PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA TERAS BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU
commit to user
PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA TERAS BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN
JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU
Disusun oleh :
FITRI SERTIA MAYANTI H 0205034
PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS PADA TERAS BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN
JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU
Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah
Disusun oleh :
FITRI SERTIA MAYANTI H 0205034
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
(3)
commit to user
Vii 2011
PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI HEDGEROWS
PADA TERAS BATU DAN BANGKU MIRING TERHADAP JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN
TEMBAKAU (Nicotiana tobacum L.) DI SUB-DAS PROGO HULU
Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh: FITRI SERTIA MAYANTI
H 0205034
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada Tanggal :
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Ir. Sudadi, MP
NIP. 19620307 199010 2 001
Anggota I
Ir. Jaka Suyana, M.Si NIP. 19640812 198803 1 001
Anggota II
Dwi Priyo Ariyanto, SP, M.Sc NIP. 19790115 200501 1 001
Surakarta, Januari 2011 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 119590909198603 2 002
(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
(5)
commit to user
Vii iv
(6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii Halaman HALAMAN JUDUL………. HALAMAN PENGESAHAN………... KATA PENGANTAR……….. DAFTAR ISI………. DAFTAR TABEL………. DAFTAR GAMBAR………. RINGKASAN……… SUMMARY………. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………
B. Perumusan Masalah………
C. Tujuan Penelitian ………...
D. Manfaat Penelitian………..
E. Hipotesis………...
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Erosi di Sub-DAS Progo Hulu………...
B. TeknologiKonservasi Hedgerows………..
1. Teras Batu………..
2. Teras Bangku Miring………..
3. Pemberian Mulsa Sisa Tanaman………
4. Penanaman Tanaman Setaria Spacelata dan Koro Merah
(Canvalia gladiata (Jack )………..
C. Bakteri dan Jamur Tanah………
D. Tanaman Tembakau………
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu………
B. Bahan dan Alat Penelitian………..
C.Rancangan Penelitian……….
D.Tata Laksana Penelitian……….
i ii iii v vii viii ix x 1 3 3 3 3 4 5 7 8 10 12 14 15 18 18 19
(7)
commit to user
Vii
E. Parameter Pengamatan………...
F. Analisis Data………..
G.Kerangka Berpikir………..
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Tanah Awal………..
2. Jumlah Bakteri dan jamur tanah di Teras Bangku Miring………….. 3. Jumlah Bakteri dan jamur tanah di Teras Bangku Batu……….
4. Pertumbuhan Tanaman Tembakau………..
1. Tinggi Tanaman……….
2. Jumlah Daun………..
3. Panjang Daun……….
4. Berat Berangkasan Daun………
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………..
B. Saran……….
DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN
20 21 21 22 23 24 29 33 33 35 36 38
40 41 42
(8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Rancangan Perlakuan penelitian………...
Tabel 2. Karakteristik Tanah Awal Pada Teras Bangku miring (T1)……… Tabel 3. Karakteristik Tanah Awal Pada Teras Batu (T2)……….
19 23 23
(9)
commit to user
Vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman vi
(10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19
Jumlah bakteri tanah x 10 log (cfu / gram tanah) pada teras bangku miring (T1) dengan berbagai macam hedgerows……… Jumlah jamur ( cfu / gr tanah) pada teras bangku miring (T1) dengan berbagai macam hedgerows……… Pengaruh perlakuan hedgewros terhadap populasi bakteri tanah di teras bangku miring………. Pengaruh perlakuan hedgerows terhadap populasi bakteri tanah di teras bangku miring………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi bakteri tanah di teras bangku miring………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi jamur tanah di teras bangku miring………. Jumlah bakteri tanah x 10 log (cfu / gram tanah) di teras Batu (T2) dengan berbagai macam hedgerows………. Jumlah Jamur tanah x 10 log (cfu / gram tanah) di teras Batu (T2) dengan berbagai macam hedgerows………. Pengaruh perlakuan hedgerows terhadap populasi bakteri tanah di teras batu………. Pengaruh perlakuan hedgerows terhadap populasi Jamur tanah di teras batu………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi bakteri tanah di teras batu………. Pengaruh interaksi Perlakuan terhadap populasi bakteri tanah di teras batu………. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap tinggi tanaman pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau.. Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap tinggi tanaman pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau……….. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap Jumlah daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau….. Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap Jumlah daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau………. Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap Panjang daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau….. Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap Panjang daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau……….
Pengaruh macam hedgerows di teras bangku miring terhadap berangkasan daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman
25 26 27 27 28 28 30 30 31 31 32 32 34 34 35 36 37 37
(11)
commit to user
Vii Gambar 20
tembakau……… Pengaruh macam hedgerows di teras batu terhadap berangkasan daun pada 60 dan 90 HST pada tanaman tembakau………
38
(12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Vii viii
(13)
commit to user
(14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Degradasi lahan masih menjadi salah satu masalah saat ini dalam usahatani di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya erosi, pengurasan hara, dan alih fungsi lahan yang mengakibatkan penurunan kualitas tanah, baik dari segi fisik, kimia, maupun biologi tanahnya. Degradasi lahan akan berpengaruh pada penurunan kesuburan tanah.
Wilayah Sub-DAS Progo Hulu berada di wilayah administrasi Temanggung penghasil tembakau yang memiliki nilai komparatif tinggi dan telah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sejak masa lalu secara turun temurun. Adanya peningkatan permintaan akan tembakau sebagai bahan baku rokok kretek, menyebabkan petani menambah areal tanam tembakau ke puncak-puncak gunung Sumbing dan gunung Sindoro dengan kemiringan lereng > 30%. Teknik budidaya tanaman tembakau pada kemiringan lereng curam yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air menyebabkan terjadinya erosi sehingga memacu terjadinya degradasi lahan.
Menurut Good Governance in Water Resource Managemet- European Union (GGWRM-EU) (2004), Sub-DAS Progo Hulu merupakan Sub DAS di wilayah Kabupaten Temanggung yang menempati urutan peringkat pertama dalam prioritas penanganan lahan kritis, yang saat ini memiliki lahan kritis dan sangat kritis seluas 3.029 ha atau 12,9% dari luas wilayahnya dan menyebar terutama pada lahan yang digunakan untuk usahatani berbasis tembakau. Erosi yang terus terjadi di wilayah tersebut telah menyebabkan degradasi lahan yang berupa kerusakan lahan dan menurunnya kesuburan tanah. Kerusakan lahan ditandai dengan hilangnya lapisan top soil serta kenampakan alur-alur (gully) erosi dan bahan induk tanah. Penurunan kesuburan tanah ditandai dengan kebutuhan pupuk kandang dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan pupuk kandang meningkat dari sekitar 22,5 ton/ha pada tahun 1988 menjadi 48 ton/ha pada tahun 2000 (Djajadi, 2000). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
(15)
commit to user
mikroflora yang berada didalam tanah berkurang karena kondisi lingkungan mikro yang tidak stabil seperti suhu tanah yang berubah menjadi panas begitu pula dengan kelembaban dan kadar air tanahnya.
Dilihat dari segi keadaan fisik di daerah sub-DAS Progo Hulu dan makin tingginya permintaan akan hasil tanaman tembakau, dibutuhkan suatu paket teknologi konservasi yang bertujuan untuk mengendalikan erosi dan rehabilitasi untuk meningkatkan produktivitas lahan. Teknologi konservasi
hedgerows merupakan salah satu komponen konservasi yang memadukan
antara tindakan konservasi secara mekanik dan vegetatif dengan adanya pembuatan pagar-pagar hidup yang diatur mengikuti garis kontur. Teknologi konservasi hedgerows mempunyai multifungsi diantaranya selain untuk menekan tingkat erosi, juga dapat merehabilitasi kesuburan tanah sehingga dapat meningkatkan keberadaan mikroflora tanah yang merupakan salah satu indikator kualitas tanah.
Mikroflora tanah merupakan komponen habitat alam yang terdiri dari bakteri, fungi, dan mikroorganisme tanah lainnya yang mempunyai peran dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi. Populasi mikroba yang meningkat (baik jenis dan jumlahnya) menyebabkan dinamika tanah akan semakin baik dan menjadi sehat secara alami. Peningkatan mikroba baik bakteri maupun jamur tanah (khususnya jamur / fungi bermiselia seperti mikorhiza, dan lain-lain) akan meningkatkan kemantapan agregasi partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan miselianya, yang berupa benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut/ perekat/glue antar partikel tanah yang menyebabkan struktur tanah menjadi lebih baik karena ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan) tanah (Kusmanto, 2009).
Berdasarkan permasalahan diatas diperlukan penelitian tentang pengaruh dari jenis teras dan tipe hedgerows terhadap bakteri dan jamur tanah
(16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
serta hasil tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.) di sub-DAS Progo Hulu.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu bagaimanakah pengaruh dari teknologi konservasi hedgerows pada teras batu dan teras bangku miring terhadap bakteri dan jamur tanah serta hasil tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.) di sub-DAS Progo Hulu?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari teknologi konservasi hedgerows pada teras batu dan teras bangku miring terhadap bakteri dan jamur tanah serta hasil tanaman tembakau (Nicotiana tobacum L.)
di sub-DAS Progo Hulu. D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat untuk memberi masukan, rekomendasi dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai teknologi konservasi tanah dan air yang terbaik pada lahan tembakau di Sub-DAS Progo Hulu.
E. Hipotesis
Ho : Penerapan teknologi konservasi hedgerows pada teras batu dan bangku miring berpengaruh nyata terhadap bakteri dan jamur tanah pada pertanaman tembakau.
Hi : Penerapan teknologi konservasi hedgerows pada teras batu dan bangku miring berpengaruh tidak nyata terhadap bakteri dan jamur tanah pada pertanaman tembakau.
(17)
commit to user
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Erosi di Sub-DAS Progo Hulu
Erosi tanah adalah proses tercabutnya dan pemindahan partikel-partikel oleh akibat tetesan air hujan secara terus-menerus di permukaan tanah sehingga tanah terlepas dari kesatuannya. Erosi berawal dari benturan, atau gaya-gaya tarikan yang bekerja pada partikel individu tanah di permukaan (Hardiyatmo, 2006).
Topografi berperanan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan permukaan. Dua unsur topografi yang berpengaruh terhadap erosi adalah panjang lereng dan kemiringan lereng. Unsur lain yang ,mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng. Semakin panjang lereng maka volume kelebihan air yang berakumulasi diatasnya menjadi lebih besar dan kemudian semua turun dengan volume dan kecepatan yang meningkat. Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa kemiringan lereng lebih penting daripada panjang lereng karena pergerakan air serta kemampuannya memecahkan dan membawa partikel tanah akan bertambah dengan bertambahnya sudut ketajaman lereng (Arsyad, 2000)
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng curam merupakan pengaruh baik manusia karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya, penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan pengaruh buruk karena dapat menyebabkan erosi dan banjir (Anonim, 1998).
Menurut Irawan et al., (2002) erosi dan teknik pengelolaan sumberdaya lahan merupakan faktor utama atau penyebab terbesar terjadinya proses degradasi lahan. Proses erosi dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya alami meliputi: bahan induk tanah, curah hujan, bentuk wilayah/ kemiringan lereng, dan kedalaman tanah/solum; sedangkan pengaruh kegiatan manusia, meliputi: jenis vegetasi, penutupan vegetasi, dan penerapan teknik konservasi tanah dan air.
(18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Sub-DAS Progo Hulu merupakan wilayah volkan dari gunung Sumbing dan gunung Sindoro yang memiliki lahan relatif subur, dengan ketinggian lebih dari 400 m sampai 3.250 m dpl; kemiringan lahan dari landai, bergelombang, berbukit, agak curam, curam sampai sangat curam; kepadatan penduduk relatif tinggi dengan mata pencaharian pokok bertani tanaman tembakau, jagung, sayuran, dan padi sawah (Proyek Pusat Pengembangan Pengelolaan DAS, 1990).
Di wilayah Sub-DAS Progo Hulu, usahatani berbasis tembakau selama ini telah membuat petani tidak melakukan diversifikasi usaha. Adanya pertambahan kepadatan penduduk telah mengakibatkan tekanan terhadap lahan yang mengakibatkan perlakuan over intensif tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, serta telah merambah pada pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi dan kemampuannya yang menyebabkan terjadinya erosi yang parah dan degradasi lahan. Hasil penelitian petak erosi pada lahan usahatani berbasis tembakau dengan kemiringan 62% besarnya erosi tercatat 53,72 ton/ha/tahun (Djajadi et al., 1994). Sedangkan pada lahan lincat (lahan lahan yang tidak produktif untuk tanaman tembakau yang disebakan oleh degradasi lahan (penurunan kesuburan tanah akibat erosi), dan juga serangan patogen yang saling berinteraksi antara Ralstonia solanacearum, Phytophthora nicotianae, dan lainnya) besarnya erosi tercatat 30,22 ton/ha/tahun (Djajadi et al., 2002).
Menurut Djajadi cit Suyana (2009) bahwa selama ini budidaya tembakau di lahan kering yang dilakukan petani hanya ditujukan untuk memperoleh produksi yang tinggi. Akibat dari teknik budidaya yang tidak mengindahkan kaidah konservasi pada kemiringan yang curam dan curah hujan yang tinggi di wilayah ini telah menyebabkan terjadinya erosi yang parah yang akhirnya mengakibatkan degradasi lahan.
B. Teknologi Konservasi Hedgerows
Hedgerows direncanakan untuk mengembangkan praktek lengkap
dari konservasi sistem yang meningkatkan lansekap aesthetics (lansekap yang mempunyai nilai estetika) , mengurangi erosi tanah, meningkatkan perangkap
(19)
commit to user
sedimen, meningkatkan kualitas air, dan menyediakan habitat satwa liar.
Hedgerows berikut membuat kontur tanah baris pada lansekap, menghasilkan
alam rupa, dan meningkatkan ketersediaan "ujung" habitat satwa liar.
Hedgerows berisi campuran asli pohon kecil dan pohon besar menyediakan
manfaat lingkungan (Idaho, 2007)
Teknologi konservasi hedgerows mempunyai peluang besar untuk diadopsi petani lahan kering, karena tanaman hedgerows selain berfungsi mengendalikan aliran permukaan dan erosi, juga memproduksi biomassa pertanian yang berguna untuk rehabilitasi dan penyubur tanah, menghasilkan hijauan pakan ternak yang kaya nutrisi, dan menghasilkan kayu bakar untukkeperluan rumah tangga dan industri pedesaan (pembakaran bata merah, batu gamping, dan sebagainya). Penggunaan teknologi konservasi hedgerows diharapkan mampu berperan sebagai stabilisator dan daya pengembang sistem usahatani lahan kering yang kondusif, yang dalam pengembangannya menuju pertanian yang lestari dan akrab lingkungan. Dengan penerapan teknologi konservasi hedgerows di dalam sistem usahatani lahan kering memungkinkan para petani dapat melakukan pengelolaan lahan yang berwawasan lingkungan secara bertahap sesuai dengan kesediaan tenaga kerja keluarga dan kemampuan modal petani. Mengingat dalam teknologi hedgerows relatif tidak banyak membutuhkan tenaga kerja dan modal dibandingkan teknik konservasi sipil teknis. Sehingga memungkinkan para petani di lahan kering untuk menciptakan sistem rehabilitasi dan konservasi lahan ditempatnya secara mandiri untuk mendukung sistem produksi pertanian secara berkelanjutan (Suyana, 2003).
Menurut Hawkins et al., (1992) dalam Suyana (2003) bahwa hasil penelitian di lahan kering daerah hulu DAS di Jawa Tengah dan Jawa Timur, diperoleh bahwa pengelolaan teknologi hedgerows secara berkelanjutan dalam jangka panjang akan mendatangkan nilai keunggulan komparatif dan kompetitif yang meliputi : (a) pengendalian kehilangan tanah dan hara melalui erosi; (b) peningkatan produksi biomassa melalui sisa hasil pertanian, penanaman legum untuk konservasi dan penutupan tanah; (c) peningkatan
(20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
produksi bahan organik secara ”in situ”; (d) peningkatan status kesuburan tanah; (e) peningkatan produksi rumput untuk makanan ternak; (f) peningkatan hasil baik tanaman pangan, palawija, buah, sayur, dan kayu kayuan; dan (g) peningkatan total hasil usahatani secara berkelanjutan.
1. Teras Batu
Teras merupakan metode konservasi yang ditujukan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air oleh tanah. Barisan batu yang dibuat mengikuti kontur dan berfungsi untuk meningkatkan penyerapan air kedalam tanah dan mengurangi aliran permukaan serta erosi, dapat pula digolongkan sebagai teknik konservasi spiel teknis. Barisan batu dapat diterapkan pada tanah-tanah berbatu, sehingga barisan batu ini juga bisa digunakan untuk memperluas bidang olah. Pada lahan miring, barisan batu dapat menahan tanah yang terbawa aliran permukaan, dan jika tumpukan batu terus ditambah, maka dengan berjalannya waktu, barisan batu dapat membentuk teras (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, 2004).
Teras batu adalah penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak yang sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring. Tujuannya adalah: (a) memanfaatkan batu-batu yang ada di permukaan tanah agar lahan dapat dimanfaatkan sebagai bidang olah, (b) mengurangi kehilangan tanah dan air serta untuk menangkap tanah yang meluncur dari bagian atas sehingga secara bertahap dapat terbentuk teras bangku dan hillslide ditches, (c) mengurangi kemiringan lahan untuk memberi bidang olah, konservasi tanah dan mekanisasi pertanian (Priyono et al., 2002).
Beberapa aspek teknis berkaitan dengan teras batu ini adalah: (a) ukuran penampang tergantung pada ketersediaan batu. Perbandingan kemiringan (tinggi dan dasar) untuk permukaan luar dinding biasanya 1:0,3 sampai dengan 1:0,5 dan pada bagian dalam 1:0,25 sampai dengan 1:0,3. Bagian atas harus datar dengan lebar minimal 30 cm, (b) bila selanjutnya akan dibangun teras maka dinding batu diletakkan di
(21)
commit to user
tampingan teras, (c) bila selanjutnya akan dibangun hillside ditches maka dinding batu diletakkan sepanjang garis ditches, (d) untuk mengurangi kelerengan, dinding batu dapat dibangun dengan jarak sesuai dengan lebar baris tanaman. Cara pembuatan teras batu adalah: (a) buat gambar dasar dinding dan gali tanah sedalam 30 cm atau lebih, (b) pilih batu yang besar sebagai dinding, (c) dinding jangan terlalu tinggi, bila akan digunakan untuk membangun teras bangku di waktu yang akan datang, (d) dalam membangun teras bangku, dinding dibangun dalam beberapa tahap tergantung dari ketersediaan batu. Sedangkan pemeliharaan yang harus dilakukan adalah: (a) penanaman searah kontur harus dilakukan pada lahan di antara dinding batu, (b) bila dinding diharapkan akan menjadi teras bangku atau hillside ditches, tanah yang terkumpul di bagian atas dinding harus diratakan sesuai dengan spesifikasi teras bangku dan hillside ditches (Anonim, 2007).
2. Teras Bangku Miring
Teras merupakan metode konservasi yang ditujukan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air oleh tanah. Tipe teras yang relatif banyak dikembangkan pada lahan pertanian di Indonesia adalah teras bangku atau teras tangga (bench
terrace) dan teras gulud (ridge terrace). Teras bangku dapat dibuat datar
(bidang olahnya datar/membentuk sudut 00 dengan bidang horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olahnya miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Efektifitas teras bangku akan meningkat bila ditanami tanaman penguat teras pada bibir dan tampingan teras. Beberapa penelitian membuktikan bahwa efektifitas teras bangku bertambah dengan penanaman rumput pada bibir teras (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, 2004).
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara menggali tanah pada lereng dan meratakan tanah bawah sehingga terjadi suatu
(22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
deretan tangga atau bangku. Teras bangku dapat dibuat pada tanah berlereng 2% sampai 30% atau jauh lebih besar. Teras bangku dapat miring kedalam (berlereng kedalam) atau datar. Teras bangku miring dapat digunakan untuk tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan air tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud (Arsyad, 2000).
Keuntungan teras bangku adalah: (a) efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan,(b) menangkap tanah dalam parit-parit yang dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan ke bidang olah, (c) mengurangi panjang lereng, dimana setiap 2–3 meter panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan air mengalir menuruni lereng, (d) dalam jangka panjang akan meningkatkan kesuburan tanah, (e) bidang olah yang agak datar memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama, (e) tanaman penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak, bahan organik untuk tanah dan kayu bakar. Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan: (a) pada awalnya cukup menganggu keadaan tanah, mengurangi produksi selama 2–3 tahun pertama, (b) tenaga kerja / biaya untuk pembuatannya cukup tinggi, makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang diperlukan, (c) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik konservasi tanah yang lain, makin curam lerengnya, makin besar berkurangnya luas tersebut, (d) bidang olah yang terbentuk pada bagian galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang olah yang terbentuk pada bagian timbunan (Anonim, 2007).
Teras bangku merupakan metode yang efektif untuk mencegah erosi dan aliran permukaan. Kelemahannya tidak dapat diterapkan pada semua kondisi lahan, misalnya pada tanah bersolum dangkal. Tapi dalam memodifikasi teras bangku dengan tanaman pinggiran teras dapat ternyata lebih banyak nenekan erosi. Biasanya tanaman yang digunakan untuk tanaman pinggiran yaitu tanaman rumput dan sejenisnya misalnya akar
(23)
commit to user
wangi (Vetiver). Sedangkan Pada sistem alley cropping, jenis tanaman yang digunakan sebagai tanaman konservasi adalah tanaman legume pohon atau perdu. Modifikasi konservasi ini selain bias menekan bahaya erosi juga data menyediakan unsur hara dan mencitakan kondisi lingkungan yang baik untuk aktivitas mikroorganisme tanah (Dariah, 2007).
3. Pemberian Mulsa Sisa Tanaman.
Mulsa merupakan bahan yang diberikan ke atas tanah, umumnya berupa sisa-sisa tanaman yang baik tingkat pelapukannya cepat maupun lambat. Mulsa jerami adalah biomassa yang relatif lambat melapuk sehingga dapat berguna untuk menghambat laju aliran permukaan (Anonim, 2004).
Menurut Jack et al., 1955; Russel, 1968 dan Kohnke, 1968 cit
Arsyad (2006) bahwa mulsa selain dari sisa-sisa tumbuhan, bahan lain seperti plastik, batu, dan pasir juga dapt digunakan sebagai mulsa. Mulsa mengurangi erosi dengan cara meredam energi hujan yang jatuh sehingga tidak merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran pernukaan sehingga mengurangi daya kuras aliran permukaan. Mulsa juga mengurangi penguapan air dari tanah, sehingga meningkatkan kandungan air tanah. Mulsa organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan merupakan sumber energi akan meningkatkan kegiatan biologi tanah dan dalam proses perombakannya akan terbentuk senyawa-senyawa yang berperan dalam pembentukan struktur tanah yang mantap sehingga juga akan meningkatkan aerasi dan permeabilitas tanah yang tinggi.
Hijauan yang dihasilkan tanaman penutup (mulsa tanaman) atau tanaman konservasi lainnya seperti tanaman pagar atau strip, serta sisa tanaman dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, yang mana penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (a) melindungi tanah dari pukulan air hujan; (c) mengurangi penguapan sehingga dapat mempertahankan kelembaban udara dan suhu dalam tanah; (c) menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi aktivitas mikroorganisme tanah; (d) setelah
(24)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bahan mulsa melapuk, akan meningkatkan bahan organik tanah; (e) memperlambat aliran permukaan yang berdampak pada penurunan erosi (Dariah, 2007)
Tanaman penutup tanah/mulsa berfungsi melindungi tanah dari erosi, mengurangi pertumbuhan gulma dan mengatasi kelebihan evapotranspirasi , dan yang lebih penting untuk dapat memperbaiki sifat kimia dan biologi tanahnya. Beberapa diantaranya tanaman penutup tanah dapat meningkatkan ketersedian unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Adanya aktivitas mikrorganisme dapat juga membantu proses mineralisasi sehingga unsur hara dapat dimanfaatkan, seperti bakteri yang mempuyai enzim nitrogenase dapat menggabungkan gas nitrogen dan hydrogen memproduksi amoniak dan bakteri lainnya mengkonversi dan membentuk senyawa organik (Anonim, 2010).
Pemberian mulsa sisa tanaman bertujuan untuk mengembalikan sisa-sisa tanaman hasil penen yang diangkut keluar lahan untuk dikembalikan lagi ke lahan. Apabila ini dilakukan secara terus-menerus oleh petani, disamping dapat menekan erosi juga dapat memperbaiki kesuburan tanah (baik dari segi fisik, kimia maupun biologinya) dan produktivitas lahan tersebut (Suyana, 2009).
Pemberian mulsa sisa tanaman melindungi permukaan tanah dari terpaan langsung butir-butir air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi, menghambat pertumbuhan gulma, dan menghambat penguapan air dari tanah. Suhu tanah juga terjaga sehingga menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan tanaman dan aktifitas biologi tanah. Selain itu mulsa sisa tanaman yang telah membusuk menjadi pupuk karena merupakan bahan organik yang diperlukan tanaman. Dengan adanya pupuk organik tanaman mempunyai kemampuan menghisap dan memegang air lebih tinggi, sehingga bahaya kekeringan menjadi berkurang (Abdurrahman et al., 1996).
(25)
commit to user
4. Penanaman Tanaman Setaria Spacelata dan Koro Merah (Canvalia gladiata (Jack )
Tanaman Setaria spacelata merupakan tanaman rerumputan yang taksonomi tanamannya adalah sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Cyperales Suku : Poaceae Marga : Setaria
Jenis : Setaria spacelata
Rumput Setaria spacelata berasal dari kawasan tropika dan subtropika Afrika yang mempunyai ciri-ciri diantaranya daunnya panjang dan tirus berwarna hijau tua dan tidak mempunyai bulu, dengan tinggi tanamannya 1,5-2 meter, bunganya berbentuk seperti ekor berukuran 20-25 cm panjang, berwarna perang kehijau-hijauan, selain itu juga rumput setaria dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan intensitas hujan sedang sampai banyak. Rumput ini tahan terhadap serangan penyakit atau perosak sehingga biasanya ditanam sebagai tanaman penutup tanah. (Anonim, 2006).
Rumput Setaria spacelata merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Namun kelangsungan hidup serbuk sari sangat kurang sehingga menjadi penyebab utama dari penentuan biji yang lazimnya buruk. Disamping itu, kecambahnya lemah dan lambat. Oleh karenanya rumput ini secara umum ditanam dan diperbanyak secara vegetatif. Bila ditanam pada kondisi yang baik, bibit vegetatif tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ketinggian sampai 2-3 meter dalam waktu 2 bulan. Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya
(26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan (Anonim. 2008).
Penanaman rumput Setaria spacelata pada bibir teras (untuk teras miring) dan pada guludan kecil setinggi 5-10 cm disamping atas tumpukan batu (untuk teras batu) bertujuan untuk mengurangi aliran permukaan, penyaring partikel-partikel tanah yang terbawa aliran permukaan, mengurangi longsor, serta untuk pakan ternak. Sedangkan koro merah merupaka tanaman leguminosa yang sudah beradaptasi dengan kondisi lingkunga dan iklim setempat yang menjadi bahan sayuran untuk masyarakat setempat (Suyana, 2009).
Setaria spacelata L tipe tumbuh rumput ini erect (merumpun)
dan daun tidak berbulu. Tanaman ini berumur panjang, tumbuh tegak mencapai 2 m dan membentuk rumpun. Bila kondisi baik satu maupun bisa mencapai ratusan batang. Pertumbuhan kembali setelah dipotong sangatlah cepat. Rumput ini merupakan rumput potong atau gembala didaerah dataran tinggi, tahan kering dan teduh serta genangan air. Setaria
spacelata, salah satu tanaman pakan ternak yang dapat tumbuh subur pada
musim kemarau (Anonim 2008).
Secara botani tanaman koro pedang dibedakan kedalam dua tipe tanaman yaitu: koro pedang yang tumbuh merambat (climbing) dan berbiji merah (Canavalia gladiata (jack) DC) dan koro pedang tumbuh tegak dan berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.). Koro pedang biji merah
(Canavalia gladiata) memiliki kandungan protein dan garam yang cukup
tinggi, asam hidroianik dan saponine. Karena biji koro mengandung racun maka perlu cara masak khusus untuk menetralkan racun sebelum dikonsumsi. Keuntungan tanaman ini adalah: memiliki adaptasi yang luas pada lahan suboptimal, terutama pada lahan kering masam, mudah dibudidayakan secara tunggal atau tumpangsari tanaman koro pedang dengan tanaman tembakau dan nanas yang diberi pupuk hijau daun koro dapat meningkatkan hasil tanaman yang signifikan(Anonim, 2009).
(27)
commit to user
C. Bakteri dan Jamur Tanah
Dengan semakin menurunnya kandungan bahan organik tanah akan menurunkan porositas dan aerasi tanah, yang akhirnya akan menghambat perkembangan akar, dan juga akan menghambat perkembangan mikrooerganisme saprofit. Mikroorganisme saprofit tersebut berperan sebagai barier (penghalang) investasi mikroorganisme parasit ke dalam tanaman. Oleh karena itu, dengan menurunnya mikroorganisme saprofit maka yang berkembang kemudian adalah mikroorganisme parasit (Alexander, 1977). Hal ini yang terjadi pada lahan pertanian tembakau Temanggung, perkembangan mikroorganisme parasit seperti nematoda, puru akar dan bakteri Pseudomonas
solanacearum yang sudah menjadi endemi dan menyebabkan terjadinya lahan
“lincat” lahan lahan yang tidak produktif untuk tanaman tembakau yang disebakan oleh degradasi lahan (penurunan kesuburan tanah akibat erosi), dan juga serangan patogen yang saling berinteraksi antara Ralstonia
solanacearum, Phytophthora nicotianae, dan lainnya)
(Djajadi dan Murdiyati, 2001).
Mikroflora tanah mempunyai peranan penting dalam tanah yaitu dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman karena mereka terlibat dalam beberapa mineralisasi transformasi pada proses biokimia yang ada dalam tanah. Jenis budidaya tanaman dan manajemen prakteknya diketahui memiliki pengaruh lebih besar pada kegiatan mikroflora tanah. Mikroflora tanah terdiri dari bakteri, jamur, dan actinomycetes yang kegiatannya mempunyai pengaruh pada sifat-sifat tanah (Karnataka, 2007).
Kebanyakan bakteri tanah memerlukan oksigen dari udara tanah dan diklasifikasi sebagai aerob. Beberapa bakteri aerob dapat berdaptasi untuk hidup dengan atau tanpa oksigen, bakteri ini merupakan aerob fakultatif. Bakteri lain tidak hidup dengan oksigen dan merupakan bakteri anaerob. Bakteri tanah juga cukup berbeda dalam gizi dan dalam tanggapan terhadap keadaan lingkungan. Akhirnya macam dan kelimpahan bakteri tergantung
(28)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pada ketersediaan unsur hara yang ada pada keadaan lingkungan tanah (Foth, 1994).
Rizosfer ekosistem tanah yang sehat akan dihuni oleh organisme yang menguntungkan yang memanfaatkan substrat organik dari bahan organik atau eksudat tanaman sebagai sumber energi dan nutrisinya. Mikroba tanah berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman (plant growth
promting agents) yang menghasilkan berbagai hormon tumbuh, vitamin dan
berbagai asam-asam organik yang berperan penting dalam merangsang pertumbuhan bulu-bulu akar. Salah satu organisme yang penting dalam ekosistem tanah dan berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman adalah rhizobakteri yaitu bakteri yang hidup di rhizosfer tanaman dan mengalami interaksi yang intensif dengan akar tanaman maupun tanah. (Hindersah dan Simamarta, 2004).
Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang sangat menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, mendaur ulang hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara (Gunarto, 1990).
D. Tanaman Tembakau
Tembakau temanggung sesuai ditanam di dataran tinggi 700 mdpl sampai dengan 1500 mdpl., curah hujan yang dibutuhkan antara 2.200-3.100 mm/tahun dengan 8-9 bulan basah dan 3-4 bulan kering. Daerah penanamannya sampai saat ini masih terpusat di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro Kabupaten Temanggung (Basuki et al., 2000).
Menurut Tjirosoepomo cit Basuki et al., 2005) mengelompokkan tembakau kedalam obat-obatan, dengan sistemika sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
(29)
commit to user Subkelas : sympetale
Ordo : Solanales
Fanili : Solanaceae
Sub famili : Nicotianae
Genus : Nicotiana
Subgenesus : Tabacum
Seksi : Genuinae
Spesies :Tabacum
Jenis tembakau sangat banyak jumlahnya, sehingga perlu dikelompokan. Kriteria pengelompokan bisa berdasarkan penggunaan, cara pengolahan, budidaya dan lain-lain. Ochse et al. (1961) mengelompokkan tembakau menjadi beberapa tipe yaitu virginia, burley, bright, turki, sumatra, havana, maryland, dan lain-lain. Istilah tipe untuk pengelompokan tersebut sangat relevan dan mudah diterapkan (Basuki et al., 2000).
Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) pertama kali masuk Indonesia kira-kira tahun 1630, kemudian berkembang ke berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Melalui proses adaptasi yang cukup lama, akhirnya terbentuk populasi tembakau temanggung yang mempunyai sifat morfologi dan fisiologi yang khas (Rochman dan Suwarso, 2000).
Menurut Purlani dan Rachman (2000) cit Basuki et al. (2000), berdasarkan mutu yang dihasilkan dan letak daerah penanamannya, tembakau di Temanggung yang berada di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro dapat dikelompokkan menjadi lima (5) golongan diantaranya:
a) Tembakau Lamuk, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng timur gunung Sumbing, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko dapat menghasilkan mutu srintil super istimewa; meliputi wilayah kecamatan Tembarak.
b) Tembakau Lamsi, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng utara gunung Sumbing, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko
(30)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dapat menghasilkan mutu srintil istimewa; meliputi wilayah kecamatan Bulu dan Parakan.
c) Tembakau Paksi, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng timur gunung Sindoro, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko dapat menghasilkan mutu srintil cukup istimewa; meliputi wilayah kecamatan Ngadirojo.
d) Tembakau Taolo, yaitu di daerah lahan tegalan berada di lereng selatan gunung Sindoro, pada ketinggian > 1.100 mdpl dengan kultivar Kemloko dan Sitieng dapat menghasilkan mutu sedang; meliputi wilayah kecamatan Parakan dan Ngadirojo.
e) Tembakau Tionggang, yaitu di daerah lahan sawah, pada ketinggian 500-700 mdpl dengan kultivar Sitieng dapat menghasilkan mutu sedang; meliputi wilayah kecamatan Kedu, Tembarak, Bulu, Parakan, dan Ngadirojo.
Tembakau temanggung mempunyai ciri aromatis dengan kadar nikotin tinggi (3-8%), merupakan ”lauk” untuk rokok kretek yang sulit dicari penggantinya serta berperan sebagai pemberi rasa dan aroma, sehingga hampir semua pabrik rokok kretek membutuhkan tembakau jenis ini. Daun bawah tembakau Temanggung diolah dalam bentuk kerosok sebagai komoditas ekspor dengan nama tembakau kedu VO. Pada tahun 1994 volume ekspor sebesar 192,7 ton dengan nilai 156,5 juta US$ dan pada tahun 1997 meningkat menjadi 390,5 ton dengan nilai 349,7 juta US$ (mukani dan Isdijoso, 2000).
(31)
commit to user
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Sub-DAS Progo Hulu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Analisis tanah dilaksanakan di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Penelitian ini dilaksanakan bulan April - September 2009.
B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Data
Peta tanah, peta administrasi dan peta penggunaan lahan Sub-DAS Progo Hulu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, skala 1: 50.000
2. Bahan Kemikalia Analisis laboratorium a. Analisis Tanah Awal
Bahan-bahan kemikalia untuk analisis tanah di laboratorium yang meliputi Tekstur, Bulk Density (BV), Kadar Lengas, Bahan Organik, pH, Kapasitas Pertukaran Kation (KPK), N total, P dan K Tersedia Tanah.
b. Analisis mikroflora Tanah
Bahan-bahan kemikalia untuk menganalisis populasi/jumlah mikroflora tanah yang ada di daerah perakaran tanaman tembakau dengan cara menginokulasinya di media PDA dan NA.
3. Alat
a. Alat di lapang - Plastik + cetok - Klinometer - Kompas - Tali rafia
- kulbox
- Botol semprot + alkohol - Alat tulis
(32)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Alat di Laboratorium
- Erlenmeyer
- Gelas piala
- Pengaduk
- Gelas ukur
- Alat pengering (Oven)
- Eksikator - Petridish - Coloni Counter - Timbangan analitik
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan dua tempat yaitu macam teras (teras bangku miring (T1) dan teras batu (T2)) dan satu macam faktor yaitu macam hedgerows (Pola Petani/tanpa Hedgerows (H0),
Hedgerows dengan rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm
di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (H1), Hedgerows dengan rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 5-100 % (14 ton/ha) (H2), Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (H3)) sehingga didadapat 8 perlakuan. Pendekatan variabel disusun dengan Rancangan Dasar Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang diulang tiga kali sebagai kelompok (blok). Adapaun layout rancangan perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
Perlakuan
Teras Hedgerows
Kombinasi Perlakuan
Pola Petani (tanpa Hedgerows) (0) T1H0
Rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (1)
T1H1
Rumput setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14 ton/ha) (2) T1H2 Teras Bangku Miring (T1)
Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras batu + mulsa batang
tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (3) T1H3
Pola Petani (tanpa Hedgerows) (0) T2H0
rumput Setaria spacelata pada bibir teras + mulsa batang tembakau dosis
50 %(7 ton/ha) (1) T2H1
Rumput setaria spacelata pada bibir teras + mulsa batang tembakau dosis
100 % + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14 ton/ha) (2) T2H2 Teras Batu
(T2)
Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras bangku miring +
(33)
commit to user
D. Tata Laksana Penelitian
Tata laksana dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi pustaka awal untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Mengumpulkan data-data sekunder seperti peta penggunaan lahan dan peta administrasi.
3. Penentuan lokasi dan Persiapan plot erosi (petak erosi) dan perlakuan yang telah dirancang pada areal yang telah ditentukan dan penanaman rumput Setaria spacelata pada bibir teras dan koro merah yang akan ditumpangsarikan di lahan tembakau.
4. Pengambilan sampel awal untuk analisis awal sifat fisika dan kimia tanah dengan cara mengambil contoh tanah pada kedalaman 0 – 30 cm pada titik lokasi yang sudah ditentukan.
5. Analisis tanah awal di laboratorium, diantaranya:
a. Sifat fisika tanah yang meliputi tekstur tanah dengan metode hidrometer (Balai Penelitian Tanah, 2005), kadar lengas tanah (Balai Penelitian Tanah, 2005), berat volume (BV) tanah (Balai Penelitian Tanah, 2005)
b. Sifat kimia tanah yang meliputi pH tanah dengan metode elektrolisis (Balai Penelitian Tanah, 2005), kapasitas pertukaran kation (KTK) dengan metode ekstrak amonium asetat (Balai Penelitian Tanah, 2005), bahan Organik tanah dengan metode Walkey-Black (Balai Penelitian Tanah, 2005), N-total tanah metode Kjehdal (Balai Penelitian Tanah, 2005), P-tersedia tanah metode Bray I (Balai Penelitian Tanah, 2005), K-tersedia tanah metode ekstrak HCl 25% (Balai Penelitian Tanah, 2005)
6. pengambilan sampel tanah dan pengamatan bakteri dan jamur tanah menggunakan metode Plate Count (Iswandi, 1989) di laboratorium Biologi Tanah
(34)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
7. Pengambilan sampel pertumbuhan tanaman tembakau, rumput Setaria
spacelata dan koro merah
8. Interpretasi dan penyajian data 9. Pembuatan dan penyusunan laporan. E. Parameter Pengamatan
Variable yang diamati meliputi :
1. Populasi mikroflora tanah, meliputi jumlah bakteri dan jamur pada zona perakaran tanaman.
2. Pertumbuhan tanaman tembakau (tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun)
3. Produksi tanaman tembakau ( berat segar dan kering).
Adapun data pendukung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Sifat fisik tanah diantaranya tekstur, Bulk Density (BV) dan kadar lengas
tanah
2.Sifat kimia tanah diantaranya pH, C-organik, Kapasitas Pertukaran Kation (KTK), N-total, P tersedia, dan K tersedia tanah.
3.Pengamatan produksi tanaman Rumput Setaria spacelata meliputi berat rumput segar dan kering tanaman dan koro merah (Canvalia gladiata (Jack )) meliputi berat segar dan kering dari batang, akar, daun, dan Polong + biji. F. Analisis data
1. Analisis data bakteri dan jamur tanah
Data hasil penelitian dianalisis dengan Uji F pada analisis kepercayaan 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Bila ada pengaruhnya kemudian dilanjtkan dengan uji DMRT.
2. Analisis pertumbuhan tanaman Tembakau
Sampling dilakukan pada saat tanaman Tembakau berumur 60 HST, dan 90 HST.
3. Analisis produksi rumput Setaria spacelata dan Koro Merah Canvalia
(35)
commit to user
sampling rumput Setaria spacelata dilakukan pada saat pemangkasan rumput dan koro merah Canvalia gladiata (Jack)) dilakukan saat panen.
G. Kerangka Bepikir
- curah hujan
-Kemiringan Lereng (.30%) -Vegetasi
-Topografi (pegunungan/perbukitan)
Teknik budidaya dan konservasi pola
petani
Teknologikonservasi hedgerows ada teras bangku miring dan batu Faktor Penyebab Erosi di
Sub-DAS Progo Hulu
Erosi >>>
Degradasi kesuburan lahan
Erosi <<<
Degradasi kesuburan lahan <<< >>>
Populasi mikroflora menurun pecahnya agregat tanah mudah tererosi (erosi >>>)
Produktivitas Tembakau <<<
populasi mikroflora tanah meningkat memantapkan agregasi partikel penyusun tanah tanahmenjadi sehat alami (kusmanto, 2009) anah
tidakmudah tererosi( erosi <<<)
Produktivitas Tembakau lestari
(36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis statistik pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Teknologi konservasi hedgerows pada teras bangku miring berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah pada tiap bulan pengamatan.
b. Teknologi konservasi hedgerows pada teras batu berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah pada tiap bulan pengamatan.
c. Teknologi konservasi hedgerows pada teras bangku miring berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah antar bulan pengamatan.
d. Teknologi konservasi hedgerows pada teras batu berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah antar bulan pengamatan
e. Teknologi konservasi hedgerows di teras bangku miring pada tiap pengamatan 60 HST dan 90 HST berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertumbuhan dan parameter produksi tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, berat segar dan berat kering tanaman tetapi berpengaruh nyata terhadap panjang daun pada pengamatan 60 HST.
f. Teknologi konservasi hedgerows di teras batu tiap pengamatan 60 HST dan 90 HST berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pertumbuhan dan parameter produksi tanaman
2. Perlakuan yang paling banyak pertumbuhan bakteri dan jamur terdapat pada perlakuan tanpa hedgerows (H0) baik pada Teras Bangku miring (T1) dan Batu (T2)
(37)
commit to user
B. Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan yang sama untuk tahun penanaman tanaman tembakau kedua sehingga bisa diketahui pertumbuhan populasi mikroflora tanah yang maksimal.
2. Perlu adanya penelitian khusus tentang senyawa organik dari mulsa tembakau.
(1)
commit to user b. Alat di Laboratorium
- Erlenmeyer - Gelas piala - Pengaduk - Gelas ukur
- Alat pengering (Oven)
- Eksikator - Petridish - Coloni Counter - Timbangan analitik
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan dua tempat yaitu macam teras (teras bangku miring (T1) dan teras batu (T2)) dan satu macam faktor yaitu macam hedgerows (Pola Petani/tanpa Hedgerows (H0), Hedgerows dengan rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (H1), Hedgerows dengan rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 5-100 % (14 ton/ha) (H2), Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (H3)) sehingga didadapat 8 perlakuan. Pendekatan variabel disusun dengan Rancangan Dasar Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang diulang tiga kali sebagai kelompok (blok). Adapaun layout rancangan perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
Perlakuan
Teras Hedgerows
Kombinasi Perlakuan
Pola Petani (tanpa Hedgerows) (0) T1H0
Rumput Setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (1)
T1H1
Rumput setaria spacelata pada guludan kecil setinggi 5-10 cm di samping atas tumpukan batu + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14 ton/ha) (2) T1H2 Teras Bangku Miring (T1)
Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras batu + mulsa batang
tembakau dosis 50% (7 ton/ha) (3) T1H3
Pola Petani (tanpa Hedgerows) (0) T2H0
rumput Setaria spacelata pada bibir teras + mulsa batang tembakau dosis
50 %(7 ton/ha) (1) T2H1
Rumput setaria spacelata pada bibir teras + mulsa batang tembakau dosis
100 % + mulsa batang tembakau dosis 100 % (14 ton/ha) (2) T2H2 Teras Batu
(T2)
Tumpang sari Koro merah dan tembakau pada teras bangku miring +
(2)
commit to user
D. Tata Laksana Penelitian
Tata laksana dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi pustaka awal untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Mengumpulkan data-data sekunder seperti peta penggunaan lahan dan peta administrasi.
3. Penentuan lokasi dan Persiapan plot erosi (petak erosi) dan perlakuan yang telah dirancang pada areal yang telah ditentukan dan penanaman rumput Setaria spacelata pada bibir teras dan koro merah yang akan ditumpangsarikan di lahan tembakau.
4. Pengambilan sampel awal untuk analisis awal sifat fisika dan kimia tanah dengan cara mengambil contoh tanah pada kedalaman 0 – 30 cm pada titik lokasi yang sudah ditentukan.
5. Analisis tanah awal di laboratorium, diantaranya:
a. Sifat fisika tanah yang meliputi tekstur tanah dengan metode hidrometer (Balai Penelitian Tanah, 2005), kadar lengas tanah (Balai Penelitian Tanah, 2005), berat volume (BV) tanah (Balai Penelitian Tanah, 2005)
b. Sifat kimia tanah yang meliputi pH tanah dengan metode elektrolisis (Balai Penelitian Tanah, 2005), kapasitas pertukaran kation (KTK) dengan metode ekstrak amonium asetat (Balai Penelitian Tanah, 2005), bahan Organik tanah dengan metode Walkey-Black (Balai Penelitian Tanah, 2005), N-total tanah metode Kjehdal (Balai Penelitian Tanah, 2005), P-tersedia tanah metode Bray I (Balai Penelitian Tanah, 2005), K-tersedia tanah metode ekstrak HCl 25% (Balai Penelitian Tanah, 2005)
6. pengambilan sampel tanah dan pengamatan bakteri dan jamur tanah menggunakan metode Plate Count (Iswandi, 1989) di laboratorium Biologi Tanah
(3)
commit to user
7. Pengambilan sampel pertumbuhan tanaman tembakau, rumput Setaria spacelata dan koro merah
8. Interpretasi dan penyajian data 9. Pembuatan dan penyusunan laporan.
E. Parameter Pengamatan
Variable yang diamati meliputi :
1. Populasi mikroflora tanah, meliputi jumlah bakteri dan jamur pada zona perakaran tanaman.
2. Pertumbuhan tanaman tembakau (tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun)
3. Produksi tanaman tembakau ( berat segar dan kering).
Adapun data pendukung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Sifat fisik tanah diantaranya tekstur, Bulk Density (BV) dan kadar lengas
tanah
2.Sifat kimia tanah diantaranya pH, C-organik, Kapasitas Pertukaran Kation (KTK), N-total, P tersedia, dan K tersedia tanah.
3.Pengamatan produksi tanaman Rumput Setaria spacelata meliputi berat rumput segar dan kering tanaman dan koro merah (Canvalia gladiata (Jack ))
meliputi berat segar dan kering dari batang, akar, daun, dan Polong + biji. F. Analisis data
1. Analisis data bakteri dan jamur tanah
Data hasil penelitian dianalisis dengan Uji F pada analisis kepercayaan 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Bila ada pengaruhnya kemudian dilanjtkan dengan uji DMRT.
2. Analisis pertumbuhan tanaman Tembakau
Sampling dilakukan pada saat tanaman Tembakau berumur 60 HST, dan 90 HST.
3. Analisis produksi rumput Setaria spacelata dan Koro Merah Canvalia gladiata (Jack ))
(4)
commit to user
sampling rumput Setaria spacelata dilakukan pada saat pemangkasan rumput dan koro merah Canvalia gladiata (Jack)) dilakukan saat panen.
G. Kerangka Bepikir
- curah hujan
- Kemiringan Lereng (.30%) - Vegetasi
- Topografi (pegunungan/perbukitan)
Teknik budidaya dan konservasi pola
petani
Teknologi konservasi hedgerows ada teras bangku miring dan batu Faktor Penyebab Erosi di
Sub - DAS Progo Hulu
Erosi >>>
Degradasi kesuburan lahan
Erosi <<<
Degradasi kesuburan lahan <<< >>>
Populasi mikroflora menurun pecahnya agregat tanah mudah tererosi (erosi >>>)
Produktivitas Tembakau <<<
populasi mikroflora tanah meningkat memantapkan agregasi partikel penyusun tanah tanah menjadi sehat alami (kusmanto, 2009) anah
tidak mudah tererosi( erosi <<<)
Produktivitas Tembakau lestari
(5)
commit to user
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis statistik pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Teknologi konservasi hedgerows pada teras bangku miring berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah pada tiap bulan pengamatan.
b. Teknologi konservasi hedgerows pada teras batu berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah pada tiap bulan pengamatan.
c. Teknologi konservasi hedgerows pada teras bangku miring berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah antar bulan pengamatan.
d. Teknologi konservasi hedgerows pada teras batu berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan populasi bakteri maupun jamur tanah antar bulan pengamatan
e. Teknologi konservasi hedgerows di teras bangku miring pada tiap pengamatan 60 HST dan 90 HST berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertumbuhan dan parameter produksi tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, berat segar dan berat kering tanaman tetapi berpengaruh nyata terhadap panjang daun pada pengamatan 60 HST.
f. Teknologi konservasi hedgerows di teras batu tiap pengamatan 60 HST dan 90 HST berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pertumbuhan dan parameter produksi tanaman
2. Perlakuan yang paling banyak pertumbuhan bakteri dan jamur terdapat pada perlakuan tanpa hedgerows (H0) baik pada Teras Bangku miring (T1) dan Batu (T2)
(6)
commit to user
B. Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan yang sama untuk tahun penanaman tanaman tembakau kedua sehingga bisa diketahui pertumbuhan populasi mikroflora tanah yang maksimal.
2. Perlu adanya penelitian khusus tentang senyawa organik dari mulsa tembakau.