2. Apakah rasio profitabilitas ROA, ROE, NPM, EPS dan Economic Value
Added EVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada sub sektor industri semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham pada
sub sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ditetapkan lebih dahulu agar dalam pelaksanaan nanti dapat dijadikan pedoman guna melangkah selanjutnya. Adapun tujuan dalam
penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kondisi rasio profitabilitas ROA, ROE, NPM, EPS dan
Economic Value Added EVA pada sub sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh rasio profitabilitas ROA, ROE, NPM, EPS dan
Economic Value Added EVA terhadap harga saham pada sub sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia.
3. Menganalisis variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham
pada sektor industri semen di Bursa Efek Indonesia.
1.4 . Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi : 1.
Perusahaan Penelitian ini memberikan informasi bagi perusahaan sebagai bahan kajian
dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam jangka panjang yang dapat mempengaruhi harga saham terus meningkat, sehingga banyak investor
yang percaya menanamkan modalnya. 2.
Investor Dapat mengetahui rasio keuangan yang mempengaruhi pergerakan harga
saham, terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam bentuk dividen atau capital gain.
1.5 . Ruang Lingkup Penelitian
Perusahaan yang dijadikan dalam penelitian ini adalah perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2011 yaitu PT
Indocement Prakarsa Tbk,PT Semen Gresik Tbk, dan PT Holcim Indonesia Tbk. Data laporan keuangan kuartal yang digunakan adalah data dari periode 2009
sampai 2011.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sub Sektor Industri Semen
Perusahaan semen yang terdaftar di BEI ada tiga perusahaan yaitu Semen Gresik SMGR, Indocement INTP, dan Holcim Indonesia SMCB.
Semen adalah suatu binder, suatu zat yang dapat menetapkan dan mengeraskan dengan bebas, dan dapat mengikat material lain. Abu vulkanis dan
batu bata yang dihancurkan yang ditambahkan pada batu kapur yang dibakar sebagai agen pengikat untuk memperoleh suatu pengikat hidrolik yang selanjutnya
disebut sebagai “cementum”. Semen yang digunakan dalam konstruksi digolongkan kedalam semen hidrolik dan semen non-hidrolik.
2.1.1 Perkembangan Industri Semen Indonesia
Perjalanan industri semen selama 15 tahun terakhir terlihat bahwa pertumbuhan pada tahun 2011 merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi, di
bawah pencapaian tertinggi sebelumnya pernah dicapai yaitu pada tahun 2000 yaitu sebesar 18,7 setelah sebelumnya didera krisis ekonomi sejak tahun 1998
hingga 1999. Sedangkan titik terendah dari pertumbuhan industri semen adalah
pada tahun 1998 dengan presentase hanya sebesar -30,5. Jika dirata-ratakan angka presentase pertumbuhannya selama 10 tahun tersebut adalah sekitar 6,5
bahkan bila dihitung sejak 20 tahun terakhir angka rata-rata pertumbuhan masih sekitar 6,4. Dengan dimulainya beberapa proyek infrastruktur secara besar-
besaran dan dalam waktu yang bersamaan pada pertengahan tahun 2011
menyebabkan permintaan semen meningkat begitu tajam.
Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011 terjadi di wilayah Jawa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 21. Hal ini terjadi karena fokus dari pembangunan
masih berpusat di Jawa terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, seperti pembangunan beberapa ruas jalan tol yang, properti, serta perumahan yang terus
semakin marak. Di beberapa wilayah lainnya juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, seperti di Sumatera 14, Kalimantan 17, Sulawesi 16, serta
Bali-Nusa Tenggara 19. Sementara itu untuk wilayah yang masih mengalami penurunan hanya terjadi di Papua yaitu sekitar 29, hal disebabkan karena masih
sering terkendalanya angkutan semen ke beberapa pasar yang ada di sana akibat dari kurangnya sarana dan prasarana transportasi baik darat maupun laut, sehingga
distribusi semen sering terhambat.
2.2. Saham