commit to user 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Degradasi lahan masih menjadi salah satu masalah saat ini dalam usahatani di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya erosi, pengurasan hara,
dan alih fungsi lahan yang mengakibatkan penurunan kualitas tanah, baik dari segi fisik, kimia, maupun biologi tanahnya. Degradasi lahan akan berpengaruh
pada penurunan kesuburan tanah. Wilayah Sub-DAS Progo Hulu berada di wilayah administrasi
Temanggung penghasil tembakau yang memiliki nilai komparatif tinggi dan telah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sejak masa lalu secara
turun temurun. Adanya peningkatan permintaan akan tembakau sebagai bahan baku rokok kretek, menyebabkan petani menambah areal tanam tembakau ke
puncak-puncak gunung Sumbing dan gunung Sindoro dengan kemiringan lereng 30. Teknik budidaya tanaman tembakau pada kemiringan lereng
curam yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air menyebabkan terjadinya erosi sehingga memacu terjadinya degradasi lahan.
Menurut Good Governance in Water Resource Managemet- European Union GGWRM-EU 2004, Sub-DAS Progo Hulu merupakan
Sub DAS di wilayah Kabupaten Temanggung yang menempati urutan peringkat pertama dalam prioritas penanganan lahan kritis, yang saat ini
memiliki lahan kritis dan sangat kritis seluas 3.029 ha atau 12,9 dari luas wilayahnya dan menyebar terutama pada lahan yang digunakan untuk
usahatani berbasis tembakau. Erosi yang terus terjadi di wilayah tersebut telah menyebabkan degradasi lahan yang berupa kerusakan lahan dan menurunnya
kesuburan tanah. Kerusakan lahan ditandai dengan hilangnya lapisan top soil serta kenampakan alur-alur gully erosi dan bahan induk tanah. Penurunan
kesuburan tanah ditandai dengan kebutuhan pupuk kandang dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan pupuk kandang
meningkat dari sekitar 22,5 tonha pada tahun 1988 menjadi 48 tonha pada tahun 2000 Djajadi, 2000. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
1
commit to user 2
mikroflora yang berada didalam tanah berkurang karena kondisi lingkungan mikro yang tidak stabil seperti suhu tanah yang berubah menjadi panas begitu
pula dengan kelembaban dan kadar air tanahnya. Dilihat dari segi keadaan fisik di daerah sub-DAS Progo Hulu dan
makin tingginya permintaan akan hasil tanaman tembakau, dibutuhkan suatu paket teknologi konservasi yang bertujuan untuk mengendalikan erosi dan
rehabilitasi untuk meningkatkan produktivitas lahan. Teknologi konservasi hedgerows
merupakan salah satu komponen konservasi yang memadukan antara tindakan konservasi secara mekanik dan vegetatif dengan adanya
pembuatan pagar-pagar hidup yang diatur mengikuti garis kontur. Teknologi konservasi hedgerows mempunyai multifungsi diantaranya selain untuk
menekan tingkat erosi, juga dapat merehabilitasi kesuburan tanah sehingga dapat meningkatkan keberadaan mikroflora tanah yang merupakan salah satu
indikator kualitas tanah. Mikroflora tanah merupakan komponen habitat alam yang terdiri dari
bakteri, fungi, dan mikroorganisme tanah lainnya yang mempunyai peran dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan
melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi.
Populasi mikroba yang meningkat baik jenis dan jumlahnya menyebabkan dinamika tanah akan semakin baik dan menjadi sehat secara alami.
Peningkatan mikroba baik bakteri maupun jamur tanah khususnya jamur fungi bermiselia seperti mikorhiza, dan lain-lain akan meningkatkan
kemantapan agregasi partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan miselianya, yang berupa benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut
perekatglue antar partikel tanah yang menyebabkan struktur tanah menjadi lebih baik karena ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas perusakan
tanah Kusmanto, 2009. Berdasarkan permasalahan diatas diperlukan penelitian tentang
pengaruh dari jenis teras dan tipe hedgerows terhadap bakteri dan jamur tanah
commit to user 3
serta hasil tanaman tembakau Nicotiana tobacum L. di sub-DAS Progo Hulu.
B. Perumusan Masalah