Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan PT Holcim Tbk periode 2009-2011 ditunjukkan pada Gambar 6.


(43)

Industri Semen yang Terdaftar di BEI Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan EPS yang ditunjukkan pada lampiran 2 dan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 6 tingkat EPS pada PT Gresik mengalami peningkatan setiap akhir periodenya. Pada kuartal IV-2009 tingkat EPS sebesar 586, pada kuartal IV-2010 sebesar 613. Hal ini karena laba bersih yang dicapai perusahaan tinggi, sehingga akan menghasilkan laba yang besar pula bagi investornya. Tingkat EPS terendah terjadi pada periode 2009 kuartal I sebesar 116.

Tingkat EPS PT Indocement mengalami peningkatan setiap akhir periodenya. Pada kuartal IV-2009 sebesar 746,12, periode kuartal IV-2010 EPS menjadi 876,05 dan kuartal IV-2010 yang merupakan angka EPS tertinggi dari PT Indocement yaitu sebesar 977,10. Hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan EPS. Semakin tinggi rasio ini, maka kemampuan manajemen untuk menciptakan keuntungan untuk pemegang saham semakin baik.

Pada periode 2010 kuartal IV terjadi penurunan angka EPS pada PT Holcim Tbk, hal ini terjadi karena laba bersih yang diperoleh menurun sebesar 1,07% sehingga angka EPS juga ikut menurun. Sedangkan pada periode 2011 mengalami peningkatan setiap kuartalnya yaitu sebesar 27 (kuartal I), 60 (kuartal II), 97 (kuartal III) dan 139 (kuartal IV). Hal ini menunjukkan bahwa PT Holcim mampu meningkatkan laba bersih pada periode 2011. Dengan meningkatnya laba bersih dan EPS tersebut, maka dapat memberikan kepercayaan kepada investor untuk menanamkan modalnya. Karena, semakin tinggi angka EPS maka semakin tinggi pula laba yang akan diberikan kepada investor.

4.3. Kondisi Economic Value Added (EVA)

Perhitungan EVA adalah NOPAT – Capital Charges. Apabila EVA > 0 (positif), Jika EVA > 0, menunjukan terjadi proses nilai tambah perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan baik. Dan apabila nilai EVA > 0, menunjukan bahwa tidak terjadi proses nilai tambah perusahaan, yang mengakibatkan laba yang ada tidak bisa memenuhi harapan investor, sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak baik. Nilai Eva yang berhasil dicapai oleh PT Semen Gresik


(44)

Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan PT Holcim Tbk periode 2009-2011 ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Economic Value Added (EVA)sub Sektor Industri Semen yang Terdaftar di BEI

Sumber: Data diolah

Dari hasil perhitungan EVA PT. Semen Gresik Tbk pada periode 2009-2011, menunjukkan nilai EVA yang positif, hal tersebut menunjukan perusahaan mengalami kenaikkan kinerja dari periode sebelumnya. Hal ini dikarenakan nilai EVA lebih besar dari nol. Nilai EVA yang positif menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan melebihi biaya modal atau tingkat pengembalian yang diminta oleh investor atas investasi yang dilakukannya. Hal ini sejalan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.

Pada kuartal III-2011 PT Indocement memiliki angka EVA yang negatif pada kuartal II, III dan IV pada periode 2011 hal tersebut terjadi karena biaya yang harus dikeluarkan untuk pembiayaan modal yang terukur dengan capital charges

lebih besar dibandingkan NOPAT yang diperoleh perusahaan, seperti terdapat pada perhitungan EVA dilampiran 3. Hal tersebut menandakan bahwa perusahaan belum berhasil menciptakan nilai tambah kekayaan atas modal yang diinvestasikan investor. PT Holcim periode 2009 kuartal II memiliki nilai EVA yang negative sebesar -54.623, hal ini menandakan bahwa perusahaan belum berhasil menciptakan nilai tambah kekayaan atas modal yang diinvestasikan investor. Hal ini dikarenakan NOPAT yang berhasil dicapai pada kuartal tersebut lebih rendah dibandingkan dengan biaya modal yang dihasilkan oleh PT Holcim. Tetapi pada periode selanjutnya PT Holcim memperoleh nilai EVA yang positif. Nilai EVA yang positif menunjukkan adanya nilai tambah dan kinerja perusahaan


(45)

yang baik. Laba yang dihasilkan perusahaan sudah melebihi harapan investor dan perusahaan dapat mengembalikan pinjaman kreditur.

4.4. Analisis Pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA Terhadap Harga Saham.

4.4.1 Analisis Regresi data panel

Analisis regresi data panel adalah untuk melihat ada tidaknya pengaruh signifikansi variabel independen, yaitu ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA terhadap variabel dependen yaitu harga saham. Hasil analisis regresi data panel ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis regresi data panel

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ROA -463.4394 106.2815 -4.360491 0.0002

ROE 45.43118 12.69964 3.577360 0.0013

NPM 409.9700 107.9373 3.798225 0.0008

EPS 17.11939 2.326743 7.357664 0.0000

EVA 0.000164 8.66E-05 1.898801 0.0683

C -2280.029 1997.414 -1.141490 0.2637

Berdasarkan hasil analisa regresi dari data panel pada Tabel 2 dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

P = -2280.029 - 463.4394 ROA + 45.43118 ROE + 409.9700 NPM + 17.11939 EPS + 0.000164 EVA + εit

Dari persamaan regresi di atas, maka dapat diinterprestasikan untuk masing-masing variabel sebagai berikut :

1. C : Jika segala sesuatu variabel-variabel independent dianggap tidak konstan maka nilai harga saham adalah sebesar -2280.029

2. ROA : Jika ROA naik sebesar satu satuan maka harga saham akan turun sebesar 463.4394

3. ROE : Jika ROE naik sebesar satu satuan maka harga saham akan naik sebesar 45.43118

4. NPM : Jika NPM naik sebesar satu satuan maka harga saham akan naik sebesar 409.9700


(46)

5. EPS : Jika EPS naik sebesar satu satuan maka harga saham akan naik sebesar 17.11939

6. EVA : Jika EVA naik sebesar satu satuan maka harga saham akan naik sebesar 0.000164

4.4.2 Uji F (simultan)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikatnya.

Tabel 3. Hasil Analisis Uji F (Simultan)

Weighted Statistics

R-squared 0.955115 Mean dependent var 8192.932

Adjusted R-squared 0.943478 S.D. dependent var 4096.046

S.E. of regression 1510.822 Sum squared resid 61629755

F-statistic 82.07605 Durbin-Watson stat 1.612866

Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil analisis pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel ROA, ROE, NPM, EPS dan EVA berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, karena nilai p-value (0.000) < alpha (0.05) maka tolak Ho Sehingga variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas (Harga Saham).

4.4.3 Uji t (parsial)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi regresi masing-masing variabel independen. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan yang

diharapkan (α = 5%), maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

dependen dengan independennya. Tabel 4. Hasil Analisis Uji t (Parsial)

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ROA -463.4394 106.2815 -4.360491 0.0002

ROE 45.43118 12.69964 3.577360 0.0013

NPM 409.9700 107.9373 3.798225 0.0008


(47)

EVA 0.000164 8.66E-05 1.898801 0.0683

C -2280.029 1997.414 -1.141490 0.2637

Dari hasil uji-t menunjukkan bahwa nilai p-value pada ROA, ROE, NPM, EPS berturut-turut (0.0002; 0.0013; 0.0008; 0.0000) < alpha (0.05) maka Tolak Ho sehingga ROA, ROE, NPM, EPS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas (Harga Saham)

Nilai p-value pada EVA (0.0683) > alpha (0.05) maka Terima Ho sehingga EVA secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.

4.4.4 Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Uji R2 menunjukkan seberapa besar model mampu menjelaskan variabilitas variabel independen. R2 adalah koefisien determinasi yang mengukut besarnya pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Tabel 5. Hasil Analisis Uji R2

Weighted Statistics

R-squared 0.955115 Mean dependent var 8192.932

Adjusted R-squared 0.943478 S.D. dependent var 4096.046

S.E. of regression 1510.822 Sum squared resid 61629755

F-statistic 82.07605 Durbin-Watson stat 1.612866

Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan hasil uji analisis diatas menunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah Sebesar 95,51% menyatakan bahwa terjadi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini bahwa variabel independen yang ada pada regresi ini mampu menjelaskan sebesar 95,51% pola pergerakan harga saham pada sektor industri semen, sedangakan 4,49 % kemungkinan dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan ke dalam model ini.

4.5. Variabel Yang Paling Dominan Mempengaruhi Harga Saham

Untuk melihat variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi harga saham pada penelitian ini terlebih dahulu melakukan perhitungan dengan membakukan koefisien, agar hasilnya tidak bias karena satuan koefisien berbeda-beda. Hasil perhitungan koefisien baku ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Perhitungan Koefisien Baku

Variabel Koefisien Baku

ROA -6587,923968


(1)

Lanjutan Lampiran 3.

e. Lampiran Perhitungan Economic Value Added (EVA) Periode Kuartal NOPAT

(a)

CC (b)

EVA (a - b)

2009 I 4.862.655 992.213 3.870.442

II 12.329.307 6.145.259 6.184.048 III 18.052.122 8.413.338 9.638.784 IV 23.684.718 9.495.566 14.189.152 2010 I 4.882.099 2.389.492 2.492.607

II 9.605.945 3.005.688 6.600.257 III 14.383.855 6.845.564 7.538.291 IV 29.734.739 16.642.582 13.092.157 2011 I 7.195.383 2.467.736 4.727.647

II 14.468.621 7.826.137 6.642.484 III 22.970.174 14.050.103 8.920.071 IV 31.556.194 19.126.463 12.429.731

Lampiran Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT. Indocement Tbk. Periode 2009-2011

a. Lampiran perhitungan NOPAT PT. Indocement Tbk. Periode Kuartal Laba bersih

setelah pajak (a)

Biaya bunga (b)

NOPAT (a + b)

2009 I 502.718 22.568.4 23.071.216

II 1.172.471 30.450.933 31.623.404 III 1.868.404 35.313.370 37.181.774 IV 2.746.654 39.783.519 42.530.173

2010 I 786.362 3.618.420 4.404.782

II 1.640.178 7.123.863 8.764.041 III 2.382.736 11.138.773 13.521.509 IV 3.224.941 16.083.815 19.308.756

2011 I 867.516 5.482 881.998

II 1.729.356 10.273 1.739.629

III 2.590.724 17.359 2.608.083


(2)

Lanjutan Lampiran 3.

b. Lampiran perhitungan Invested Capital (IC) PT. Indocement Tbk. Periode Kuartal Kas

(a)

Working capital requirement (b)

Aktiva tetap (c)

IC (a+b+c) 2009 I 1.050.759 1.164.327 7.743.968 9.959.054 II 1.136.610 1.987.361 7.651.703 10.775.674 III 1.715.930 2.015.368 7.574.159 11.305.159 IV 2.623.472 1.756.830 7.935.426 12.315.728 2010 I 3.186.917 2.034.507 7.859.612 12.081.507 II 4.017.849 1.807.463 800.301 6.625.613 III 3.776.760 1.975.503 7.783.708 13.535.971 IV 4.684.869 1.051.693 7.861.338 12.546.206 2011 I 4.978.749 2.316.287 7.807.327 15.102.363 II 6.188.002 2.269.041 7.736.852 16.193.895 III 5.832.199 2.450.882 7.757.669 16.040.750 IV 6.864.567 2.961.027 7.836.758 17.662.352 c. Lampiran perhitungan Weight Average Cost Capital (WACC)

Langkah-langkah perhitungan :

1. D = total hutang/total hutang dan ekuitas 2. Rd = biaya bunga / tot. hutang

3. T = beban pajak / laba sebelum pajak 4. PER = harga saham/ EPS

5. E = tot. ekuitas / tot. hutang dan ekuitas 6. Re = 1/ PER

WACC = (D x rd ) (1- Tax) + ( E x re )

Periode Kuartal D rd T PER E Re WACC

2009 I 0,19 10,18 0,24 38,72 0,84 0,02 1,71 II 0,18 14,34 0,27 24,33 0,80 0,04 2,34 III 0,16 17,97 0,27 20,88 0,83 0,04 2,63 IV 0,19 15,46 0,27 18,36 0,80 0,05 2,18 2010 I 0,15 1,73 0,24 66,71 0,84 0,01 0,03 II 0,20 2,44 0,24 35,46 0,79 0,02 0,26 III 0,12 6,17 0,24 28,42 0,87 0,03 0,52 IV 0,14 7,16 0,24 12,67 0,85 0,07 0,82 2011 I 0,11 2,97 0,24 69,55 0,88 0,01 0,09 II 0,18 3,17 0,24 36,37 0,81 0,02 0,44 III 0,13 7,64 0,23 17,44 0,86 0,05 0,80 IV 0,13 9,86 0,23 17,44 0,86 0,05 1,02


(3)

Lanjutan Lampiran 3.

d. Lampiran perhitungan Cost Capital (CC)

Periode Kuartal IC (a) WACC (b) CC (a x b)

2009 I 9.959.054 1,71 17.029.982

II 10.775.674 2,34 25.215.077

III 11.305.159 2,63 29.733.351

IV 12.315.728 2,18 26.848.287

2010 I 12.081.507 0,03 362.431

II 6.625.613 0,26 1.722.752

III 13.535.971 0,52 7.038.704

IV 12.546.206 0,82 10.287.888

2011 I 15.102.363 0,09 730.975

II 16.193.895 0,44 7.125.313

III 16.040.750 0,80 12.832.600

IV 17.662.352 1,02 18.015.599

e. Lampiran Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Periode Kuartal NOPAT (a) CC (b) EVA (a - b) 2009 I 23.071.216 17.029.982 6.041.234

II 31.623.404 25.215.077 6.408.327 III 37.181.774 29.733.351 7.448.423 IV 42.530.173 26.848.287 15.681.886

2010 I 4.404.782 362.431 4.042.351

II 8.764.041 1.722.752 7.041.289 III 13.521.509 7.038.704 6.482.805 IV 19.308.756 10.287.888 9.020.868

2011 I 881.998 730.975 151.023

II 1.739.629 7.125.313 -5.385.684 III 2.608.083 12.832.600 -10.224.517 IV 3.625.364 18.015.599 -14.390.235


(4)

Lanjutan Lampiran 3.

Lampiran Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT. Holcim Tbk. Periode 2009-2011

a. Lampiran perhitungan NOPAT PT. Holcim Tbk. Periode Kuartal Laba bersih setelah

pajak (a)

Biaya bunga (b)

NOPAT (a + b)

2009 I 77.495 125.281 199.777

II 279.999 231.613 511.612

III 566.578 337.331 903.909

IV 895.751 444.887 1.340.638

2010 I 204.920 67.105 272.025

II 386.459 133.879 520.338

III 619.408 177.367 796.775

IV 828.422 232.820 1.061.242

2011 I 209.191 78.821 288.012

II 457.020 134.601 591.621

III 740.421 153.746 894.167

IV 1.054.987 192.445 1.247.432

b. Perhitungan Invested Capital (IC) Periode Kuartal Kas

(a)

Working capital requirement (b)

Aktiva tetap (c)

IC (a+b+c)

2009 I 344.204 422.612 5.683.239 6.450.055

II 587.053 333.627 5.951.738 6.872.418 III 235.537 373.682 5.877.490 6.420.709 IV 380.248 505.281 5.789.028 6.674.557

2010 I 426.395 416.760 5.714.266 6.557.421

II 715.374 304.107 5.688.134 6.707.615 III 560.949 409.613 5.637.029 6.607.591 IV 1.070.427 387.664 8.184.012 9.642.103 2011 I 1.352.030 876.109 8.109.035 10.337.174

II 1.268.148 696.486 8.109.027 10.073.661 III 856.398 871.186 8.468.740 10.196.324 IV 1.127.482 768.855 8.482.329 10.378.666

c. Lampiran perhitungan Weight Average Cost Capital (WACC) Langkah-langkah perhitungan :

1. D = total hutang/total hutang dan ekuitas 2. Rd = biaya bunga / tot. hutang

3. T = beban pajak / laba sebelum pajak 4. PER = harga saham/ EPS

5. E = tot. ekuitas / tot. hutang dan ekuitas 6. Re = 1/ PER


(5)

Periode Kuartal D rd T PER E re WACC 2009 I 0,65 0,03 0,20 55 0,34 0,02 0,02

II 0,59 0,05 0,30 29,72 0,40 0,03 0,03 III 0,58 0,07 0,16 17,97 0,41 0,05 0,04 IV 0,54 0,11 0,23 13,24 0,45 0,07 0,07 2010 I 0,51 0,01 0,25 40,74 0,48 0,02 0,02 II 0,50 0,03 0,24 43,5 0,49 0,02 0,02 III 0,46 0,05 0,25 29,93 0,53 0,03 0,03 IV 0,34 0,06 0,26 20,83 0,65 0,04 0,04 2011 I 0,34 0,02 0,29 75 0,66 0,01 0,01 II 0,33 0,04 0,30 36,66 0,66 0,03 0,03 III 0,31 0,04 0,30 18,35 0,68 0,05 0,04 IV 0,31 0,05 0,30 15,64 0,68 0,06 0,06

d. Lampiran Perhitungan Cost Capital (CC) Periode Kuartal IC

(a)

WACC (b)

CC (a x b) 2009 I 6.450.055 0,02 129.001

II 6.872.418 0,03 206.172 III 6.420.709 0,04 256.828 IV 6.674.557 0,07 467.218 2010 I 6.557.421 0,02 131.148 II 6.707.615 0,02 134.152 III 6.607.591 0,03 198.227 IV 9.642.103 0,04 385.684 2011 I 10.337.174 0,01 103.371 II 10.073.661 0,03 302.209 III 10.196.324 0,04 407.852 IV 10.378.666 0,06 518.933


(6)

Lanjutan Lampiran 3.

e. Lampiran Perhitungan Economic Value Added (EVA) Periode Kuartal NOPAT

(a)

CC (b)

EVA (a - b)

2009 I 202.819 140.068 62.751

II 323.246 377.969 -54.623 III 609.428 173.653 435.774 IV 938.581 255.063 683.517

2010 I 272.025 123.699 148.326

II 386.459 77.309 309.150

III 619.408 120.701 498.706 IV 828.422 305.365 523.056

2011 I 288.012 138.832 149.180

II 591.621 266.56 325.054

III 894.167 463.410 430.757 IV 1.256.005 576.843 688.161


Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 67 80

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bersa Efek Indonesia (BEI)

1 32 98

Hubungan Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas Dengan Harga Saham Perusahaan Manakan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2 46 73

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

7 20 27

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), DAN Pengaruh Rasio Profitabilitas, Economic Value Added (EVA), Dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added terhadap Harga Saham pada Subsektor Pertambangan Batubara di Bursa Efek Indonesia.

0 1 26

Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 105

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI (YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

0 0 9

Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 10

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17